Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jangan Putus Asa Akan Rahmat Dan Ampunan Allah . Namun Jangan Sombong Dan Merasa Suci

Di susun Oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM


بسم الله الرحمن الرحيم


DILARANG BERPUTUS ASA UNTUK MENDAPATKAN RAHMAT DAN AMPUNAN DARI ALLAH SWT.


Allah SWT berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( QS. Az-Zumar: 53 )

DILARANG BERKATA: ALLAH PASTI TIDAK AKAN MENGAMPUNIMU atau KAMU PASTI AHLI NERAKA !


Hadits tentang Ahli Ibadah yang masuk Neraka karena tidak bisa menjaga mulut dan hatinya:

Diriwayatkan dari Dhamdham bin Jaus al-Yamami beliau berkata:

Aku masuk ke dalam masjid Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam, di sana ada seorang lelaki itu tua yang diinai rambutnya, putih giginya. Bersama-samanya adalah seorang anak muda yang tampan wajahnya, lalu lelaki tua itu berkata:

يَا يَمَامِيُّ تَعَالَ ، لاَ تَقُولَنَّ لِرَجُلٍ أَبَدًا: لاَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ ، وَاللَّهِ لاَ يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ أَبَدًا

Wahai Yamami, mari ke sini. Janganlah engkau berkata selama-lamanya kepada seseorang: Allah tidak akan mengampuni engkau, Allah tidak akan memasukkan engkau ke dalam syurga selamanya.

Aku bertanya: Siapakah engkau, semoga Allah merahmati engkau?

Lelaki tua itu menjawab:

Aku adalah Abu Hurairah. Aku pun berkata: Sesungguhnya perkataan seumpama ini biasa seseorang sebutkan kepada sebahagian keluarganya atau pembantunya apabila dia marah.

Abu Hurairah pun berkata: Janganlah engkau menyebutkan perkataan sebegitu. Sesungguhnya Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

" كَانَ رَجُلَانِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ ، أَحَدُهُمَا مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ ، وَالْآخَرُ مُذْنِبٌ ، فَأَبْصَرَ الْمُجْتَهِدُ الْمُذْنِبَ عَلَى ذَنْبٍ ، فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ ، فَقَالَ لَهُ: خَلِّنِي وَرَبِّي ، قَالَ: وَكَانَ يُعِيدُ ذَلِكَ عَلَيْهِ ، وَيَقُولُ: خَلِّنِي وَرَبِّي ، حَتَّى وَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ ، فَاسْتَعْظَمَهُ ، فَقَالَ: وَيْحَكَ أَقْصِرْ قَالَ: خَلِّنِي وَرَبِّي ، أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا ؟ فَقَالَ: وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ أَبَدًا ، أَوْ قَالَ: لَا يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ أَبَدًا ، فَبُعِثَ إِلَيْهِمَا مَلَكٌ فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا ، فَاجْتَمَعَا عِنْدَهُ جَلَّ وَعَلَا ، فَقَالَ رَبُّنَا لِلْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ عَالِمًا ؟ أَمْ كُنْتَ قَادِرًا عَلَى مَا فِي يَدِي ؟ أَمْ تَحْظُرُ رَحْمَتِي عَلَى عَبْدِي ؟ اذْهَبْ إِلَى الْجَنَّةِ يُرِيدُ الْمُذْنِبَ وَقَالَ لِلْآخَرِ: اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ

"Ada dua orang laki-laki dari bani Isra'il yang saling bersaudara; salah seorang dari mereka suka berbuat dosa sementara yang lain giat dalam beribadah. Orang yang giat dalam beribdah itu selalu melihat saudaranya berbuat dosa hingga ia berkata, "Berhentilah."

Lalu pada suatu hari ia kembali mendapati suadaranya berbuat dosa, ia berkata lagi, "Berhentilah."

Orang yang suka berbuat dosa itu berkata, "Biarkan aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu mengawasiku!"

Ahli ibadah itu berkata, "Demi Allah, sungguh Allah tidak akan mengampunimu, atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga."

Allah kemudian mencabut nyawa keduanya, sehingga keduanya berkumpul di sisi Rabb semesta alam.

Allah kemudian bertanya kepada ahli ibadah: "Apakah kamu lebih tahu dari-Ku? Atau, apakah kamu mampu melakukan apa yang ada dalam kekuasaan-Ku?"

Allah lalu berkata kepada pelaku dosa: "Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku." Dan berkata kepada ahli ibadah: "Pergilah kamu ke dalam neraka."

Abu Hurairah berkata,

فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ

"Demi Dzat yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu ucapan yang mampu merusak dunia dan akhiratnya."

( HR. Abu Daud 4318 Ibnu Hibban 5804 Abdullah bin al-Mubaarok dlm al-Musnad No. 36. Di shahihkan oleh Ibnu Hibban dan Syeikh Muqbil al-wadi’i )

JAGA MULUT KITA !


Seharusnya seorang mukmin memilah-milah perkataan antara yang baik dan yang buruk, berpikir dulu sebelum berbicara. Jangan sampai hanya karena lisannya, maka dia harus terjerumus ke dalam api neraka.

Kebanyakan manusia menyepelekan perkataannya serta menganggap tidak berdampak apa-apa, padahal di sisi Allah SWT bisa jadi perkara yang luar biasa. Allah SWT berfirman,

{ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ }

“Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. An Nur: 15). Dalam Tafsir Al Jalalain dikatakan bahwa orang-orang biasa menganggap perkara ini ringan. Namun, di sisi Allah perkara ini dosanya amatlah besar.

Allah SWT berfirman:

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bicara bisik-bisikan mereka, kecuali bicara bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 114)

Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

(( إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِى بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِى النَّارِ))

“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya.”
(HR. Tirmidzi no. 2314. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib )

Dan dalam riwayat lain, masih dari Abu Hurairoh RA berkata: ” Saya mendengar Rasululloh SAW bersabda:

(( إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا ، يَزِلُّ بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ و المغرِبِ ))

“ Seorang hamba berbicara dengan sesuatu kalimat yang tidak ada kejelasan di dalamnya yang membuat nya terprosok masuk kedalam neraka yang jaraknya antara timur dan barat ” (HR. Bukhari dan Muslim )

Juga masih dari hadist Abu Hurairah RA, beliau pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:

« إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ».

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan ucapan (yang mengandung) keridhaan Allah, ia tidak memperdulikannya, maka niscya Allah akan mengangkat derajatnya disebabkannya, dan Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan ucapan (yang mengandung) kemurkaan Allah, yang ia tidak perdulikan, niscaya akan menceburkannya ke dalam neraka Jahannam.” (HR. Bukhari no. 6478 ).

Alqamah meriwayatkan dari Bilal bin Al Harits Al Muzani radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda:

"إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ تَعَالَى مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ ، يَكْتُبُ اللَّهُ -عَزَّ وَجَلَّ- لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ, وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ تَعَالَى مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ, يَكْتُبُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ" فَكَانَ عَلْقَمَةُ يَقُولُ: كَمْ مِنْ كَلَامٍ قَدْ مَنَعَنِيهِ حَدِيثُ بِلَالِ بْنِ الْحَارِثِ.

