Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

BAGI YANG MAU NAMBAH ISTRI, YAKINKAN DULU KEMAMPUANNYA ! MAMPUKAH GILIR DALAM SEMALAM ?!

 BAGI YANG MAU NAMBAH ISTRI YAKINKAN DULU KEMAMPUANNYA!

MAMPUKAH GILIR DALAM SEMALAM ? 
JIKA TIDAK, TAKUTLAH PADA DOA ISTRI-ISTRIMU YANG MERASA TERDZALIMI!
====

Ditulis oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM
-----


 ====

DAFTAR ISI :

  • HADIST-HADITS NABI  GILIR PARA ISTRINYA DALAM SEMALAM
  • HADITS NABI SULAIMAN (A.S) GILIR PARA ISTRINYA DALAM SEMALAM
  • FIQIH HADITS.
  • ISTRI BOLEH MINTA CERAI JIKA SUAMINYA TERBUKTI LEMAH LUNGLAY SAAT DIATAS RANJANG

******

BISMILLAH

HADIST-HADITS NABI ﷺ GILIR PARA ISTRINYA DALAM SEMALAM  

Al-Qodhi ‘Iyadh dalam kitabnya asy-Syifaa Bita’riifi Huquuqil Mushtafa 1/95 berkata :

« وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّنْ أُقْدِرَ عَلَى الْقُوَّةِ فِي هَذَا، وَأُعْطِيَ الْكَثِيرَ مِنْهُ، وَلِهَذَا أُبِيحُ لَهُ مِنْ عَدَدِ الْحَرَائِرِ مَا لَمْ يُبَحْ لِغَيْرِهِ.

"Rasulullah  adalah di antara orang-orang yang memiliki kekuatan dalam hal ini [jima'], dan beliau  dianugerahi sebagian besar dari kekuatan itu, dan oleh sebab itu beliau  diperbolehkan memiliki istri lebih banyak daripada yang diperbolehkan bagi pria lain.

Lalu Qodhi 'Iyaadh berkata : 

وَقَدْ روينا عن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كَانَ يَدُورُ عَلَى نِسَائِهِ فِي السَّاعَةِ مِنَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ» وَهُنَّ إِحْدَى عَشْرَةَ  . قَالَ أَنَسٌ : وَكُنَّا نَتَحَدَّثُ أَنَّهُ أُعْطِيَ قُوَّةَ ثَلَاثِينَ رجلا. أخرجه النسائي وروي نحوه، عن أبي رافع .

وعن طاووس : «أعطي عليه الصلاة والسلام قوة أربعين رجلا في الجماع» . وعن صفوان بن سليم مثله.

وَقَالَتْ سَلْمَى مَوْلَاتُهُ: طَافَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً عَلَى نِسَائِهِ التِّسْعِ، وَتَطَهَّرَ مِنْ كُلِّ وَاحِدَةٍ، قَبْلَ أَنْ يَأْتِيَ الْأُخْرَى وَقَالَ: «هَذَا أَطْيَبُ وَأَطْهَرُ»

Dan telah diriwayatkan kepada kami dari Anas radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah  pernah menggilir para istrinya pada saat malam dan siang.' Dan mereka [para istrinya] berjumlah sebelas.

Anas berkata: Kami dulu senantiasa memperbincangkan bahwa beliau diberi kekuatan yang setara dengan tiga puluh orang pria . (Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan riwayat yang serupa juga dari Abu Rafi').

Dan dari Thaawus: 'Beliau  diberi kekuatan yang setara dengan empat puluh orang dalam hubungan suami istri .'

Dan dari Safwan bin Sulaim: Demikian juga.

Dan Salamah [Mawla perempuannya] berkata: Nabi  biasa menggilir semua istrinya dalam satu malam, dan beliau  bersuci dari setiap istrinya, sebelum menggilir yang lainnya, lalu beliau berkata: 'Ini yang paling harum dan bersih'". [SELESAI]

Para pentahqiq kitab “asy-Syifaa” berkata :

" وَهُنَّ إحدى عَشْرَةَ.. كَذَا فِي البُخَارِيِّ مِنْ حَدِيثِ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. وَقَالَ ابْنُ خُزَيْمَةَ: لَمْ يَقُلْ أَحَدٌ مِنْ أَصْحَابِ قَتَادَةَ بِأَنَّهُنَّ إحدى عَشْرَةَ إلَّا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ. وَعَنْ أَنَسٍ رِوَايَةٌ أُخْرَى فِي البُخَارِيِّ أَنَّهُنَّ تِسْعٌ وَيُجْمَعُ بَيْنَهُمَا".

"Mereka (para istri Rasulullah ) berjumlah sebelas." Ini seperti yang terdapat dalam Bukhari dari hadis Anas radhiallahu 'anhu. Ibnu Khuzaimah berkata: Tidak seorang pun dari para sahabatnya Qatadah yang mengatakan bahwa mereka (istri-istri Rasulullah ) berjumlah sebelas kecuali Mu'adz bin Hisham dari ayahnya. Dan dari Anas, riwayat lain dalam Bukhari menyebutkan bahwa mereka (istri-istri Rasulullah ) berjumlah sembilan, dan dijelaskan bahwa kedua raiwayat tersebut bisa digabungkan." [ Hamisy asy-Syifaa 1/195]

HADITS: Rasulullah  menggilir istri-istrinya dalam satu malam dengan satu kali mandi.

Imam an-Nasaa’i berkata:

Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Ya'qub bin Ibrahim lafazh ini dari Ishaq, keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Humaid At- Thawil dari Anas bin Malik :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ عَلَى نِسَائِهِ فِي لَيْلَةٍ بِغُسْلٍ وَاحِدٍ

"Bahwa Rasulullah  menggilir istri-istrinya dalam satu malam dengan satu kali mandi". (HR. Nasaa’i No. 263). Di shahihkan oleh Syeikh al-Albaani dlm shahih an-Nasaa’i no.263.

