KISAH MASUK ISLAM-NYA SHOFWAN BIN UMAYYAH & DAHSYATNYA KELEMBUTAN HATI ROSULULLAH ﷺ

SEORANG MUSYRIK PENJAHAT PERANG PEMBENCI ROSULULLAH SAW YANG LULUH LANTAK HATINYA SETELAH MENYAKSIKAN AKHLAK BELIAU SAW YANG AGUNG.
DAHSYATNYA KELEMBUTAN HATI ROSULULLAH SAW TERHADAP PENJAHAT PERANG YANG SUDAH TIDAK BERDAYA

 
SEORANG MUSYRIK PENJAHAT PERANG PEMBENCI ROSULULLAH SAW YANG LULUH LANTAK HATINYA SETELAH MENYAKSIKAN AKHLAK BELIAU SAW YANG AGUNG.

Ditulis Oleh: Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

25 NOV 2020

Kisah Masuk Islamnya Shofwan bin Umayyah RA

*******

بسم الله الرحمن الرحيم

****
Barang kali Shofwan Bin Umayyahh ini termasuk dalam kategori yang disebutkan oleh Anas bin Malik:

إنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُرِيدُ إلا الدُّنْيَا، فَمَا يُسْلِمُ حَتَّى يَكُونَ الإسْلامُ أحبَّ إلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَ

Artinya: “Sungguh dulu ada seseorang yang masuk Islam dan tujuannya hanyalah untuk mendapat harta duniawi, maka tidaklah ia masuk Islam hingga akhirnya Islam lebih ia cintai daripada dunia dan seisinya” (HR Muslim no 2312)

Dan Shofwan bin Umayyahh mengakui sendiri, beliau berkata:

وَاللهِ لَقَدْ أعْطَانِى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أعْطَانِى، وَإِنَّهُ لأبْغَضُ النَّاسِ إلَىَّ، فَمَا بَرِحَ يُعْطِينِى حَتَّى إنَّهُ لأحَبُّ النَّاسِ إلَىَّ

“Demi Allah! Rasulullah SAW telah memberikan kepadaku apa yang ia berikan, padahal ia adalah orang yang dulunya paling aku benci. Namun beliau terus-menerus memberikan pemberiannya kepadaku hingga akhirnya beliau menjadi orang yang paling aku cintai”. (HR Muslim no 2313)

SHOFWAN BIN UMAYAH, KEBENCIAN BERUBAH MENJADI CINTA:

Shofwan bin Umayyahh adalah putra dari Umayyahh bin Khalaf, salah satu tokoh Quraisy. Umayyahh bin Khalaf sendiri adalah pembesar Quraisy yang luar biasa bencinya kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana tokoh-tokoh yang lain seperti Abu Jahal, ‘Uqbah bin Abi Mu’aith, dua bersaudara ‘Uthbah dan Syaibah bin Rabi’ah, Al Walid bin Mughirah, dll.

Umayyahh, ayah dari Shofwan RA dicatat dalam sejarah sebagai penyiksa Bilal bin Rabah RA. Kekejamannya pada hari itu akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Kebenciannya terhadap Islam dan kebengisannya berakhir di Perang Badar bersama kawan-kawan seangkatannya.

DENDAM YANG MEMBARA:

Sejak peristiwa terbunuhnya Umayyahh di Perang Badar, tertanam dendam kesumat di hati sang anak, Shofwan. Setahun berselang, para putra mahkota tokoh-tokoh Quraisy ini ingin melampiaskan pembalasannya di Perang Uhud. Putra-putra Quraisy ini seperti Khalid bin Walid, Ikrimah bin Abi Jahal, Abu Sufyan, dan lain-lain yang semuanya ingin membalaskan dendam orang tua atau saudaranya yang terbunuh. Tak luput pula Shofwan turut serta.

Dendam kesumat ini terus tumbuh dan mengakar di hatinya hingga Makkah ditaklukkan.
Artinya, kebenciannya kepada Islam telah terhitung kurang lebih 21 tahun sejak Rasulullah mendeklarasikan kenabian. Dalam peristiwa Fathu Makkah ini sebetulnya Shofwan bin Umayyahh masuk dalam daftar 10 nama yang diburu, dinyatakan halal darahnya oleh Rasulullah SAW. Beruntung Shofwan dimintakan amnesti oleh Umair bin Wahb RA, kawan lamanya.

Shofwan bin Umayyah bin Khalaf RA tidak jauh berbeda dengan Ikrimah bin Abi Jahl RA. Ayahnya adalah salah seorang penentang terkeras terhadap Rasulullah SAW, dan dia salah satu dari mereka yang terbunuh di perang Badar, dan Shofwan bin Umayyahh mewarisi kebencian ini dari ayahnya terhada Islam dan kaum Muslimiin.