Artinya: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan ucapan (yang mengandung) keridhaan Allah, ia tidak mengira akan sampai sebegitu tinggi, niscya Allah SWT menuliskan keridhaannya sampai hari kiamat. Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan ucapan (yang mengandung) kemurkaan Allah, ia tidak mengira akan sampai sebegitu tinggi, niscya Allah SWT menuliskan kemurkaannya sampai hari kiamat.” ‘

Alqamah sering berkata: “Berapa banyak perkataan, akan tetapi hadits Bilal bin Al Harits telah mencegahku (untuk mengucapkannya).” HR. Ahmad, Malik dan Turmudzi ( Riyadhus Sholihin no. 1516 ). Abu Isa Turmudzi dan Syeikh al-Albaani dalam shahih at-Trghiib no. 2247 berkata: “Hasan Shahih “.

Bukan hal yang mustahil jika ada seseorangkarena lisannya bisa terjerumus dalam jurang kebinasaan. Dlm hadist Mu’adz bin Jabal RA, Rasulullah SAW bersabda:

(( أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ. قُلْتُ بَلَى يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ))

“Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?”

Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.”

Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”.

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?”

Maka beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih)

JANGAN SUKA MENCACI DAN MENCELA:


Abu Jurayy Jabir bin Sulaim RA, ia berkata,

رَأَيْتُ رَجُلاً يَصْدُرُ النَّاسُ عَنْ رَأْيِهِ، لاَ يَقُولُ شَيْئًا إِلاَّ صَدَرُوا عَنْهُ قُلْتُ: مَنْ هَذَا ؟
قَالُوا: هَذَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم.‏ قُلْتُ: عَلَيْكَ السَّلاَمُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَرَّتَيْنِ.‏
قَالَ ‏"‏ لاَ تَقُلْ عَلَيْكَ السَّلاَمُ.‏ فَإِنَّ عَلَيْكَ السَّلاَمُ تَحِيَّةُ الْمَيِّتِ قُلِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ ‏"‏.‏
قَالَ قُلْتُ: أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم.
قَالَ ‏"‏ أَنَا رَسُولُ اللَّهِ الَّذِي إِذَا أَصَابَكَ ضُرٌّ فَدَعَوْتَهُ كَشَفَهُ عَنْكَ وَإِنْ أَصَابَكَ عَامُ سَنَةٍ فَدَعَوْتَهُ أَنْبَتَهَا لَكَ وَإِذَا كُنْتَ بِأَرْضٍ قَفْرَاءَ أَوْ فَلاَةٍ فَضَلَّتْ رَاحِلَتُكَ فَدَعَوْتَهُ رَدَّهَا عَلَيْكَ ‏"‏.‏
قُلْتُ اعْهَدْ إِلَىَّ.‏
قَالَ ‏"‏ لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا ‏"‏.‏
قَالَ: فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ حُرًّا وَلاَ عَبْدًا وَلاَ بَعِيرًا وَلاَ شَاةً.‏
قَالَ: ‏"‏ وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ ‏"‏.‏

AbuJurayy Jabir ibn Salim al-Hujaymi:

“Aku melihat seorang laki-laki yang perkataannya ditaati orang. Setiap kali ia berkata, pasti diikuti oleh mereka.

Aku bertanya, “Siapakah orang ini?”

Mereka menjawab, “Rasulullah SAW.”

Aku berkata, “‘Alaikas salaam (bagimu keselamatan), wahai Rasulullah (ia mengulangnya dua kali).”

Beliau SAW lalu berkata, “Janganlah engkau mengucapkan ‘alaikas salaam (bagimu keselamatan) karena salam seperti itu adalah penghormatan kepada orang mati. Yang baik diucapkan adalah “ assalamu ‘alaika” (semoga keselamatan bagimu).”

Abu Jurayy bertanya, “Apakah engkau adalah utusan Allah?”

Beliau SAW menjawab, “Aku adalah utusan Allah yang apabila engkau ditimpa malapetaka, lalu engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menghilangkan kesulitan darimu.

Apabila engkau ditimpa kekeringan selama satu tahun, lantas engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untukmu.

Dan apabila engkau berada di suatu tempat yang gersang lalu untamu hilang, kemudian engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan mengembalikan unta tersebut untukmu.”

Abu Jurayy berkata lagi kepada Rasulullah SAW: “Berilah wasiat kepadaku.”

Rasul SAW pun memberi wasiat:

لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا

“Janganlah engkau mencela / mencaci seorang pun.”

Abu Jurayy berkata, “Aku pun tidak pernah mencela / mencaci seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba.”

Lalu Beliau SAW bersabda:

"‏ وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ ‏"‏.

“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang penuh gembira kepadanya ; karena sesungguhnya itu adalah bagian dari amal kebajikan.

Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, maka engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki.

Dan waspadalah, janganlah engkau Isbaal / memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Karena sesungguhnya itu adalah tanda kesombongan dan Allah tidak menyukai kesombongan.

Jika ada seseorang yang mencacimu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui apa yang ada pada dirimu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui apa yang ada pada dirinya. Karena sesunggungnya, akibat keburukan itu hanya akan menimpa kembali padanya”.

(HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).

Bukan sifat seorang muslim jika tidak menjaga lisan:

Dari Abdullah (bin Mas’ud) radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah SAW bersabda:

« لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلاَ اللَّعَّانِ وَلاَ الْفَاحِشِ وَلاَ الْبَذِىءِ ».

“Bukanlah seorang mukmin yang sukan mencaci, suka melaknat, suka berkata keji atau kotor.” HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat al Ahadits Ash Shahihah, no. 320.

Lautan akan tercemar akibat tidak menjaga lisan

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata:

قُلْتُ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كَذَا وَكَذَا قَالَ غَيْرُ مُسَدَّدٍ تَعْنِى قَصِيرَةً. فَقَالَ « لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ ». قَالَتْ وَحَكَيْتُ لَهُ إِنْسَانًا فَقَالَ « مَا أُحِبُّ أَنِّى حَكَيْتُ إِنْسَانًا وَأَنَّ لِى كَذَا وَكَذَا ».

“Aku pernah bekata kepada Nabi Muhammad SAW: “Cukuplah bagimu Shofiyyah (salah satu istri beliau SAW ) yang ( penampilannya ) seperti ini dan ini”, maksudnya dia itu pendek.

Lalu beliau bersabda: “Sungguh kamu telah mengucapkan sebuah ucapan, jikalau dicampur dengan air lautan maka niscaya akan tercemari.”

Aisyah berkata: “Dan aku pernah menceritakan seseorang kepada beliau.”, beliau bersabda: “Aku tidak menyukai diriku menceritakan tentang seseorang, dan (menceritakan) sesungguhnya aku memiliki ini dan itu.”

HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 5140.

Kebanyakan kesalahan manusia adalah tidak menjaga lisan:

Bahwa Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu pernah mengucapkan talbiyah di atas bukit Shafa, kemudian beliau berkata:

يَا لِسَانُ قُلْ خَيْرًا تَغْنَمْ أَوِ اصمُتْ تَسْلَمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَنْدَمَ، قَالُوا: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ هَذَا شَيْءٌ تَقُولُهُ أَوْ سَمِعْتَهُ قَالَ: لَا، بَلْ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: " إِنَّ أَكْثَرَ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ "

“Wahai lisan, katakanlah yang baik maka kamu akan mendapat keuntungan besar atau diamlah, niscaya kamu akan selamat sebelum kamu menyesal”,

Lalu orang-orang bertanya: “Wahai Abu Abdirrahman (kunyahnya beliau), apakah ini perkataanmu atau kamu pernah mendengar (sabda-nya)?”.

Beliau berkata: “ Bukan (dari perkataanku), tetapi aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

" إِنَّ أَكْثَرَ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ "

“Sesungguhnya yang paling banyak kesalahan anak cucu Adam adalah pada lisannya.”