Hadits ini di riwayatkan pula oleh Imam Bukhori no. 5215 dari Qatadah dari Anas bin Malik RA dengan lafadz sbb:

أنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ كانَ يَطُوفُ علَى نِسائِهِ في اللَّيْلَةِ الواحِدَةِ، وله يَومَئذٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ.

"Bahwa Nabi  menggilir semua isterinya dalam satu malam, dan saat itu isteri beliau ada sembilan orang." (HR. Bukhori no. 5215. Dan Mulim no. 309 dengan sedikit perbedaan lafadz).

Dalam riwayat Imam Bukhori yang lain:

Dari Qatadah berkata, telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik radliallahu 'anhu berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدُورُ عَلَى نِسَائِهِ فِي السَّاعَةِ الْوَاحِدَةِ مِنْ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُنَّ إِحْدَى عَشْرَةَ قَالَ قُلْتُ لِأَنَسٍ أَوَكَانَ يُطِيقُهُ قَالَ كُنَّا نَتَحَدَّثُ أَنَّهُ أُعْطِيَ قُوَّةَ ثَلَاثِينَ وَقَالَ سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ إِنَّ أَنَسًا حَدَّثَهُمْ تِسْعُ نِسْوَةٍ

"Adalah Nabi  mendatangi isteri-istrinya pada waktu yang sama di malam hari atau siang hari, saat itu jumlah isteri-isteri Beliau sebelas orang".

Aku bertanya kepada Anas bin Malik radliallahu 'anhu: "Apakah Beliau mampu?".

Jawabnya: "Beliau diberikan kekuatan setara tiga puluh lelaki".

Berkata, Sa'id dari Qatadah bahwa Anas radliallahu 'anhu menerangkan kepada mereka bahwa jumlah isteri-isteri Beliau 
 saat itu sembilan orang". (HR. Bikhori no. 260)

Al-Hafidz Ibnu Hajar dlm"
فتح الباري" berkata:

وَوَقَعَ فِي رِوَايَة الْإِسْمَاعِيلِيّ مِنْ طَرِيقِ أَبِي مُوسَى مِنْ مُعَاذ بْن هِشَام"أَرْبَعِينَ"بَدَل ثَلَاثِينَ وَهِيَ شَاذَّةٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ لَكِنْ فِي مَرَاسِيل طَاوُس مِثْل ذَلِكَ وَزَادَ"فِي الْجِمَاعِ".

وَفِي صِفَةِ الْجَنَّةِ لِأَبِي نُعَيْمٍ مِنْ طَرِيق مُجَاهِد مِثْله وَزَادَ"مِنْ رِجَالِ أَهْلِ الْجَنَّةِ". وَمِنْ حَدِيثِ عَبْد اللَّه بْن عُمَر وَرَفَعَهُ"أُعْطِيت قُوَّة أَرْبَعِينَ فِي الْبَطْشِ وَالْجِمَاعِ".

وَعِنْدَ أَحْمَدَ وَالنَّسَائِيّ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ مِنْ حَدِيثِ زَيْد بْن أَرْقَم رَفَعَهُ: "إِنَّ الرَّجُلَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ لَيُعْطَى قُوَّة مِائَة فِي الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالْجِمَاعِ وَالشَّهْوَةِ". فَعَلَى هَذَا يَكُونُ حِسَاب قُوَّة نَبِيِّنَا أَرْبَعَة آلَاف. انتهى

Termaktub dalam riwayat al-Ismaa’iily melalui jalur Abu Musa dari Mua’adz bin Hisyam kata"empat puluh", pengganti dari kata"tiga puluh", dan kata"empat puluh" itu Syaadz dari arah ini, tetapi dalam kitab"مراسيل" karya Thowus sama seperti itu, yakni"emapat puluh" akan tetapi terdapat tambahan kata"Dalam berjima’".

Dalam kitab"
صفة الجنة" karya Abu Naim disebutkan :

Di riwayatkan dari Jalur Mujahid sama seperti itu tetapi ada tambahan kata: "
مِنْ رِجَالِ أَهْلِ الْجَنَّةِ / para lelaki penghuni surga".

Dan dari hadits Abdullah bin Umar dari Nabi :

أُعْطِيت قُوَّة أَرْبَعِينَ فِي الْبَطْشِ وَالْجِمَاعِ

"Aku diberi kekuatan berbanding empat puluh dalam bertempur dan berjima’".

Dan dalam riwayat Imam Ahmad dan an-Nasaa’i, serta di shahihkan oleh al-Haakim dari hadits Zaid bin Arqam dari Nabi :

"إِنَّ الرَّجُلَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ لَيُعْطَى قُوَّة مِائَة فِي الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالْجِمَاعِ وَالشَّهْوَةِ"

"Sesungguhnya para lelaki penghuni surga diberikan kekuatan seratus dalam makan, minum, berjimaa’ dan syahwat".

Maka dengan demikian kekuatan Nabi kita  kelak akan menjadi empat ribu. (sudah selesai)

******

HADITS NABI SULAIMAN (A.S) GILIR PARA ISTRINYA DALAM SEMALAM

Dari Abu Hurairah ia berkata:

(قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ: لَأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ بِمِائَةِ امْرَأَةٍ ، تَلِدُ كُلُّ امْرَأَةٍ غُلاَمًا يُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، فَقَالَ لَهُ المَلَكُ: قُلْ إِنْ شَاءَ اللَّه ُ، فَلَمْ يَقُلْ وَنَسِيَ ، فَأَطَافَ بِهِنَّ ، وَلَمْ تَلِدْ مِنْهُنَّ إِلَّا امْرَأَةٌ نِصْفَ إِنْسَانٍ ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ قَالَ: إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمْ يَحْنَثْ ، وَكَانَ أَرْجَى لِحَاجَتِهِ).