Dia memerangi Rosulullah SAW dengan mengerahkan segala kemampuannnya, dan dia termasuk di antara pasukan kaum musyrikin Quraisy yang memutar balik menyerang dari arah belakang pasukan umat Islam dalam Pertempuran Uhud, bersama dengan Khaled bin Al-Walid.

Dan dia sangat berpartisipasi dalam membunuh tujuh puluh para syuhada Uhud.

Dia juga berpartisipasi dalam perang Ahzaab, dan dia adalah salah satu dari mereka yang berpartisipasi dalam operasi pertempuran di dalam kota Mekkah saat penaklukan.

Shofwan bin Umayyahh telah mengatur upaya untuk membunuh Rasulullah SAW dan upaya ini antara dia dan sepupunya Umair bin Wahb, dan pada saat itu dia masih seorang kafir. Dan di dalamnya Shofwan bin Umayyah berjanji kepada Umair bin Wahb untuk menanggung biaya anak-anaknya atas namanya dan melunasi hutangnya atas namanya, sebagai imbalan Umair membunuh Rasulullah SAW.

Namun, usahanya gagal, ketika Umair bin Wahb RA masuk Islam di Madinah setelah Rasulullah SAW menceritakan kepadanya tentang apa yang terjadi antara dia dengan Shofwan di Hijir Ismail Ka’bah.

KISAH MASUK ISLAMNYA SHOFWAN INI:
SANGAT BERKAITAN ERAT DENGAN PERJUANGAN UMAIR BIN WAHB, SAHABAT LAMANYA.

Supaya ceritanya nyambung akan saya ceritakan secara singkat asal usul masuk islamnya Umair Bin Wahab RA ini:

Diceritakan oleh Ibnu Hisyam dalam Tarikhnya: Pada Suatu hari setelah menderita kekalahan di perang Badar, Umair berkunjung ke Hijr. Beliau bertemu dengan salah seorang pentolan Quraisy yang sama-sama membenci dakwah Rasulullah SAW, yaitu Shofwan bin Umayyahh. Keduanya duduk bersama membahas tentang korban yang terbunuh dan pasukan Quraisy yang berakhir sebagai tawanan perang.

Shofwan berucap,

"والله ما في العيش بعدهما خير"

“Demi Tuhan, tidak ada kebaikan dalam hidup setelah kematian mereka”.

Umair menyahut,

صدقت، ووالله لولا دَين عليَّ لا أملك قضاءه، وعيال أخشى عليهم الضيعة بعدي؛ لركبت إلى محمد حتى أقتله، فإن لي عنده علة أعتل بها عليه، أقول: قدمت من أجل ابني هذا الأسير

“Demi Tuhan, Anda benar. Jika saja aku tidak memiliki utang yang harus aku bayar dan kekhawatiran akan kemiskinan yang akan menimpa keluargaku sepeninggalku, tentu aku akan pergi menemui Muhammad dan membunuhnya. Sesungguhnya aku punya alasan untuk itu, mereka telah menawan putraku”.

Shofwan kemudian mengajukan tawaran.

عليَّ دَينك، أنا أقضيه عنك، وعيالك مع عيالي أواسيهم ما بقوا

“Aku akan melunasi utangmu. Dan menanggung seluruh kebutuhan hidup keluargamu. Tidak ada yang mengahalangi dan melemahkanku untuk membiayai mereka”.

Umair menyepakati tawaran tersebut dan ia meminta agar pertemuan diatara kedua nya tidak diumbar ke publik agar tidak ada yang tau soal rencana busuk mereka berdua.

Maka Umair berkata:

إذًا فاكتم شأني وشأنك

“ Kalau begitu, rahsiakanlah urusanku dan urusanmu ini!” pinta Umair.

Shofwan menjawab: “Baik, akan aku lakukan”.

Umair mulai mengasah dan melumuri pedangnya dengan racun. Kemudian ia memacu kudanya menuju Madinah. Saat itu Rasulullah bersama Umar bin Khattab dan beberapa Sahabat tengah singgah di sebuah masjid. Mereka sedang membicakan soal perang Badar dan bagaimana heroiknya kemenangan muslimin. Tiba – tiba Umar melihat seseorang menenteng sebilah pedang hampir mendekati pintu utama masjid. Umar mengetahui sosok yang satu ini. Dia adalah Umair gembong Quraisy yang acap kali menyusahkan umat Islam.

Umar segera melapor kepada Rasulullah SAW,

يا نبي الله، هذا عدو الله"عمير بن وهب"، قد جاء متوشحًا سيفه

“Wahai Nabiyullaah, ini si musuh Allah Umair bin Wahab telah datang dengan membawa sebilah pedangnya”.

