Mari kita perhatikan sebagian kisah orang-orang saleh dari kalangan salaf yang dinyatakan do'anya mustajab , bagaimana usaha mereka untuk menyembunyikan amal salehnya dan bagaimana sikap mereka terhadap popularitas ? Kemudian kita bandingkan dengan diri kita masing-masing serta orang-orang zaman sekarang yang sengaja mencari popularitas dengan ibadahnya atau keahliannya dalam meruqyah.
a. Yazid bin Al-Aswad al-Jurosyi
Beliau adalah seorang tabii mukhodlrom , hidup sezaman dengan Nabi SAW namun belum pernah bertemu . Beliau sempat menyaksikan masa-masa jahiliyah , beliau tinggal di negeri Syam , perkampungan Zabdiin , beliau wafat pada tahun 58 H , pada masa khilafah Mu'awiyah bin Abi Sufyan .
Telah berkata Abu Zur’ah Yahya bin Abi ‘Amr :
خرج الضحاك بن قيس فاستسقى بالناس ولم يمطروا ولم يروا سحابا فقال الضحاك أين يزيد بن الأسود ( وفي رواية على بن أبي جملة : فقال أين يزيد بن الأسود الجرشي فلم يجبه أحد ثم قال أين يزيد بن الأسود الجرشي فلم يجبه أحد ثم قال أين يزيد بن الأسود الجرشي عزمت عليه إن كان يسمع كلامي ) فقال هذا أنا قال قم فاستشفع لنا إلى الله أن يسقينا ( وفي رواية : قم يا بكاء ! ) فقام فعطف برنسه على منكبيه وحسر عن ذراعيه فقال اللهم إن عبيدك هؤلاء استشفعوا بي إليك فما دعا إلا ثلاثا حتى أمطروا مطرا كادوا يغرقون منه ثم قال اللهم إن هذا شهرني فأرحني منه فما أتت بعذ ذلك جمعة حتى مات ( وفي رواية : قتل ) .
" Ad-Dlohhak bin Qois keluar bersama orang-orang untuk sholat istisqo ( sholat untuk minta hujan ), namun hujan tak kunjung datang, dan mereka tidak melihat adanya awan. Maka beliau bertanya : " Dimana Yazid bin Al-Aswad ? " ( Dalam riwayat yang lain: Maka tidak seorangpun yang menjawabnya, kemudian dia berkata: " Dimana Yazid bin Al-Aswad ?, Aku tegaskan padanya jika dia mendengar perkataanku ini hendaknya dia berdiri ! "). Maka berkata Yazid :”Saya di sini!”, berkata Ad-Dlohhak: ”Berdirilah!, mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan bagi kami!” ( Dalam riwayat yang lain : Berdirilah , wahai tukang nangis ! ) .
Maka Yazid pun berdiri dan menundukan kepalanya diantara dua bahunya, dan menyingsingkan lengan banju burnus nya lalu berdoa: ”Ya Allah, sesungguhnya para hambaMu memintaku untuk berdoa kepadaMu”. Lalu tidaklah dia berdoa kecuali tiga kali kecuali langsung turunlah hujan yang deras sekali, hingga hampir saja mereka tenggelam karenanya.
Kemudian dia berkata: ”Ya Allah, sesungguhnya hal ini telah membuatku menjadi tersohor, maka istirahatkanlah aku dari ketenaran ini ”, dan tidak berselang lama yaitu seminggu kemudian diapun meninggal .”
Kisah ini diriwayatkan Ibnu Asakir di Tarikh Damaskus 65/112 , Dzahabi di Siyar A'lam Nubala 4/137 dan Ibnul Jauzy di Sofwatus Shofwah 4/202 . Kisah ini di sahihkan sanadnya oleh Al-Bany dalam kitab Tawassul hal. 42.
B. Uwais bin 'Amir Al-Qorni
b. Uwais bin 'Amir Al-Qorni , penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron , beliau seorang Tabii mukhodlrom , hidup sezaman dengan Nabi tapi belum pernah ketemu . Disebutkan bahwasanya ia meninggal bersama Ali bin Abi Tholib dalam perang siffin (Al-Minhaj 16/94, Faidhul Qodir 3/451), sebagaimana perkataan Yahya bin Ma’in, “Uwais terbunuh dihadapan Amirul mukminin Ali bin Abi Tholib tatkala perang Siffin” (Al-Mustadrok 3/455 no 5716).