Sulaiman bin Dawud 'Alaihimas Salam berkata,"Pada malam ini, aku benar-benar akan menggilir seratus orang isteri, sehingga setiap wanita akan melahirkan seroang anak yang berjihad di jalan Allah."

Lalu Malaikat pun berkata padanya,"Katakanlah Insya Allah."

Namun ternyata ia tidak mengatakannya dan lupa. Kemudian ia pun menggilir pada malam itu, namun tak seorang pun dari mereka yang melahirkan, kecuali seorang wanita yang berbentuk setengah manusia.

Nabi  bersabda: "Sekiranya ia mengatakan Insya Allah niscaya ia tidak akan membatalkan sumpahnya, dan juga hajatnya akan terkabulkan."(HR. Bukhori no. 4841, 5242, Muslim no. 1654, Ahmad no. 7390 dan Nasaa’i no. 3796)

Al-Haafidz Ibn Hajar mengatakan dalam"Fath al-Bari"(6/462) dalam mensyarahi hadits perkataan Nabi Sulaiman:

"لَأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ بِمِائَةِ امْرَأَةٍ"

"Sungguh aku akan menggilir malam ini pada 100 istri". Al-Haafidz berkata:

"وَفِيهِ مَا خُصَّ بِهِ الْأَنْبِيَاءُ مِنَ الْقُوَّةِ عَلَى الْجِمَاعِ الدَّالِّ ذَلِكَ عَلَى صِحَّةِ الْبِنْيَةِ وَقُوَّةِ الْفُحُولِيَّةِ وَكَمَالِ الرُّجُولِيَّةِ ، مَعَ مَا هُمْ فِيهِ مِنَ الِاشْتِغَالِ بِالْعِبَادَةِ وَالْعُلُومِ ، وَقَدْ وَقَعَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ذَلِكَ أَبْلَغُ الْمُعْجِزَةِ ، لِأَنَّهُ مَعَ اشْتِغَالِهِ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ وَعُلُومِهِ وَمُعَالَجَةِ الْخَلْقِ ، كَانَ مُتَقَلِّلًا مِنَ الْمَآكِلِ وَالْمَشَارِبِ الْمُقْتَضِيَةِ لِضَعْفِ الْبَدَنِ عَلَى كَثْرَةِ الْجِمَاعِ ، وَمَعَ ذَلِكَ فَكَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي لَيْلَة بِغسْل وَاحِد وَهن إحدى عَشْرَةَ امْرَأَةً". انتهى.

"Dalam hadits ini terdapat keistimewaan yang di berikan kepada para nabi kekuatan untuk berjima’ yang menunjukkan pada kesehatan struktur fisik dan kekuatan kejantanan dan kesempurnaannya sebagai lelaki, namun bersamaan dengan itu semua mereka menyibukkan diri pula di dalamnya dengan Ibadah dan ilmu pengetahuan. Dan itu terjadi pula pada diri Nabi , dan dari situ menunjukan adanya mukjizat yang lebih nyata.

Karena jika beliau itu di sibukkan dengan ibadah kepada Rabbnya, sibuk dengan Ilmu dan sibuk membenahi makhluq, tentunya beliau sedikit sekali mengkonsumsi makanan dan dan minuman, sehingga akan menyebabkan kelemahan tubuh untuk banyak melakukan hubungan seksual, namun demikian realitanya beliau mampu bergilir pada istri-istrinya dalam satu malam dengan satu kali mandi, padahal mereka semuanya ada sebelas istri. (Berakhir).

-----

FIQH HADITS

Allah SWT telah memberikan Nabi-Nya Muhammad  kekuatan dalam tubuhnya, energi, dan kemampuan untuk melakukan hubungan suami istri.

Dan Allah SWT telah mengkhususkan untuk Nabi  perkara-perkara dan hukum-hukum yang berkaitan dengan para wanita yang Allah SWT tidak memberikannya pada orang lain.

Dalam hadits ini Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu meriwayatkan:

"أنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ علَيه وسلَّم طافَ على نسائِه في ليلةٍ"

"Bahwa Rasulullah  menggilir semua isterinya dalam satu malam,"

Maksudnya:

أي: دارَ عليهنَّ جميعًا متتالياتٍ للجِماعِ والمُعاشَرةِ في ليلةٍ واحدةٍ، وكانَتْ حُجُراتُ نِساءِ النَّبيِّ صلَّى اللهُ علَيه وسلَّم مُتجاوِراتٍ؛ فكان يَتنقَّلُ بَينهنَّ.

Yakni, Beliau keliling terhada mereka semua secara berturut-turut untuk melakukan hubungan suami istri dan bercumbu dalam satu malam. Dan kebetulan kamar-kamar para istri beliau  itu saling berdekatan. Maka dengan mudah beliau berpindah-pindah.

Arti kata: "Satu kali mandi":

أي: لم يُجدِّدِ النَّبيُّ صلَّى اللهُ علَيه وسلَّم غُسْلَه في كلِّ مرَّةٍ لكلِّ امرأةٍ.

Artinya: "Nabi tidak mengulangi mandinya setiap kali melakukannya pada setiap istrinya".

Ada sebagian ulama menyebutkan pandangan para ulama sbb:

وهذا يَحتمِلُ أنَّه كان يَتوضَّأُ عقِبَ الفَراغِ مِن كلِّ واحدةٍ منهنَّ،

ويَحتمِلُ تَرْكَ الوُضوءِ لبيانِ الجوازِ.

