Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

KASIH SAYANG NABI ﷺ TERHADAP PELAKU ZINA MUHSHON YANG INGIN BERTAUBAT

KASIH SAYANG NABI  TERHADAP PELAKU ZINA MUHSHON YANG INGIN BERTAUBAT

[MA’IZ & AL-GHOOMIDIYYAH]

LALU KENAPA ROSULULLAH  MENYALAHKAN HAZZAAL, PAMAN MAIZ (ra)?

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM
 

*****

بسم الله الرحمن الرحيم

Rosulullah ﷺ berkata kepada Hazzaal RA:

"يا هَزَّالُ بِئْسَ مَا صَنَعْتَ، لَوْ سَتَرْتَهُ بِطَرْفِ رِدَائِكَ لَكَانَ خَيْراً لَكَ"

"Hai Hazzaal, betapa buruknya apa yang telah kau lakukan. Jika kau menutupinya dengan ujung jubah mu ( yakni: merahasiakannya ), itu akan lebih baik bagi mu. "

Pertanyaannya:

KENAPA ROSULULLAH SAW MENYALAHKAN HAZZAAL RA?

Bukankah Allah SWT berfirman:

لَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللهَ تَوَّابًا رَحِيمًا

“Sesungguhnya jikalau mereka ketika berbuat dzalim pada dirinya ( berbuat dosa ), lalu mereka datang kepada mu, dan mereka memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Nisa’: 64).

Dan bukankah Allah SWT berfirman:

"الشَّيْخُ وَالشَّيْخَةُ إِذَا زَنَيَا فَارْجُمُوهُمَا الْبَتَّةَ نَكَالًا مِنَ اللهِ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ".

“Laki-laki tua dan perempuan tua, jika mereka melakukan zina, maka rajamlah keduanya, sebagai azab dari Allah, dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Diriwayatkan oleh 'Abdullah putra Imam Ahmad dalam Zawaa'id al-Musnad (21207), 'Abd ar-Razzaaq dalam al-Musannaf (599), Ibn Hibbaan dalam Shahihnya (4428), al-Haakim dalam al- Mustadrak (8068), al-Bayhaqi in as-Sunan (16911), Ibn Hazm in al-Muhalla (12/175), via 'Aasim ibn Bahdalah, dari Zirr, yang berkata: Ubay ibn Ka'b berkata kepadaku:

" كَأَيِّنْ تَقْرَأُ سُورَةَ الْأَحْزَابِ؟ أَوْ كَأَيِّنْ تَعُدُّهَا؟ " قَالَ: قُلْتُ لَهُ: ثَلَاثًا وَسَبْعِينَ آيَةً ، فَقَالَ: قَطُّ ، لَقَدْ رَأَيْتُهَا وَإِنَّهَا لَتُعَادِلُ سُورَةَ الْبَقَرَةِ ، وَلَقَدْ قَرَأْنَا فِيهَا: ( الشَّيْخُ وَالشَّيْخَةُ إِذَا زَنَيَا فَارْجُمُوهُمَا الْبَتَّةَ نَكَالًا مِنَ اللهِ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ) ".

“Berapa panjang Surat al-Ahzaab ketika Anda membacanya? Atau berapa banyak ayat menurut Anda?

Aku berkata kepadanya: Tujuh puluh tiga ayat.

Dia berkata: “Hanya segitu? Sungguh Saya pernah melihatnya, dan surat itu setara dengan Surat Al-Baqarah, dan sungguh kami telah membacanya:

( الشَّيْخُ وَالشَّيْخَةُ إِذَا زَنَيَا فَارْجُمُوهُمَا الْبَتَّةَ نَكَالًا مِنَ اللهِ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ )

“Laki-laki tua dan perempuan tua, jika mereka melakukan zina, maka rajamlah keduanya, sebagai azab dari Allah, dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Ibn Hazm, semoga Allah merahmatinya, berkata:

هَذَا إسْنَادٌ صَحِيحٌ كَالشَّمْسِ ، لَا مَغْمَزَ فِيهِ " انتهى

“Ini adalah isnad yang shahih, seperti matahari, tanpa mengedipkan mata.” (Akhir kutipan).

Ibnu Katsir berkata:

وَهَذَا إِسْنَادٌ حَسَنٌ ، وَهُوَ يَقْتَضِي أنه قد كَانَ فِيهَا قُرْآنٌ ثُمَّ نُسِخَ لَفْظُهُ وَحُكْمُهُ أَيْضًا، وَاللَّهُ أَعْلَمُ"

"Ini adalah Sanad yang Hasan, dan ini menyiratkan bahwa dulunya ada dalam Al-Qur'an, kemudian kata-katanya dan hukumnya juga dibatalkan. Wallaahu a’lam. ( Baca Tafsir Ibnu Katsir 6/335 )."

Dan dia memiliki riwayat saksi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dalam “Zawa’id Al-Musnad” (21206):

“Wahb bin Baqiya meriwayatkan kepadaku, Khalid bin Abdullah Al-Thohhaan memberi tahu kami, dari Yazid bin Abu Ziyaad dari Zirr bin Hubeisy dari Ubay bin Ka’ab, Dia berkata:

" كَمْ تَقْرَءُونَ سُورَةَ الْأَحْزَابِ؟ ، قَالَ: بِضْعًا وَسَبْعِينَ آيَةً ، قَالَ: لَقَدْ قَرَأْتُهَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ الْبَقَرَةِ ، أَوْ أَكْثَرَ مِنْهَا، وَإِنَّ فِيهَا آيَةَ الرَّجْمِ".

"Berapa banyak ayat kalian membaca Surat al-Ahzaab?

Dia berkata: “tujuh puluh dan sekian ayat “.

Dia berkata: Saya telah membaca dengan Rasulullah saw setara surat al-Baqarah, atau lebih dari nya, dan di dalamnya terdapat ayat rajam”.

Di dalam sanad nya terdapat Yazid bin Abi Ziyad, dia lemah, tapi tidak mengapa sebagai saksi riwayat sebelumnya.

JAWABANNYA:

Karena Allah SWT berfirman tentang pribadi Nabi ﷺ :

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, dia ikut merasakan beratnya penderitaan kalian, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, dia amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. ( QS. At-Taubah: 128 ).

Dan Allah SWT berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, maka kamu ( Muhammad ) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. ( QS. Ali Imran: 159 ).

Dan juga Allah SWT berfirman:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيم

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu ( Muhammad ) benar-benar berada diatas akhlak yang yang agung“. ( QS. Al-Qalam: 4 ).

SEKILAS TENTANG : 
MA’IZ, HAZZAAL DAN WANITA GHOOMIDIYAH:


Pertama: MA’IZ ( ماعز )

Ma'iz bin Malik Al-Aslami ra, penduduk Madinah, dia adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW. Anak yatim yang di asuh oleh pamannya Hazzaal bin Yaziid bin Dziaab al-Aslami hingga tumbuh dewasa dan berkeluarga. Di antara sikapnya yang paling terkenal dengan Rasulullah SAW adalah pengakuannya tentang dosanya berbuat Zina dan bersikeras minta penegakkan hukuman Rajam padanya. ( Baca: “الاستيعاب” 1/418, “الإصابة” no. 7586 dan “أسد الغابة” 4/216.

Kedua: WANITA AL-GHOOMIDIYYAH atau AL-JUHANIYYAH atau AL-BAARIQIYYAH:

Dia seorang wanita dari Juhainah dari Ghoomid dari al-Azd. Dia dikenal dengan sebutan wanita al-Ghoomidiyyah. Selain Ma’iz dia juga termasuk yang terkenal sikapnya dihadapan Rasulullah SAW, yaitu pengakuannya tentang dosa berbuat Zina dan bersikeras minta penegakkan hukuman Rajam pada dirinya ( Lihat: Sunan Turmudzi no. 435 dan Shahih Muslim no. 238 & 239 ).

Ada riwayat yang menyatakan bahwa wanita tsb adalah Al-Ghaamidiyah, yang lain adalah Al-Juhaniyah. Yang benar Al-Juhaniyah dan Al-Ghamidiyah itu adalah orang yang sama.

Imam An-Nawawi berkata:

" غامد: بطن من جهينة. وثالثة أنها البارقية، وهي شخصية واحدة، كما تدل الدلائل ".

Kabilah Ghaamid: perut dari Kabilah Juhaynahah. Riwayat Yang ketiga adalah Al-Baariqiyyah, dan itu juga adalah pribadi yang sama, sebagaimana dibuktikan oleh dalil-dalil. (Lihat: “صحيح مسلم بشرح النووي” 11/200 ).

Bahkan, ada ulama yang telah menunjukkan bahwa Al-Ghamdiyah adalah wanita yang digauli oleh Maa’iz. ( Baca: “الفتح الرباني ترتيب مسند أحمد وشرحه بلوغ الأماني” karya syeikh Ahmad al-Bannaa16/96 ).

Ketiga: HAZZAAL ( هزال )

Diriwayatkan bahwa seorang sahabat bernama Hazzaal bin Yaziid bin Dziaab al-Aslami, salah seorang sahabat Nabi SAW. Beliau adalah Paman nya Ma’iz yang mengasuh nya sejak kecil dalam keadaan yatim hingga tumbuh dewasa dan berkeluarga. Dan ada riwayat yang mengatakan bahwa Hazzal ini pemilik budak wanita yang berzina dengan Maa’izz. Tapi ada riwayat lain yang menunjukkan bukan miliknya.

Lalu dia menyuruh Maa'iz untuk mengakui perbuatannya yaitu berzina di hadapan Rosulullah SAW agar Beliau mensucikan dirinya dari dosa tsb.

Hazzaal berkata kepada Maa’iiz:

انْطَلِقْ ! فأَخْبِرْ رَسُولَ الله، فَعَسَى أنْ يَنْزِلَ فِيْكَ قُرْآنٌ

“Pergilah ! dan beri tahu Rasulullah, karena mungkin hukum Al-Qur'an akan diturunkan berkenaan dengan perbuatan mu”

Maka Maa’iz pun berangkat dan memberitahu Rosulullah SAW.

Singkat cerita Rasulullah SAW merajamnya. Karena Maa'iz ini punya istri / muhshon, akan tetapi Rasulullah SAW tidak membiarkan masalah itu berlalu tanpa menasihati Hazzaal dan pelajaran bagi yang lainnya dengan mengatakan:

"يا هَزَّالُ بِئْسَ مَا صَنَعْتَ، لَوْ سَتَرْتَهُ بِطَرْفِ رِدَائِكَ لَكَانَ خَيْراً لَكَ"

"Hai Hazzaal, betapa buruknya apa yang telah kau lakukan. Jika kau menutupinya dengan ujung jubah mu, itu akan lebih baik bagi mu. " ( Baca: “الإصابة” no. 8952 ).

Dalam riwayat lain lafadznya:

وَاللهِ يَا ‏هَزَّالُ لَوْ كُنْتَ سَتَرْتَهُ بِثَوْبِكَ كَانَ خَيْرًا مِمَّا صَنَعْتَ بِهِ.