Rosulullah SAW berkata:

"أدخله عليَّ"

“Biarkan ia masuk untuk menemuiku” ucap Rasulullah.

Umar pun segera melaksanakan titah beliau. Sebagai orang yang mengetahui seluk beluk Umair, Umar bin Khattab begitu ketat menjaga setiap gerak geriknya. Saking hawatirnya, Umar meletakan sarung pedangnya di leher Umair sambil membawanya masuk.

Kemudian Rasul berkata,

"دعه يا عمر، ادنُ يا عمير"

“Lepaskan dia wahai Umar, mendekat lah wahai Umair!”.

Umar pun segera menuruti perintah Rasul sambil tetap berjaga – jaga.

“An’imuu Shobaahan / أنعموا صباحًا ”, salam Umair mengawali perbincangan.

Ini adalah ungkapan salam khas masyarakat Jahiliah.

Rasululullah SAW berkata,

قد أكرمنا الله بتحية خير من تحيتك يا عمير، بالسلام تحية أهل الجنة

“Allah telah memuliakan kami dengan ucapan salam yang lebih mulia dari itu. Yaitu ucapan salam para ahli surga”.

Umair menjawab:

أما والله يا محمد، إن كنت بها لحديث عهد.

Adapun itu wahai Muhammad, engkau juga masih baru-baru ini mengucapkannya

Rasululullah SAW bertanya:

فما جاء بك يا عمير؟

“Apa tujuanmu kedatanganmu kemari wahai Umair?”.

Umair menjawab,

جئت لهذا الأسير الذي في أيديكم

“Aku datang untuk putraku yang ditawan, perlakukanlah dia dengan baik”.

Rasulullah SAW merespon,

فما بال السيف الذي في عنقك؟

“Lalu untuk apa sebilah pedang yang kamu bawa itu?”.

Umair berkata:

قبحها الله من سيوف، وهل أغنت عنا شيئًا؟

“Semoga Allah menghinakan pedang ini. Apa ada hal lain yang anda inginkan dari kami?”

Rasulullah SAW bertanya lagi,

اصدقني يا عمير، ما الذي جئت له؟

”Jujurlah wahai Umair, apa yang membuatmu datang kemari?”.

Umair berkata:

ما جئت إلا لذلك

“Tidak ada apa apa, hanya itu yang aku inginkan”, sangkal Umair.

Lalu Rasulullah SAW membongkar rahasia Umair yang telah dirahasiakan rapat – rapat:

بل قعدت أنت وصفوان بن أمية في الحجر، فذكرتما أصحاب القَلِيب من قريش، ثم قلت: لولا دَين عليَّ، وعيال عندي لخرجت حتى أقتل محمدًا، فتحمل لك صفوان بدَينك وعيالك على أن تقتلني له، والله حائل بينك وبين ذلك

“Kamu duduk bersama Shofwan bin Umayyahh di Hijr, kalian berdua membicarakan korban perang Badar dari suku Quraisy. Lalu kamu berkata, jika bukan karena utangku dan keluargaku, tentu aku telah pergi untuk membunuh Muhammad. Kemudian Shofwan bersedia menanggung seluruh utangmu dan keluargamu asal kamu bisa membunuhku. Sesungguhnya Allah menjadi penghalang antara dirimu dengan tujuanmu itu”.

Mendengar penjelasan Rasulullah, Umair kaget. Padahal Umair yakin bahwa tidak ada yang mengetahui rencananya itu kecuali Shofwan.

Berawal dari peristiwa itu, Umair samakin meyakini keberadaan Allah Swt dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Beliau mengucap dua kalimat syahadat di depan Rasullah.

Rosulullah SAW berkata:

فقهوا أخاكم في الدين، وأقرئوه القرآن، وأطلقوا له أسيره

“Ajarkanlah agama Islam kepada saudara kalian ini, bacakanlah Al Qur’an dan lepaskan tawanannya”.

Para sahabat segera melaksanakan perintah Rasulullah SAW. Mereka menyambutnya dengan penuh suka cita.

Bagaimana tidak, seorang pilar utama musyrikin Quraisy kini telah bergabung menjadi bagian dari mereka.

Kemudian Umair RA bercerita kepada Nabi SAW,

"يا رسول الله، إني كنت جاهدًا على إطفاء نور الله، شديد الأذى لمن كان على دين الله - عز وجل - وإني أحب أن تأذن لي فأقدم مكة، فأدعوهم إلى الله - تعالى - وإلى رسوله، وإلى الإسلام؛ لعل الله يهديهم، وإلا آذيتهم في دينهم، كما كنت أوذي أصحابك في دينهم"

“Ya Rosulullah, Sesungguhnya dulu aku adalah orang yang paling rajin untuk mematikan cahaya agama Allah, sangat keras terhadap mereka yang menyembah Allah. Maka aku ingin menebus kesalahanku dengan berdakwah di Makkah. Semoga saja orang – orang Makkah mau menerima agama Islam”.