قيل: ولأنَّ وَطْءَ المرأةِ في يَومِ صاحبتِها ممنوعٌ؛

فلعلَّ النبيَّ صلَّى اللهُ علَيه وسلَّم فعَل هذا عند قُدومِه مِن سفَرٍ، أو عند حالةٍ ابتدَأَ فيها القَسْمَ، أو عندَ تَمامِ الدَّوَرانِ عليهنَّ وابتداءِ دوَرانٍ آخَرَ، فدارَ عليهنَّ ليلتَه وسوَّى بينهنَّ، ثمَّ ابتدَأ القَسْمَ باللَّيالي والأيَّامِ على عادتِه، أو يكونُ ذلكَ بإذنِ صاحبةِ اليومِ ورِضاها، أو يكونُ ذلك مخُصوصًا له صلَّى الله عليه وسلَّم،

وقد يُحمَلُ هذا الحديثُ على عَدمِ وجوبِ القَسْمِ عليه؛ فيفعَلُ معهنَّ ما شاء، أو يُحمَلُ على أنَّه كان يُرضيهنَّ جميعًا.

وفي الحديثِ: أنَّ غُسْلَ الجَنابةِ ليس على الفَوْرِ، وإنَّما يَلزَمُ عندَ القيامِ للصَّلاةِ، كالوضوءِ.

Dan ini ada kemungkinkan bahwa beliau  selalu berwudhu setiap kali selesai berhubungan dengan masing-masing dari mereka.

Dan mungkin pula beliau meninggalkan wudhu untuk menunjukkan boleh-boleh saja hukumnya.

Ada yang berpendapat: Dan karena berjima’ dengan salah seorang istri pada hari yang bukan waktu gilirnya itu dilarang.

Mungkin Nabi 
 melakukan ini ketika beliau  baru datang dari Safar.

Atau pada situasi di mana pembagian waktu gilir malam dan siang baru dimulai.

Atau pada hari akhir giliran diantara mereka dan mulai lagi awal giliran berikutnya, maka pada malam tsb bagi rata semuanya dapat giliran, setelah malam itu di mulai kembali waktu gilir seperti biasanya.

Atau gilir pada semua dalam satu malam tsb telah mendapat restu dan izin dari istri yang punya hak waktu gilir.

Atau hal tsb kekhususan yang Allah berikan pada Nabi 
.

Dan ada kemungkinan bahwa hadits ini menunjukkan tidak wajibnya pembagian waktu gilir atas Nabi , lalu beliau melakukan dengan mereka apa yang beliau inginkan.

Atau diasumsikan bahwa beliau berkeinginan menyenangkan mereka semua.

Dan dalam hadits menunjukan: bahwa mandi tsb tidak harus segera, tetapi diwajibkan ketika hendak mendirikan sholat, sama seperti wudhu.

------

Hadits yang disebutkan diatas, yaitu hadits Anas, diyakini oleh banyak ulama tidak menunjukkan bahwa itu kebiasaan Nabi  yang terus menerus ; karena beberapa hal:

Hal pertama:

الأَمْرُ الأَوَّلُ : أَنَّهُ قَدْ وَرَدَ فِي السُّنَّةِ الصَّحِيحَةِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ مِنْ عَادَتِهِ أَنْ يَقْسِمَ لِزَوْجَاتِهِ فَيَبِيتَ عِنْدَ كُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ لَيْلَةً ، إِلَّا أَنَّهُ يَدُورُ عَلَيْهِنَّ جَمِيعًا كُلَّ يَوْمٍ لِيَسْأَلَ عَلَيْهِنَّ ، وَيُؤْنِسَهُنَّ ، إِلَّا أَنَّهُ لَا يُجَامِعُ أَيَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ إِلَّا فِي لَيْلَتِهَا.

Diriwayatkan dalam Sunnah yang shahi bahwa Nabi  biasa membagi waktu gilir pada istri-istrinya dan tinggal bersama pada setiap masing-masing mereka selama satu malam, akan tetapi beliau  berkeliling pada mereka semua setiap hari untuk menanyakan tentang mereka dan mengetahui serta untuk menghibur mereka, namun demikian beliau tidak melakukan hubungan suami istri dengan salah satu dari mereka kecuali dengan istri yang pada malam gilirannya.

Seperti yang di sebutkan dalam hadits berikut ini: dari Hisyam bin 'Urwah dari ayahnya, ia berkata;

قَالَتْ عَائِشَةُ يَا ابْنَ أُخْتِي كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفَضِّلُ بَعْضَنَا عَلَى بَعْضٍ فِي الْقَسْمِ مِنْ مُكْثِهِ عِنْدَنَا وَكَانَ قَلَّ يَوْمٌ إِلَّا وَهُوَ يَطُوفُ عَلَيْنَا جَمِيعًا فَيَدْنُو مِنْ كُلِّ امْرَأَةٍ مِنْ غَيْرِ مَسِيسٍ حَتَّى يَبْلُغَ إِلَى الَّتِي هُوَ يَوْمُهَا فَيَبِيتَ عِنْدَهَا وَلَقَدْ قَالَتْ سَوْدَةُ بِنْتُ زَمْعَةَ حِينَ أَسَنَّتْ وَفَرِقَتْ أَنْ يُفَارِقَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ يَوْمِي لِعَائِشَةَ فَقَبِلَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهَا قَالَتْ نَقُولُ فِي ذَلِكَ أَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى وَفِي أَشْبَاهِهَا أُرَاهُ قَالَ { وَإِنْ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا }

Aisyah RA berkata: "wahai anak saudariku, Rasulullah  tidak melebihkan sebagian kami atas sebagian yang lain dalam membagi waktu tinggalnya bersama kami.

