Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

TANDA MALAM LAILATUL QODAR

TANDA TANDA MALAM LAILATUL QODAR:


 

Di Susun Oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

بسم الله والحمد لله

Al-Haafidz Ibnu Hajar Al Asqolani berkata:

وَقَدْ وَرَدَ لِلَيْلَةِ الْقَدْرِ عَلَامَاتٌ أَكْثَرُهَا لَا تَظْهَرُ إِلَّا بَعْدَ أَنْ تَمْضِي

“Ada beberapa dalil yang membicarakan tanda-tanda lailatul qadar, namun kebanyakan tanda-tanda tsb tidaklah nampak kecuali setelah malam tersebut berlalu.” (Fathul Bari, 4: 260)

Jadi ada sebagian tanda-tandanya yang nampak di awal malam lailatul qodar. Akan tetapi seperti yang di katakan al-Hafidz yaitu kebanyakan nampak esok harinya setelah malam berlalu.

Jika demikian, yang mesti dilakukan adalah memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan, insya Allah akan mendapati malam penuh kemuliaan tersebut.

Karena Biasanya malam lailatul qadar itu baru diketahui keesokan harinya di pagi hari. Salah satu cirinya adalah bagaimana suasana keesokan pagi harinya saat matahari terbit.

Berikut ini tanda-tanda Malam Lailatul Qodar:

Tanda ke 1:

Terkadang ditandai dengan hujan atau gerimis

انْطَلَقْتُ إِلَى أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ فَقُلْتُ: أَلَا تَخْرُجُ بنَا إلى النَّخْلِ نَتَحَدَّثُ، فَخَرَجَ، فَقالَ: قُلتُ: حَدِّثْنِي ما سَمِعْتَ مِنَ النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في لَيْلَةِ القَدْرِ، قالَ:

اعْتَكَفَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ عَشْرَ الأُوَلِ مِن رَمَضَانَ واعْتَكَفْنَا معهُ، فأتَاهُ جِبْرِيلُ، فَقالَ: " إنَّ الذي تَطْلُبُ أمَامَكَ، فَاعْتَكَفَ العَشْرَ الأوْسَطَ".

فَاعْتَكَفْنَا معهُ فأتَاهُ جِبْرِيلُ فَقالَ: " إنَّ الذي تَطْلُبُ أمَامَكَ ".

فَقَامَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ خَطِيبًا صَبِيحَةَ عِشْرِينَ مِن رَمَضَانَ فَقالَ: " مَن كانَ اعْتَكَفَ مع النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَلْيَرْجِعْ، فإنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ القَدْرِ، وإنِّي نُسِّيتُهَا، وإنَّهَا في العَشْرِ الأوَاخِرِ، في وِتْرٍ، وإنِّي رَأَيْتُ كَأَنِّي أسْجُدُ في طِينٍ ومَاءٍ ".

وكانَ سَقْفُ المَسْجِدِ جَرِيدَ النَّخْلِ، وما نَرَى في السَّمَاءِ شيئًا، فَجَاءَتْ قَزَعَةٌ، فَأُمْطِرْنَا، فَصَلَّى بنَا النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ حتَّى رَأَيْتُ أثَرَ الطِّينِ والمَاءِ علَى جَبْهَةِ رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وأَرْنَبَتِهِ تَصْدِيقَ رُؤْيَاهُ

Dari Abu Salamah:

Suatu kali saya pergi menemui Abu-Sa`id Al-Khudri dan bertanya kepadanya: “Maukah Anda ikut dengan kami ke pohon kurma untuk berbicara?”

Maka Abu Sa`id keluar dan saya bertanya kepadanya: “Ceritakan apa yang kamu dengar dari Nabi tentang Malam Qadr.”

Abu Sa`id menjawab: “Suatu ketika Rasul Allah melakukan I`tikaf pada sepuluh hari pertama bulan Ramadhan dan kami pun melakukan hal yang sama dengannya.

Lalu Jibril mendatanginya dan berkata: ‘Malam yang kamu cari adalah di depanmu.’

Maka Nabi melakukan I`tikaf di tengah (kedua) sepuluh hari bulan Ramadhan dan kami juga melakukan I`tikaf bersamanya.

Jibril mendatanginya dan berkata: “Malam yang kamu cari ada di depanmu “.

‘ Di pagi hari tanggal 20 Ramadhan Nabi menyampaikan khotbah dengan mengatakan:

“Siapapun yang telah melakukan I`tikaf dengan saya harus melanjutkannya. Saya telah ditunjukkan Malam “Qadr”, tetapi saya telah lupa tanggalnya, tetapi pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir. Saya melihat dalam mimpi saya bahwa saya sedang bersujud di LUMPUR dan AIR “.

Pada masa itu atap masjid terbuat dari dahan pohon kurma. SAAT ITU LANGIT CERAH dan tidak ada awan yang terlihat, namun tiba-tiba awan datang dan turun hujan.

Nabi  memimpin kami dalam sholat dan saya melihat jejak lumpur di dahi dan di hidung Rasulullah 

Maka itu adalah pembuktian atas kebenaran mimpinya itu.( HR. Bukhori no. 813 )

Sebagian ulama berpendapat bahwa salah satu ciri-ciri lailatul qadar bisa ditandai dengan hujan atau gerimis. Pendapat ini merujuk pada peristiwa dimana saat Rasulullah  diberikan mimpi untuk ditampakkan kapan lailatul qadar itu datang.