HR. Al Baihaqi di dalam kitab Syu’ab Al Iman dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat al Ahadits Ash Shahihah, no. 534

Salah satu sifat Munafiq tidak bisa menjaga lisan

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas umatku adalah setiap seorang munafik yang pandai bersilat lidah.” HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat al Ahadits Ash Shahihah, no. 1013.

Perkataan al Hafizh Ibnu rajab Al Hambali rahimahullah tentang hadits di atas:

(( هذا يدلُّ على أنَّ كَفَّ اللسان وضبطَه وحَبسَه هو أصلُ الخير كلِّه، وأنَّ مَن مَلَكَ لسانَه فقد ملَكَ أمرَه وأحكمَه وضبطَه ))

“Hal ini menunjukkan bahwa menjaga lisan, merawat dan menahannya adalah pokok seluruh kebaikan, dan barangsiapa yang menjaga lisannya maka ia telah memiliki perkaranya, menguasai dan menjaganya.” Lihat kitab Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, 2/146-147.

JANGAN SOMBONG DAN JANGAN MERASA SUCI:


Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)

Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur (sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).

Allah Ta’ala berfirman,

وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)

Dan Allah SWT berfirman:

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ

“Maka janganlah kalian mengatakan bahwa diri kalian suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. ( QS. An-Najm: 32 )

Oleh karena itu makruh hukumnnya memberi nama yang menunjukkan kesucian dirinya.

Dari Muhammad bin ‘Amru bin ‘Atha dia berkata, “Aku menamai anak perempuanku ‘Barrah’ (yang artinya: baik). Maka Zainab binti Abu Salamah berkata kepadaku, ‘Rasulullah SAW telah melarang memberi nama anak dengan nama ini. Dahulu namaku pun Barrah, lalu Rasulullah SAW bersabda,

(( لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ ! )).

“Janganlah kamu menganggap dirimu telah suci, Allah Ta’ala-lah yang lebih tahu siapa saja sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu.”

Para sahabat bertanya, “Lalu nama apakah yang harus kami berikan kepadanya? “ Beliau menjawab, “Namai dia Zainab.” (HR. Muslim no. 2142)

Al-Imam Ath-Thobari mengatakan:

"Tidak sepantasnya seseorang memakai nama dengan nama yang jelek maknanya atau menggunakan nama yang mengandung tazkiyah (menetapkan kesucian dirinya), dan tidak boleh pula dengan nama yang mengandung celaan. Seharusnya nama yang tepat adalah nama yang menunjukkan tanda bagi seseorang saja dan bukan dimaksudkan sebagai hakikat sifat.

Akan tetapi, dihukumi makruh jika seseorang bernama dengan nama yang langsung menunjukkan sifat dari orang yang diberi nama. Oleh karena itu, Nabi SAW pernah mengganti beberapa nama ke nama yang benar-benar menunjukkan sifat orang tersebut. Beliau melakukan semacam itu bukan maksud melarangnya, akan tetapi untuk maksud ikhtiyar (menunjukkan pilihan yang lebih baik)."

[ Dinukil dari Fathul Bari, karya Ibnu Hajar Al Asqolani, 10/577, Darul Marifah, 1379.]

Termasuk yang dimakruhkan adalah nama yang disandarkan pada lafazh “ad diin” dan “al islam”.

Seperti: Muhyiddin (yang menghidupkan agama), Nuruddin (cahaya agama), Dhiyauddin (cahaya agama), Syamsuddin (Matahari agama), Qomaruddin (Bulan agama), Saiful Islam (pedang Islam), Nurul Islam (cahaya Islam).

Penamaan seperti di atas terlarang karena kebesaran kedua lafazh Islam dan Diin. Oleh karena itu mengaitkan nama tersebut pada Islam dan Diin adalah suatu kebohongan. Ambil misal orang yang namanya Muhyiddin, artinya orang yang menghidupkan agama. Pertanyaannya, kapan orang tersebut menghidupkan agama?

Imam An Nawawi rahimahullah beliau tidak suka dipanggil dengan Muhyiddin.

Begitu pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tidak suka dipanggil Taqiyuddin (penjaga agama ). Beliau berkata, “Keluargaku sudah sering memanggilku seperti itu dan akhirnya panggilan seperti itu tersebar luas.”[ Lihat Tasmiyatul Mawlud, hal. 54-55]


KESOMBONGAN ADALAH DOSA PERTAMA YANG IBLIS LAKUKAN:


Sebagian para ulama salaf menjelaskan bahwa dosa pertama kali yang muncul kepada Allah adalah kesombongan. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir“ (QS. Al Baqarah:34)

Tentang ayat ini Qotaadah berkata:

“Iblis hasud terhadap Adam ‘alaihis salaam atas kemuliaan yang telah Allah berikan kepada nya. Iblis berkata: “Saya diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari tanah”. Kesombongan inilah dosa yang pertama kali terjadi. Iblis merasa sombong dengan tidak mau bersujud kepada Adam ‘alaihis salaam” (Tafsir Ibnu Katsir 1/114)

Ada riwayat yang mengatakan bahwa Dia menyembah Allah selama 1000 tahun, lalu Allah swt mengangkatnya ke langit pertama. Di langit pertama, Azazil beribadah menyembah Allah swt selama 1000 tahun. Kemudian dia diangkat ke langit kedua. Begitu seterusnya hingga akhirnya dia diangkat menjadi imam dan ketua malaikat ataupun imam kepada para malaikat. Ibadahnya kepada Allah paling banyak.

Ada riwayat yang menyatakan Azazil beribadah kepada Allah selama 80,000 tahun dan tiada tempat di dunia ini yang tidak dijadikan tempat sujudnya ke hadrat Allah.

Akan tetapi semangat dan banyaknya ibadah Azaazil kepada Allah ini sama sekali tidak di dasari oleh keikhlasan karena Allah, akan tetapi karena dia ingin berbangga-banggaan dan banyak-banyakan ibadah dengan para malaikat. Dan juga cara-cara ibadahnya kebanyakan bukan atas petunjuk dan perintah Allah swt, melainkan semaunya sendiri, yang ada dalam jiwa Azaaziil adalah bagaiamana agar dirinya bisa menyaingi para malaikat agar nampak lebih hebat dan paling tinggi kedudukannya dari para malaikat. Dan Azaaziil pun berhasil menduduki posisi yang paling tinggi di atas para malaikat.

Sehingga suatu ketika telah terjadi lagi kerusakan di muka bumi yang dilakukan oleh bangsa jin, kerusakan itu terus semakin meningkat, pertumpahan darah serta saling bunuh sesama mereka semakin menjadi jadi, maka Allah pada akhirnya mengutus kepada mereka Azaaziil bersama pasukan langit. Maka Azazil pun mengejar dan memburu para jin itu hingga ke pulau-pulau di tengah lautan dan di tebing-tebing gunung. Misi Azazil telah membawa keberhasilan dan kembali dengan kemenangan.

Dengan kemenangan tsb Azaaziil timbul dari dalam lubuk hatinya rasa ujub dan takabbur, timbul rasa sangat bangga, merasa sangat mulia, dan berkeyakinan bahwa tidak akan ada seorang pun yang mampu melakukan apa yang telah dia lakukan, dan tidak akan ada orang yang bisa sampai pada kemampuan seperti dirinya dalam segi kemuliaan dan ilmu pengetahuan serta kedudukannya di sisi Rabb semesta alam.