Setiap hari beliau mengelilingi kami semua dan mendekat kepada seluruh isteri tanpa menyentuh hingga sampai kepada rumah isteri yang hari itu merupakan bagiannya, kemudian beliau bermalam padanya.

Sungguh Saudah binti Zam'ah ketika telah berusia lanjut dan takut ditinggalkan Rasulullah 
, ia berkata; wahai Rasulullah, hariku untuk Aisyah. Dan Rasulullah  menerima hal tersebut. Ia berkata; kami katakan; mengenai hal tersebut dan orang yang semisalnya, Allah Ta'ala menurunkan ayat:

وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۚ وَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗ وَأُحْضِرَتِ الْأَنْفُسُ الشُّحَّ ۚ وَإِنْ تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. An-Nisaa: 128)". (HR. Ahmad no. 26765 dan Abu Daud no. 2135). Di shahihkan Syeikh al-Albaani dalam Shahih Abu Daud no. 1852.

Dalil yang diambil dari hadits ini adalah kata:

فَيَدْنُو مِنْ كُلِّ امْرَأَةٍ مِنْ غَيْرِ مَسِيسٍ

"dan mendekat kepada seluruh isteri tanpa menyentuh" Yakni: Tanpa ber jima’

Hal Kedua:

الثَّانِي : أَنَّ حَدِيثَ أَنَسٍ وَإِنْ كَانَ عَبَّرَ عَنْهُ فِي هَذِهِ الرِّوَايَةِ بِلَفْظِ "كَانَ" وَالَّتِي تَدُلُّ عَلَى الِاسْتِمْرَارِ ، إِلَّا أَنَّ كَثِيرًا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ حَمَلُوا ذَلِكَ عَلَى أَنَّهُ كَانَ فِي أَوْقَاتٍ مَخْصُوصَةٍ ، بَلْ حَمَلَهُ بَعْضُهُمْ عَلَى أَنَّهُ حَدَثَ مَرَّةً وَاحِدَةً، جَمْعًا بَيْنَ الْأَدِلَّةِ.

Bahwa hadits Anas, meskipun dalam riwayat ini diungkapkan dengan kata"كان" yang menunjukkan kesinambungan, tetapi banyak ulama berpendapat bahwa itu terjadi pada waktu-waktu tertentu. Bahakan ada sebagian dari mereka menganggapnya hanya terjadi sekali, sebagai bentuk penggabungan dalil-dalil yang ada.

Ibnu Abdil-Barr berkata dalam al-Istidhkar (1/300):

[ وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ - عَلَيْهِ السَّلَامُ - أَنَّهُ طَافَ عَلَى نِسَائِهِ فِي غُسْلٍ وَاحِدٍ ، وَهَذَا مَعْنَاهُ فِي حِينِ قُدُومِهِ مِنْ سَفَرٍ أَوْ نَحْوِهِ ، فِي وَقْتٍ لَيْسَ لِوَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ يَوْمٌ مُعَيَّنٌ مَعْلُومٌ ، فَجَمَعهنَ حِينَئِذٍ ، ثُمَّ دَارَ بِالْقِسْمِ عَلَيْهِنَّ بَعْدُ - وَاللَّهُ أَعْلَمُ - لِأَنَّهُنَّ كُنَّ حَرَائِرَ ، وَسُنَّتُهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِيهِنَّ الْعَدْلُ فِي الْقَسْمِ بَيْنَهُنَّ ، وَأَلَّا يَمَسَّ الْوَاحِدَةَ فِي يَوْمِ الْأُخْرَى ، وَهَذَا قول جماعة الفقهاء ] اهـ.

Diriwayatkan dari Nabi : "bahwa beliau menggilir istri-istrinya dalam sekali mandi", Ini artinya ketika beliau  datang dari safar jauh atau yang semisalnya, pada saat tidak diketahui hari gilir untuk salah satu dari mereka, maka beliau  kumpulkan waktu gilir mereka dalam satu malam.

Kemudian setelah itu diberlakukan waktu gilir pada mereka – Wallahu a’lam - karena mereka mereka itu adalah para istri yang merdeka (bukan budak pen.). Dan sudah menjadi Sunnah beliau 
 berbuat adil di antara mereka, dan beliau  tidak akan menyentuh salah satu istrinya pada hari yang bukan gilirannya". Selesai

Al-Munaawi mengatakan dalam "
فيض القدير" (5/228) ketika menjelaskan hadits Anas:

ثُمَّ قَضِيَّةُ "كَانَ" (يَعْنِي : مُقْتَضَى هَذَا اللَّفْظِ) ، الْمُشْعِرَةُ بِاللُّزُومِ وَالِاسْتِمْرَارِ : أَنَّ ذَلِكَ كَانَ يَقَعُ غَالِبًا ، إِنْ لَمْ يَكُنْ دَائِمًا.

لَكِنْ فِي الْخَبَرِ الْمُتَّفَقِ عَلَيْهِ : مَا يُشْعِرُ بِأَنَّ ذَلِكَ إِنَّمَا كَانَ يَقَعُ مِنْهُ عِنْدَ إِرَادَتِهِ الْإِحْرَامَ ، وَلَفْظُهُ عَنْ عَائِشَةَ : "كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَيَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ ، فَيُصْبِحُ مُحْرِمًا يَنْضَحُ طِيبًا".

"Kemudian kasus kata "كان" (artinya: implikasi dari kata ini) mengindikasikan sebuah keharusan dan kesinambungan: bahwa ini sering terjadi, meskipun tidak selalu. Namun dalam riwayat yang disepakati oleh Bukhori dan Muslim: Ada sesuatu yang menunjukkan bahwa ini dilakukan olehnya ketika dia ingin masuk ihram.

