Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

KAPAN MULAI QUNUT WITIR SHALAT TARAWIH DI BULAN RAMADHAN?

KAPAN MULAI QUNUT WITIR SHALAT TARAWIH DI BULAN RAMADHAN?

Di susun Oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

----

*****

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِهِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ.

PENDAHULUAN

Qunut dalam Shalat Witir hukumnya adalah Sunnah. Berdasarkan hadits Hassan bin Ali radhiyallaahu ‘anhumaa, dia berkata:

"عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ:

"اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ ، فإِنَّكَ تَقْضِي وَلا يُقْضَى عَلَيْكَ ، وَإِنَّهُ لا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ ، وَلا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ".

"Rasulullah  telah mengajariku kalimat-kalimat yang aku ucapkan saat Qunut Witir:

(Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, dan berilah aku keselamatan di antara orang-orang yang telah Engkau beri keselamatan, uruslah diriku di antara orang-orang yang telah Engkau urus, berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang memutuskan dan tidak diputuskan kepadaku, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong. Engkau Maha Suci dan Maha Tinggi)”

(HR. Abu Daud no. 1425, An Nasai no. 1745, At Tirmidzi no. 464. Hadits ini di hasankan oleh Turmudzi. Di Shahihkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam"الاستذكار”, Imam Nawawi dlm"الأذكار” dan Syaikh Al Albani)

*****

KAPAN MULAI QUNUT QIYAMULLAIL DI BULAN RAMADHAN?

Sebagian Para ahli Ilmu berpendapat bahwa mustahabnya qunut sholat tarawih adalah pada separuh akhir bulan Ramadhan. Ini adalah Madzhab Imam Syafi’i dan salah satu riwayat dari Imam Malik dan Iamam Ahmad.

Sebagian lagi berpendapat: bahwa qunut witir di sunnah kan sepanjang tahun semuanya. Ini adalah Madzhab Hanbali dan Madzhab Hanafi :

Ibnu Abdil Barr berkata:

وَرُوِيَ الْقُنُوتُ فِي النِّصْفِ الْآخَرِ مِنْ رَمَضَانَ: عَنْ عَلِيٍّ وَأُبَي بِنْ كَعْبٍ وَابْنِ عُمَرَ وَابْنِ سِيرِينَ وَالثَّوْرِيِّ وَالزُّهْرِيِّ وَيَحْيَى بِنْ وَثَّابٍ، وَقَالَ ابْنُ الْمُنْذَرِ: وَمَالِكٌ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ...

عَنْ الْحَسَنِ قَالَ: أَمَرَ عُمَرُ أَبَا بِنْ كَعْبٍ يُصَلِّي بِالنَّاسِ، فَكَانَ إِذَا مَضَى النِّصْفُ الْأَوَّلُ وَاسْتَقْبَلُوا النِّصْفَ الْآخَرَ، لَيْلَةَ سِتَّ عَشْرَةَ قَنَتُوا، فَدَعَوْا عَلَى الْكُفَّارِ.

وَقَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ: قُلْتُ لِعَطَاءٍ: الْقُنُوتُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ؟ قَالَ: أَوَّلُ مَنْ قَنَتَ فِيهِ عُمَرُ. قُلْتُ: فِي النِّصْفِ الْآخَرِ؟ قَالَ: نَعَمْ.

"Diriwayatkan bahwa Al-Qunut di pertengahan akhir Ramadhan: dari Ali ( Abi Thalib ), Ubay Bin Ka’ab, Ibnu Umar, Ibnu Sirin, Al-Tsauri, Az- Zuhri dan Yahya Bin Watsaab. Dan Ibnul Mundzir berkata: Dan ini adalah pendapat Malik, Syafi’i, Ahmad....

Dari Al-Hassan, dia mengatakan: Umar memerintahkan Ubay bin Ka’ab untuk sholat bersama orang-orang. Lalu ketika pertengahan pertama ( bulan Ramadhan ) berlalu dan mereka mengahadapi pertengahan berikutnya, yaitu malam keenam belas, mereka melakukan qunut, kemudian mereka berdoa keburukan atas orang-orang kafir.

Ibnu Juraij berkata: Saya bertanya kepada Athoo: Qunut di bulan Ramadhan? Dia berkata: Umar adalah orang pertama yang berqunut di dalamnya". Saya bertanya: Di separuh akhir? Dia berkata: Ya, separuh Akhir". ( Baca: al-Istidzkaar 2/76 -77).

Dan Syekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

وَأَمَّا قُنُوتُ الْوِتْرِ فَلِلْعُلَمَاءِ فِيهِ ثَلَاثَةُ أَقْوَالٍ:

قِيلَ: لَا يُسْتَحَبُّ بِحَالٍ، لِأَنَّهُ لَمْ يَثْبُتْ عَنِ النَّبِيِّ - ﷺ - أَنَّهُ قَنَتَ فِي الْوِتْرِ.