“Demi Allah wahai Hazzal, seandainya engkau menutupinya dengan bajumu, sungguh itu lebih baik dari apa yang telah kamu lakukan.”

HADITS-HADITS YANG MENCERITAKAN TENTANG : 
MA’IZ, HAZZAAL DAN WANITA GHOOMIDIYAH.


Sangat banyak riwayat yang mengkisahkan penegakan hukum rajam pada Maiz dan wanita al-Ghomidiyah ini. Begitu juga kisah Hazzaal yang menyuruh Ma’iz untuk menghadap kepada Nabi SAW dengan tujuan untuk mensucikan dirinya.

Pada kesempatan ini penulis hanya menyebutkan sebagian kecik saja dari riwayat-riwayat tsb:

RIWAYAT KE 1: tentang Hazzal dan Ma’iz:

Az-Zaila’i dlm (“نصب الراية”) 4/75 berkata:

رواه ابن سعد في الطبقات أخبرنا محمد بن عمر هو الواقدي حدثني هشام بن عاصم عن يزيد بن نعيم بن هزال عن أبيه عن جده، قال:
أتى ماعز إلى النبي صلى الله عليه وسلم فاعترف عنده بالزنا، وكان محصناً، فأمر به عليه السلام، فأخرج إلى الحرة، ورجم بالحجارة، ففر يعدو، فأدركه عبد اللّه بن أنيس بوظيف حمار، فضربه حتى قتله، وأخبر النبي صلى الله عليه وسلم، فقال: "هلا تركتموه" ؟ ثم قال: "يا هزال بئس ما صنعت، لو سترته بطرف ردائك لكان خيراً لك" ، قال: يا رسول اللّه لم أدر أن في الأمر سعة، ودعا رسول اللّه المرأة التي أصابها، فقال لها: "اذهبي" ، ولم يسألها عن شيء، انتهى
( الطبقات لابن سعد 4/52: في ترجمة هزال ، وفيه: ففر يعدو قبل العقيق، فأدرك بالمكين، انتهى

Diriwayatkan oleh Ibn Sa’ad dalam “al-Thabaqaat” 4/52: bahwa Muhammad bin Omar Al-Waqidi Telah menceritakan kepada kami: bahwa Hisyam bin Asim menceritakan kepadaku dari Yazid bin Na’iim bin Hazzaal dari ayahnya dari kakeknya, berkata:

Maa'iz datang kepada Nabi SAW dan mengaku kepadanya bahwa dirinya telah berzina padahal dia muhshon ( punya istri). Maka Beliau memerintahkannya untuk pergi ke Al-Harrah ( tanah lapang tidak berpasir diluar pemukiman ), dan dia dilempari dengan batu.

Kemudian Maiz lompat melarikan diri. Dan Abdullah bin Unais berhasil mengejarnya, lalu dengan meneggunakan tulang betis keledai dia memukulinya sampai dia membunuhnya.

Kemudian dia memberitahu Nabi SAW.

Beliau SAW bersabda: "Tidakkah kalian membiarkannya lari?".

Kemudian Beliau SAW berkata kepada pamannya:

"يا هَزَّالُ بِئْسَ مَا صَنَعْتَ، لَوْ سَتَرْتَهُ بِطَرْفِ رِدَائِكَ لَكَانَ خَيْراً لَكَ"

"Hai Hazzaal, betapa buruknya apa yang telah kau lakukan. Jika kau menutupinya dengan ujung jubah mu ( yakni: merahasiakannya ), itu akan lebih baik bagi mu. "

Dia berkata: “Wahai Rasulullah, saya tidak tahu bahwa perkara ini luas ( boleh memilih )”.

Lalu Rasulullah SAW memanggil wanita yang berzina dengannya, dan Beliau SAW berkata kepadanya: "Pergilah."

Beliau tidak bertanya padanya tentang apa pun”. ( Selesai )

Lihat: Al-Thabaqaat oleh Ibnu Sa`ad 4/52: Dalam biografi Hazzzal, dan di dalamnya ada kata: “Dia melarikan diri berlari ke arah al-‘Aqiiq, dan tersusul di Al-Makin “.

RIWAYAT KE 2: tentang Hazzal dan Ma’iz:

Dari Yazid bin Nu'aim bin Hazzal dari [ayahnya], ia berkata:

كَانَ مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ فِي حِجْرِ أَبِي فَأَصَابَ جَارِيَةً مِنْ الْحَيِّ فَقَالَ لَهُ أَبِي ائْتِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبِرْهُ بِمَا صَنَعْتَ لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ لَكَ وَإِنَّمَا يُرِيدُ بِذَلِكَ رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ لَهُ مَخْرَجٌ فَأَتَاهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي زَنَيْتُ فَأَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللَّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهُ ثُمَّ أَتَاهُ الثَّانِيَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي زَنَيْتُ فَأَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللَّهِ ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي زَنَيْتُ فَأَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللَّهِ ثُمَّ أَتَاهُ الرَّابِعَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي زَنَيْتُ فَأَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكَ قَدْ قُلْتَهَا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ فَبِمَنْ قَالَ بِفُلَانَةَ قَالَ هَلْ ضَاجَعْتَهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ هَلْ بَاشَرْتَهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ هَلْ جَامَعْتَهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَمَرَ بِهِ أَنْ يُرْجَمَ قَالَ فَأُخْرِجَ بِهِ إِلَى الْحَرَّةِ فَلَمَّا رُجِمَ فَوَجَدَ مَسَّ الْحِجَارَةِ جَزَعَ فَخَرَجَ يَشْتَدُّ فَلَقِيَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُنَيْسٍ وَقَدْ أَعْجَزَ أَصْحَابَهُ فَنَزَعَ لَهُ بِوَظِيفِ بَعِيرٍ فَرَمَاهُ بِهِ فَقَتَلَهُ قَالَ ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ هَلَّا تَرَكْتُمُوهُ لَعَلَّهُ يَتُوبُ فَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَيْهِ قَالَ هِشَامٌ فَحَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ نُعَيْمِ بْنِ هَزَّالٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِأَبِي حِينَ رَآهُ وَاللَّهِ يَا هَزَّالُ لَوْ كُنْتَ سَتَرْتَهُ بِثَوْبِكَ كَانَ خَيْرًا مِمَّا صَنَعْتَ بِهِ

Dulu Ma'iz bin Malik ada dalam asuhan ayahku kemudian ia menggauli seorang budak wanita dari kampung, ayah saya kemudian berkata padanya:

“Datanglah kepada Rasulullah SAW, dan beritahukan kepada beliau apa yang telah kau perbuat mudah-mudahan beliau memintakan ampunan untukmu “.

Ayah saya menginginkan hal itu karena berharap ada jalan keluarnya.

Maka Ma'iz mendatangi Rasulullah SAW lalu berkata: “Wahai Rasulullah! aku telah berzina, maka tegakkan hukum Allah padaku “.

Rasulullah SAW pun berpaling darinya.

Kemudian Ma'iz mendatangi beliau lagi dan berkata: “Wahai Rasulullah! aku telah berzina, maka tegakkan hukum Allah padaku “.

Kemudian Ma'iz mendatangi beliau untuk ketiga kalinya.

Kemudian Ma'iz datang lagi untuk keempat kalinya dan berkata: “Wahai Rasulullah! aku telah berzina, maka tegakkan hukum Allah padaku “.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: " Kau telah mengatakannya empat kali, lalu dengan siapa?"

Ma'iz menjawab: “Dengan Fulanah “.

Rasulullah SAW bertanya: "Apa kau menidurinya?"

Ma'iz menjawab: “Ya “.

Rasulullah SAW bertanya: "Apa kau menggaulinya?"

Ma'iz menjawab: “Ya”.

Rasulullah SAW bertanya: "Apa kau menyetubuhinya?"

Ma'iz menjawab: “Ya”.

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan Ma'iz dihukum rajam.

Ma'iz pun dibawa keluar ke luar pemukiman di lahan yang tak berpasir. Saat dihukum rajam dan dia merasakan sakitnya kena hantaman batu, Ma'iz terkejut takut lalu lompat dan lari kencang.

Lalu tertangkap oleh Abdullah bin Unais. Pengejaran terhadap Maiz ini telah melelahkan para sahabat-sahabat lainnya. Kemudian Abdullah menghunus tulang betis Unta dan melemparkannya ke Ma'iz hingga membunuhnya.

Setelah itu ia mendatangi Nabi SAW dan memberitahukan hal itu.

Rasulullah SAW menegurnya:

هَلَّا تَرَكْتُمُوهُ لَعَلَّهُ يَتُوبُ فَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَيْهِ

"Kenapa tidak kalian biarkan saja dia lari, mudah-mudahan ia bertaubat ( dengan cara lain ) sehingga Allah menerima taubatnya."

Berkata Hisyam: Telah bercerita kepadaku Yazid bin Nu'aim bin Hazzal dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada ayah saya saat melihat beliau:

وَاللَّهِ يَا هَزَّالُ لَوْ كُنْتَ سَتَرْتَهُ بِثَوْبِكَ كَانَ خَيْرًا مِمَّا صَنَعْتَ بِهِ

"Demi Allah wahai Hazzal, andai kau menutupinya dengan bajumu, tentu lebih baik dari apa yang kau perbuat terhadapnya." ( HR. Ahmad no. 20885 )

HR. Malik (1499), Abu Daud no. 4377, Ahmad (21945), dan Hakim (8080).

Al-Hakim no. (8080) berkata: Ini Hadits yang shahih Sanadnya “.

Dan Syeikh Al-Albani menshahihkannya di dalam Shahîh Al-Jâmi' no. (7990)

Sementara Shuaib Al-Arna 'uth berkata:

صحيح لغيره وهذا إسناد حسن
Shahih lighoirihi dan ini sanad yang hasan.

RIWAYAT KE 3:

Dari Ibnu Abbas RA:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أَتَاهُ مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ لَعَلَّكَ قَبَّلْتَ أَوْ غَمَزْتَ أَوْ نَظَرْتَ قَالَ لَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنِكْتَهَا لَا يُكَنِّي قَالَ نَعَمْ قَالَ فَعِنْدَ ذَلِكَ أَمَرَ بِرَجْمِهِ

“Bahwa Nabi SAW ketika didatangi Ma'iz bin Malik beliau bersabda:
"Mungkin engkau hanya menciumnya atau merabanya atau memandanginya?"

Ia menjawab; "Tidak."

Rasulullah SAW bertanya lagi: "Apakah engkau menggaulinya tanpa ada penghalang?"

Ia menjawab; "Ya."