Dan lafadz hadits dari Aisyah:

كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَيَطُوفُ علَى نِسَائِهِ، ثُمَّ يُصْبِحُ مُحْرِمًا يَنْضَخُ طِيبًا

"Saya dulu mengolesi minyak wangi Rosulullah , lalu beliau menggilir istri-istrinya, kemudian esok harinya beliau berihram dan masih semerbak wanginya"(HR. Bukhori no. 267 dan Muslim no. 1192)."Selesai.

Demikian juga, itu dikutip oleh al-Kashmiri dalam"العرف الشذي" (1/159) dari al-Qoodli Abu Bakr ibn al-Arabi al-Maliki, yang mengatakan:

قَالَ الْقَاضِي أَبُو بَكْرِ بْنِ الْعَرَبِي الْمَالِكِيّ: إِنَّ هَذِهِ وَاقِعَةُ حَجَّةِ الْوَدَاعِ قَبْلَ الْإِحْرَامِ ، وَكَانَ غَرَضُهُ قَضَاءَ حَاجَتِهِنَّ ، وَإِنْ عَبَّرَهَا الرَّاوِي بِطَرِيقِ الِاسْتِمْرَارِ وَلَفْظِ الْعَادَةِ ] اهـ.

Al-Qadi Abu Bakar bin Al-Arabi Al-Maliki berkata: Ini adalah acara Haji Perpisahan sebelum Ihram. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka, meskipun redaksi perawi tsb menunjukkan kontinuitas dan kata-kata kebiasaan".

Al-Shan'ani menegaskan dalam"
التنوير شرح الجامع الصغير" (8/592) dan berkata:

[وَاعْلَمْ أَنَّ ظَاهِرَ " كَانَ يَطُوفُ " : أَنَّهُ كَانَ يُدَاوِمُ عَلَى ذَلِكَ ، وَفِي الْحَدِيثِ الْمُتَّفَقِ عَلَيْهِ مَا يُؤْخَذُ مِنْهُ بِأَنَّ ذَلِكَ إِنَّمَا كَانَ يَقَعُ مِنْهُ عِنْدَ إِرَادَةِ الْإِحْرَامِ ، وَلَفْظُهُ عَنْ عَائِشَةَ " كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَيَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ ثُمَّ يُصْبِحُ مُحْرِمًا يَنْضَحُ طِيبًا ] اهـ.

Dan ketahuilah bahwa yang tampak dalam lafadz "Senantiasa berkeliling" adalah bahwa beliau  biasa melakukan itu. Akan tetapi dalam hadits yang disepakati Bukhori dan Muslim yang diambil darinya adalah bahwa ini hanya terjadi pada saat beliau hendak ber ihram.

Lafadznya dalam hadits Aisyah:

كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَيَطُوفُ علَى نِسَائِهِ، ثُمَّ يُصْبِحُ مُحْرِمًا يَنْضَخُ طِيبًا

"Saya dulu mengolesi minyak wangi Rosulullah , lalu beliau menggilir istri-istrinya, kemudian esok harinya beliau berihram dan masih tercium semerbak wanginya"(HR. Bukhori no. 267 dan Muslim no. 1192)." Selesai.

PENULIS KATAKAN:

Yang menegaskan dan menguatlan hal ini adalah bahwa Nabi  tidak memiliki para istri dengan jumlah istri tsb kecuali di akhir hayatnya .

*****

ISTRI BOLEH MINTA CERAI JIKA SUAMINYA TERBUKTI LEMAH LUNGLAY SAAT DIATAS RANJANG

Seorang istri diperbolehkan untuk mengajukan cerai atau meminta cerai kepada suaminya jika benar-benar terbukti bahwa suaminya tidak memiliki kemampuan untuk memuaskan istrinya saat di atas ranjang alias letoy atau lemah lunglay seperti kain yang tergolek.

Berikut ini hadits-hadits yang menunjukkan akan kebolehan hal tersebut :

PERTAMA : Riwayat imam Muslim : Dari ‘Urwah bin Az-Zubair :

أَنَّ رِفَاعَةَ الۡقُرَظِيَّ طَلَّقَ امۡرَأَتَهُ فَبَتَّ طَلَاقَهَا، فَتَزَوَّجَتۡ بَعۡدَهُ عَبۡدَ الرَّحۡمَٰنِ بۡنَ الزَّبِيرِ، فَجَاءَتِ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّهَا كَانَتۡ تَحۡتَ رِفَاعَةَ فَطَلَّقَهَا آخِرَ ثَلَاثِ تَطۡلِيقَاتٍ، فَتَزَوَّجۡتُ بَعۡدَهُ عَبۡدَ الرَّحۡمَٰنِ بۡنَ الزَّبِيرِ، وَإِنَّهُ وَاللهِ، مَا مَعَهُ إِلَّا مِثۡلُ الۡهُدۡبَةِ، وَأَخَذَتۡ بِهُدۡبَةٍ مِنۡ جِلۡبَابِهَا. قَالَ: فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ ضَاحِكًا. فَقَالَ: (لَعَلَّكِ تُرِيدِينَ أَنۡ تَرۡجِعِي إِلَى رِفَاعَةَ. لَا، حَتَّىٰ يَذُوقَ عُسَيۡلَتَكِ وَتَذُوقِي عُسَيۡلَتَهُ). وَأَبُو بَكۡرٍ الصِّدِّيقُ جَالِسٌ عِنۡدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَخَالِدُ بۡنُ سَعِيدِ بۡنِ الۡعَاصِ جَالِسٌ بِبَابِ الۡحُجۡرَةِ لَمۡ يُؤۡذَنۡ لَهُ. قَالَ: فَطَفِقَ خَالِدٌ يُنَادِي أَبَا بَكۡرٍ: أَلَا تَزۡجُرُ هٰذِهِ عَمَّا تَجۡهَرُ بِهِ عِنۡدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ؟