Kemudian dia berkata:

"والله لا أدع مكانًا جلست فيه بالكفر، إلا جلست فيه بالإيمان"

Demi Allah, tidak ada tempat yang dulu aku duduk membicarkan kekufuran, kecuali aku duduk di tempat tsb untuk meningkatkan keimanan “.

Rasulullah SAW mengizinkan Umair RA untuk berdakwah di Makkah.

Salah satu riwayat dalam kitab Tarikh Tabari mengisahkan bahwa dakwah Umair berbuah manis. Banyak masyarakat Makkah yang tertarik dengan Islam kemudian bersyahadat. Sementara Shofwan bin Umayyahh berjanji tidak akan berbicara lagi dengan Umair setelah mengetahui Umair telah berikrar kepada Rasulullah SAW.

Umar bin al-Khoththob berkata:

"والذي نفسي بيده، لخنزير كان أحبَّ إليَّ من عمير حين طلع علينا، ولهو اليوم أحبُّ إليَّ من بعض ولدي".

Demi Dzat yang jiwaku di tangannya, dulu binatang babi lebih aku sukai dari pada ‘Umair ketika dia muncul pada kami, namun sekarang dia lebih aku cintai dari sebagian anak-anak ku “.

SEKARANG KITA KEMBALI KE KISAH SHOFWAN BIN UMAYYAHH RA.

========

SAAT PENAKLUKAN KOTA MEKKAH:

Hari-hari telah berlalu, dan pada tgl 8 Ramadlan tahun 8 H tejadi PENAKLUKAN KOTA MEKKAH, maka Shofwan ibn Umayyahh melarikan diri, dan dia tidak menemukan tempat untuknya di Makkah al-Mukarramah, dan dia tahu bahwa dia tidak akan diterima di manapun di Jazirah Arab. Sementara agama Islam telah menyebar kemana-mana, akhirnya dia memutuskan untuk menceburkan dirinya ke laut untuk mati, lalu Shofwan pergi ke Laut Merah bersama seorang budak yang bernama YASAR, dan tidak ada orang lain yang bersamanya sampai dia mencapai Laut Merah.

Dia berada mengalami tekanan psikologis yang paling parah. Tiba-tiba Shofwan melihat dari jauh ada salah satu orang mengikutinya, dan dia ketakutan, dan berkata kepada budaknya:

ويحك! انظر من ترى؟

Celaka! Perhatikan coba siapa yang kamu lihat?

Budak laki-laki itu berkata:

هذا عمير بن وهب.

Itu adalah UMAIR BIN WAHB.

Shofwan berkata:

وماذا أصنع بعمير..؟! والله ما جاء إلا يريد قتلي، فهو قد دخل في الإسلام، وقد ظاهر محمدا عليَّ.

Apa yang harus saya lakukan dengan Umair..?! Demi Allah, dia tidak sekali-kali datang melainkan dia ingin membunuhku, karena dia telah masuk Islam, dan Muhammad sedang berjaya di atas ku.

Umair bin Wahb RA pun menyusul Shofwan bin Umayyahh, lalu Shofwan berkata kepadanya:

يا عمير، ما كفاك ما صنعتَ بي! حمَّلتني دَيْنَك وعيالَكَ، ثم جئتَ تريد قتلي

Hai Umair, apa belum cukup bagimu terhadap apa yang telah kamu lakukan padaku! Saya sudah rela menanggung beban hutang kamu, lalu kamu datang berkeingin untuk membunuh saya ?

Dia berkata:

أبا وهب، جُعِلْتُ فِدَاكَ..! قد جِئتُكَ من عِنْدِ أَبَرِّ الناس، وأوصل الناس.

Abu Wahb, saya telah menjaminkan diriku untuk mu...! Saya datang kepadamu dari sisi orang yang paling saleh, dan penyatu umat manusia.

Umair bin Wahb sungguh telah melihat sepupunya, yang juga teman lamanya, Shofwan melarikan diri dari Mekah, lalu dia memisahkan diri darinya, dan Umair merasa kasihan padanya, maka dia bergegas ke Rasulullah SAW, Dan dia berkata kepadanya:

يا رسول الله، سيِّد قومي خرج هاربًا ليقذف نفسه في البحر، وخاف ألاَّ تُؤَمِّنَهُ، فداك أبي وأمي.

Ya Rasulullah, pimpinan kaumku pergi melarikan diri untuk menceburkan dirinya ke laut, dan dia takut engkau tidak memberikan keamanan kepada dia. Ku jaminkan Ayahku dan ibuku kepadamu!.