Setelah itu beliau memerintahkan untuk merajamnya. ( HR. Bukhori no. 6324 dan Ahmad no. 2307

RIWAYAT KE 4: Tentang Maa’iz dan Wanita al-ghoomidiyah:

Dari [Sulaiman bin Buraidah] dari [ayahnya] dia berkata:

جَاءَ مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ وَيْحَكَ ارْجِعْ فَاسْتَغْفِرْ اللَّهَ وَتُبْ إِلَيْهِ قَالَ فَرَجَعَ غَيْرَ بَعِيدٍ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيْحَكَ ارْجِعْ فَاسْتَغْفِرْ اللَّهَ وَتُبْ إِلَيْهِ قَالَ فَرَجَعَ غَيْرَ بَعِيدٍ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ الرَّابِعَةُ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ فِيمَ أُطَهِّرُكَ فَقَالَ مِنْ الزِّنَى فَسَأَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبِهِ جُنُونٌ فَأُخْبِرَ أَنَّهُ لَيْسَ بِمَجْنُونٍ فَقَالَ أَشَرِبَ خَمْرًا فَقَامَ رَجُلٌ فَاسْتَنْكَهَهُ فَلَمْ يَجِدْ مِنْهُ رِيحَ خَمْرٍ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَزَنَيْتَ فَقَالَ نَعَمْ فَأَمَرَ بِهِ فَرُجِمَ فَكَانَ النَّاسُ فِيهِ فِرْقَتَيْنِ قَائِلٌ يَقُولُ لَقَدْ هَلَكَ لَقَدْ أَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ وَقَائِلٌ يَقُولُ مَا تَوْبَةٌ أَفْضَلَ مِنْ تَوْبَةِ مَاعِزٍ أَنَّهُ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي يَدِهِ ثُمَّ قَالَ اقْتُلْنِي بِالْحِجَارَةِ قَالَ فَلَبِثُوا بِذَلِكَ يَوْمَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةً ثُمَّ جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ جُلُوسٌ فَسَلَّمَ ثُمَّ جَلَسَ فَقَالَ اسْتَغْفِرُوا لِمَاعِزِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ فَقَالُوا غَفَرَ اللَّهُ لِمَاعِزِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ تَابَ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ أُمَّةٍ لَوَسِعَتْهُمْ

قَالَ ثُمَّ جَاءَتْهُ امْرَأَةٌ مِنْ غَامِدٍ مِنْ الْأَزْدِ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ وَيْحَكِ ارْجِعِي فَاسْتَغْفِرِي اللَّهَ وَتُوبِي إِلَيْهِ فَقَالَتْ أَرَاكَ تُرِيدُ أَنْ تُرَدِّدَنِي كَمَا رَدَّدْتَ مَاعِزَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ وَمَا ذَاكِ قَالَتْ إِنَّهَا حُبْلَى مِنْ الزِّنَى فَقَالَ آنْتِ قَالَتْ نَعَمْ فَقَالَ لَهَا حَتَّى تَضَعِي مَا فِي بَطْنِكِ قَالَ فَكَفَلَهَا رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ حَتَّى وَضَعَتْ قَالَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ قَدْ وَضَعَتْ الْغَامِدِيَّةُ فَقَالَ إِذًا لَا نَرْجُمُهَا وَنَدَعُ وَلَدَهَا صَغِيرًا لَيْسَ لَهُ مَنْ يُرْضِعُهُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ إِلَيَّ رَضَاعُهُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ قَالَ فَرَجَمَهَا

"Ma'iz bin Malik datang kepada Nabi SAW seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sucikanlah diriku."

Rasulullah SAW menjawab: "Celaka kamu! Pulanglah dan mintalah ampun kepada Allah, dan bertaubatlah kepada-Nya."

Kemudian Ma'iz pergi, tidak lama kemudian dia kembali lagi sambil berkata: "Wahai Rasulullah, sucikanlah daku."

Beliau menjawab: "Celaka kamu! Pulang dan mintalah ampun kepada Allah, dan bertaubatlah kepada-Nya."

Lalu Ma'iz pergi, tetapi belum begitu jauh dia pergi, dia kembali lagi dan berkata kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, sucikanlah daku."

Beliau menjawab sebagaimana jawabannya yang pertama, dan hal itu berulang-ulang sampai empat kali.

Pada kali yang ke empat, Rasulullah SAW bertanya: "Dari hal apakah kamu harus aku sucikan?"

Ma'iz menjawab, "Dari dosa zina."

Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat yang ada di sekitar beliau: "Apakah Ma'iz ini mengidap penyakit gila?"

Lalu beliau SAW diberitahu bahwa dia tidaklah gila."

Beliau SAW bertanya lagi: "Apakah dia habis minum Khamr?"

Lantas seorang laki-laki langsung berdiri untuk mencium bau mulutnya, namun dia tidak mendapati bau khamr darinya."

Buraidah melanjutkan:

"Kemudian Rasulullah SAW bertanya: "Betulkah kamu telah berzina?"

Dia menjawab, "Ya, benar."

Lantas beliau memerintahkan untuk ditegakkan hukuman rajam atas dirinya, lalu dia pun dirajam.

Dalam permasalahan ini, orang-orang berselisih menjadi dua pendapat:

yaitu; Ma'iz meninggal dan dosanya terhapuskan karena hukuman itu dijalaninya dengan ikhlas.

Dan yang lain mengatakan bahwa Ma'iz bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat, tiada taubat yang melebihi taubatnya Ma'iz. Karena Dia datang menghadap Nabi SAW, lalu tangannya diletakkan di atas tangan beliau kemudian dia berkata, "Wahai Rasulullah, rajamlah aku dengan batu."

Dan mereka senantiasa dalam perbedaan pendapat seperti itu selama dua atau tiga hari. Kemudian Rasulullah SAW datang, setelah memberi salam beliau duduk bersama-sama dengan mereka, lalu beliau bersabda:

"Mintakanlah ampun bagi Ma'iz bin Malik."

Lalu mereka memohonkan ampun untuknya, "Semoga Allah mengampuni Ma'iz bin Malik."

Kemudian Rasulullah SAW bersabda:

لَقَدْ تَابَ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ أُمَّةٍ لَوَسِعَتْهُمْ

"Sungguh Ma'iz telah betaubat dengan sempurna, dan seandainya taubat Ma'iz dapat dibagi di antara satu kaum, pasti taubatnya akan mencukupi mereka semua."

Kemudian datang pula seorang Wanita Bani Ghaamidiyyah dari kawasan Al-Azad, perempuan itu berkata: "Ya Rasulullah, sucikanlah aku".

Lalu Beliau SAW menjawab:

"Celakalah engkau ini, pulanglah, Mohonlah ampunan kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya".

Wanita itu menjawab: "Aku melihat engkau mencoba menolak permintaan aku sebagaimana engkau menolak permintaan Ma'iz bin Malik".

Rasulullah SAW pun bertanya: "Apa yang telah terjadi?".

Wanita itu menjawab bahwa dia telah berzina.

Rasulullah SAW bertanya lagi: "Engkau (telah berzina)?".

Perempuan itu menjawab: "Ya".

Lalu Rasulullah SAW pun berkata: "(Pulanglah engkau) sehingga engkau melahirkan bayi dalam kandungan engkau ini.

Lalu seorang lelaki Anshar pun menjaga perempuan itu sehingga dia melahirkan anak. Lalu lelaki itu pun datang menemui nabi SAW dan berkata: "Perempuan al-Ghamidiyyah itu telah melahirkan anak".

Lalu Rasulullah SAW berkata:

"Kita tidak akan merajamnya karena akan menyebabkan anaknya terlantar tanpa ada orang menyusuinnya".

Lalu seorang lelaki Anshar bangun dan berkata: "Biarkan aku yang menguruskan hal susuan anak ini, wahai Nabi Allah".

Lalu para sahabat pun merajamnya.

( HR. Muslim no. 3207 )

Lafadz lain:


Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dari ayahnya:

أَنَّ مَاعِزَ بْنَ مَالِكٍ الْأَسْلَمِيَّ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَزَنَيْتُ وَإِنِّي أُرِيدُ أَنْ تُطَهِّرَنِي فَرَدَّهُ فَلَمَّا كَانَ مِنْ الْغَدِ أَتَاهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ زَنَيْتُ فَرَدَّهُ الثَّانِيَةَ فَأَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ أَتَعْلَمُونَ بِعَقْلِهِ بَأْسًا تُنْكِرُونَ مِنْهُ شَيْئًا فَقَالُوا مَا نَعْلَمُهُ إِلَّا وَفِيَّ الْعَقْلِ مِنْ صَالِحِينَا فِيمَا نُرَى فَأَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَأَرْسَلَ إِلَيْهِمْ أَيْضًا فَسَأَلَ عَنْهُ فَأَخْبَرُوهُ أَنَّهُ لَا بَأْسَ بِهِ وَلَا بِعَقْلِهِ فَلَمَّا كَانَ الرَّابِعَةَ حَفَرَ لَهُ حُفْرَةً ثُمَّ أَمَرَ بِهِ فَرُجِمَ

قَالَ: فَجَاءَتْ الْغَامِدِيَّةُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ زَنَيْتُ فَطَهِّرْنِي وَإِنَّهُ رَدَّهَا فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ تَرُدُّنِي لَعَلَّكَ أَنْ تَرُدَّنِي كَمَا رَدَدْتَ مَاعِزًا فَوَاللَّهِ إِنِّي لَحُبْلَى قَالَ إِمَّا لَا فَاذْهَبِي حَتَّى تَلِدِي فَلَمَّا وَلَدَتْ أَتَتْهُ بِالصَّبِيِّ فِي خِرْقَةٍ قَالَتْ هَذَا قَدْ وَلَدْتُهُ قَالَ اذْهَبِي فَأَرْضِعِيهِ حَتَّى تَفْطِمِيهِ فَلَمَّا فَطَمَتْهُ أَتَتْهُ بِالصَّبِيِّ فِي يَدِهِ كِسْرَةُ خُبْزٍ فَقَالَتْ هَذَا يَا نَبِيَّ اللَّهِ قَدْ فَطَمْتُهُ وَقَدْ أَكَلَ الطَّعَامَ فَدَفَعَ الصَّبِيَّ إِلَى رَجُلٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَحُفِرَ لَهَا إِلَى صَدْرِهَا وَأَمَرَ النَّاسَ فَرَجَمُوهَا فَيُقْبِلُ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ بِحَجَرٍ فَرَمَى رَأْسَهَا فَتَنَضَّحَ الدَّمُ عَلَى وَجْهِ خَالِدٍ فَسَبَّهَا فَسَمِعَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبَّهُ إِيَّاهَا فَقَالَ مَهْلًا يَا خَالِدُ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا صَاحِبُ مَكْسٍ لَغُفِرَ لَهُ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَصَلَّى عَلَيْهَا وَدُفِنَتْ

“Bahwa Ma'iz bin Malik Al Aslami pergi menemui Rasulullah SAW seraya berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku, karena aku telah berzina, oleh karena itu aku ingin agar anda berkenan membersihkan diriku “.

Namun beliau menolak pengakuannya.

Keesokan harinya, dia datang lagi kepada beliau sambil berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah berzina “.

