HADITS “JIKA RAMADHAN DATANG SYEITAN-SYEITAN DI BELENGGU”
APAKAH BERMAKNA HAKIKI? DAN APAKAH SEMUA SETAN?
<< DOWNLOAD PDF >>
Di Susun oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
===
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَىٰ رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ . أَمَّا بَعْدُ:
PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG MAKNA SYEITAN DIBELENGGU
Ada perbedaan pendapat para ulama ketika adatang bulan Romadhan, yaitu mengenai hal-hal berikut ini:
Apakah lafadz hadits “Syeitan-Syeitan Di belenggu” itu bermakna yang sebenarnya atau hanya sebatas kiasan?
Apakah Semua Syeitan di belenggu atau hanya syeitan-syeitan yang paling kuat durhakanya?
Sebelum menyebutkan perbedaan pendapat tsb, kita sebutkan terlebih dahulu hadits-hadits yang berkenaan denga hal-hal tsb:
Dalam hal ini Ada perbedaan riwayat dan lafadz hadits. Sebagian ada yang menyebutkan semua syeithan secara mutlak di belenggu dan ada pula yang menyebutkan hanya syeitan-syeithan yang paling kuat durhakanya saja yang di belenggu pada saat Ramadhan tiba. Berikut ini riwayat-riwayat hadits tsb:
====RIWAYAT BAHWA YANG DIBELENGGU ITU SEMUA SYEITAN:
Pertama:
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
"Bila bulan Ramadlan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan pun dibelenggu." ( HR. Bukhori No. 1765, 1766 dan Muslim No. 1794, 2070 )
Kedua:
Dari Abu Hurairah RA berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda:
( إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ )
‘Apabila bulan Ramadhan datang, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahanam ditutup dan setan-setan dibelenggu”. HR. Al-Bukhari, no. 1800, 3277 dan Muslim no. 1079 )
Ketiga:
Dan Abu ‘Awanah dalam Musnad nya 4/7 No. 2172 dengan redaksi:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
Keempat:
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata: ““Ketika datang bulan Ramadhan Rasulullah saw. bersabda:
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا قَدْ حُرِمَ
‘Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, padanya Allah mewajibkan kalian shaum, padanya pintu-pintu surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dan barangsiapa tidak mendapati malam itu maka ia telah kehilangan pahala seribu bulan.”
HR. Ahmad No. 9493, Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf, 2/270, No. 8867; Abd bin Humaid, Musnad Abd bin Humaid, 1/418, No. 1429 danIshaq bin Rahawaih, Musnad Ishaq bin Rahawaih, 1/73 No. 1
====
RIWAYAT BAHWA YANG DIBELENGGU ITU HANYA SYEITAN YANG PALING DURHAKA:
Pertama:
Dari Abu Hurairah RA, dalam lafadz riwayat lain terdapat kata “مردة”. Beliau berkata: “Ketika datang bulan Ramadhan Rasulullah saw. bersabda:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ ، وَتُغَلَّقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan puasanya atas kalian, padanya pintu-pintu langit di buka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan yang PALING DURHAKA dibelenggu, dan Allah memiliki satu malam padanya yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalangi kebaikannya maka sungguh ia telah benar-benar terhalangi.” (HR. Nasa’I, no. 2106, Ahmad, no. 8769. Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih At-Targhib, no. 999 dan Shahihul Jaami’: 55]
Kedua:
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
« إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ »
Ketika Ramadhan datang maka dibukalah pintu-pintu surga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dirantailah syetan-syetan dan jin-jin yang PALING KUAT DURHAKANYA”. ( HR. Muslim no. 1079)
Ketiga:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Rosulullah SAW bersabda:
"إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ ، وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ ".
“Apabila masuk hari pertama di bulan Ramadhan, setan-setan dan para jin yang PALING KUAT DURHAKAnya itu dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tidak ada satu pintu pun yang dibuka, pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada satu pintu pun yang ditutup, dan berserulah seorang penyeru, “Wahai Pencari kebaikan sambutlah, wahai Pencari kejelekan berhentilah”, dan Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka, yang demikian itu pada setiap malam Ramadhan.”