Lalu Rosulullah SAW berkata:

«قَدْ أَمَّنْتُهُ»

"Aku telah menjamin keamanan untuk nya ( Amnesti / suaka politik )."

Penulis katakan: Demikian lah. Dan ini persis seperti yang pernah Rosulullah SAW lakukan terhadap Ikrimah bin Abu Jahal, teman Shofwan.

Ini bukanlah kejadian-kejadian yang di rekayasa yang mudah cepat berlalu, akan tetapi ini adalah sebuah manhaj, karakter dan gaya hidup Rosulullah SAW.

Lanjut:

Umair bin Wahb RA berkata kepada Shofwan:

إن رسول الله قد أمَّنَكَ.

Sesungguhnya Rosulullah SAW telah menjamin keamanan untuk mu ( memberikan suaka politik padamu ).

Shofwan ketakutan, dan berkata:

لا -والله- لا أرجع معك حتى تأتيني بعلامةٍ أعرفها.

Tidak - demi Allah - aku tidak akan kembali bersamamu sampai kamu datang kepadaku dengan membawa tanda yang meyakinkan ku.

Umair bin Wahb kembali kepada Rasulullah SAW dan dia berusaha keras untuk berjalan secepat mungkin dari Laut Merah ke Makkah, yang jaraknya kira-kira delapan puluh kilometer sekali jalan!

Umair RA berkata kepada Rasulullah SAW:

يا رسول الله، جئتُ صفوانَ هاربًا يريد أن يَقْتُلَ نفسه، فأخبرته بما أَمَّنْتَهُ، فقال: لا أرجع حتى تأتيني بعلامة أعرفها.

“ Ya Rasulullah, saya datang ke Shofwan, seorang buronan yang ingin bunuh diri, lalu Saya mengatakan kepadanya bahwa engkau telah menjamin keamanannya, tapi dia berkata: Saya tidak akan kembali sampai kamu mendatangkan kepada saya sebuah tanda yang meyakinkannya “.

Rosulullah SWA berkata dengan perkataan yang menunjukkan puncak kelapangan dadanya:

«خُذْ عِمَامَتِي إِلَيْهِ»!

"Bawalah sorbanku ini kepadanya."

Kemudian Umair mengambil sorban tsb, dan pergi ke Shofwan bin Umayyah, hingga dia sampai kepadanya, lalu menunjukkan kepadanya sorban dan berkata kepadanya:

يا أبا وهب، جئتك من عند خير الناس، وأوصل الناس، وأبرِّ الناس، وأحلم الناس، مجده مجدك، وعِزُّه عزك، ومُلْكُهُ مُلْكُكَ، ابنُ أمِّك وأبيك، أُذكِّرك اللهَ في نفسك.

“ Hai Aba Wahb, aku datang kepadamu dari manusia yang terbaik, yang paling suka menghubungkan tali silaturrahmi orang-orang, yang paling suka berbuat baik, yang paling lembut hatinya, kemuliaannya adalah kemuliaanmu, dan kehormatannya adalah kehormatanmu, kekuasaan nya adalah kekuasaan mu juga, dia adalah anak dari ibumu dan ayahmu, aku mengingatkanmu tentang Allah pada dirimu.

Shofwan berkata kepadanya dalam kondisi pada puncak kelemahan:

أخافُ أن أُقتل!

“ Saya takut dibunuh “.

Umair berkata: 

قد دعاك إلى أن تدخل في الإسلام، فإن رضيت وإلا سَيَّرك شهرين!

 “ Beliau telah mengajak mu untuk masuk Islam, dan itupun jika kamu mau, tapi jika kamu tidak mau, maka beliau memberi kesempatan kepada mu untuk berfikir selama dua bulan “.

Penulis katakan: Coba kita perhatikan tawaran murah hati dari Rasulullah SAW ini!. Jika Shofwan mau masuk Islam, kasusnya akan berakhir, dan dia akan memperoleh hak-hak yang diperuntukkan bagi kaum Muslim dan dia terbebas dari beban yang pernah dia timpakan kepada kaum Muslim, dan jika dia ingin mengambil dua bulan penuh untuk mempertimbangkan masuk islam atau tidaknya, maka dia dalam jaminan keamanan!

Lanjut:

Lalu Shofwan bin Umayyahh pulang ke Makkah bersama Umair bin Wahb hendak menghadap kepada Rasulullah SAW, dan masuk al-Haram, saat itu Rasulullah SAWsedang sholat bersama orang-orang sholat Ashar. Lalu mereka bedua berdiri menunggu Rosulullah selesai sholat.

Lalu Shofwan bertanya kepada Umair bin Wahb: 

كم تُصلون في اليوم والليلة؟

 Berapa kali sholat siang dan malam?

Dia menjawab: 
 
خمس صلوات.
 
 Lima kali sholat.