“Bahwa ‘Aisyah istri Nabi  mengabarkan kepadanya:

Bahwa Rifa’ah Al-Qurazhi menceraikan istrinya hingga pisah dan tidak bisa kembali, lalu setelah itu istrinya menikah dengan ‘Abdurrahman bin Az-Zubair. Lalu wanita tersebut datang kepada Nabi  seraya berkata :

“ Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku dahulu adalah istri Rifa’ah, lalu ia menceraikan aku sampai talak tiga. Setelah itu, aku menikah dengan ‘Abdurrahman bin Az-Zubair. Demi Allah, tidaklah yang ada bersamanya ( yakni : kemaluannya )  kecuali seperti rumbai ( ujung kain )“. Lalu dia memegang rumbai jilbabnya.

Rasulullah  tersenyum lalu bersabda : “Jangan-jangan engkau ini ingin kembali ke Rifa’ah. Itu Tidak boleh, sampai kamu betul-betul telah merasakan madu kecilnya dia dan dia pun merasakan madu kecilnya kamu ( yakni : berjima’ ) ."

Ketika itu, Abu Bakr Ash-Shiddiq duduk di dekat Rasulullah , sementara Khalid bin Sa’id bin Al-‘Ash duduk di luar pintu kamar belum diizinkan masuk. Khalid berseru kepada Abu Bakr :

“ Tidakkah engkau melarang wanita ini dari ucapan yang ia jaharkan (tentang suaminya) di dekat Rasulullah SAW?” . ( HR. Muslim no. 112

KEDUA : Riwayat Bukhori dan Muslim , Dari Ikrimah :

 أنَّ رِفَاعَةَ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ، فَتَزَوَّجَهَا عبدُ الرَّحْمَنِ بنُ الزَّبِيرِ القُرَظِيُّ، قالَتْ عَائِشَةُ: وعَلَيْهَا خِمَارٌ أخْضَرُ، فَشَكَتْ إلَيْهَا وأَرَتْهَا خُضْرَةً بجِلْدِهَا، فَلَمَّا جَاءَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ -والنِّسَاءُ يَنْصُرُ بَعْضُهُنَّ بَعْضًا- قالَتْ عَائِشَةُ: ما رَأَيْتُ مِثْلَ ما يَلْقَى المُؤْمِنَاتُ! لَجِلْدُهَا أشَدُّ خُضْرَةً مِن ثَوْبِهَا. قالَ: وسَمِعَ أنَّهَا قدْ أتَتْ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَجَاءَ ومعهُ ابْنَانِ له مِن غيرِهَا، قالَتْ: واللَّهِ ما لي إلَيْهِ مِن ذَنْبٍ، إلَّا أنَّ ما معهُ ليسَ بأَغْنَى عَنِّي مِن هذِه، وأَخَذَتْ هُدْبَةً مِن ثَوْبِهَا، فَقالَ: كَذَبَتْ واللَّهِ يا رَسولَ اللَّهِ، إنِّي لَأَنْفُضُهَا نَفْضَ الأدِيمِ، ولَكِنَّهَا نَاشِزٌ، تُرِيدُ رِفَاعَةَ، فَقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: فإنْ كانَ ذَلِكِ لَمْ تَحِلِّي له -أوْ: لَمْ تَصْلُحِي له- حتَّى يَذُوقَ مِن عُسَيْلَتِكِ، قالَ: وأَبْصَرَ معهُ ابْنَيْنِ له، فَقالَ: بَنُوكَ هَؤُلَاءِ؟ قالَ: نَعَمْ، قالَ: هذا الذي تَزْعُمِينَ ما تَزْعُمِينَ؟! فَوَاللَّهِ لهمْ أشْبَهُ به مِنَ الغُرَابِ بالغُرَابِ.

“ Bahwa Rifa'ah telah menceraikan isterinya, kemudian isterinya menikah dengan Abdurrahman bin Zubair Al Qurdli .

Aisyah berkata; "Ketika itu mantan isteri Rifa'ah tengah mengenakan kerudung hijau, lalu mantan isteri Rifa'ah mengadukan permasalahannya kepada Aisyah, mantan isteri Rifaah memperlihatkan bekas hijau di kulitnya.

Ketika Rasulullah  datang -kala itu para wanita membela satu sama lainnya. 'Aisyah berkata : “Sungguh yang kulihat padanya, seperti yang ditemui wanita mukminah lainnya, sungguh kulitnya jauh lebih hijau dari pada bajunya”.

‘Ikrimah berkata : “ Tiba-tiba Abdurrahman datang bersama dua anaknya yang di hasilkan bukan dari isteri keduanya (mantan isteri Rifa'ah). Isterinya berkata ; "Demi Allah, tidaklah aku berdosa ketika bersamanya melainkan karena ia tidak dapat memuaskan diriku." Sambil memegang ujung kainnya.

Abdurrahman berkata : "Demi Allah, ia dusta wahai Rasulullah, sesungguhnya aku dapat memuaskannya, akan tetapi ia berbuat nusyuz (membangkang terhadap perintah suami) karena ia ingin kembali kepada Rifa'ah “.

Maka Rasulullah  bersabda : "Apabila seperti itu, maka kamu tidak halal bagi Rifa'ah atau tidak sah bagi Rifa'ah hingga ia (suami kedua) merasakan madu kecilmu."

Ikrimah berkata : "Lalu Abdurrahman memperlihatkan kedua anaknya, lalu Beliau  bertanya : "Apakah mereka semua anak-anakmu?"