Nabi menyebutkan tentang keutamaan Uwais , padahal beliau belum pernah bertemu dengannya , sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (4/1968 no 2542) dari Umar bin Al-Khotthob ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda :
« إنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ : أُوَيْسٌ ، وَلَهُ وَالِدَة ... » .
" Sebaik-baik tabi’in adalah seorang yang disebut dengan Uwais dan ia memiliki seorang ibu… ".
Berkata An-Nawawi, “Ini jelas menunjukan bahwa Uwais adalah tabi’in terbaik, mungkin saja dikatakan “Imam Ahmad dan para imam yang lainnya mengatakan bahwa Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik”, maka jawabannya, maksud mereka adalah Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik dalam sisi ilmu syari’at seperti tafsir , hadits, fiqih, dan yang semisalnya dan bukan pada keafdolan di sisi Allah” (Al-Minhaj 16/95)
Imam Muslim dalam Sahihnya no. 2542 meriwayatkan dari Usair bin Jabir , dia berkata :
كان عمرُ بنُ الخطَّابِ إذا أتى عليه أمْدادُ أهل اليمنِ سألهم : أفيكم أُوَيسُ بنُ عامر ؟ حتى أتى على أُويس ، فقال: أنت أُوَيسُ ابن عامر ؟ قال : نعم ، قال : من مُراد ، ثم من قَرَن ؟ قال : نعم، قال : فكان بك بَرَص فَبَرَأتَ منه ، إلا موضعَ دِرْهَم ؟ قال : نعم ، قال : لك والدة ؟ قال : نعم ، قال : سمعتُ رسولَ الله يقول : يأتي عليكم أُوَيسُ بن عامر مع أمْدَادِ أهل اليمن من مُراد ، ثم من قَرَن ، وكان به برص فَبَرأ منه ، إلا موضع درهم ، له والدة هو بها بَرّ ، لو أقْسَم على الله لأبَرَّه ، فإن استطعتَ أن يَسْتَغْفِر لَكَ فافعَلْ ، فاسْتَغْفِرْ لي ، فاسْتَغْفَر له ، فقال له عمر : أين تريد ؟ قال : الكوفةَ ، قال : ألا أكتبُ لك إلى عاملها ؟ قال : أكونُ في غَبْراءِ النَّاسِ أحبُّ إليَّ ، قال : فلما كان من العام المقبل حَجَّ رجل من أشرافهم ، فوافق عمر ، فسأله عن أُوَيس، قال : تركته رَثَّ البَيْتِ ، قَليلَ المتاع ، قال : سمعتُ رسولَ الله يقول : يأتي عليكم أُوَيس بن عامر مع أمداد أهل اليمن ، من مُراد ثم من قَرَن ، كان به بَرَص فبرأ منه إلا موضع درهم ، له والدة هو بها بَرّ ، لو أقسم على الله لأبرَّهُ ، فإن استطعتَ أن يستغفر لك فافعل ، فأتى أُوَيسا ، فقال : استغفرْ لي ، قال : أنت أحْدثُ عهدا بسفَر صالح ، فاستغفرْ لي ، قال : استغفر لي ، قال : أنت أحدثُ عهدا بسفر صالح، فاستغفرْ لي ! قال : لقيتَ عمر ؟ قال : نعم ، فاسْتَغْفَرَ له، فَفَطِنَ له الناسُ ، فانطلق على وجهه ، قال أُسَيْر : وكسوتُه بُردة ، فكان كلما رآه إنسان ، قال : من أينَ لأُوَيْس هذه البردة ؟.
“ Telah ada Umar bin Al-Khotthob jika datang kepadanya amdad ( pasukan perang penolong yang datang untuk membantu pasukan kaum muslilimin dalam peperangan ) dari negeri Yaman maka Umar bertanya kepada mereka, “Apakah ada diantara kalian Uwais bin ‘Amir ?”, hingga akhirnya ia bertemu dengan Uwais dan berkata kepadanya, “Apakah engkau adalah Uwais bin ‘Amir?”, ia berkata, “Iya”.
Umar berkata, “Apakah engkau berasal dari Murod , kemudian dari Qoron ?”. Ia berkata, “Benar”. Umar berkata, “Engkau dahulu terkena penyakit kulit memutih (albino) kemudian engkau sembuh kecuali seukuran dirham?”. Ia berkata, “Benar”. Umar berkata, “Engkau memiliki ibu?”, ia menjawab, “Iya”, Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
(( Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit kulit memutih ( albino ) kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham , ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia ( berdoa kepada Allah dengan ) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah )) ".