Namun beliau tetap menolak pengakuannya yang kedua kalinya.

Lalu Rasulullah SAW mengutus seseorang untuk menemui kaumnya dengan mengatakan: “Apakah kalian tahu bahwa pada akalnya Ma'iz ada sesuatu yang tidak beres yang kalian ingkari? “.

Mereka menjawab: ”Kami tidak yakin jika Ma'iz terganggu pikirannya, setahu kami dia adalah orang yang baik dan masih sehat akalnya “.

Untuk ketiga kalinya, Ma'iz bin Malik datang menemui Rasulullah SAW untuk membersihkan dirinya dari dosa zina yang telah diperbuatnya.

Lalu Rasulullah SAW pun mengirimkan seseorang menemui kaumnya untuk menanyakan kondisi akal Ma'iz, namun mereka membetahukan kepada beliau bahwa akalnya sehat dan termasuk orang yang baik.

Ketika Ma'iz bin Malik datang keempat kalinya kepada beliau, maka beliau memerintahkan untuk membuat lubang ekskusi bagi Ma'iz.

Akhirnya beliau memerintahkan untuk merajamnya, dan hukuman rajam pun dilaksanakan.

Buraidah melanjutkan:

Suatu ketika ada seorang wanita Ghamidiyah datang menemui Rasulullah SAW seraya berkata: “Wahai Rasulullah, diriku telah berzina, oleh karena itu sucikanlah diriku”.

Tetapi untuk pertama kalinya Rasulullah SAW tidak menghiraukan bahkan menolak pengakuan wanita tersebut.

Keesokan harinya wanita tersebut datang menemui Rasulullah SAW sambil berkata:

“Wahai Rasulullah, kenapa anda menolak pengakuanku? Sepertinya anda menolak pengakuan aku sebagaimana pengakuan Ma'iz. Demi Allah, sekarang ini aku sedang mengandung bayi dari hasil hubungan gelap itu”.

Mendengar pengakuan itu, Rasulullah SAW bersabda:

“Sekiranya kamu ingin tetap bertaubat, maka pulanglah sampai kamu melahirkan”.

Setelah melahirkan, wanita itu datang lagi kepada beliau sambil menggendong bayinya yang dibungkus dengan kain, dia berkata: ”Inilah bayi yang telah aku lahirkan”.

Beliau lalu bersabda: ”Kembali dan susuilah bayimu sampai kamu menyapihnya!”.

Setelah mamasuki masa sapihannya, wanita itu datang lagi dengan membawa bayinya, sementara di tangan bayi tersebut ada sekerat roti, lalu wanita itu berkata:

“Wahai Nabi Allah, bayi kecil ini telah aku sapih, dan dia sudah dapat menikmati makanannya sendiri “.

Kemudian beliau memberikan bayi tersebut kepada laki-laki muslim, dan memerintahkan untuk melaksanakan hukuman rajam.

Akhirnya wanita itu ditanam dalam tanah hingga sebatas dada. Setelah itu beliau memerintahkan orang-orang supaya melemparinya dengan batu.

Sementara itu, Khalid bin Walid ikut serta melempari kepala wanita tersebut dengan batu, tiba-tiba percikan darahnya mengenai wajah Khalid, seketika itu dia mencaci maki wanita tersebut.

Ketika mendengar makian Khalid, Nabi Allah SAW bersabda:

مَهْلًا يَا خَالِدُ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا صَاحِبُ مَكْسٍ لَغُفِرَ لَهُ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَصَلَّى عَلَيْهَا وَدُفِنَتْ

“Tenangkanlah dirimu wahai Khalid, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya perempuan itu telah benar-benar bertaubat, sekiranya taubat (seperti) itu dilakukan oleh seorang pelaku dosa besar ( مَكْسٍ / pemalakan ) niscaya dosanya akan diampuni”.

Setelah itu beliau memerintahkan untuk menshalati jenazahnya dan menguburkannya.

( HR. Muslim no. 3208 )

RIWAYAT KE 5: tentang MA’IZ:

-----

SIBUKKANLAH DIRI ANDA DENGAN BERJUANG DI JALAN ALLAH, AGAR TERHINDAR DARI PERBUTAN ZINA !

Atau agar anda tidak seperti kambing pemacek yang senantiasa berdesah saat macek.
------

Dari [Abu Nadlrah] dari [Abu Sa'id]:

أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَسْلَمَ يُقَالُ لَهُ مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي أَصَبْتُ فَاحِشَةً فَأَقِمْهُ عَلَيَّ فَرَدَّهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِرَارًا قَالَ ثُمَّ سَأَلَ قَوْمَهُ فَقَالُوا مَا نَعْلَمُ بِهِ بَأْسًا إِلَّا أَنَّهُ أَصَابَ شَيْئًا يَرَى أَنَّهُ لَا يُخْرِجُهُ مِنْهُ إِلَّا أَنْ يُقَامَ فِيهِ الْحَدُّ قَالَ فَرَجَعَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَنَا أَنْ نَرْجُمَهُ قَالَ فَانْطَلَقْنَا بِهِ إِلَى بَقِيعِ الْغَرْقَدِ قَالَ فَمَا أَوْثَقْنَاهُ وَلَا حَفَرْنَا لَهُ قَالَ فَرَمَيْنَاهُ بِالْعَظْمِ وَالْمَدَرِ وَالْخَزَفِ قَالَ فَاشْتَدَّ وَاشْتَدَدْنَا خَلْفَهُ حَتَّى أَتَى عُرْضَ الْحَرَّةِ فَانْتَصَبَ لَنَا فَرَمَيْنَاهُ بِجَلَامِيدِ الْحَرَّةِ يَعْنِي الْحِجَارَةَ حَتَّى سَكَتَ.
قَالَ ثُمَّ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطِيبًا مِنْ الْعَشِيِّ فَقَالَ:
أَوَ كُلَّمَا انْطَلَقْنَا غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَخَلَّفَ رَجُلٌ فِي عِيَالِنَا لَهُ نَبِيبٌ كَنَبِيبِ التَّيْسِ عَلَيَّ أَنْ لَا أُوتَى بِرَجُلٍ فَعَلَ ذَلِكَ إِلَّا نَكَّلْتُ بِهِ".
قَالَ: فَمَا اسْتَغْفَرَ لَهُ وَلَا سَبَّهُ.
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا دَاوُدُ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَ مَعْنَاهُ وَقَالَ فِي الْحَدِيثِ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْعَشِيِّ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ:
" أَمَّا بَعْدُ فَمَا بَالُ أَقْوَامٍ إِذَا غَزَوْنَا يَتَخَلَّفُ أَحَدُهُمْ عَنَّا لَهُ نَبِيبٌ كَنَبِيبِ التَّيْسِ ". وَلَمْ يَقُلْ فِي عِيَالِنَا
وحَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّاءَ بْنِ أَبِي زَائِدَةَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ كِلَاهُمَا عَنْ دَاوُدَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ بَعْضَ هَذَا الْحَدِيثِ غَيْرَ أَنَّ فِي حَدِيثِ سُفْيَانَ فَاعْتَرَفَ بِالزِّنَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

“Bahwa seorang laki-laki dari Bani Aslam yang bernama Ma'iz bin Malik mendatangi Rasulullah SAW sambil berkata: "Sesungguhnya aku telah berbuat keji, oleh karena itu luruskanlah aku!"

Namun Nabi SAW berpaling darinya, hal itu terjadi sampai berkali-kali."

Abu Sa'id berkata:

"Kemudian beliau SAW bertanya kepada kaumnya. Mereka menjawab: "Kami tidak melihatnya berbuat keji melainkan dia telah melakukan sesuatu, dan dia tidak bisa keluar dari permasalahan itu kecuali jika telah ditegakkan had atasnya."

Abu Sa'id melanjutkan: "Lalu dia kembali kepada Nabi SAW, lantas beliau memerintahkan kami untuk merajamnya."

Abu Sa'id melanjutkan: "Setelah itu kami pergi ke Baqi' Gharqad, kami tidak mengikatnya dan tidak pula memendamnya."

Abu Sa'id melanjutkan: "Lalu kami melemparinya dengan tulang belulang dan tanah liat yang keras."

Abu Sa'id berkata: "Ma'iz berusaha lari hingga sampai dekat Hurrah, namun kami mengejarnya dan mendapatkannya kembali, lalu kami melemparinya dengan bebatuan yang besar hingga dia diam (mati)."

Di sore harinya Rasulullah SAW berdiri dan berkhutbah, sabdanya:

أَوَ كُلَّمَا انْطَلَقْنَا غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَخَلَّفَ رَجُلٌ فِي عِيَالِنَا لَهُ نَبِيبٌ كَنَبِيبِ التَّيْسِ عَلَيَّ أَنْ لَا أُوتَى بِرَجُلٍ فَعَلَ ذَلِكَ إِلَّا نَكَّلْتُ بِهِ"

"Kenapa setiap kali kami berangkat perang untuk berjihad di jalan Allah, ada saja salah seorang dari kalian yang tidak ikut berangkat, lalu dia tinggal bersama keluarga kami, sementara orang itu memiliki desahan seperti desahan kambing jantan ( saat kawin / macek ). Maka tidaklah kalian menghadapkan kepadaku orang yang melakukan perbuatan itu melainkan aku akan memberinya sanksi."

Abu Sa'id berkata: "Maka beliau tidak memintakan ampun untuknya dan tidak pula mencacinya."

Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hatim] telah menceritakan kepada kami [Bahz] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah menceritakan kepada kami [Daud] dengan sanad ini, seperti makna hadits tersebut.

Dalam hadits tersebut ia menyebutkan, "Di sore harinya, Nabi SAW berdiri dan memuji Allah dan mengagungkan-Nya, lalu bersabda:

" أَمَّا بَعْدُ فَمَا بَالُ أَقْوَامٍ إِذَا غَزَوْنَا يَتَخَلَّفُ أَحَدُهُمْ عَنَّا لَهُ نَبِيبٌ كَنَبِيبِ التَّيْسِ "

"Amma Ba'du. Kenapa sekelompok orang ketika kami berangkat perang lalu salah seorang dari mereka mundur (tidak ikut) bersama kami, ia memiliki desahan seperti desahan kambing jantan (saat kawin / macek ) “.

Dan ia tidak menyebutkan kata: “Bersama keluarga kami'."

Dan telah menceritakan kepada kami [Suraij bin Yunus] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Zakaria bin Abu Zaidah]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah bin Hisyam] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] keduanya dari [Daud] dengan isnad sebagian hadits ini, namun dalam hadits Sufyan disebutkan:

“Maka dia mengakui telah berzina, sebanyak tiga kali'." ( HR. Muslim no. 3206 ).