وَقِيلَ: بَلْ يُسْتَحَبُّ فِي جَمِيعِ السَّنَةِ، كَمَا يُنْقَلُ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ وَغَيْرِهِ؛ وَلِأَنَّ فِي السُّنَنِ أَنَّ النَّبِيَّ - ﷺ - عَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - دُعَاءً يَدْعُو بِهِ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ.

وَقِيلَ: بَلْ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ الْأَخِيرِ مِنْ رَمَضَانَ. كَمَا كَانَ أَبِي بِنُّ كَعْبٍ يَفْعَلُ.

وَحَقِيقَةُ الْأَمْرِ: أَنَّ قُنُوتَ الْوِتْرِ مِنْ جِنْسِ الدُّعَاءِ السَّائِغِ فِي الصَّلَاةِ، مَنْ شَاءَ فَعَلَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ؛ كَمَا يُخَيِّرُ الرَّجُلُ أَنْ يُوتِرَ بِثَلَاثٍ، أَوْ خَمْسٍ، أَوْ سَبْعٍ. وَكَمَا يُخَيِّرُ إِذَا أَوْتَرَ بِثَلَاثٍ إِنْ شَاءَ فَصَلَ، وَإِنْ شَاءَ وَصَلَ

وَكَذَلِكَ يُخَيِّرُ فِي دُعَاءِ الْقُنُوتِ إِنْ شَاءَ فَعَلَهُ، وَإِنْ شَاءَ تَرَكَهُ.

وَإِذَا صَلَّى بِهِمْ قِيَامَ رَمَضَانَ فَإِنَّ قَنَتَ فِي جَمِيعِ الشَّهْرِ فَقَدْ أَحْسَنَ، وَإِنَّ قَنَتَ فِي النِّصْفِ الْأَخِيرِ فَقَدْ أَحْسَنَ، وَإِنْ لَمْ يَقْنُتْ بِحَالٍ فَقَدْ أَحْسَنَ"انتَهَى مِنْ اَلْفَتَاوَى الْكُبْرَى"(2/ 119).

Adapun Qunut Witir, para ulama memiliki tiga pendapat:

Ada yang berpendapat: Tidak mustahab dalam keadaan apa pun, karena tidak terbukti dari Nabi  bahwa beliau melakukan qunut dalam shalat witir.

Dan ada yang berpendapat: Sebaliknya, yaitu mustahab sepanjang tahun, seperti yang dinukil dari Ibnu Mas’ud dan lainnya. Dan karena dalam kitab-kitab Sunan bahwa Nabi  mengajari al-Hasan bin Ali  sebuah doa untuknya yaitu doa Qunut dalam sholat Witir.

Dan ada yang berpendapat: akan tetapi qunut itu dilakukan pada separuh terakhir Ramadhan. Seperti yang di amalkan oleh Ubay bin Ka’ab.

Pada hakikatnya adalah: Qunut Witir itu sama saja dari jenis doa yang layak dalam sholat, siapapun yang berkehendak mengamalkannya, maka amalkanlah !. Dan siapa pun yang berkehendak meninggalkannya, maka tinggalkanlah !.

Hukum qunut witir ini sama dengan masalah seseorang yang memiliki hak untuk memilih shalat witir tiga rokaat atau lima rokaat atau atau tujuh.

Dan juga sama seperti jika seseorang melakukan sholat witir tiga rokaat, jika dia mau, boleh di pisah dengan dua salam, dan jika dia mau, boleh disambung jadi satu salam.

Demikian juga dalam doa Qunut, dia berhak untuk memilih jika dia mau boleh dia melakukannya, dan jika dia mau, juga boleh dia meninggalkannya.

Dan jika dia sholat sebagai imam bersama orang-orang shalat qiyamullail Ramadhan ( sholat Tarawih ), maka jika dia berqunut sepanjang bulan penuh, maka itu lebih baik. Dan jika dia melakukan Qunut selama separuh akhir Ramadhan, maka itu juga lebih baik. ( Baca:al-Fataawaa al-Kubraa 2/119).

PENULIS KATAKAN:

Dalam hadits-hadits Nabi  tidak disebutkan pembatasan bahwa Nabi  melakukannya terus-menerus dan tidak disebutkan pula bahwa beliau meninggalkannya. Demikianlah menurut nash yang jelas dari Nabi , meskipun ada sebagian ulama yang mengamalkannya itu dengan cara mengumpulkan dan menggabungkan hadits-hadits yang terdapat di dalamnya doa Nabi  dalam sholat witir.

Syeikh Al-Albani rahimahullah berkata dalam bukunya " صِفَةُ صَلَاةِ النَّبِيِّ ﷺ" (hlm. 160):

وَكَانَ ﷺ يَقْنُتُ أَحْيَانًا...