Kaab bin al-Ahbaar berkata: Nama Azaaziil ini di langit dunia di kenal sebgai al-‘Aabid / ahli ibadah. Di langit kedua sebagai az-Zaahid / ahli zuhud. Di langit ke tiga sebagai al-‘Aarif / Ahli ma’rifat. Di langit ke empat sebagai al-Waliy / wali. Di langit keenam sebagai al-Khoozin. Di langit ke tujuh sebagai Azaazil. Dan di Lauh Mahfudz sebagai Iblis. Dan kata Iblis sendiri dari bahasa ajam bukan dari bahasa arab. Dari asal kata al-Iblaas ( الإبلاس ) yakni (الإبعاد ) menjauhkan.

Tidak ada yang mengetahui apa-apa yang tersimpan dalam jiwa Azaaziil kecuali Allah swt. Adapun para malaikat maka mereka tidak tahu sama sekali. Kemudian terjadi sesuatu yang di luar perkiraan, yaitu Azazil menemukan dalam setiap tempat sujudnya tulisan: Iblis diusir, Iblis dikutuk, Iblis dihinakan, dan dia melihat tulisan terpampang di atas lingkaran pintu surga:

“ Sesungguhnya Aku memiliki seorang hamba dari kalangan al-Muqorrobiin, Aku telah menyuruhnya, tapi dia tidak mau melaksanakan perintah-Ku, melainkan dia bermaksiat dan bermaksiat, maka aku mengusirnya, mengutuknya dan menjadikan semua ketaatan dan amalnya bagaikan debu yang beterbangan “.

Azazil kaget dan bertanya-tanya, lalu berkata: Siapakah Iblis yang terusir ini ? Kami berlindung kepada Allah dari hal itu !. Kemudian dia menghadap kepada Allah dan berkata: Wahai Rabb-ku Hamba-Mu yang manakah yang berani menentang perintah-Mu, sungguh aku ikut mengutuknya, izinkanlah aku untuk mengutuknya !Maka Dia mengizinkannya.Lalu Azazil pun mengutuknya seribu kali.

Azazil tidak sadar bahwa tulisan di pintu syurga itu boleh menimpa kepada sesiapa saja, termasuk dirinya.

Bukan hanya Azazil yang melihat perkara ini, ternyata dan bahkan para malaikat pun mengetahuinya dari malaikat Isrofil, yaitu ketika Israfil memperhatikan ke arah Lauh Mahfudz dia mendapati perkataan yang sama, maka setelah melihat itu dia menangis tersedu-sedu sehingga para malaikat merasa kasihan dan iba terhadapnya, maka mereka berkumpullah dan menanyakannya apa yang membuatnya menangis ???

Israfil menjawab: Aku telah menemukan sebuah rahasia dari rahasia-rahasia Rabb ku “ lalu dia mengkisahkannya kepada mereka, maka para malaikat pun semuanya menangis, dan mereka berteriak: “ Tidak ada pilihan bagi kita kecuali kita harus pergi mendatangi Azazil, karena sesungguhnya dialah satu-satunya orang yang mustajab doanya dan termasuk orang-orang yang dekat kedudukannya di sisi Allah, mari kita minta bantuan kepadanya agar dia berkenan berdo’a kepada Allah untuk kita !”.

Maka para malaikatpun bersegera mendatangi Azaaziil dan menceritakan nya. Lalu Azaazil mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: Wahai Rabb, amankan lah mereka dari pemutusan rahmat mu !.

Azaaziil hanya mendoakan mereka dan lupa mendoakkan dirinya karena dia terkelabui oleh perasaan ujubnya sendiri karena merasa dirinya berada pada derajat yang menurutnya tidak mungkin, mustahil bahkan tidak tergambarkan sedikitpun dalam benaknya bahwa dirinya itu adalah iblis yang terusir dan terkutuk itu ….. Allah swt mengabulkan doa Azazil untuk para malaikat dan Allah menandai iblis dengan sebuah tanda celaka.

Dan ketika adanya ketakaburan atau kesombongan dalam diri Azazil sementara para malaikat tidak ada yang mengetahuinya, maka Allah yang maha bijak lagi maha adil berkehendak mengungkap niat dan tujuan yang sebenarnya ibadah Azazil selama ini serta kesombangannya, yaitu dengan cara Allah menciptakan Adam. Dengan tujuan kelak nanti Azazil dan seluruh malaikat diuji kepatuhan dan ketulusannya kepada Allah dengan perintah sujud kepada Adam. Berkenaan dengan kisah ini Allah swt berfirman dalam al-Quran:

{ وَ إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَن يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَ نَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّيْ أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُوْن }

Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka: Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata: Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.( QS. Al-Baqarah: 30 )

Lalu Allah swt mengutus Jibril ke bumi agar mendatangkan tanah liat darinya. Maka bumi berkata: Aku berlindung kepada Allah dari mu karena kamu hendak mengurangi ku atau kamu akan merubah ku menjadi nampak buruk. Maka Jibril pun kembali dan tidak jadi mengambilnya. Maka Jibril berkata: Wahai Rabb, sesungguhnya dia telah berlindung kepada mu, maka akupun melindunginya.

Maka Allah swt mengutus Mikaail, dan diapun mengalami hal yang sama seperti Jibril.

Maka Allah swt mengutus Malakul maut. Maka Malakul maut juga mendapatkan jawaban dari bumi dengan jawaban yang sama. Namun setelah itu Malakul maut berkata: Dan saya juga berlindung kepada Allah agar jangan sampai aku kembali tanpa menjalankan perintahnya. Maka dia segera mengambil tanah liat dari permukaan bumi dan mencampurnya. Dia tidak mengambilnya dari satu tempat, melainkan dia mengambil tanah merah, putih dan hitam, maka dari itu anak cucu adam berbeda-beda. Lalu Malakul maut naik dengan membawa tanah tsb, dan membasahi tanah tadi sehingga kembali menjadi tanah liat yang lekat.

Maka Allah swt menciptakan Adam dengan tangan-Nya agar Azazil tidak takabbur atau sombong terhadapnya, agar Allah swt berkata kepadanya: “ Layakkah kamu berlaku sombong terhadap sesuatu yang aku ciptakan langsung dengan tangan-Ku, sementara aku sendiri tidak takabbur terhadapnya dengan menciptakannya dengan tangan-Ku sebagai manusia “.

Dalam hadist yang di riwayatkan oleh Abu Musa al–Asy’ari, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

(( إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ جَاءَ مِنْهُمْ الْأَحْمَرُ وَالْأَبْيَضُ وَالْأَسْوَدُ وَبَيْنَ ذَلِكَ وَالسَّهْلُ وَالْحَزْنُ وَالْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ )). زَادَ فِي حَدِيثِ يَحْيَى وَبَيْنَ ذَلِكَ وَالْإِخْبَارُ فِي حَدِيثِ يَزِيدَ

“ Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah dari semua jenis tanah. Kemudian keturunannya datang beragam sesuai dengan unsur tanahnya. Ada di antara mereka yang berkulit merah, putih, hitam, dan antara warna-warna itu ada yang lembut dan ada yang kasar, ada yang buruk dan ada yang baik “.

Dan ada tambahan dalam hadits Yahya: dan ada pula di antara (sifat-sifat) itu, adapun lafadz (redaksi) hadits di atas adalah riwayat Yazid”. [HR. Abu Dawud: 4073]. Al-Albani berkata hadits ini shahih.

Dan dalam riwayat Imam Turmudzy dari AbuMusaal–Asy’ari ia berkata: Rosulullah saw bersabda:

(( إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ فَجَاءَ مِنْهُمْ الْأَحْمَرُ وَالْأَبْيَضُ وَالْأَسْوَدُ وَبَيْنَ ذَلِكَ وَالسَّهْلُ وَالْحَزْنُ وَالْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ )).

“ Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan Adam dari genggaman yang diambil dari seluruh bumi, lalu anak keturunan Adam datang sesuai dengan kadar bumi (tanah), di antara mereka ada yang (berkulit) merah, putih, hitam. Dan di antaranya pula ada yang ramah, sedih, keji dan baik”

Abu Isa berkata: hadits ini hasan shahih. [HR. Tirmidzi: 2879]. Al-Albani berkata hadits ini shahih.

Dalam sebuah riwayat di katakan bahwa proses penciptaan Adam yang pertama kali adalah penciptaan jasadnya yang terbuat dari tanah liat di hari Jumat. Setelah terbentuk lalu jasad itu di biarkan selama 40 tahun. Suatu saat para malaikat melintasinya, mereka terkejut saat pertama kali melihatnya.

Dan yang paling terkejut diantara mereka adalah Azaaziil, dia menghampirinya lalu memukulnya, maka keluar suara dentingan dari jasadnya seperti tembikar (tanah yang dibakar kering ketika diketuk mengeluarkan suara berdenting ), maka dari itu Allah swt berfirman dalam al-Quran:

{ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ }

“ Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar “( QS. Ar-Rahmaan: 14 )

Kemudian Azaaziil bertanya pada jasad Adam: Untuk apa kamu di ciptakan ? lalu dia masuk ke dalamya melalui mulut dan keluar lewat dubur nya. Dan para malaikat pun berkata kepada Azaaziil: Kamu gak usah risau dan takut kepadanya, dia bukan Allah. Allah itu ash-Shomad ( الصمد ) yakni tidak kosong dan bolong, sementara jasad ini ( أجوف ) yakni bolong dan kosong. Kalau kamu menguasainya pasti kamu akan membinasakannya.

Maka ketika tiba saatnya Allah swt berkehendak meniupkan ruh ke dalamnya, Allah swt berfirman kepada para Malaikat:

{ فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ }

Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. ( QS. Al-Hijr: 30 )

Maka ketika Allah meniupkan ruh ke jasad Adam, maka ruh itu masuk ke dalam kepalanya, Adam pun bersin, maka para malaikat berkata: Katakanlah al-hamdulillah !. Maka Allah menjawabnya: Yarhamukallooh ( يرحمك الله ). Ketika ruh masuk sampai di matanya, maka dia memandangi buah-buahan di syurga, dan ketika ruh sampai di perutnya, dia merasakan timbulnya selera makan, maka dia melompat sebelum ruh itu sampai di kedua kakinya dikarenakan terburu-buru ingin menikmati buah-buahan syurga. Oleh karena itu Allah swt berfirman:

{ خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ ۚسَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ }

Manusia telah dijadikan bertabi’at tergesa-gesa, kelak akan aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab) Ku maka janganlah kamu minta kepadaku mendatangkannya dengan segera.( QS. Al-Anbiya: 37)

Maka para malaikat bersujud kepada Adam, semuanya kecuali Azaaziil, dia membangkang lagi menyombongkan diri.

‘Aisyah ra berkata: Rosulullah saw bersabda:

(( خُلقَت الملائكةُ مِنْ نورِ العَرْش، وَخُلِقَ الجانُّ من مارجٍ مِنْ نار، وخُلِقَ آدمُ ممَّا وُصِفَ لَكُمْ ))

“Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada mu semua.” (HR. Muslim no. 2996).

Azaaziil memandang Adam as dari sisi asal atau bahan penciptaannya, dia tidak memandang dari sisi kemuliannya yang Allah anugerahkan kepadanya. Allah swt telah mengistimewakannya dalam penciptaan Adam, sehingga membuatnya lebih mulia dari semua makhluknya. Karena Allah telah menciptkan Adam dengan Tangan-Nya

Dalam surat ash-Shaad Allah swt berfirman:

{ قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ }

(Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?” ( QS. Ash-Shaad: 75 )

Dan kemuliaan lainnya, Allah SWT secara langsung meniupkan ruh padanya. Lalu para malaikat diperintahkan sujud kepadanya. Allah SWT berfirman:

{ فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (29) فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (30) إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ أَنْ يَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ ( 31 ) }

“ Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, Kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu “.(QS. Al-Hijr: 29-31)

Dan setelah itu semua Allah  menganugerahi Adam kemulian lainnya, yaitu Allah berbicara kepada Adam serta mengajarkannya ilmu pengetahuan tentang nama-nama semuanya. Allah SWT berfirman:

{ وَعَلَّمَ آَدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ () قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ () قَالَ يَا آَدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ}

Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”

Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Allâh berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,

Allâh berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” ( Qs. Al-Baqarah:31-33 )

Dengan dasar kelebihan-kelebihan tsb, maka Allah SWT muliakan Adam AS dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud padanya. Namun demikian Azazil tetap saja tidak mau mematuhi perintah Rabb-nya, tidak mau sujud sebagai bentuk penghormatan terhadap keangungan ciptaan-Nya, bahkan yang terjadi adalah timbul rasa dengki dan hasud terhadap kemuliaan yang Allah limpahkan kepada Adam, seraya Azazil berkata: Ini tercipta dari tanah, sementara aku tercipta dari api.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam al-Quran Surat al-Hijr 26-40:

{ وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (26) وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ (27),وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (28).فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (29) فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (30) إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ أَنْ يَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ ( 31 ) قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ (32) قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (33) قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ ( 34 ) وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ ( 35 )}

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, Kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu.

Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?"

Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".
Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk,

Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat".(QS. Al-Hijr: 26 – 35)

HAKIKAT SOMBONG:

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi SAW, beliau bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.”

Seseorang yang bertanya: “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?”

Beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:

“Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran”.
(Syarah Shahih Muslim oleh Imam Nawawi, 2/163)

ADA DUA MACAM KESOMBONGAN:


Yaitu sombong terhadap kebenaran dan sombong terhadap sesama manusia. Seperti yang di jelaskan dalam hadits di atas.

Menolak kebenaran adalah dengan menolak dan berpaling darinya serta tidak mau menerimanya. Sedangkan sombong terhadap sesama manusia yakni merendahkan dan meremehkan orang lain, memandang orang lain tidak ada apa-apanya dan melihat dirinya lebih dibandingkan orang lain. (Syarh Riyadus Shaalihin, 2/301, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin)

PERTAMA: SOMBONG TERHADAP KEBENARAN:


Orang yang sombong terhadap ajaran rasul secara keseluruhan maka dia telah kafir dan akan kekal di neraka.

Allah SWT berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي ءَايَاتِ اللهِ بِغَيْرِ سًلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِن فِي صُدُورِهِمْ إِلاَّ كِبْرٌ مَّاهُم بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ {56}

“Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa lasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kesombongan yang mereka sekali-klai tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mnedengar lagi Maha Melihat” (QS. Ghafir:56)

Adapun orang yang sombong dengan menolak sebagian al haq yang tidak sesuai dengan hawa nafsu dan akalnya –tidak termasuk kekafiran- maka dia berhak mendapat hukuman (adzab) karena sifat sombongnya tersebut. (Baca: Bahjatu Qulubil Abrar, hal 194-195, Syaikh Nashir as Sa’di)

Sikap seorang muslim terhadap setiap kebenaran adalah menerimanya secara penuh sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,

وَمَاكَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَمُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولَهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةَ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُّبِينًا {36}

“Dan tidaklah patut bagi mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 36)

Dan Allah SWT berfirman:

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا {65}

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (QS. An Nisaa’: 65)

KEDUA: SOMBONG TERHADAP SESAMA MANUSIA:


Rasulullah SAW bersabda,

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ

“Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim” (H.R. Muslim 2564). (Bahjatu Qulubill Abrar, hal 195)

Allah SWT berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ}

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olokkan). (Al-Hujurat: 11)

Ibnu Katsir ketika menafsiri ayat ini dlm TAFSIR nya berkata:

“ Secara nas larangan ditujukan kepada kaum laki-laki, lalu diiringi dengan larangan yang ditujukan kepada kaum wanita.

