Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sekte Ghonaushisme

Tulisan ini adalah sambungan dari: 

SEKTE GHONAUSHISME / الغنوصية nisbat kepada ( Ghonaush / الغنوص  ) di ambil dari bahasa Yunani yang artinya MAKRIFAT. Mereka menganggap bahwa Ilmu Kebatinan adalah sebuah Makrifat yang turun ke hati mereka bercahaya atau wahyu langsung tanpa melalui perantara dan tanpa ada yang mengajarinya.



Sekte-sekte Ghonaushisme ( الغنوصية ) yang lahir dari pemikiran-pemikiran Platonisme moderen seperti Manawisme , Dexhanisme dan Saibah mereka berdiri di atas konsep tarekat-tarekat , rahasia-rahasia keagamaan dan rumus-rumus yang menunjukkan makna-makna yang datang terhimpun dari para pemeluk selain sekte ghonaushisme .

Seluruh sekte-sekte ini telah mengamalkan serta mempraktekan faham seperti ini , begitu pula sekte kebatinan , termasuk di dalamnya praktek menyembunyikan rahasia-rahasia yang berkaitan dengan perkara-perkara akidah dari orang-orang awam.

Hal-hal seperti ini betul-betul di manfaatkan oleh orang-orang Yahudi , mereka sangat peka dan tanggap terhadap madzhab-madzhab filsafat yang pernah menyebar di dunia masa lalu , dan ini pula yang telah mengguncang pondasi-pondasi agama mereka, oleh karena itu mereka telah berusaha mengukuhkan dua konsep berikut ini :

  1. Menegakkan argument – argument filsafat terhadap keabsahan agama secara umum .
  2. Mentakwil riwayat-riwayat ilmu agama dengan kemasan yang nampak tidak berlawanan dengan filsafat .
Berangkat dari dasar ini tumbuhlah pada kalangan Yahudi Iskandariah sekelompok orang yang berhaluan konsep ini di dalam melakukan proses asimilasi dan perpaduan . Setelah itu datang seseorang yang bernama Faylon Yahudi Iskandariah , maka dia menghimpun serta menyusun pemikiran-pemikiran para pakar filsafat dari kaumnya , akan tetapi dia tidak mampu memilah-milah dan memurnikan pemikiran-pemikiran tsb dari kotoran-kotoran akibat perpaduan dan asimilasi , dan dia tidak menghimpunnya dalam satu system atau menghilangkan hal-hal yang kontradiksi . ( Baca : Tarikhul Fikril 'Arobi karya DR. Umar Faroukh hal. 131 ).

Kebanyakan topik pembicaraan dan muatan filsafat Faylon berkisar pada hal-hal berikut ini :

  • Sekitar syarah atau penjabaran kitab Tauret dengan syarah romzi ( uraian yang bersifat simbolik ) , umpanya kata ibu " Hawa" adalah kiasan dari perasaan . Kata binatang " ular " yang di gunakan iblis untuk masuk syurga adalah kiasan dari kelezatan .
  • Pengingkaran sifat-sifat Allah . Dan sesungguhnya Faylon Yahudi ini telah meniadakan semua sifat-sifat dari Allah yang di sebutkan dalam kitab Taurat . Maka menurut pandangannya Allah SWT tidak mungkin berhubungan dengan Alam , oleh karena itu menurutnya yang pertama kali di ciptakan adalah kalimat ( firman ) , dan firman ini menurut Faylon adalah " Putra Pertama bagi Allah " . Dan adapun Alam maka ia adalah Putra kedua bagi Allah . Dan di karenakan sesungguhnya manusia itu tidak mampu berhubungan dengan Allah secara langsung maka Allah menjadikan Firman ( kalimat ) dan para malaikat sebagai ahli syafaat untuk umat manusia dalam bertawassul dengannya atau menjadikannya sebagai perantara-perantara kepada Allah . ( Baca : Tarikhul Fikril 'Arobi karya DR. Umar Faroukh hal. 131 dan 132 ).
Dan dengan sebab adanya filsafat ini muncullah di kalangan Yahudi sebuah aliran baru yang di sebut " Qabaaliyah " atau yang di kenal pula dengan sebutan " Kabaala " di nisbatkan kepada kitab " Qabaalah ". Sebuah kitab yang tertulis di dalamnya Takwil rahasia dan tersembunyi terhadap kalimat-kalimat yang terdapat dalam kitab Taurat . Topik-topik pembahasannya yang paling penting adalah rahasia pengajaran-pengajaran dan kemungkinan membuka serta memecahkan rahasia simbol-simbol , sandi-sandi atau rumusan kitab Taurat , begitu juga simbol bilangan-bilangan dan huruf-huruf . ( Baca : Al-Mu'jamul Falsafi karya DR. Jamil Shalbiya jilid 2 ).

Dan berangkat dari sini serta berjalan di atas haluannya telah muncul pula "Origanus" pemeluk kristen , murid Faylon , dan dia adalah orang yang pertama kali menafsiri kitab Injil dengan tafsir romzy ( simbolik dan rumusan ) mengikuti jejak konsep gurunya Faylon dan konsep Platonisme moderen .  Dan setiap orang yang meneliti dengan seksama terhadap tafsir ini terkadang menemukan adanya makna yang sangat pelik dan samar-samar , padahal yang di tafsirinya itu adalah masalah-masalah yang sederhana dan nasehat-nasehat yang sangat jelas dan gamblang . ( Lihat : Dairotul Ma'arif karya Al-Muallim Petrus al-Bustany 4/65-66 ).

Di bawah bimbingan Abu Haitsam Fakhry

Posting Komentar

0 Komentar