Dia bertanya:

يصلي بهم محمد؟

Muhammad sholat dengan mereka?

Dia menjawab: نعم / Ya.

Ketika Rasulullah SAW mengucapkan salam dan menyelesaikan sholatnya, Shofwan berteriak menyapa Nabi SAW dari kejauhan:

يا محمد، إن عمير بن وهب جاءني بعمامتك، وزعم أنك دعوتني إلى القدوم عليك، فإن رضيتُ أمرًا وإلا سَيَّرْتَنِي شهرين.

Hai Muhammad!, Umair bin Wahb mendatangi saya dengan sorban Anda, dan mengklaim bahwa Anda mengundang saya untuk datang kepada Anda. Dan menawarkan pilihan, Jika saya ridho terhadap suatu perkara ( Yakni masuk Islam ), jika tidak maka saya akan di kasih waktu untuk berfikir selama dua bulan.

Maka Rosulullah SAW menjawab dengan jawaban yang lembut dan penuh kemudahan:

«انْزِلْ أَبَا وَهْبٍ»

“Turunlah, Abu Wahb! “.

Penulis katakan: Coba perhatikan! Beliau SAW memanggilnya dengan menyebut Kunyah nya, sebuah panggilan yang paling di sukai oleh orang arab. Sementara Showan sendiri memanggil Rosulullah SAW dari kejauhan: “ Hai Muhammad! “.

Lanjut:

Shofwan menjawab dengan ketakutan:

لا - والله - حتى تُبيِّن لي!

Tidak - demi Allah - sampai kau menjelaskannya padaku!

Rosulullah SAW berkata:

«بَلْ تَسِيرُ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ»!

"Bahkan Sebaliknya, aku kasih waktu untuk mu empat bulan."

Dan Rasulullah SAW memang benar-benar membebaskan Shofwan bin Umayyah empat bulan penuh untuk berpikir...!

SAAT PERANG HUNAIN:

Tidak lama kemudian setelah penaklukan kota Makkah terjadilah perang HUNAIN pada tanggal 13 Syawal tahun 8 Hijriah.

Ketika Rasulullah SAW hendak pergi ke Hunain untuk berperang beliau membutuhkan persenjataan tambahan seperti baju besi, panah dan senjata lainnya. Kebetulan di Makkah terdapat para pedagang Senjata, pimpinannya adalah SHOFWAN BIN UMAYYAHH dan Naufal bin al-Haarits bin Abdul Muththolib, mereka adalah pedagang senjata terkenal di Makkah dan mereka saat itu masih musyrik, belum masuk Islam.

Namun demikian, Rasulullah SAW tidak dengan paksa mengambil senjata dari mereka, tetapi meminjamnya dengan harga sewa dan siap mengganti rugi jika ada yang rusak! Beliau tidak memanfaatkan kelemahan mereka dengan sedikit para pengikutnya, padahal Islam di Mekah sudah hampir semuanya kecuali dia.

Awalnya Shofwan bin Umayyahh merasa kahwatir, lalu dia bertanya kepada Rasulullah SAW,

أغصبٌ ، يا محمد؟

"Apakah engkau hendak merampasnya dengan paksa wahai Muhammad?"

Beliau SAW menjawab,

"بَلْ عَارِيَةٌ مَضْمُونَةٌ"

"Tidak, tapi sewa yang bergaransi."

Kisah tersebut Sebagamana diriwayatkan oleh Abu Daud dari Shofwan bin Umayyah : 

 أنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم استعار منه أدراعًا يومَ حُنَيْنٍ، فقال: أغَصْبٌ يا مُحمَّدُ؟ فقال: لا، بل عاريَّةٌ مَضمونةٌ.

 Bahwasannya Rasulullah SAW pernah meminjam darinya beberapa baju besi sewaktu perang Hunain. Ia bertanya : “Apakah ini rampasan ya Muhammad ?”. Maka beliau menjawab : “Tidak, ia pinjaman yang ditanggung” [dibayar] [HR. Abu Dawud no. 3562; dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahiihah no. 631].

Dan Shofwan pun pergi bersama kaum muslimin ke medan perang Hunain untuk mengurus senjatanya, dan pasukan kaum muslimin terkalahkan terlebih dahulu, kemudian kekalahan itu diikuti dengan kemenangan yang luar biasa.

Shofwan menyaksikan Kaum Muslimin mengumpulkan harta rampasan perang ( غنائم ) yang belum pernah didengar oleh orang Arab sebelumnya, dan Rasulullah SAW melakukan apa yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pemimpin dalam sejarah umat manusia. Saat Beliau SAW berdiri membagi semua rampasan - sebanyak itu! - untuk para prajurit tanpa menyimpan apapun untuk dirinya sendiri!