[HR. At-Tirmidzi no. 618, 682 dan Ibnu Majah no. 1632, 1682. Di hasankan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dlam “هداية الرواة” 2/312 seperti yang beliau isyaratkan dalam muqoddimahnya. Dan dishahihkan oleh syeikh al-Albaani dalam shahih al-Jaami’ no. 759 dan dihasankan oleh beliau dalam Al-Misykat no. 1960)
Hadits ini di riwayatkan pula oleh Imam Bukhori dan Muslim dengan lafadz yang ringkas. Dan juga oleh Imam Ahmad dan Nasaa’i dengan lafadz lafadz yang hampir sama.
*****
RINCIAN PERBEDAAN PENDAPAT PARA ULAMA:
=====
PERBEDAAN PENDAPAT KE 1:
APAKAH MAKNA DI BELENGGU DI SINI MAKNA HAKIKI ATAU KIASAN?
Ada beberapa pendapat Para ulama mengenai makna syetan-syetan dibelenggu di Bulan Ramadhan. Diantara nya adalah sbb:
AL-HAFIDZ IBNU HAJAR AL-‘ASQALAANI menukil dari Al-Hulaimi:
يَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ الْمُرَادُ أَنَّ الشَّيَاطِينَ لَا يَخْلُصُونَ مِنْ افْتِتَانِ الْمُسْلِمِينَ إِلَى مَا يَخْلُصُونَ إِلَيْهِ فِي غَيْرِهِ لَاشْتِغَالِهِمْ بِالصِّيَامِ الَّذِي فِيهِ قَمْعُ الشَّهَوَاتِ وَبِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَالذِّكْرِ، وَقَالَ غَيْرُهُ – أَيْ غَيْرُ الْحَلِيمِي- الْمُرَادُ بِالشَّيَاطِينَ بَعْضُهُمْ وَهُمَّ الْمَرْدَةُ مِنْهُمْ ….
وَقَوْلُهُ صُفِّدَتْ … أَيْ شُدِّدَتْ بِالْأَصْفَادِ وَهِيَ الْأَغْلَالُ وَهُوَ بِمَعْنَى سُلْسِلَتْ ….
قَالَ عِيَاضٌ يَحْتَمِلُ أَنَّهُ عَلَى ظَاهِرِهِ وَحَقِيقَتِهِ وَأَنَّ ذَلِكَ كُلُّهُ عَلَامَةٌ لِلْمَلَائِكَةِ لِدُخُولِ الشَّهْرِ وَتَعْظِيمِ حُرْمَتِهِ وَلِمَنْعِ الشَّيَاطِينِ مِنْ أَذَى الْمُؤْمِنِينَ، وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ إِشَارَةً إِلَى كَثْرَةِ الثَّوَابِ وَالْعَفْوِ وَأَنَّ الشَّيَاطِينَ يَقِلُّ إِغْوَاؤُهُمْ فَيَصِيبُونَ كَالْمُصَفَّدِينَ.
قَالَ : وَيُؤَيِّدُ هَذَا الْاِحْتِمَالَ الثَّانِي قَوْلُهُ فِي رَوَايَةِ يُونُسَ عَنْ بِنِ شُهَابٍ عِنْدَ مُسْلِمٍ فَتَحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ،
قَالَ وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ …. تَصَفُيدُ الشَّيَاطِينِ عِبَارَةٌ عَنْ تَعْجِيزِهِمْ عَنْ الْإِغْوَاءِ وَتَزَيِّنِ الشَّهَوَاتِ.
قَالَ الزَّيْنُ بْنُ الْمُنِيرِ وَالْأَوَّلُ أَوْجَهُ وَلَا ضَرُورَةَ تَدْعُو إِلَى صَرْفِ اللَّفْظِ عَنْ ظَاهِرِهِ . [فتح الباري 4/114
“Itu mengandung makna bahwa yang dimaksud adalah syetan-syetan itu tidak bisa berjalan dengan mulus dalam memfitnah Muslimin sebagaimana mulusnya pada bulan lainnya karena kesibukan hati kaum Muslimin dengan puasa yang di dalamnya terkekanglah syahwat, dan mereka sibuk dengan membaca Al-Qur’an, dan berdzikir.