Lalu Umar berkata : " oleh karenanya mohonlah kepada Allah ampunan untukku !".
Maka Uwaispun memohon kepada Allah ampunan untuk Umar . Lalu Umar bertanya kepadanya, “Kemanakah engkau hendak pergi?”, ia berkata, “Ke Kufah (Irak)”, Umar berkata, “Maukah aku tuliskan sesuatu kepada pegawaiku di Kufah untuk kepentinganmu?”, ia berkata, “Aku berada diantara orang-orang yang lemah lebih aku sukai”.
Pada tahun depannya datang seseorang dari pemuka mereka ( pemuka penduduk Yaman ) dan ia bertemu dengan Umar, lalu Umar bertanya kepadanya tentang kabar Uwais, orang itu berkata, “Aku meninggalkannya dalam keadaan miskin dan sedikit harta”. Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
(( Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit kulit memutih ( albino ) kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia ( berdoa kepada Allah dengan ) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia meohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah )) .
Maka orang itupun mendatangi Uwais dan berkata kepadanya, “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau ini baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka ( mestinya ) engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”, orang itu berkata, “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau ini baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka (mestinya) engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”, Orang itu berkata, “Engkau bertemu dengan Umar?”, Uwais menjawab, “Iya”, orang itu berkata, “Mohon ampunlah kepada Allah untuk Umar” . Lalu orang-orangpun mengerti apa yang terjadi lalu iapun pergi (menyembunyikan diri ) .
Usair berkata : " Aku memberinya kain Burdah untuk menutupi tubuhnya . Maka setiap ada orang yang melihatnya ia berkata : Darimanakah Uwais memperoleh burdah itu?".
Dalam riwayat Al-Hakim (Al-Mustadrok 3/456 no 5720)
قال : ما أنا بمستغفر لك حتى تجعل لي ثلاثا . قال : وما هن ؟ قال : لا تؤذيني فيما بقي ، ولا تخبر بما قال لك عمر أحدا من الناس ، ونسي الثالثة .
Uwais berkata, “Aku tidak akan memohonkan ampunan kepada Allah untukmu hingga engkau melakukan untukku tiga perkara” . Ia berkata, “Apa itu?”. Uwais berkata, “Janganlah kau ganggu aku lagi setelah ini , janganlah engkau memberitahu seorangpun apa yang telah dikabarkan Umar kepadamu” dan Usair (perowi) lupa yang ketiga.
Dalam Musnad Ibnul Mubarok 1/19 no. 34 :
Dalam Tarikh Dimashqi karya Ibnu Asaakir 9/443 :
Abu Muhammad bin Shaid berkata : " semua sanad hadits Uwais adalah sahih , para perawin tsiqoot telah meriwayatkannya dari para perawi tsiqoot juga ". ( Lihat : Tarikh Dimashqi karya Ibnu Asaakir 9/443 ).Kesimpulan :
- Rosulullah SAW menyatakan bahwa Uwais adalah sebaik-baiknya Tabiin , artinya beliau mengakui akan kesalihannya.
- Rosulullah SAW mengkabarkan bahwa doa Uwais mustajab , sabda beliau ini umum artinya doa apa saja , akan tetapi beliau menyuruh Umar jika bertemu dengannya hanya dianjurkan agar ia memintakan ampunan kepada Allah untuknya . Dan Umar pun melakukannnya sesuai pesan Nabi SAW , yaitu hanya memintakan ampunan . Begitu pula yang dilakukan oleh selain Umar setelah mendengar informasi darinya. Tidak ada riwayat yang menyebutkan ada seseorang yang minta didoakan selain ampunan .
Keikhlasan Uwais dalam beribadah kepada Allah SWT tidak ada manusia yang mengetahuinya kecuali Rosulullah SAW setelah Allah SWT mewahyukan padanya . Uwais kabur dan menyembunyikan diri ketika dirinya mulai di kenal dan orang-orang mulai berdatangan karena ingin didoakan ampunan kepada Allah.
Uwais tidak suka popularitas karena itu akan merusak keikhlasannya dalam beribadah kepadaNya . Maka orang yang betul-betul ikhlas membenci popularitas .
Dengan kisah dua orang saleh di atas semoga bisa di jadikan teladan bagi kita semua di dalam mengikhlaskan amal saleh kita , dan semoga kita semua di beri oleh Allah Ta'ala kekuatan dan kemampuan dalam menapak tilasinya . Amiiin !
0 Komentar