وَإِنَّمَا قُلْنَا: "أَحْيَانًا" لِأَنَّ الصَّحَابَةَ الَّذِينَ رَوَوْا الْوِتْرَ لَمْ يَذْكُرَا الْقُنُوتَ فِيهِ، فَلَوْ كَانَ ﷺ يَفْعَلُهُ دَائِمًا لَنَقَلُّوهُ جَمِيعًا عَنْهُ.

نَعَمْ، رَوَاهُ أَبُو بِنُّ كَعْبٍ وَحْدَهُ، فَدَلَّ عَلَى أَنَّهُ كَانَ يَفْعَلُهُ أَحْيَانًا" انْتَهَى.

وَجَاءَ عَنْ أَبِي بِنِّ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَجَمَاعَةٍ مِنَ الصَّحَابَةِ أَنَّهُمْ كَانُوا لَا يَقْنُتُونَ فِي رَمَضَانَ كُلَّهُ، وَاَسْتَحَبَّ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ لِلْإِمَامِ أَنْ يَتْرُكَهُ أَحْيَانًا حَتَّى يُعَلَّمَ أَنَّهُ غَيْرُ وَاجِبٍ.

"Dan Beliau  kadang-kadang melakukan Qunut...

Dan adapun kami berkata:"Kadang-kadang"karena para sahabat yang meriwayatkan Witir tidak menyebutkan ( lafadz doa ) Qunut di dalamnya, maka jika Nabi  selalu melakukannya, tentunya mereka semua akan meriwaytakannya darinya.

Ya, itu hanya diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab sendirian, maka ini menunjukkan bahwa beliau  melakukannya kadang-kadang.

Dan telah ada khabar dari Ubay Ibn Ka'ab RA dan jemaah para sahabat RA bahwa mereka tidak membaca Qunut selama bulan Ramadhan. Dan sebagian ulama lebih menyukai jika seorang imam tarawih kadang-kadang meninggalkan qunut witir agar diketahui bahwa itu tidak wajib".

SHEIKH BIN BAAZ:

"Beliau ditanya tentang orang yang terus menerus membaca doa Qunut dalam sholat Witir setiap malam, apakah ini ada Atsar dari para salaf kita?"

Beliau menjawab:

"لا حَرَجَ فِي ذَلِكَ بَلْ هُوَ سُنَّةٌ؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ ﷺ لَمَّا عَلَّمَ الْحُسَيْنَ بْنَ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا الْقُنُوتَ فِي الْوِتْرِ لَمْ يَأْمُرْ بِتَرْكِهِ بَعْضَ الْأَحْيَانِ، وَلَا بِالْمُدَاوَمَةِ عَلَيْهِ؛ فَدَلَّ ذَلِكَ عَلَى جَوَازِ الْأَمْرَيْنِ.

وَلِذَا ثُبِتَ عَنْ أَبِي ابْنِ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حِينَ كَانَ يُصَلِّي بِالصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَنَّهُ كَانَ يَتْرُكُ الْقُنُوتَ بَعْضَ اللَّيَالِي، وَلَعَلَّ ذَلِكَ لِيُعَلِّمَ النَّاسَ أَنَّهُ لَيْسَ بِوَاجِبٍ، وَاللَّهُ وَلِيُّ التَّوْفِيقِ".

Tidak ada yang salah dengan itu, melainkan sunnah. Karena Nabi  ketika mengajarkan Hussain bin Ali RA doa qunut dalam sholat witir, beliau  tidak menyuruhnya dengan cara kadang-kadang meninggalkannya, dan tidak pula menyuruhnya dengan cara terus menerus. Ini menunjukkan dibolehkannya dua hal tersebut.

Oleh karena itu telah ada ketetapan amalan dari Ubay bin Ka’ab bahwa dulu beliau ketika menjadi imam shalat bersama para sahabat radhiyallaahu ‘anhum di masjid Rasulullah  beliau biasa meninggalkan Qunut pada beberapa malam. Dan berkemungkinan bahwa itu bertujuan agar orang-orang tahu bahwa qunut witir itu bukan kewajiban, والله ولي التوفيق

(Baca:"فتاوى إسلامية” 2/159).

SYEKH IBNU UTSAIMIN

Syeikh Ibnu Utsaimin berkata:

"Sebaiknya doa qunut itu kadang-kadang ditinggalkan, sehingga masyarakat tidak menganggap bahwa doa qunut itu wajib.” ( Baca:"فتاوى علماء البلد الحرام” (152).

Kesimpulannya:

Tidaklah mengapa dengan apa yang imam kalian amalkan, baik berqunut atau tidak berqunut, dan jika yang dia maksud Sunnah di sini adalah perbuatan para Sahabat, maka itu shahih.

Wallahu A’lam.

Posting Komentar

0 Komentar