RIWAYAT KE 6:

ROSULULLAH SAW MARAH KETIKA ADA SAHABAT MENGGHIBAH MA’IZ RA:

Abu Hurairah SAW berkata:

جَاءَ الْأَسْلَمِيُّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَشَهِدَ عَلَى نَفْسِهِ أَنَّهُ أَصَابَ امْرَأَةً حَرَامًا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ كُلُّ ذَلِكَ يُعْرِضُ عَنْهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَقْبَلَ الْخَامِسَةِ فَقَالَ أَنِكْتَهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ حَتَّى غَابَ ذَلِكَ مِنْكَ فِي ذَلِكَ مِنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ كَمَا يَغِيبُ الْمِرْوَدُ فِي الْمُكْحُلَةِ وَالرِّشَاءُ فِي الْبِئْرِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَهَلْ تَدْرِي مَا الزِّنَا قَالَ نَعَمْ أَتَيْتُ مِنْهَا حَرَامًا مَا يَأْتِي الرَّجُلُ مِنْ امْرَأَتِهِ حَلَالًا قَالَ فَمَا تُرِيدُ بِهَذَا الْقَوْلِ قَالَ أُرِيدُ أَنْ تُطَهِّرَنِي فَأَمَرَ بِهِ فَرُجِمَ فَسَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَيْنِ مِنْ أَصْحَابِهِ يَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ انْظُرْ إِلَى هَذَا الَّذِي سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَلَمْ تَدَعْهُ نَفْسُهُ حَتَّى رُجِمَ رَجْمَ الْكَلْبِ فَسَكَتَ عَنْهُمَا ثُمَّ سَارَ سَاعَةً حَتَّى مَرَّ بِجِيفَةِ حِمَارٍ شَائِلٍ بِرِجْلِهِ فَقَالَ أَيْنَ فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَقَالَا نَحْنُ ذَانِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ انْزِلَا فَكُلَا مِنْ جِيفَةِ هَذَا الْحِمَارِ فَقَالَا يَا نَبِيَّ اللَّهِ مَنْ يَأْكُلُ مِنْ هَذَا قَالَ فَمَا نِلْتُمَا مِنْ عِرْضِ أَخِيكُمَا آنِفًا أَشَدُّ مِنْ أَكْلٍ مِنْهُ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهُ الْآنَ لَفِي أَنْهَارِ الْجَنَّةِ يَنْقَمِسُ فِيهَا.

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ ابْنِ عَمِّ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ بِنَحْوِهِ زَادَ وَاخْتَلَفُوا عَلَيَّ فَقَالَ بَعْضُهُمْ رُبِطَ إِلَى شَجَرَةٍ وَقَالَ بَعْضُهُمْ وُقِفَ

" ( Maa’iz bin Malik ) Al-Aslami datang menemui Nabi SAW, ia bersaksi atas dirinya sendiri bahwa ia pernah berzina dengan seorang wanita. Ia ulang-ulang pernyataannya itu hingga empat kali, dan setiap itu pula Nabi SAW selalu berpaling.

Pada kali kelimanya, Nabi SAW bersabda: "Apakah benar kamu melakukan itu?"

Ia menjawab, "Benar."

Beliau bertanya lagi: "Hingga waktu itu (kemaluanmu) hilang (masuk ke dalam kemaluannya)?"

Ia menjawab, "Ya."

Beliau bertanya lagi: "Seperti pensil celak masuk ke dalam botolnya, dan seperti tali timba masuk ke dalam sumur?"

Ia menjawab, "Ya."

Beliau bertanya lagi: "Apakah kamu tahu zina itu apa?"

Ia menjawab, "Ya. Aku mendatangi wanita yang haram bagiku layaknya laki-laki yang mendatangi isterinya secara halal."

Beliau bertanya lagi: "Apa yang kamu inginkan dari jawaban itu?"

Ia menjawab, "Aku ingin agar engkau membersihkan dosaku."

Beliau lalu memerintahkan agar ia dirajam, maka ia pun dirajam.

Kemudian Nabi SAW mendengar dua orang sahabatnya bercakap-cakap, salah seorang dari keduanya berkata kepada yang lain: "Lihatlah kepada laki-laki ini, Allah telah menutupi dirinya (jika ia tidak mengaku), namun dirinya tidak mau diam (justru mengaku), maka ia pun dirajam layaknya anjing."

Beliau SAW diam saja, hingga ketika beliau berjalan beberapa saat dan melewati bangkai, beliau bersabda: "Di mana Fulan dan Fulan tadi?",

Keduanya menjawab: "Kami wahai Rasulullah!.",

Beliau SAW bersabda; "Kalian berdua silahkan turun, ambil dan makanlah bangkai himar ini!"

Keduanya lalu berkata: "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang mau makan bangkai ini."

Beliau SAW bersabda:

فَمَا نِلْتُمَا مِنْ عِرْضِ أَخِيكُمَا آنِفًا أَشَدُّ مِنْ أَكْلٍ مِنْهُ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهُ الْآنَ لَفِي أَنْهَارِ الْجَنَّةِ يَنْقَمِسُ فِيهَا

"Apa yang kalian bicarakan berkenaan dengan harga diri saudara kalian tadi, itu lebih buruk dari bangkai ini. Demi Dzat Yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sungguh sekarang ini sahabat kalian (yang dirajam) tengah berada di antara sungai-sungai surga di berenang di dalamnya."

Abu Daud berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Ali berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ashim berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij(3) ia berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair dari Anak pamannya Abu Hurairah dari Abu Hurairah sebagaimana hadis tersebut.

Ia (Hasan bin Ali) menambahkan, "mereka berselisih denganku, sebagian mereka berkata, "Ikat saja di batang pohon, " sedangkan yang lain berkata, "Suruh berdiri."

( HR. Abu Daud No. 3843 & 4428, Baihaqi dlm “شعب الإيمان” no. 6712, Ibnu Hibban dalam Shahihnya no. 4477 dan Ibnu al-Jaaruud dalam “المنتقى” no. 814).

Hadits ini di shahihkan oleh Ibnu Hibban dalam Shaihinya no. 4477.
Sementara Abu Daud diam tidak memberikan komentar tentang keshahihan hadits ini, dan beliau pernah mengatakan dlm Risalahnya kepada ahli Makkah:

[ كل ما سكت عنه فهو صالح]
( Semua hadits yang Aku diamkan adalah shaleh )

Syeikh al-Albaani dlam (“إرواء الغليل”) 8/24 no. 2354 berkata:

" قلت: وهذا إسناد ضعيف ، رجاله كلهم ثقات رجال مسلم ، غير عبد الرحمن بن الصامت ، وهو مجهول ، وإن ذكره ابن حبان في الثقات ".

“Saya berkata: Ini adalah sanad yang lemah, semua orangnya dapat dipercaya, para perawi imam Muslim, selain Abd al-Rahman ibn al-Samit, dan dia tidak diketahui مجهول, meskipun Ibn Hibban menyebutkannya dalam kitab الثقات ( orang-orang yang dapat dipercaya) “.

HADITS KE 7 : tentang WANITA AL-GHAAMIDIYAH:

Dari Abdullah ibnu Buraidah dari ayahnya berkata:

كُنتُ جالسًا عندَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فجاءَتْه امرَأةٌ مِن غامِدٍ، فقالت: يا نَبيَّ اللهِ، إنِّي قد زَنَيتُ، وأنا أُريدُ أنْ تُطهِّرَني، فقال لها النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: ارْجِعي.
فلمَّا أنْ كان مِن الغَدِ أتَتْه أيضًا، فاعتَرَفَتْ عندَه بالزِّنا، فقالت: يا رسولَ اللهِ، إنِّي قد زَنَيتُ، وأنا أُريدُ أنْ تُطهِّرَني، فقال لها النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: ارْجِعي.
فلمَّا أنْ كان مِن الغَدِ أتَتْه أيضًا فاعتَرَفَتْ عندَه بالزِّنا، فقالت: يا نَبيَّ اللهِ، طَهِّرْني، فلعلَّك أنْ تَردُدَني كما رَدَدتَ ماعِزَ بنَ مالكٍ، فواللهِ إنِّي لَحُبْلى، فقال لها النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: ارْجِعي حتى تَلِدي. فلمَّا وَلَدَتْ جاءتْ بالصَّبيِّ تَحمِلُه، فقالت: يا نَبيَّ اللهِ، هذا قد وَلَدتُ، قال: فاذْهَبي فأَرْضِعيهِ حتى تَفْطِميهِ. فلمَّا فَطَمَتْه جاءتْ بالصَّبيِّ في يَدِه كِسْرةُ خُبْزٍ، قالت: يا نَبيَّ اللهِ، هذا قد فَطَمتُه، فأمَرَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بالصَّبيِّ فدَفَعَه إلى رَجُلٍ مِن المُسلِمينَ، وأمَرَ بها، فحُفِرَ لها حُفْرةٌ، فجُعِلَتْ فيها إلى صَدْرِها، ثم أمَرَ النَّاسَ أنْ يَرجُموها، فأقبَلَ خالدُ بنُ الوليدِ بحَجَرٍ فرَمى رَأسَها، فنَضَحَ الدَّمَ على وَجْنةِ خالدٍ فسَبَّها، فسَمِعَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ سَبَّه إيَّاها، فقال: مَهْلًا يا خالدُ بنَ الوليدِ، لا تَسُبَّها؛ فوالذي نَفْسي بيَدِه، لقد تابتْ تَوْبةً لو تابَها صاحِبُ مَكْسٍ لَغُفِرَ له، فأمَرَ بها، فصلَّى عليها ودُفِنَتْ

"Aku pernah duduk di sisi nabi SAW, lalu seorang wanita dari Ghamid datang menemui Rasulullah dan berkata: " wahai Nabiyallah, sesunguhnya aku telah berzina, dan aku ingin Anda mensucikan diriku (merajam)."

Namun Rasulullah SAW berkata kepadanya: "Pulanglah."

Maka wanita itu pun pulang.

Keesokan harinya, wanita itu datang kembali kepada Rasulullah dan kembali membuat pengakuan zina.

Dia berkata, "Nabiyallah, sesunguhnya aku telah berzina, dan aku ingin Anda mensucikan diriku (merajam)."

Namun Rasulullah SAW berkata lagi kepadanya, "Pulanglah."

Maka wanita itu pun pulang lagi.

Lalu keesokan harinya, wanita itu datang kembali kepada Rasulullah dan kembali membuat pengakuan zina. Dan berkata:

"Ya Nabiyallah, rajamlah diriku. Apakah Anda menolakku sebagaimana menolak pengakuan Ma’iz bin Malik? Demi Allah, saat ini aku sedang hamil."

Rasulullah mengatakan, "Pulanglah, sampai kamu melahirkan anakmu"

Seusai melahirkan, wanita itu kembali menghadap Rasulullah sambil menggendong bayinya itu seraya berkata: "Inilah bayi yang telah aku lahirkan."

Beliau SAW bersabda: "Pergilah, dan susuilah bayi ini hingga disapih."

Setelah disapih, wanita tersebut kembali menghadap beliau dengan membawa bayinya yang di tangannya memegang sekerat roti.