Sementara Ulama lainnya – selain Al-Hulaimi — berkata:
“Yang dimaksud dengan syetan-syetan (dibelenggu) itu adalah sebagian syetan, yaitu yang durhakanya kelewat batas di antara mereka… sabda beliau SAW ”صُفِّدَتْ “artinya: diikat kencang dengan belenggu-belenggu yaitu ranta-rantai, artinya untaian rantai…”
Qodli ‘Iyadh berkata:
“Itu mengandung makna bahwa hadits itu berdasarkan lahiriyahnya dan makna sebenarnya. Itu semua adalah pertanda bagi malaikat karena masuknya Bulan Ramadhan itu, dan pengagungan kemuliaannya, dan karena tercegahnya syetan-syetan dari mengganggu orang-orang beriman. Dan mengandung makna pula bahwa itu menjadi isyarat kepada banyaknya pahala dan ampunan, sedang syetan-syetan sedikit penyesatannya, maka jadilah mereka bagaikan dibelenggu.
Dia berkata: “Makna yang kedua ini didukung sabda Nabi SAW dalam riwayat Yunus dari Ibnu Syihab menurut riwayat Imam Muslim: “فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ”, artinya: “pintu-pintu rahmat dibuka”.
Dia berkata: “Hadits itu mengandung makna bahwa syetan-syetan dibelenggu itu adalah ungkapan tentang lemahnya mereka dari upaya menyesatkan dan menghiasi syahwat.
Az-zain bin Al-Munir berkata:
“Makna yang pertama ( makna sebenarnya ) itu lebih lurus dan tidak ada keharusan yang mendorong untuk mengalihkan lafal dari makna lahiriyahnya. (Fat-hul Bari, 4/ 114).
SYEIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH rahimahullah berkata:
“Dan setan-setan dibelenggu, sehingga membuat kekuatan dan godaan mereka lemah karena belenggu tersebut, maka mereka tidak mampu melakukan di bulan Ramadhan seperti yang biasa mereka lakukan di bulan lainnya, tetapi Nabi SAW tidak mengatakan bahwa mereka dibunuh, tidak pula mati, namun beliau berkata, “Dibelenggu”, dan setan yang dibelenggu masih mungkin menggoda, akan tetapi lebih sedikit dan lebih lemah daripada selain Ramadhan, namun itu terjadi sesuai dengan sempurna atau tidaknya puasa seseorang, maka siapa yang puasanya sempurna niscaya ia mampu melawan setan melebihi orang yang puasanya tidak sempurna.” [Majmu’ Al-Fatawa, 25/246]
SYEIKH IBNU ‘UTSAIMIN:
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin ditanya tentang sabda Nabi SAW (وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ ) dan syetan-syetan dibelenggu (ketika datang Ramadhan), tapi di samping itu kami lihat manusia sama bergulat pada siang Ramadhan, maka bagaimana syaithan-syaithan dibelenggu tetapi sebagian manusia bergulat?
Syaikh Ibnu ‘Utsaiman menjawab:
”في بعض روايات الحديث: (تَصْفِيدُ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ) أو (تُغَلّ) وَهِيَ عِنْدَ النَّسَائِيِّ، وَمِثْلُ هَذَا الْحَدِيثِ مِنَ الْأُمُورِ الْغَيْبِيَّةِ الَّتِي مَوْقِفُنَا مِنْهَا التَّسْلِيمُ وَالتَّصْدِيقُ، وَأَنَّ لَا نَتَكَلَّمَ فِيمَا وَرَاءَ ذَلِكَ، فَإِنَّ هَذَا أَسْلَمُ لِدِينِ الْمَرْءِ وَأَحْسَنَ عَاقِبَةً، وَلِهَذَا لَمَّا قَالَ عَبْدُ اللَّهِ ابْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ لِأَبِيهِ: إِنَّ الْإِنْسَانَ يَصْرَعُ فِي رَمَضَانَ. قَالَ الْإِمَامُ: هَكَذَا الْحَدِيثُ وَلَا تَكَلَّمْ فِي هَذَا.
ثُمَّ إِنَّ الظَّاهِرَ تَصْفِيدَهُمْ عَنْ إِغْوَاءِ النَّاسِ، بِدَلِيلِ كَثْرَةِ الْخَيْرِ وَالْإِنَابَةِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى فِي رَمَضَانَ.” انْتَهَى كَلَامُهُ [مَجْمُوعُ الْفَتَاوَى 20]
Dalam sebagian riwayat hadits (وَتُصَفَّدُ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ ) pada bulan Ramadhan dibelenggulah syetan-syetan yang durhaka kelewat batas atau dirantai, ini menurut An-Nasaai. Hadits seperti ini termasuk perkara yang ghaib yang sikap kita terhadapnya adalah taslim (berserah diri) dan tashdiq (membenarkan), dan hendaknya kita tidak berbicara apa yang di balik itu. Karena ini lebih selamat bagi agama seseorang dan lebih baik akibatnya. Oleh karena itu ketika Abdullah bin Imam Ahmad berkata kepada ayahnya yakni Ahmad bin Hanbal: bahwa manusia bergulat di bulan Ramadhan; maka Imam Ahmad berkata: demikianlah dalam hadits (syetan –syetan dibelenggu) dan jangan kau berbicara mengenai ini.