Firman Allah Swt.:
{وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ}

“dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri”. (Al-Hujurat: 11)

Makna yang dimaksud ialah janganlah kamu mencela orang lain. Pengumpat dan pencela dari kalangan kaum lelaki adalah orang-orang yang tercela lagi dilaknat, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

{وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ}

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela”. (Al-Humazah: 1)

Al-hamz adalah ungkapan celaan melalui perbuatan, sedangkan al-lamz adalah ungkapan celaan dengan lisan. Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ}

“Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah” (Al-Qalam: 11)

Yakni meremehkan orang lain dan mencela mereka berbuat melampaui batas terhadap mereka, dan berjalan ke sana kemari menghambur fitnah mengadu domba, yaitu mencela dengan lisan. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri. (Al-Hujurat: 11)

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

{وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ}

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu”. (An-Nisa: 29)

Yakni janganlah sebagian dari kamu membunuh sebagian yang lain.

Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, dan Muqatil ibnu Hayyan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri. (Al-Hujurat: 11) Artinya, janganlah sebagian dari kamu mencela sebagian yang lainnya.

Firman Allah Swt.:

{وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ}

“ dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk”. (Al-Hujurat: 11)

Yakni janganlah kamu memanggil orang lain dengan gelar yang buruk yang tidak enak didengar oleh yang bersangkutan.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Jubairah ibnu Ad-Dahhak yang mengatakan:

bahwa berkenaan dengan kami Bani Salamah ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya:
“ dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk “. (Al-Hujurat: 11)

Ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah, tiada seorang pun dari kami melainkan mempunyai dua nama atau tiga nama. Tersebutlah pula apabila beliau memanggil seseorang dari mereka dengan salah satu namanya, mereka mengatakan, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia tidak menyukai nama panggilan itu." Maka turunlah firman-Nya: dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. (Al-Hujurat: 11)

Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini dari Musa ibnu Ismail, dari Wahb, dari Daud dengan sanad yang sama.

Firman Allah Swt.:

{بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ}

“Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman”. (Al-Hujurat: 11)

Seburuk-buruk sifat dan nama ialah yang mengandung kefasikan yaitu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seperti yang biasa dilakukan di zaman Jahiliah bila saling memanggil di antara sesamanya Kemudian sesudah kalian masuk Islam dan berakal, lalu kalian kembali kepada tradisi Jahiliah itu.

{وَمَنْ لَمْ يَتُبْ}

“dan barang siapa yang tidak bertobat “. (Al-Hujurat: 11)

Yakni dari kebiasaan tersebut.

{فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ}

“ maka mereka itulah orang-orang yang zalim “. (Al-Hujurat: 11)
( SELESAI PERKATAAN IBNU KATSIR )

TAMBAHAN:


[معنى الهمز لغةً: همز يهمزُ هَمْزًا فهو هامِز، ويهمز أي: يغمز، أو يطعن، أو يعيب الشخصَ في غيبته، ويأتي منها همْز الشياطين أي قذْف الوساوس في قلب الإنسان، ويُقال: همز به الأرض؛ أي صرعه.[١]
معنى اللمز لغةً: لمز يلمزُ فهو لامِز، ويُقال لمز الشخص؛ أي أشار إليه بشفتيه، أو عينيه، أو يديه؛ ليعيب بتلك الحركة شخصاً آخر، مع التكلّم بكلامٍ خفيّ يعيب الشخص، ويعرّف الهمز واللمز بأنّه الانتقاص من شخص بعينه أو بعرضه تلميحاً دون الصراحة في ذلك
وكذلك قوله: (وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ) وقد يُقصد بالغمز بالعين الخيانة والغدر، وهو محرّمٌ أيضاً كأن يعطي رجلٌ الأمان لشخصٍ يتحدّث إليه، ثم يغمز بعينه رجلاً آخر ليعتدي عليه من خلفه، وقد يكون الغمز بالعين من رجلٍ إلى امرأةٍ، وكذلك التواصل المحرّم بين الرجل والأجنبية عنه، فهذا أيضاً كسابقه داخل في الغمز المنهي عنه، وهكذا فإن الإسلام قد حرّم الهمز واللَّمْز، سَواءٌ ترتّب عليه الطَّعْن في الناس، والانتقاص منهم، أو الاستهزاء والسخرية بهم، أو الاعتداء عليهم وخيانتهم، أو كان بنظراتٍ محرّمة من رجلٍ إلى امرأةٍ لا تحلّ له، فكلها حرّمها الله -تعالى- فقال: (وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ)

Menurut bahasa arti kata “لمز يلمزُ فهو لامِز ”dan jika dikatakan: “لمز الشخص ”:

Artinya, dia mengisyaratkannya dengan kedua bibirnya, atau kedua matanya atau kedua tangannya, uang tujuannya untuk mencemarkan orang lain dengan gerakan itu, disertai kata-kata yang samar-samar yang mencemarkan nama baik orang tersebut,

Begitu juga dengan firman Allah SWT:

(وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ)

Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.( QS. At-Taubah: 58 ).

Yang di makasud dengan kata “ لمز “ dari kalimat “ يلمزك “ adalah mengedipkan mata dengan tujuan pengkhianatan dan kelicikan, dan itu diharamkan, contohnya seperti seseorang memberikan perlindungan keamanan kepada seseorang yang dia ajak bicara namun dia mengedipkan matanya pada orang lain agar menyerangnya dari belakang. Dan bisa juga kedipan mata dari seorang pria kepada seorang wanita. Dan begitu juga melakukan komunikasi yang diharamkan antara pria dan wanita non-mahram.

Dengan demikian, Islam melarang pengumpatan (همز ) dan pencemaran (لمز ), terlepas apakah yang dia lakukan itu berdampak pada hilangnya kepercayaan pada sekelompok manusia, penistaan terhadap kehormatannya, atau pengolok-olokan dan perendahan martabatnya, atau penyerangan terhadap harga dirinya dan pengkhianatan, atau dia melakukan pandangan mata yang di haramkan seperti pandangan mata dari seorang pria kepada seorang wanita yang tidak halal baginya.

Semua itu dilarang oleh Allah SWT, Dia berfirman:

(وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ)

Artinya: “ Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela “.

Termasuk dalam katagori Firman Allah Swt “ dan janganlah kalian mencela sesama kalian “. (Al-Hujurat: 11) adalah menggiring opini publik untuk menyadutkan seseorang dan rame-rame mencela serta mengolok-oloknya.

HINDARI SIFAT UJUB alias KAGUM PADA DIRI NYA


Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda:

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي حُلَّةٍ ، تُعْجِبُهُ نَفْسُهُ ، مُرَجِّلٌ جُمَّتَهُ ، إِذْ خَسَفَ اللَّهُ بِهِ ، فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

Ketika ada Seorang lelaki yang sedang berjalan dengan berpakaian sangat mewah yang membuat dirinya sendiri merasa kagum, dan rambutnya tersisir rapi ; Tiba-tiba ia ditelan oleh longsoran tanah maka ia pun terus menerus berteriak ketakutan sampai hari kiamat. (HR. Al-Bukhari dan Muslim.