Dan Nabi SAW memberikan para mu’allaf dari umat Islam unta dan domba yang sangat banyak, dan para muallaf benar-benar telah mendapatkan kekayayaan yang melimpah ruah yang membuat pikiran mereka tercengang

Bahkan para bangsawan pun rela melepaskan rasa gengsinya dan harga diri nya, dan mereka pergi menghadap Rosuluullha SAW meminta-minta kepadanya agar di kasih bagian, bahkan diantara mereka ada yang melakukannya berkali-kali. Dan Rosulullah SAW tidak pernah menolak orang yang meminta kepadanya.

Diriwayatkan bahwa harta rampasan perang pada perang Hunain mencapai uang perak 4000 uqiyah ( 476.000 gram perak ), unta 24.000, dan domba lebih dari 40.000 domba.

Lihat: “مغازي الواقدي” (1/944), “السيرة النبوية” oleh Ibn Katheer: (3/667), “زاد المعاد”: (3/408).

Para Muallaf yang pertama kali Rosulullah SAW kasih bagian dari harta rampasan perang ( الغنائم ) adalah Abu Sufyan bin Harb 40 Uqiyah perak ( 4.760 gram ) dan 100 ekor unta.

Lalu Abu Sufyan berkata: Buat Anakku Yaziid ? Beliau SAW berkata: “ Kasih lagi dia 40 Uqiyah perak ( 4.760 gram ) dan 100 ekor unta”.

Lalu Abu Sufyan berkata lagi: “ Anakku Muawiyah ?” Beliau SAW berkata: “ Kasih lagi dia 40 Uqiyah perak ( 4.760 gram ) dan 100 ekor unta”,

Dan beliau SAW memberi Hakim bin Hizam 100 ekor unta, lalu dia meminta 100 ekor lagi dan beliau pun SAW memberinya.

Dan beliau SAW memberi Al-Nadhar bin Al-Harith bin Kelda 100 ekor unta,

Dan memberi Al-‘Alaa bin Harithah Al-Tsaqofi 50 ekor unta,

Dan memberi Al-Abbas bin Mirdas 40 ekor unta, lalu dia melantun Syair maka beliau SAW menggenapinya menjadi 100 ekor unta.

Lalu beliau menyuruh Zaid bin Thabit untung menghitung sisa harta rampasan perang dan menghitung jumlah orang, lalu membagikannya kepada mereka, pembagiannya seperti berikut ini: untuk setiap pasukan yang berjalan kaki adalah 4 unta dan 40 domba. Jika dia seorang pasukan berkuda, dia mendapat 12 ekor unta dan 120 domba.

( Lihat: “زاد المعاد” (3/408) dan “الرحيق المختوم” (426).

Sahabat Anas ra bercerita,

مَا سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الإسْلامِ شَيْئًا إلا أعْطَاهُ. قَالَ: فَجَاءَه رَجُلٌ (وفي رواية: أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ ) فَأعْطَاهُ غَنمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ، فَرَجَعَ إلَى قَوْمِهِ، فَقَالَ: يَاقَوْمِ، أسْلِمُوا، فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِى عَطَاءً لا يَخْشَى الْفَقر،وإنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُرِيدُ إلا الدُّنْيَا، فَمَا يُسْلِمُ حَتَّى يَكُونَ الإسْلامُ أحبَّ إلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا

Artinya: “Tidaklah Rasulullah SAW diminta sesuatu –demi untuk masuk Islam- kecuali Rasulullah berikan.

Maka datang seseorang ( dalam riwayat yang lain: Orang ini meminta kepada Nabi SAW kambing sepenuh lembah diantara dua gunung) maka Nabi memberikan kepadanya kambing tsb, lalu iapun kembali kepada kaumnya dan berkata,

“Wahai kaumku, masuklah kalian ke dalam Islam, sesungguhnya Muhammad memberi pemberian tanpa takut kemiskinan sama sekali, Sungguh jika ada seseorang masuk Islam tujuannya hanyalah untuk mendapat harta duniawi, maka tidaklah ia masuk Islam hingga akhirnya Islam lebih ia cintai daripada dunia dan seisinya” (HR. Muslim no. 4276).

BAGAIMANA KELANJUTANNYA DENGAN SHOFWAN BIN UMAYYAHH RA ????

Shofwan RA, beliau Masuk Islam:

Dari kejauhan Shofwan ibn Umayyahh berdiri dengan sedih melihat barang rampasan perang HUNAIN dibagi-bagikan, karena dia masih berada di antara kaum musyrikin, dan dia tidak mendapatkan apa-apa selain hasil dari menyewakan senjata.

Akan tetapi tidak lama kemudian terjadi sesuatu yang mengejutkan hati Shofwan, mengejutkan orang-orang yang menyaksikannya di lokasi tsb dan yang mendengarnya!