Abdurrahman menjawab : "Ya."

Lalu Beliau  berkata kepada wanita tsb :

" Ini adalah hanya prasangka yang kamu sangkakan saja padanya (yaitu bahwa dia tidak berdaya) ? Demi Allah, kedua anak ini lebih menyerupai ayahnya dari pada burung gagak yang menyerupai induknya." (Yakni , buktinya dia punya anak dua yang mirip bapaknya . Pen)

( HR. Bukhori no. 5825 dan Muslim no. 111 (1433 ).

KETIGA : Riwayat Imam Syafii dan at-Turmudzi : dari Urwah, dari Aisyah :

جاءتِ امرأةُ رفاعةَ القُرَظيِّ إلى رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقالت : إنِّي كنتُ عندَ رفاعةَ فبتَّ طَلاقي فتزَوَّجتُ عبدَ الرَّحمنِ بنَ الزُّبيرِ وإنَّما معَه مثلُ هُدبةِ الثَّوبِ ، فتبسَّمَ رسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فقال : أتريدينَ أن ترجِعي إلى رفاعةَ لا حتَّى تذوقي عُسَيلتَهُ ويذوقَ عُسَيلتَكِ ،

قال : وأبو بكرٍ عندَ النَّبيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وخالدُ بنُ سعيدٍ بالبابِ فنادَى يا أبا بكرٍ فقال : ألَّا تسمَعُ إلى ما تجهَرُ بهِ هذِه عندَ رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ

“ Bahwa Istri Rifa'ah Al Qurazh datang kepada Rasulullah , lalu berkata :

"Sesungguhnya aku menjadi istri Rifa'ah, kemudian ia menceraikanku hingga thalakku habis, sesudah itu aku kawin dengan Abdurrahman bin Zubair. Dan sesungguhnya apa yang dia miliki ( dari kejantanannya ) hanyalah seperti ujung kain baju ."

Maka Rasulullah tersenyum, lalu bersabda :

"'Apakah kamu ingin kembali kepada Rifa'ah ? Tidak boleh sebelum kamu merasakan madu kecilnya dan dia pun merasakan madu kecilmu."

Ketika itu Abu Bakar berada di samping Nabi  , sedangkan Khalid bin Sa'id bin Ash berada di pintu menunggu untuk diberi izin masuk, lalu ia berseru :

"Hai Abu Bakar! Apakah engkau mendengar apa yang dikatakan wanita ini di sisi Rasulullah ?"

( HR. Imam asy-Syaafi’i dalam al-Musnad no. 942 dan An-Nasaa’i No. 3355 ).

Ibnu Abdil Barr dlm “التمهيد” 13/233 berkata : 

أَصَحُّ حَدِيثٍ يُرْوَى فِي هَذَا الْبَابِ وَأَثْبَتُهُ مِنْ جِهَةِ الْإِسْنَادِ

“Ini Hadits yang paling shahih yang diriwayatkan dalam hal ini , dan aku anggap kokoh dari sisi sanadnya “.

Al-Malaa Ali al-Qoori berkata dlm “مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح” 5/149 no. 2149 :

وَفِي شَرْحِ السُّنَّةِالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ عَامَّةِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنَ الصَّحَابَةِ وَغَيْرِهِمْ، وَقَالُواإِذَا طَلَّقَ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ ثَلَاثًا فَلَا تَحِلُّ لَهُ بَعْدَ ذَلِكَ حَتَّى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ، وَيُصِيبَهَا الزَّوْجُ الثَّانِي، فَإِنْ فَارَقَهَا أَوْ مَاتَ عَنْهَا قَبْلَ إِصَابَتِهَا فَلَا تَحِلُّ وَلَا تَحِلُّ إِصَابَةُ شُبْهَةٍ وَلَا زِنًا وَلَا مِلْكِ يَمِينٍ، وَكَانَ ابْنُ الْمُنْذِرِ يَقُولُفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى أَنَّ الزَّوْجَ الثَّانِيَ إِنْ وَاقَعَهَا وَهِيَ نَائِمَةٌ أَوْ مُغْمًى عَلَيْهَا لَا تُحِسُّ بِاللَّذَّةِ إِنَّهَا لَا تَحِلُّ لِلزَّوْجِ الْأَوَّلِ ; لِأَنَّ الذَّوْقَ أَنْ يُحِسَّ بِاللَّذَّةِ، وَعَامَّةُ أَهْلِ الْعِلْمِ عَلَى أَنَّهَا تَحِلُّ،

“ Dalam kitab “شرح السنة”: “ Amalan ini adalah yang di amalkan para ulama dari kalangan para sahabat dan lainnya, dan mereka berkata : “ Jika seorang pria menceraikan istrinya tiga kali maka tidak halal baginya setelah itu sampai dia menikah dengan suami yang lain , dan suami kedua ini menggaulinya .

Jadi jika suami kedua ini menceraikannya atau meninggal dunia sebelum dia menggaulinya , maka tidak halal menikah lagi dengan yang pertama . Dan juga tidak halal jika dengan jima’ subhat , atau berzina atau perbudakan .

Ibn al-Mundhir mengatakan : “ Dalam hadits menunjukkan bahwa suami yang kedua jika menggauli istrinya itu dalam keadaan dia tidur atau tidak sadar yang mana tidak merasakan kenikmatan jima’ , maka itu tidak menghalalkan untuk menikah lagi dengan suami yang pertama

Karena rasa itu fungsinya adalah untuk merasakan kenikmatan , akan tetapi kebanyakan ulama berpendapat bahwa hal itu telah menghalalkan nikah dengan yang pertama “.


Posting Komentar

0 Komentar