Dan dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW bersabda:

ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهُوَيَ مُتَبَعٌ وَإِعْجَابٌ اْلمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri”

(HR at-Thobroni dalam Al-Awshoth no 5452 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam as-shahihah no 1802)

Dalam lafadz lain:

"ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ، وَثَلَاثٌ مُنَجِّيَاتٍ، وَثَلَاثٌ كَفَّارَاتٌ، وَثَلَاثٌ دَرَجَاتٌ، فَأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ: فَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ، وَأَمَّا الْمُنَجِّيَاتُ: فَالْعَدْلُ فِي الرِّضَى وَالْغَضَبِ، وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى، وَخَشْيَةُ اللَّهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ، وَأَمَّا الْكَفَّارَاتُ: فَانْتِظَارُ الصَلَاةِ بَعْدَ الصَلَاةِ، وَإِسْبَاغُ الْوُضُوءِ فِي السَّبَرَاتِ، وَنَقْلُ الْأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ، وَأَمَّا الدَّرَجَاتُ: فَإِطْعَامُ الطَّعَامِ، وَإِفْشَاءُ السَّلامِ، وَالصَلَاةُ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ

"Tiga perkara membinasakan, tiga perkara menyelamatkan, tiga perkara penebusan dosa dan tiga perkara peningkat derajat.

Adapun tiga yang membinasakan, yaitu; kebakhilan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban seseorang terhadap dirinya.

Adapun tiga yang menyelamatkan, yaitu; berlaku adil saat marah dan ridha, sederhana saat kekurangan dan berkecukupan, dan takut kepada Allah saat bersendirian dan terlihat oleh orang lain.

Adapun sesuatu sebagai penebus dosa, yaitu; menunggu shalat setelah shalat, menyempurnakan wudhu saat kondisi yang sangat dingin, dan melangkahkan kaki menuju tempat-tempat pelaksanaan shalat berjama’ah. Adapun sarana meningkatkan derajat, yaitu; memberi makan, menebarkan salam, dan shalat di malam hari kala (kebanyakan) manusia tidur." (HR. ath- Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Ausath, no. 5754).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

” أَخْوَفُ مَا أَخَافَ عَلَى أُمَّتِي ثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ ، وَإِعْجَابُ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيهِ

"Di antara perkara yang sangat aku takutkan akan menimpa umatku adalah tiga hal yang membinasakan; kebakhilan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan ketakjuban setiap orang yang memiliki pendapat terhadap pendapatnya." (Hilyatu al-Auliya, 2/160).

Oleh karenanya, para salaf berkata, "Waspadailah dua kelompok manusia;

(1) orang yang mengikuti hawa nafsunya yang telah terfitnah oleh hawa nafsunya.

(2) orang yang bergelimang dengan dunia, ia telah dibutakan oleh dunia. Mengikuti hawa nafsu akan menjadikan seseorang menyia-nyiakan waktu dan bermalas-malasan. Karena hawa nafsu menghiasi orang yang mengikutinya sehingga terlihat indah hingga ia terpalingkan dari kesibukan yang semestinya dilakukannya, karena hawa nafsu juga selalu memerintahkannya untuk condong kepada syahwat dan kenikmatan- kenikmatan yang semu dan segala perkara yang tidak mengantarkan manusia untuk mendulang manfaat untuk kehidupan akhiratnya." ( الوقت عمار ودمارkarya Dr. Jasim Muthawwa’).

Sebagaimana halnya mengikuti hawa nafsu akan menjadikan seseorang menyia-nyiakan waktu dan bermalas-malasan, melupakan kehidupan akhirat maka demikian pula “panjang angan-angan”.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:

"Di antara perkara yang aku takutkan adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Tindakan mengikuti hawa nafsu akan menjadikan seseorang menolak dan berpaling dari kebenaran, sedangkan panjang angan-angan akan menjadikan seseorang melupakan kehidupan akhirat." (Hilyatul Auliya, 1/76).

Telah berkata seorang penyair:

والعُجْبَ فَاحْذَرْهُ إِنَّ الْعُجْبَ مُجْتَرِفٌ  أَعْمَالَ صَاحبِهِ فِي سَيْلِهِ الْعَرِمِ

Jauhilah rasa ujub, sesungguhnya rasa ujub akan menciduk amalan pelakunya ke dalam aliran deras arusnya

Dari Al Harits Al Asy'ari RA, dia telah menceritakan kepadanya bahwa Nabi SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ أَمَرَ يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ يَعْمَلَ بِهَا وَيَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهَا وَإِنَّهُ كَادَ أَنْ يُبْطِئَ بِهَا:
فَقَالَ عِيسَى: إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكَ بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ لِتَعْمَلَ بِهَا وَتَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهَا فَإِمَّا أَنْ تَأْمُرَهُمْ وَإِمَّا أَنْ آمُرَهُمْ.
فَقَالَ يَحْيَى: أَخْشَى إِنْ سَبَقْتَنِي بِهَا أَنْ يُخْسَفَ بِي أَوْ أُعَذَّبَ فَجَمَعَ النَّاسَ فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَامْتَلَأَ الْمَسْجِدُ وَتَعَدَّوْا عَلَى الشُّرَفِ فَقَالَ:
إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ أَعْمَلَ بِهِنَّ وَآمُرَكُمْ أَنْ تَعْمَلُوا بِهِنَّ:
أَوَّلُهُنَّ أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَإِنَّ مَثَلَ مَنْ أَشْرَكَ بِاللَّهِ كَمَثَلِ رَجُلٍ اشْتَرَى عَبْدًا مِنْ خَالِصِ مَالِهِ بِذَهَبٍ أَوْ وَرِقٍ فَقَالَ: هَذِهِ دَارِي وَهَذَا عَمَلِي فَاعْمَلْ وَأَدِّ إِلَيَّ فَكَانَ يَعْمَلُ وَيُؤَدِّي إِلَى غَيْرِ سَيِّدِهِ فَأَيُّكُمْ يَرْضَى أَنْ يَكُونَ عَبْدُهُ كَذَلِكَ.
وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ فَإِذَا صَلَّيْتُمْ فَلَا تَلْتَفِتُوا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْصِبُ وَجْهَهُ لِوَجْهِ عَبْدِهِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ
وَآمُرُكُمْ بِالصِّيَامِ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ فِي عِصَابَةٍ مَعَهُ صُرَّةٌ فِيهَا مِسْكٌ فَكُلُّهُمْ يَعْجَبُ أَوْ يُعْجِبُهُ رِيحُهَا وَإِنَّ رِيحَ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
وَآمُرُكُمْ بِالصَّدَقَةِ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَسَرَهُ الْعَدُوُّ فَأَوْثَقُوا يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ وَقَدَّمُوهُ لِيَضْرِبُوا عُنُقَهُ فَقَالَ أَنَا أَفْدِيهِ مِنْكُمْ بِالْقَلِيلِ وَالْكَثِيرِ فَفَدَى نَفْسَهُ مِنْهُمْ
وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنْ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَأَنَا آمُرُكُمْ بِخَمْسٍ اللَّهُ أَمَرَنِي بِهِنَّ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ وَالْجِهَادُ وَالْهِجْرَةُ وَالْجَمَاعَةُ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ قِيدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ الْإِسْلَامِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَّا أَنْ يَرْجِعَ
وَمَنْ ادَّعَى دَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ فَإِنَّهُ مِنْ جُثَا جَهَنَّمَ
فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنْ صَلَّى وَصَامَ
قَالَ وَإِنْ صَلَّى وَصَامَ فَادْعُوا بِدَعْوَى اللَّهِ الَّذِي سَمَّاكُمْ الْمُسْلِمِينَ الْمُؤْمِنِينَ عِبَادَ اللَّهِ.
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ الْحَارِثُ الْأَشْعَرِيُّ لَهُ صُحْبَةٌ وَلَهُ غَيْرُ هَذَا الْحَدِيثِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ حَدَّثَنَا أَبَانُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ عَنْ الْحَارِثِ الْأَشْعَرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ بِمَعْنَاهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ

"Sesungguhnya Allah memerintahkan lima kalimat kepada Yahya bin Zakariya agar diamalkan dan memerintahkan Bani Israil supaya mengamalkannya, dan sesungguhnya ia hampir saja memperlambatnya.