Wanita itu berkata, "Ya nabiyallah, aku telah menyapihnya."

Akhirnya, Rasululah SAW pun mempercayai pengakuan wanita itu, lalu menyerahkan anak itu kepada seorang pria dari kalangan ummat Islam, dan kemudian beliau memerintahkan agar menggali lubang sampai di atas dada, lalu memerintahkan orang-orang untuk merajam wanita tersebut.

Saat itu Khalid bin Walid membawa batu di tangannya lantas melemparkannya ke arah kepala wanita itu hingga darahnya memuncrat mengenai wajah Khalid. Khalid pun memaki wanita itu.

Akan tetapi RasuluLlah mengatakan kepada Khalid:

"Sabar wahai Khalid! Demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya, sungguh dia telah bertaubat dengan taubat yang seandainya dilakukan oleh seorang pemungut “مُكْس” ( jatah / cukai ), niscaya ia akan diampuni."

Maka Rasulullah SAW memerintakan untuk memandikan jenazahnya, dan menshalatkan dan menguburkannya. (HR Ahmad 5 /348 no. 22999).

Syu’aib al-Arna’uth dlm “تخريج المسند” no. 22949 berkata:

حديث صحيح وقصة سب خالد بن الوليد للغامدية، وقصة انتظار الفطام للرجم، تفرد بهما بشير -وهو ابن المهاجر الغنوي- في حديث بريدة، وهو مختلف فيه

“Ini hadits shahih dan kisah Khalid bin Al-Walid menghina Al-Ghamidiyah, dan kisah menunggu penyapihan untuk dirajam, itu riwayat tunggal Bashir - yang merupakan putra Al-Muhajir Al-Ghanawi - dalam hadits Buraidah, dan dia itu diperselisihkan tentang dirinya”.

Dan dalam riwayat yang lain, ketika Rasulullah menshalatkan wanita Al-Ghamidziyah ini, Ummar bin Khathab terheran-heran:

"Engkau menshalatinya, wahai RasuluLlah? Padahal ia telah berzina."

Rasulullah SAW menjawab: "Dia telah bertaubat dengan taubat yang sekiranya dibagikan kepada 70 penduduk Madinah, niscaya mencukupinya. Apakah engkau menemukan taubat yang lebih baik daripada orang yang menyerahkan jiwanya kepada Allah?" (HR Muslim, 11/347)

HADITS KE 8: tentang WANITA AL-GHAAMIDIYAH:

Dari Abu Bakrah RA:

أنَّهُ شهِدَ رَسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ على بَغلَتِهِ واقِفًا، إذْ جاؤوا بِامرَأةٍ حُبْلى، فقالتْ: إنَّها زَنَتْ، أو بَغَتْ، فارْجُمْها. فقالَ لها رَسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ: استَتِري بِسِتْرِ اللهِ. فرجَعَتْ، ثم جاءَتِ الثَّانيةَ، والنَّبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ على بَغلَتِهِ، فقالتْ: ارْجُمْها يا نَبيَّ اللهِ. فقالَ: استَتِري بِسِتْرِ اللهِ، فرجَعَتْ، ثم جاءَتِ الثَّالِثةَ، وهو واقِفٌ، حتى أخَذَتْ بِلِجامِ بَغلَتِهِ، فقالَتْ: أنشُدُكَ اللهَ إلَّا رَجَمْتَها؟ فقالَ: اذهَبي حتى تَلِدي. فانطَلَقَتْ فوَلَدَتْ غُلامًا، ثم جاءَتْ فكَلَّمَتْ رَسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ، ثم قالَ لها: اذْهَبي فتَطَهَّري مِنَ الدَّمِ. فانطَلَقَتْ ثم أتَتِ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ، فقالتْ إنَّها قد تطَهَّرَتْ، فأرسَلَ رَسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ نِسوةً، فأمَرَهُنَّ أنْ يَستَبْرِئْنَ المَرأةَ، فجِئنَ وشهِدْنَ عِندَ رَسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ بِطُهْرِها، فأمَرَ لها بِحُفَيْرَةٍ إلى ثَنْدُوَتِها، ثم جاءَ رَسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ والمُسلِمونَ، فأخَذَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ حَصاةً مِثلَ الحِمَّصةِ فَرَماها، ثم مالَ رَسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ وقالَ لِلمُسلِمينَ: ارْمُوها، وَإيَّاكم وَوَجْهَها، فلمَّا طُفِئَتْ أمَرَ بِإخراجِها، فصَلَّى عليها، ثم قالَ: لو قُسِّم أجرُها بَينَ أهلِ الحِجازِ وَسِعَهُمْ.

Bahwa Dia menyaksikan Rasulullah SAW berhenti di atas baghlahnya, tiba-tiba ada orang-orang membawa seorang wanita hamil, dan wanita itu menyatakan: “bahwa dirinya melakukan perzinahan, atau melacur, maka dia minta di rajam ! “.

Rosulullah SAW berkata kepadanya: “Berlindunglah dengan perlindungan Allah !”.

Lalu dia pun pulang.

Kemudian dia datang lagi kedua kalinya. Dan Nabi SAW sedang di atas baghlahnya, lalu wanita itu berkata: “Rajamlah, ya Nabi Allah ! “.

Maka beliau SAW berkata: “Berlindunglah dengan perlindungan Allah !”

Lalu dia pun kembali arah pulang.

Kemudian dia datang lagi yang ketiga kalinya. Lalu dia berdiri, hingga dia mengambil tali kekang keledai Nabi SAW, dan wanita itu berkata: “Saya mohon demi Allah tiada pilihan bagi Engkau kecuali engkau mau merajamnya !”.

Beliau SAW berkata: “Pergilah sampai kamu melahirkan!”.

Maka dia pun pergi dan melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian dia datang lagi dan berbicara kepada Rasulullah SAW.

Kemudian Beliau SAW berkata kepadanya: “Pergi lah dan bersihkan dirimu dari darah !“.

Maka dia pun pergi dan kemudian datang lagi kepada Nabi SAW. Lalu dia mengatakan bahwa dia telah mensucikan dirinya.

Lalu Rasulullah SAW memerintahkan untuk mendatangkan kaum wanita untuk mengecek apakah wanita tsb benar telah suci.

Mereka pun datang mengeceknya dan mereka bersaksi kepada Rasulullah SAW bahwa wanita tsb benar-benar telah suci.

Maka beliau SAW pun memerintahkan untuk menyiapkan galian kecil untuknya sedalam dada. Kemudian Rosulullah SAW datang bersama kaum muslimin

Lalu Nabi SAW mengambil kerikil sebesar bij kacang dan melemparkannya pada wanita tsb.
Dan Rasulullah SAW mengahadapkan pandanganya pada kaum muslimin dan berkata:

ارْمُوها، وَإيَّاكم وَوَجْهَها، فلمَّا طُفِئَتْ أمَرَ بِإخراجِها، فصَلَّى عليها، ثم قالَ: لو قُسِّم أجرُها بَينَ أهلِ الحِجازِ وَسِعَهُمْ.

“Kalian lempari lah dia, hati-hati jangan sampai mengenai wajahnya !!! “.

Ketika wanita itu sudah wafat, maka beliau SAW memerintahkan untuk mengeluarkannya dari galian, lalu menshalatinya, kemudian beliau bersabda:

لو قُسِّم أجرُها بَينَ أهلِ الحِجازِ وَسِعَهُمْ

“Jika pahalanya dibagikan di antara para penduduk Hijaz, maka mencukupinya untuk mereka “.
HR. Imam Ahmad no. 20436 & 20378. Syu’aib al-Arna’uth dlm “تخريج المسند” no. 20436 berkata:
إسناده ضعيف لكن أصل القصة صحيح
“Sanadnya lemah, tetapi asal ceritanya benar”

Para pentahqiq al-Musnad berkata:

إسناده ضعيف لإبهام الراوي عن عبد الرحمن بن أبي بكرة، وباقي رجاله ثقات رجال الشيخين غير زكريا بن سليم، فهو صدوق

Sanadnya lemah karena ketidak jelasan perawi yang meriwayatkan dari Abd al-Rahman bin Abi Bakrah, dan sisa para perawinya adalah orang-orang yang dapat dipercaya standar Bukhori dan Muslim selain Zakaria bin Sulaim, maka dia itu shoduuq / jujur “. ( Tahqiq al-Musnad 34/83 dan 34/14 )

HADITS KE 9: tentang WANITA AL-GHAAMIDIYAH:

Dari 'Imran bin Hushoin RA:

" أَنَّ امْرَأَةً، مِنْ جُهَيْنَةَ اعْتَرَفَتْ عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِالزِّنَا فَقَالَتْ إِنِّي حُبْلَى ‏.‏ فَدَعَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَلِيَّهَا فَقَالَ ‏"‏ أَحْسِنْ إِلَيْهَا فَإِذَا وَضَعَتْ حَمْلَهَا فَأَخْبِرْنِي ‏"‏ ‏.‏ فَفَعَلَ فَأَمَرَ بِهَا فَشُدَّتْ عَلَيْهَا ثِيَابُهَا ثُمَّ أَمَرَ بِرَجْمِهَا فَرُجِمَتْ ثُمَّ صَلَّى عَلَيْهَا فَقَالَ لَهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَجَمْتَهَا ثُمَّ تُصَلِّي عَلَيْهَا ‏.‏ فَقَالَ ‏"‏ لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ شَيْئًا أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلَّهِ ‏"‏ ‏.‏ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ ‏.‏

"Bahwa ada seorang wanita dari Juhainah mengaku di hadapan Nabi (ﷺ) bahwa dia telah melakukan perzinahan, dan dia berkata: 'Sesungguhnya saya hamil.'

Lalu Nabi (ﷺ) memanggil walinya dan berkata: “Perlakukanlah dia dengan baik ! dan jika dia telah melahirkan anaknya, kabarkanlah padaku”.

Maka dia melakukan apa yang diperintahkannya, dan kemudian beliau (ﷺ) memerintahkan agar pakaiannya diikat erat di sekelilingnya. Kemudian dia memerintahkannya untuk dirajam, maka dirajam lah dia.

Kemudian beliau menshalatinya.

Lalu 'Umar bin Al -Khattab berkata kepadanya: 'Ya Rasulullah ! Engkau telah merajamnya lalu engkau menshalatinya?

Beliau SAW berkata:

"‏ لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ شَيْئًا أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلَّهِ ‏"‏

'Dia telah bertaubat dengan sebuah taubat yang jika dibagikan di antara tujuh puluh penduduk Al-Madinah, itu akan cukup bagi mereka. Pernahkah kamu menemukan sesuatu yang lebih baik daripada dia yang telah mengorbankan dirinya untuk Allah?'"

( HR. Muslim 11/347 dan Turmudzi no. 1435. Dan Turmudzi berkata: Ini Hadits Hasan Shahih ).