Kemudian sesungguhnya yang lahiriyah syetan-syetan terbelenggu dari menyesatkan manusia, dengan bukti banyaknya kebaikan dan kembali kepada Allah pada Bulan Ramadhan. Selesai perkataan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin. (Majmu Al-Fatawa 20 oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin).
Berarti menurut syeikh Ibnu Utsaimin bahwa dibelenggunya syetan-syetan itu adalah dibelenggu secara makna sebenarnya (hakiki). Namun demikian tidak berarti berkonsekwensi tidak adanya kejahatan-kejahatan dan kemaksiatan-kemaksiatan di antara para manusia pada bulan Romadhan. Wallahu a’lam
=====
PERBEDAAN PENDAPAT KE 2:
APAKAH SEMUA SYEITAN DI BELENGGU ATAU HANYA SYEITAN-SYEITAN YANG PALING DURHAKA?
SYEIKH ABDUL AZIZ ALU SYEIKH:
Syeikh Abdul Aziz Alu Syaikh dalam “مقدمة مجلة البحوث العلمية” No. 61 Edisi khusus dalam pemabahasan bulan Ramadhan, tentang adanya beberapa riwayat:
“تَقْيِيدُ التَّصْفِيدِ وَالْغِلِّ بِمَرْدَةِ الشَّيَاطِينِ”
“Pembatasan belenggu dan pengikatan hanya terhadap مردة الشياطين ( yakni syetan-syetan yang sangat kuat durhakanya ”.
Syeikh Abdul Aziz Alu Syaikh berkata:
فَـاخْتَلَفَتْ أَنْظَارُ الْعُلَمَاءِ فِي شَرْحِهِ وَبَيَانِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ: إِنَّ التَّصْفِيدَ خَاصٌّ بِمَرْدَةِ الشَّيَاطِينِ دُونَ غَيْرِهِمْ تَقَلِّيلًا لِلشَّرِّ فِي هَذَا الشَّهْرِ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: إِنَّ هَذَا الْفَضْلَ إِنَّمَا يَحْصُلُ لِلصَّائِمِينَ الصَّوْمِ الَّذِي حُوِّظَ عَلَى شُرُوطِهِ، وَرَوِعِيَتْ آدَابُهُ.. وَقَالَ آخَرُونَ – وَهُوَ الْأَقْرَبُ إِلَى الصَّوَابِ بِإِذْنِ اللَّهِ -: إِنَّ تَصْفِيدَ الشَّيَاطِينِ عَلَى حَقِيقَتِهِ، وَلَا يَلْزَمُ مِنْ تَصْفِيدِ جَمِيعِ الشَّيَاطِينِ أَنْ لَا يَقَعَ شَرٌّ وَلَا مَعْصِيَّةٌ؛ لِأَنَّ لِذَلِكَ أَسْبَابًا غَيْرَ الشَّيَاطِينِ، كَالنُّفُوسِ الْخَبِيثَةِ وَالْعَادَاتِ الْقَبِيحَةِ، وَالشَّيَاطِينِ الْإِنْسِيَّةِ، فَالْمَقْصُودُ أَنَّهُ وَبِكُلِّ حَالٍ فَإِنَّ هَذَا الشَّهْرَ فُرْصَةٌ لِمَنْ وَفَّقَهُ اللَّهُ وَفَتَحَ عَلَى قَلْبِهِ لِلْإِقْبَالِ عَلَى طَاعَتِهِ، وَالْبُعْدِ عَنْ مَعَاصِيهِ لِتَوْفِرِ أَسْبَابِ ذَلِكَ وَدَوَاعِيهِ..