Nabi Isa AS berkata ( yakni mengingatkan Nabi Yahya bin Zakariya ):

"Sesungguhnya Allah memerintahkan lima kalimat padamu agar kamu amalkan dan agar Bani Israil kamu perintahkan untuk mengamalkannya, perintahlah mereka atau aku yang memerintah mereka."

Yahya menjawab ; "Aku khawatir bila kamu mendahuluiku menyampaikannya, aku akan dibenamkan atau disiksa."

Isa kemudian mengumpulkan manusia di Baitul Maqdis, masjid penuh sesak hingga ke teras, Isa berkata ;

"Sesungguhnya Allah memerintahkanku lima kalimat agar aku amalkan dan aku perintahkan kalian untuk mengamalkannya !

Pertama ; sembahlah Allah dan jangan menyekutukanNya dengan sesuatu pun.

Sesungguhnya perumpamaan orang yang menyekutukan Allah sama seperti seseorang membeli budak dengan uang emas atau perak lalu ia berkata; Ini rumahku dan ini pekerjaanku, bekerjalah dan tunaikan untukku. Tapi budak itu malah bekerja dan menunaikan untuk orang lain, siapa di antara kalian yang mau budaknya seperti itu?

(Kedua): Sesungguhnya Allah memerintahkan shalat pada kalian, bila kalian shalat, maka janganlah menoleh, karena Allah menghadapkankan wajah-Nya ke wajah hambaNya saat shalat, selama ia tidak menoleh.

(Ketiga ): Aku memerintahkan kalian puasa.

Dan perumpamaannya seperti seseorang berada di tengah-tengah sekelompok orang, ia membawa kantong berisi minyak kesturi, kalian semua kagum atau semerbak baunya mengagumkan, seseungguhnya bau (mulut) orang yang berpuasa lebih harum bagi Allah melebihi minyak kesturi.

(Keempat ): aku juga memerintahkan kalian bersedekah.

Perumpamaannya seperti seseorang yang ditawan musuh, mereka membelenggu tangannya ke leher, mereka lalu memajukannya untuk ditebas lehernya, kemudian ia berkata; "Aku menebusnya dari kalian dengan yang sedikit dan yang banyak ". Lalu tawanan tersebut menebus dirinya dari mereka.

(Kelima ): Aku memerintahkan kalian untuk senantiasa mengingat Allah.

Sesungguhnya perumpamaannya seperti seseorang yang dikejar musuh dengan cepat, hingga ketika tiba di benteng yang kokoh, ia menjaga dirinya dari mereka, demikian halnya hamba, ia tidak menjaga diri dari setan kecuali dengan mengingat Allah."

Nabi SAW bersabda:

"Dan aku memerintahkan lima hal pada kalian yang diperintahkan Allah padaku, yaitu; mendengar, taat, jihad, hijrah dan jama'ah, sebab barangsiapa meninggalkan jama'ah barang sejengkal, maka ia telah melepas tali Islam dari lehernya, kecuali jika ia kembali.

Dan barangsiapa menyerukan seruan jahiliyah, maka ia termasuk bangkai neraka jahanam."

Seseorang bertanya; "Wahai Rasulullah, meski ia shalat dan puasa?"

Beliau menjawab: "Meski ia shalat dan puasa, oleh karena itu, serukanlah seruan Allah yang menyebut kalian sebagai kaum muslimin, mu`minin dan hamba-hamba Allah."

Abu Isa Turmudzi berkata ; Hadits ini hasan shahih gharib.

Dan Abu Isa berkata; Muhammad bin Isam'il Al Harits Al Asy'ari pernah bertemu Nabi SAW dan ia memiliki hadits lain selain hadits ini.

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] telah menceritakan kepada kami [Abu Dawud Ath Thayalisi] telah menceritakan kepada kami [Aban bin Yazid] dari [Yahya bin Abu Katsir] dari [Zaid bin Sallam] dari [Abu Sallam] dari [Al Harits Al Asy'ari] dari Nabi SAW seperti di atas dengan maksud yang sama." Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih gharib:

Dan dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi (ﷺ) bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم "‏ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالآبَاءِ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ أَنْتُمْ بَنُو آدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ لَيَدَعَنَّ رِجَالٌ فَخْرَهُمْ بِأَقْوَامٍ إِنَّمَا هُمْ فَحْمٌ مِنْ فَحْمِ جَهَنَّمَ أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنَ الْجِعْلاَنِ الَّتِي تَدْفَعُ بِأَنْفِهَا النَّتْنَ ‏"‏


"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menghilangkan dari kalian kesombongan ala Jahilliyah dan kebanggaan kalian dengan nenek moyang. (Yang ada adalah) orang beriman yang bertakwa dan orang yang jahat yang sengsara.

Kalian adalah anak cucu Adam, dan Adam tercipta dari tanah.

Maka, hendaklah orang-orang meninggalkan kebanggaan mereka terhadap kaumnya; sebab mereka hanya (akan) menjadi arang jahannam, atau di sisi Allah mereka akan menjadi lebih hina dari serangga yang mendorong kotoran dengan hidungnya.

( HR. Abu Daud no. 4452 ) di hasankan oleh Syeikh al-Baani dalm Shahih al-Jaami’ no. 1787 )

Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah, Rosulullah SAW bersbda:

لينتهيَنَّ أقوامٌ يفتخرونَ بِآبائِهِمُ الذينَ ماتُوا إِنَّما هُمْ فَحْمُ جهنمَ أوْ ليكونُنَّ أَهْوَنَ على اللهِ مِنَ الجُعَلِ الذي يُدَهْدِهُ الخِرَاءَ بِأنْفِهِ إِنَّ اللهَ قد أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الجاهليةِ وفَخْرَها بِالآباءِ إِنَّما هو مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ أوْ فَاجِرٌ شَقِيٌّ الناسُ كلُّهُمْ بَنُو آدمَ وآدَمُ خُلِقَ من تُرَابٍ

"Hendaklah mereka segera berhenti dari membangga-banggakan nenek moyang mereka yang telah mati, -hanyasanya nenek moyang mereka adalah arang neraka Jahannam- atau mereka lebih hina di sisi Allah dari hewan yang mendorong kotoran dengan hidungnya.

Sesungguhnya Allah telah menghapus dari kalian seruan Jahiliyyah dan berbangga-bangga dengan nenek moyang, (yang ada) hanyalah mukmin yang bertakwa atau pendosa yang celaka, semua manusia adalah anak Adam, sedangkan Adam tercipta dari tanah."

( HR. Turmudzi No. 3890 ) Abu Isa Turmudzi berkata: Dan dalam bab ini, ada juga riwayat dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas. Abu Isa berkata; "Hadis ini adalah hadis hasan gharib."

Al-hamdulillah. Semoga bermanfaat.
 

 

Posting Komentar

0 Komentar