HADITS KE 10: tentang WANITA AL-GHAAMIDIYAH:

Dari Abu Musa al-Asy’ary RA, dia berkata:

جاءتِ امرأةٌ إلى نبيِّ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم فقالت: قد أحدَثْتُ، وهي حُبْلى، فأمَرها نبيُّ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم أنْ تذهَبَ حتَّى تضَعَ ما في بطنِها فلمَّا وضَعتْ جاءت فأمَرها أنْ تذهَبَ فتُرضِعَه حتَّى تفطِمَه ففعَلتْ ثمَّ جاءت فأمَرها أنْ تدفَعَ ولدَها إلى أُناسٍ ففعَلتْ ثمَّ جاءت فسأَلها: ( إلى مَن دفَعْتِ ) فأخبَرتْ أنَّها دفَعتْه إلى فلانٍ فأمَرها أنْ تأخُذَه وتدفَعَه إلى آلِ فلانٍ ناسٍ مِن الأنصارِ ثمَّ إنَّها جاءت فأمَرها أنْ تشُدَّ عليها ثيابَها ثمَّ إنَّه أمَر بها فرُجِمتْ ثمَّ إنَّه كفَّنها وصلَّى عليها ثمَّ دفَنها فقال النَّاسُ: رجَمها ثمَّ كفَّنها وصلَّى عليها ثمَّ دفَنها ! فبلغ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم ما يقولُ النَّاسُ فقال: ( لقد تابت توبةً لو قُسِمت توبتُها بينَ سبعينَ رجلًا مِن أهلِ المدينةِ لوسِعتْهم ).

Seorang wanita datang kepada Nabi Allah SAW dan berkata: “Saya telah melakukan perbuatan dosa “. Dia dalam keadaan hamil.

Lalu Nabi Allah SAW memerintahkan dia untuk pergi hingga dia melahirkan bayi yang ada di dlm kandungannya. Maka ketika dia telah melahirkannya, dia datang lagi.

Lalu beliau SAW menyuruhnya lagi untuk pulang agar menyusui bayinya hingga dia menyapihnya. Maka dia pun melakukannya.

Kemudian dia datang lagi. Lalu Nabi SAW menanyakannya: “Kepada siapa kamu menyerahkan anakmu? “.

Maka Dia mengkhabarkannya dan mengatakan bahwa dia menyerahkannya kepada si Fulan.

Kemudian Beliau SAW memerintahkannya untuk membawanya dan memberikannya kepada keluarga si fulan, dari kalangan al-Anshaar.

Kemudian dia datang lagi.

Maka Nabi SAW memerintahkan para sahabat untuk mengikat erat pakaiannya, lalu beliau memerintahkan untuk merajamnya. Kemudian beliau mengkafaninya dan mensholatinya lalu menguburkannya.

Orang-orang berkata: “Beliau merajamnya, mengkafaninya, dan mensholatinya, kemudian beliau menguburkannya???”

Lalu sampailah kepada Nabi SAW tentang apa yang dikatakan orang-orang. Maka beliau SAW berkata:

( لقد تابت توبةً لو قُسِمت توبتُها بينَ سبعينَ رجلًا مِن أهلِ المدينةِ لوسِعتْهم )

“Sungguh dia telah bertaubat dengan taubat, yang jika taubatnya dibagikan di antara tujuh puluh orang dari penduduk Madinah, sungguh itu akan mencukupi mereka”.

( HR. Ibnu Hibbaan no. 4442 ). Syeikh al-Albaani berkata dlm “إرواء الغليل” 7/366 dan “صحيح موارد الظمآن إلى زوائد ابن حبان” 2/63: “Hasan Shahih “.

Dan Syu’aib al-Arna’uth berkata dlm “الإحسان في تقريب صحيح ابن حبان”:

حديث صحيح، رجاله ثقات على شرط مسلم غير محمد بن وهب بن أبي كريمة فقد روى له النسائي وهو صدوق صالح

“Hadits Shahih, para perawinya tsiqoot standar shahih Muslim kecuali Muhammad bin Wahb bin Abi Kariimah, maka imam an-Nasaa’i telah meriwayatkan hadits darinya, dan dia itu Shoduuq Shooleh “. ( Lihat: “تخريج صحيح ابن حبان” no. 4442 ).

HADITS KE 11: Hadits tentang SALAH TANGKAP PEMERKOSA, tapi pelakunya yang sebenarnya segera meluruskannya menjelang exsekusi rajam.

Diriwayatkan oleh al-'Alqamah bin Wa'il Al-Kindi: Dari ayahnya:

أَنَّ امْرَأَةً، خَرَجَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم تُرِيدُ الصَّلاَةَ فَتَلَقَّاهَا رَجُلٌ فَتَجَلَّلَهَا فَقَضَى حَاجَتَهُ مِنْهَا فَصَاحَتْ فَانْطَلَقَ وَمَرَّ عَلَيْهَا رَجُلٌ فَقَالَتْ إِنَّ ذَاكَ الرَّجُلَ فَعَلَ بِي كَذَا وَكَذَا ‏.‏ وَمَرَّتْ بِعِصَابَةٍ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ فَقَالَتْ إِنَّ ذَاكَ الرَّجُلَ فَعَلَ بِي كَذَا وَكَذَا ‏.‏ فَانْطَلَقُوا فَأَخَذُوا الرَّجُلَ الَّذِي ظَنَّتْ أَنَّهُ وَقَعَ عَلَيْهَا وَأَتَوْهَا فَقَالَتْ نَعَمْ هُوَ هَذَا ‏.‏ فَأَتَوْا بِهِ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا أَمَرَ بِهِ لِيُرْجَمَ قَامَ صَاحِبُهَا الَّذِي وَقَعَ عَلَيْهَا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا صَاحِبُهَا ‏.‏ فَقَالَ لَهَا ‏"‏ اذْهَبِي فَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكِ ‏"‏ ‏.‏ وَقَالَ لِلرَّجُلِ قَوْلاً حَسَنًا وَقَالَ لِلرَّجُلِ الَّذِي وَقَعَ عَلَيْهَا ‏"‏ ارْجُمُوهُ ‏"‏ ‏.‏ وَقَالَ ‏"‏ لَقَدْ تَابَ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا أَهْلُ الْمَدِينَةِ لَقُبِلَ مِنْهُمْ ‏"‏ ‏

“Bahwa ada seorang wanita keluar pada masa Rosulullah (ﷺ) untuk sholat, namun tiba-tiba seorang pria menghampirinya dan menyekapnya lalu melampiaskan hajatnya (memperkosanya). Maka wanita itu berteriak dan pria tsb lari.

Dalam waktu yang sama ada seorang pria lain yang lewat di situ. Maka wanita itu berkata: “Sungguh (pria) itu telah melakukan ini dan itu padaku”.

Dan saat itu ada sekelompok para sahabat Muhajirin datang, wanita itu berkata: “Orang itu melakukan ini dan itu padaku “.

Maka mereka pun menangkap pria tsb yang mereka kira dia lah yang telah memperkosanya dan membawanya kepada wanita tsb.

Wanita itu berkata: “Ya, ini dia “.

Kemudian mereka membawanya ke Rasulullah (ﷺ).

Ketika Beliau (Nabi SAW) akan menjatuhkan hukuman Rajam, tiba-tiba pria yang (sebenarnya) telah memperkosanya berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah, saya adalah orang yang melakukannya padanya”.

Beliau SAW berkata kepada wanita itu: “Pergilah, karena Allah telah memaafkanmu !!!“.

Dan Beliau SAW berkata kepada pria itu yang salah tangkap: beberapa kata-kata yang baik.

Lalu Beliau SAW berkata atas pria pemerkosa yang sebenarnya: “Kalian rajamlah dia “.

Beliau SAW juga berkata:

"‏ لَقَدْ تَابَ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا أَهْلُ الْمَدِينَةِ لَقُبِلَ مِنْهُمْ ‏"‏

“Dia telah bertaubat dengan suatu taaubat yang jika penduduk Madinah juga bertaubat dengan cara yang sama, maka sungguh akan diterima taubatnya dari mereka”

( HR. Abu Daud no. 4379 dan Turmudzi no. 1454. Turmudzi berkata: “Ini hadits hasan ghoriib Shahiih “. Dan di Shahihkan oleh Syeikh al-Albaani dlm “المشكاة” no. 3572 ).

*****

PELAJARAN PENTING YANG BISA DI AMBIL DARI HADITS-HADITS RAJAM DIATAS:

Setelah menelaah hadits-hadits kisah tentang Hazzaal, Maiz dan wanita al-Ghoomidiyah serta proses hukum rajam terhadap keduanya, kita menemukan akan karakter Nabi Muhammad SAW yang penuh dengan kelemah lembutan dan penuh Kasih sayang, meskipun terhadap orang-orang melakukan dosa dan kesalahan jika mereka nampak menyesalinya dan hendak bertaubat.

Benar apa yang Allah SWT firmankan dalam ayat-ayat berikut ini:

Allah SWT berfirman tentang pribadi Nabi SAW:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, dia ikut merasakan beratnya penderitaan kalian, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, dia amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. ( QS. At-Taubah: 128 ).

Dan Allah SWT berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, maka kamu ( Muhammad ) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. ( QS. Ali Imran: 159 ).

Dan juga Allah SWT berfirman:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيم

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu ( Muhammad ) benar-benar berada diatas akhlak yang yang agung “. ( QS. Al-Qalam: 4 ).

Dan Allah SWT berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-Anbiyaa: 107 ).

Dan Allah SWT berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. ( QS. Al-Ahzaab: 21 ).

Mungkin ada yang bertanya, “Jika kasih sayang Nabi SAW sedemikian besar, mengapa beliau SAW menjatuhkan hukuman rajam kepada seorang yang sudah bersuami atau beristri yang berzina, memotong tangan orang yang mencuri, dan memberlakukan hukun qishash? Bukankah bentuk kasih sayang adalah dengan memaafkan mereka?”

Bila kita lihat dan perhatikan dengan hati yang bersih dari dorongan nafsu, kita akan mendapati bahwa semua hukum hadd ( seperti Qishosh, rajam dan potong tangan ) yang telah Allah SWT tetapkan adalah untuk kemashlahatan umat manusia. Dan jika tidak diterapkan, maka akan berdampak mafsadah dan negatif bagi umat manusia.

Hal ini yang tidak diperhatikan oleh mereka yang suka menyebarkan syubhat, seandainya mereka memperhatikannya, tentu akan lain pendapatnya.

Hukum hadd ini ditetapkan sebagai bentuk kasih sayang kepada umat manusia dan sebagai bentuk ancaman dan memberikan efek jera atas sebagian manusia yang hendak melakukan tindakan kriminal dan pelanggaran.