وَيُسْتَفَادُ مِنْ هَذَا الْحَدِيثِ بِزِيَادَاتِهِ فَضِيلَةٌ أُخْرَى، وَهِيَ أَنَّ لِلَّهِ فِي هَذَا الشَّهْرِ عُتَقَاءَ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلُّ لَيْلَةٍ.. وَفَضَائِلُ هَذَا الشَّهْرِ الْكَرِيمِ كَثِيرَةٌ عَظِيمَةٌ ذَكَرْنَا فِيمَا مَضَى طَرَفًا مِنْهَا..
“Maka para ulama berbeda pendapat dalam penjelasan dan keterangannya:
Pertama:
Di antara mereka ada yang berkata: Sesungguhnya diikatnya syetan itu khusus مردة الشياطين (syetan yang durhakanya kuat) bukan yang lainnya, untuk mengurangi kejahatan di bulan (Ramadhan) ini.
Kedua:
Sebagian ulama berkata: keutamaan ini hanyalah diperoleh oleh orang-orang yang puasanya dijaga syarat-syaratnya dan dijaga adab-adabnya…
Ketiga:
Ulama yang lain berkata, dan yang ini lebih dekat pada kebenaran insya Allah:
Bahwa diikatnya syetan-syetan itu adalah sebenarnya, dan tidak mesti dari diikatnya seluruh syetan-syetan akan tidak terjadi kejahatan dan maksiat; karena hal itu ada pula sebab-sebab dari selain syetan, seperti hawa nafsu yang jahat dan kebiasaan-kebiasaan yang buruk, dan syetan-syetan (dari jenis) manusia; maka maksud dari itu adalah bagaimanapun sesungguhnya bulan (Ramadhan) ini adalah kesempatan bagi orang yang diberi pertolongan oleh Allah dan dibuka hatinya untuk menerima ketaatan kepada-Nya, dan menjauhi dari maksiat-maksiat karena banyaknya sebab-sebab dan factor-faktor yang mendorongnya (untuk taat kepada Allah dan menjauhi maksiat)…
Dan keutamaan-keutamaan ini … yaitu bahwa Allah pada bulan ini membebaskan dari neraka dan hal itu setiap malam. Dan dapat diambil faedah dari hadits ini dengan bertambahnya keutaman yang lain…
( Selesai jawaban Alu Syeikh, lihat: http://www.alrisalaah.com/vb/showthread.php?t=25899 )
===
PENUTUP:
AL-HAFIDZ IBNU HAJAR dalam “Fathul Bari”, 4/114-115 berkata:
“Dan berkata Al-Qurthubi rahimahullah setelah beliau menguatkan pendapat membawa makna hadits ini sesuai lahirnya, maka apabila ditanyakan:
“Mengapa kita masih melihat banyak kejelekan dan kemaksiatan terjadi di bulan Ramadhan padahal jika memang setan-setan telah dibelenggu, tentunya hal itu tidak akan terjadi?
Jawaban:
Sesungguhnya kemaksiatan itu hanyalah berkurang dari orang-orang yang berpuasa apabila puasanya memenuhi syarat-syarat puasa dan menjaga adab-adabnya.
Atau bisa juga bermakna bahwa yang dibelenggu itu hanyalah sebagian setan, yaitu para pembesar setan yang paling durhaka bukan seluruhnya, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya pada sebagian riwayat hadits.
Atau bisa juga maksudnya adalah pengurangan kejelekan-kejelekan di bulan Ramadhan, dan ini sesuatu yang dapat disaksikan, yaitu terjadinya kemaksiatan di bulan Ramadhan lebih sedikit dibanding bulan lainnya.
Karena dibelenggunya seluruh setan pun tidak dapat memastikan kejelekan dan kemaksiatan hilang sama sekali, sebab terjadinya kemaksiatan itu juga karena banyak sebab selain setan, seperti;
• Jiwa yang jelek,
• Kebiasaan yang tidak baik,
• Godaan setan-setan dari golongan manusia.
Dan berkata selain Al-Qurthubi tentang dibelenggunya setan-setan di bulan Ramadhan:
“Adalah isyarat bahwa telah dihilangkannya alasan bagi seorang mukallaf dalam melakukan dosa, seakan dikatakan kepadanya: “Setan-setan telah ditahan dari menggodamu, maka jangan lagi kamu menjadikan setan sebagai alasan dalam meninggalkan ketaatan dan melakukan maksiat”.”[Fathul Bari, 4/114-115]
والله أعلم بالصواب
Semoga bermanfaat.
0 Komentar