Rasulullah SAW tiba-tiba memanggil Shofwan bin Umayyahh, dan memberinya 100 EKOR UNTA, sama seperti dia memberi para pemimpin kuam Muslimin dari orang-orang Mekah!

Tidak akan pernah terbayangkan pada diri Shofwan - sehebat apapun kemurahan hati seseorang atau kedermawanannya - hal seperti ini akan terjadi darinya?!

Dan itu bukanlah akhir kejadian!

Rasulullah, SAW menemukan bahwa Shofwan masih berdiri, memandangi jalan di lereng gunung / شِعْب di Hunain, yang telah dipenuhi unta-unta dan domba-domba. Dia menunjukkan tanda-tanda keheranan dan rasa takjub atas banyaknya binatang ternak,

Lalu Rosulullah SAW berkata kepadanya dengan lembut:

«أَبَا وَهْبٍ، يُعْجِبُكَ هَذَا الشِّعْبُ؟».

"Abu Wahb, apakah syi’b ini membuat mu takjub ?"

Shofwan berkata dengan terus terang: Ya.

Dia tidak bisa menahan diri utk berpura-para menolaknya dan mengingkarinya.. Sungguh Pemandangannya yang sangat mempesona!

Rosulullah SAW berkata dengan entengnya seolah-olah dia mau melepaskan satu atau dua ekor unta:

«هُوَ لَكَ وَمَا فِيهِ»!

“Ini untukmu dan apa yang ada di dalamnya!”

Shofwan benar-benar tercengang dengan ucapan Nabi SAW ini, dan itu semakin memperjelas di depan matanya akan kebenaran yang telah hilang dari dirinya selama bertahun-tahun, dan Shofwan bin Umayyah tidak menemukan pada dirinya kecuali dengan mengatakan:

ما طابت نفس أحد بمثل هذا إلا نفس نبي، أشهد أنه لا إله إلا الله، وأن محمدًا عبده ورسوله

“Tidak ada kepribadian yang sebaik ini kecuali seorang Nabi, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

Di tempat itu juga Shofwan RA langsung masuk Islam!

Dalam Riwayat Imam Muslim dari Ibnu Syihab:

Pasca Perang Hunain, Rasulullah SAW memberikan kepada Shofwan bin Umayyahh bagian ghanimah sebanyak 100 ekor unta, lalu 100 ekor unta lagi, kemudian ditambah 100 ekor unta lagi.

Hingga akhirnya Shofwan bin Umayyahh mengakui sendiri,

وَاللهِ لَقَدْ أعْطَانِى رَسُولُ اللهِ  مَا أعْطَانِى، وَإِنَّهُ لأبْغَضُ النَّاسِ إلَىَّ، فَمَا بَرِحَ يُعْطِينِى حَتَّى إنَّهُ لأحَبُّ النَّاسِ إلَىَّ

“Demi Allah! Rasulullah SAW telah memberikan kepadaku apa yang ia berikan, padahal ia adalah orang yang dulunya paling aku benci. Namun beliau terus-menerus memberikan pemberiannya kepadaku hingga akhirnya beliau menjadi orang yang paling aku cintai”. (HR Muslim no 2313)

Barang kali Shofwan termasuk dalam kategori yang disebutkan oleh Anas bin Malik diatas:

إنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُرِيدُ إلا الدُّنْيَا، فَمَا يُسْلِمُ حَتَّى يَكُونَ الإسْلامُ أحبَّ إلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَ

Artinya: “Sungguh dulu ada seseorang yang masuk Islam dan tujuannya hanyalah untuk mendapat harta duniawi, maka tidaklah ia masuk Islam hingga akhirnya Islam lebih ia cintai daripada dunia dan seisinya” (HR Muslim no 2312)
ALLAHU AKBAR ???

Kebaikan apa yang terjadi pada diri Shofwan, semoga Allah SWT meridloinya..!

Kebaikan apa yang diraih suku Bani Jam’ah ketika pemimpinnya masuk Islam..!

Kebaikan apa yang telah dicapai untuk Mekkah dengan masuk Ilsamnya Shofwan..!

Dan kebaikan apa yang telah dicapai bagi umat Islam, ketika kekuatan pemimpin Mekah yang terkenal Shofwan bin Umayyahh RA, ditambahkan kepada mereka, dan yang kemudian menjadi Muslim yang baik dan menjadi salah satu mujahidin fii sabiilillaah ?

Inilah Manhaj Rosulullah SAW dan manhaj salaf yang shahih dalam berdakwah.

Dan Ini terhadap orang kafir, musyrik dan penjahat perang. Bukan suadara kita yang seiman yang berbeda pendapat!

SELESAI

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم. والحمد لله رب العالمين

KAJIAN NIDA AL-ISLAM



Posting Komentar