Dari Ubadah bin Shoomit ( beliau salah seorang sahabat yang ikut serta dalam perang Badar dan merupakan seorang Naqib (seseorang yang memimpin kelompok yang terdiri dari enam orang), pada malam bai’atul 'Aqobah ):

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ وَحَوْلَهُ عِصَابَةٌ مِنْ أَصْحَابِهِ ‏ "‏ بَايِعُونِي عَلَى أَنْ لاَ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا، وَلاَ تَسْرِقُوا، وَلاَ تَزْنُوا، وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ، وَلاَ تَأْتُوا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُونَهُ بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ، وَلاَ تَعْصُوا فِي مَعْرُوفٍ، فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعُوقِبَ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا ثُمَّ سَتَرَهُ اللَّهُ، فَهُوَ إِلَى اللَّهِ إِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ، وَإِنْ شَاءَ عَاقَبَهُ ‏"‏‏.‏ فَبَايَعْنَاهُ عَلَى ذَلِكَ

Bahwa Rasulullah berkata kepada sekelompok sahabatnya yang ada di sekelilingnya ( pada saat Ba'iatul Aqabah ):

“Berbaiatlah kepadaku bahwa kalian tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak kalian, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka (melakukan pengakuan dan tuduhan palsu) dan tidak akan mendurhakaiku dalam urusan yang baik.

Siapa yang memenuhi janjinya, Allah akan memberinya pahala.

Barangsiapa yang melanggarnya kemudian dia dihukum di dunia, itu adalah kaffarah baginya. Dan barangsiapa yang melakukannya kemudian Allah menutupinya, urusannya diserahkan kepada Allah. Bila Dia menghendaki maka Dia akan menghukumnya dan bila Dia menghendaki maka Dia akan memafkannya. Ubadah berkata, “Aku pun melakukan bai’at kepadanya atas semua itu.”

[ HR. Bukhori no. (18) & (3679), Muslim (1709), Tirmidzi (1439), Nasa’i (4161), Ahmad (2272), Ad-Darimi (2453)]

Maka penerapan hukum - yang kelihatannya keras itu - sejatinya adalah kasih sayang kepada umat Manusia. Ia menjadi sebuah bentuk kasih sayang karena dapat menghalangi masyarakat dari melakukan pelanggaran dan menjadi penebus dosa pelakunya.

Lagi pula hukuman ini adalah perintah dari Allah SWT yang wajib dilaksanakan. Allah lebih tahu apa yang baik bagi hamba-hambanya dan alam semesta.

Rasulullah SAW tidak menerapkan hukum ini khusus pada satu kelompok masyarakat. Beliau melaksanakan ketentuan ini untuk memberikan keamanan bagi seluruh lapisan masyakat. Beliau pernah marah ketika sebagian shahabat mencoba menghindarkan seorang wanita bangsawan dari kabilah bani Makhzum, agar tidak dipotong tangannya dalam kasus pencurian. Dan Beliau SAW bersabda:

إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوْا إِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الشَّرِيْفُ تَرَكُوْهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيْهِمْ الضَّعِيْفُ أَقَامُوْا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَأيْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ ‏‏فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ ‏سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا.

“Sesungguhnya yang membuat binasa umat-umat sebelum kamu ialah apabila orang mulia di antara mereka mencuri mereka meninggalkannya, namun apabila yang mencuri itu adalah orang lemah, mereka melaksanakan hukuman terhadapnya. Demi Allah seandainya Fathimah binti Muhammad (putri beliau) mencuri maka akan kupotong tangannya”.
[ HR. Bukhari no. (3288) dan Muslim no. (1688)]

Rasulullah SAW yang memiliki sifat yang penuh kasih sayang, beliau tidak berkeinginan atau mengharapkan adanya rajam, bunuh, atau potong tangan. Itu semua adalah wahyu yang datang dari Allah SWT.

Meskipun demikian, Sesungguhnya beliau senantiasa berusaha mendapatkan jalan keluar bagi orang yang telah terjerumus melakukan pelanggran dan dosa yang membuatnya terkena hukum Hadd ( seperti Qishosh, rajam dan potong tangan. Pen ).

Dari ‘Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"ادْرَؤوا الحدودَ عن المسلمين ما استطعتُم فإن كان له مخرجٌ فخَلُّوا سبيلَه فإنَّ الإمامَ إن يُخطِئ في العفوِ خيرٌ من أن يُخطِئَ في العُقوبةِ".

“Hindarilah hukum hadd ( seperti Qishosh, rajam dan potong tangan. Pen ) dari kaum muslimin semampu kalian. Apabila baginya ada jalan keluar, bukalah jalannya. Seorang imam yang salah dalam memberikan maaf lebih baik daripada ia salah dalam mejatuhkan hukuman.”

[ HR at-Turmidzi no. (1424), ad-Daruquthni no ( 323), al-Baihaqi no. (16834), dan Hakim no. (8163).

Di shahihkan sanadnya oleh al-Hakim. Namun di bantah oleh adz-Dzahabi dengan mengatakan:

قلت: قال النسائى: يزيد بن زياد شامى متروك

“Saya katakan: An-Nasa’i berkata: “Yazid bin Ziyad asy-Syaami ditinggalkan haditsnya “.

Dan di dhaifkan sanadnya oleh al-Baihaqi. Al-Albani menyatakan hadits ini dhaif dalam kitabnya “إرواء الغليل ” 8/25 no. 2355 dan “ضعيف الترمذي” 4/33. Di dalamnya terdapat Yazid bin Ziyad ad-Dimasyqi, dia lemah dalam hadits ]

Kata-kata dlm hadits ini menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Nabi SAW kepada umatnya.

Rasulullah SAW tidak memburu kesalahan para pendosa. Bahkan beliau meninggalkan perkara yang belum jelas dan belum kuat bukti-buktinya. Atau ada alternative lain yang memungkinkan untuk di tempuh.

Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr dan Ibnu Mas’ud RA: Rasulullah SAW pernah bersabda:

"تَعَافَوُا الْحُدُودَ فِيمَا بَيْنَكُمْ فَمَا بَلَغَنِي مِنْ حَدٍّ فَقَدْ وَجَبَ"

“Hendaknya kalian saling memaafkan dalam permasalahan hukum-hukam hadd ( seperti Qishosh, rajam dan potong tangan. Pen ) di antara kalian. Namun jika ia telah sampai kepadaku, maka hukuman itu wajib dilaksanakan.”

[ HR. Abu Daud no. (4376), Nasa’i (4886), dan al-Baihaqi no. (17389). Syeikh Al-Albani menyatakan bahwa hadits ini hasan dalam “صحيح الجامع” no. (2954)]

Imam Al-Suyuthi berkata ketika menafsiri hadits ini: “Saling memaafkanlah sesama kalian dan jangan dilaporkan kepadaku !. Kalau aku sudah mengetahuinya maka pasti aku akan menegakkan hukuman padanya.”[ Lihat “عون المعبود” 12/27]

Makna ini nampak jelas pada peristiwa Shafwan bin Umayyah ketika ia melaporkan kepada Rasulullah bahwa seorang laki-laki mencuri barangnya. Rasulullah pun memerintahkan untuk memotong tangan si pencuri sesuai hukum.

Shafwan bin Umayyah bin Kholaf berkata:

فَبَيْنَا أَنَا رَاقِدٌ جَاءَ السَّارِقُ فَأَخَذَ ثَوْبِي مِنْ تَحْتِ رَأْسِي فَأَدْرَكْتُهُ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ إِنَّ هَذَا سَرَقَ ثَوْبِي فَأَمَرَ بِهِ أَنْ يُقْطَعَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَيْسَ هَذَا أَرَدْتُ هُوَ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ قَالَ هَلَّا قَبْلَ أَنْ تَأْتِيَنِي بِهِ

"Maka tatkala aku tiduran, seorang pencuri datang dan mencuri jubah yang aku taruh di bawah kepalaku, lantas aku menangkapnya dan membawanya ke hadapan Nabi SAW.

Aku katakan: "Laki-laki ini telah mencuri pakaianku!"

Beliau SAW lantas memerintahkan untuk memotong tangannya, maka aku pun berkata:

"Wahai Rasulullah, bukan ini yang aku maksudkan, biarlah ini sedekah buat dia."

Beliau SAW bersabda: "Kenapa tidak kamu katakan itu sebelum kamu bawa dia kemari."

( HR. Ahmad no. 26353, Abu Daud no. (4394), an-Nasa’i no. (4884), dan Ibnu Majah no. (2595). Syeikh Al-Albani menshahihkannya dalam “صحيح النسائي” 8/70.)

Dalam lafadz lain:

" أنَّ صفوانَ بنَ أميَّةَ قدمَ المدينةَ فنامَ في المسجدِ وتوسَّدَ رداءَه فجاءَ سارقٌ وأخذَ رداءَه فأخذَه صفوانُ بنَ أميَّةَ فجاءَ بِه إلى رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فأمرَ أن تقطعَ يدُه فقالَ صفوانُ إنِّي لم أُردْ هذا وهوَ عليهِ صدقةٌ فقالَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فَهلَّا قبل! أن تأتيَني بِهِ ".

“Bahwa Safwan bin Umayyah datang ke Madinah lalu tidur di masjid, menggunakan jubahnya sebagai bantal. Seorang pencuri datang dan mengambil jubahnya dan Safwan menangkapnya dan membawanya ke Rasulullah, maka beliau SAW memerintahkan agar tangannya dipotong.

Safwan kemudian berkata, " Sesunnguhnya saya tidak menghendaki ini. Dan jubah ini biarlah untuknya sebagai sedekah."

Rosulullah SAW menjawab:

فَهلَّا قبل! أن تأتيَني بِهِ

"Mengapa kamu tidak melakukannya sebelum membawanya kepadaku?"

( Lihat. “مشكاة المصابيح” no. 3598, 3599, 3600.Hadits ini di hasankan oleh al-Haafidz Ibnu Hajar ( تخريج مشكاة المصابيح 3/341)

Apa yang disebutkan dalam kisah Ma’iz dan wanita al-Ghoomidiyah di atas menguatkan hal tersebut.

Dalam kisah kisah Ma’iz dan wanita al-Ghoomidiyah, kita bisa melihat suatu sikap kasih sayang yang besar dalam kehidupan Rasulullah SAW dalam proses penegakan hukum rajam pada keduanya.

Beliau SAW telah berusaha dengan maximal agar hukum rajam terhadap mereka berdua tidak terjadi dan telah berusaha pula dengan memberikan solusi dengan cara taubat yang lain. Namun masing-masing dari mereka berdua tetap bersikukuh ingin ditegakkan hukum rajam pada dirinya. Akhirnya Rosulullah SAW tidak bisa mengelak, maka hukum rajam pun di laksanakan. Beliau SAW pun marah ketika ada sebagian para sahabat yang mencela mereka saat proses perajaman.

Demikianlah besarnya kasih sayang Rasulullah SAW terhadap mereka yang telah melakukan dosa dan pelanggran, namun mereka benar-benar menyesali nya dan hendak bertaubat, meski dengan cara di rajam dengan batu. Allaahu Akbar

Alhamdulillah

Semoga bermanfaat !

Posting Komentar

0 Komentar