Pada zaman Nabi, masjid masih beralaskan tanah, tiang-tiangnya dari pelepah kurma, dan atapnya dari daun-daun kurma. Sehingga, jika hujan atau gerimis maka di dalam masjid akan terlihat basah.

Saat Rasulullah  dihadirkan mimpi tentang kapan hadirnya lailatul qadar, lalu terbangun dari mimpinya, Allah sengaja buat Rasulullah  lupa dari mimpi tersebut. Namun yang teringat adalah ada bekas lumpur pada dahi Rasulullah 

Hingga pada suatu saat ketika Rasulullah selesai salat, beliau menengokkan kepalanya untuk salam, terlihat lumpur di dahinya. Para sahabat melihat itu dan menganggap bahwa semalamnya adalah lailatul qadar. Berdasarkan kisah inilah para ulama berpendapat, di antara ciri-ciri lailatul qadar ialah datangnya hujan atau gerimis di malam harinya.

Namun, para ulama juga berpendapat bahwa ciri-ciri tersebut tidak bisa dijadikan acuan. Sebab, bisa jadi di malam lailatul qadar langit terlihat cerah.

TANDA KE 2:

Keesokan harinya matahari terbit dengan sinar yang redup dan teduh

Biasanya, kita tidak bisa mengetahui ciri-ciri akan datangnya lailatul qadar dan kita tidak bisa merasakan saat terjadinya serta tidak bisa melihat kecuali setelah terjadinya lailatul qadar.

Jadi lalaitul qodar itu pada umumnya baru akan terasa atau terlihat setelah malam lailatul qadar itu berlalu . Salah satu cirinya adalah bagaimana suasana keesokan pagi harinya saat matahari terbit.

Ubay bin Ka’ab ra. Mengatakan bahwa Rasulullah  bersabda

إِنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا

“Keesokan hari lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan,” (H.R. Muslim)

Dalam Hadits lain dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,

هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.

“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit nampak putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR. Muslim no. 762).

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah  bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.”

(HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18: 361. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 5475.)

TANDA KE 3:

Didatangkan mimpi malam lailatul Qodar kepada orang-orang mukmin:

Malam lailatul Qodar itu terkadang diberitahukan dalam mimpi, seperti yang pernah dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.

Dari sahabat Ibnu Umar radliyallahu’anhuma :

أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ

bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi  diperlihatkan malam Qadar dalam mimpi (oleh Allah SWT) pada 7 malam terakhir (Ramadhan).

Kemudian Rasulullah  berkata: ”Aku melihat bahwa mimpi kalian (tentang lailatul Qadar) terjadi pada 7 malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir. (HR Bukhori no. 2015 dan Muslim no. 1165)

TANDA KE 4.

Bulan Terkadang Nampak Separuh Bulatan

Ada juga yang menyebutkan bahwa malam itu bulan terkadang nampak separuh bulatan, sebagaimana hadits berikut ini:

Dari Abu Hurairah radliyallahuanhu, beliau berkata:

تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ

”Kami pernah berdiskusi tentang lailatul Qadar di sisi Rasulullah , beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim no. 1170)

TANDA KE 5:

Malam Lailatul Qodar Dengan Ciri Tertentu

Ciri yang lain dari malam Qadar adalah malam itu terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan).

Dasarnya adalah hadits Ubadah bin Shamit radhiyallahuanhu berikut ini:

إِنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا سَاطِعًا سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ لاَ بَرْدَ فِيهَا وَلاَ حَرَّ وَلاَ يَحِل لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَا حَتَّى تُصْبِحَ وَأَنَّ مِنْ أَمَارَتِهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْل الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلاَ يَحِل لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ

Malam itu adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu” (HR. Ahmad)

Juga ada hadits yang senada dari hadits Watsilah bin al-Asqa’ dari Rasulullah :

“Lailatu-Qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)

TANDA KE 6:

Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.

Ibnu Katsir menafsirkan Q.S Al Qadar ayat 4 sebagai berikut:

يَكْثُرُ تَنَزُّلُ الْمَلَائِكَةُ فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ لِكَثْرَةِ بَرَكَتِهَا، وَالْمَلَائِكَةُ يَتَنَزَّلُونَ مَعَ تَنَزُّلِ الْبَرَكَةِ وَالرَّحْمَةِ، كَمَا يَتَنَزَّلُونَ عِنْدَ تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ وَيُحِيطُونَ بِحِلَقِ الذِّكْرِ، وَيَضَعُونَ أَجْنِحَتَهُمْ لِطَالِبِ الْعِلْمِ بِصِدْقٍ تَعْظِيمًا لَهُ. وَأَمَّا الرُّوحُ فَقِيلَ: الْمُرَادُ بِهِ هَاهُنَا جِبْرِيلٌ.

“Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah) pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al-Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir (majelis ilmu). Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka. Adapun “ar-ruh” ada pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah malaikat Jibril.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim 8/444, Darul Thayyibah, 1420 H, syamilah)

Semoga bermanfaat

Posting Komentar

0 Komentar