Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

MACAM- MACAM DOA ISTIFTAH DALAM SHALAT DAN HUKUM MENGGABUNGKAN-NYA

MACAM- MACAM DOA ISTIFTAAH DALAM SHALAT 

DAN HUKUM MENGGABUNGKAN-NYA

===

Di susun oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

---


****

DAFTAR ISI :

  • PENDAHULUAN :
  • PEMBAHASAN PERTAMA : DOA AL-ISTIFTAAH DAN LAFADZ-LAFADZ NYA :
  • PEMBAHASAN KEDUA : BACAAN DOA-DOA AL-ISTIFTAH DI ATAS YANG BERBEDA-BEDA , APAKAH MASING-MASING BOLEH DI BACA SAAT SHALAT FARDLU DAN SHOLAT SUNNAH ?
  • PEMBAHASAN KE TIGA : HUKUM MENGGABUNGKAN LEBIH DARI SATU RIWAYAT DOA ISTIFTAH DALAM SATU SHALAT.

****

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

===***===

PENDAHULUAN

Imam An-Nawawi berkata dalam *Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab* 3/321 :

فِي مَذَاهِبِ الْعُلَمَاءِ فِي الِاسْتِفْتَاحِ وَمَا يستفتح بِهِ: أَمَّا الِاسْتِفْتَاحُ فَقَالَ بِاسْتِحْبَابِهِ جُمْهُورُ الْعُلَمَاءِ من الصاحبة وَالتَّابِعِينَ فَمَنْ بَعْدَهُمْ وَلَا يُعْرَفُ مَنْ خَالَفَ فيه الا مالكا رَحِمَهُ اللَّهُ فَقَالَ لَا يَأْتِي بِدُعَاءِ الِاسْتِفْتَاحِ ولا بشئ بَيْنَ الْقِرَاءَةِ وَالتَّكْبِيرِ أَصْلًا بَلْ يَقُولُ: اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ إلَى آخِرِ الفاتحة

**Tentang mazhab-mazhab para ulama dalam doa istiftah dan apa yang dibaca sebagai istiftah:** 

Adapun doa istiftah, maka mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi'in, dan generasi setelah mereka berpendapat bahwa doa istiftah disunnahkan. Tidak diketahui adanya ulama yang menyelisihi pendapat ini kecuali Imam Malik rahimahullah. Ia berpendapat bahwa tidak disyariatkan membaca doa istiftah dan tidak membaca apapun antara takbir dan bacaan (Al-Fatihah). Beliau hanya mengatakan: *"Allahu akbar, alhamdulillahi rabbil 'alamin..."* hingga akhir Surah Al-Fatihah.

===***===

PEMBAHASAN PERTAMA : DOA AL-ISTIFTAAH DAN LAFADZ-LAFADZ NYA :

Ada Beberapa lafadz yang shahih dari Nabi tentang doa al-Istiftaah dalam sholat Fardlu dan sholat Sunnah .

Diantaranya adalah SBB :

HADITS KE 1 :

Dari Ibnu Umar radliallahu 'anhuma dia berkata ;

بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ:

«اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، ‌وَسُبْحَانَ ‌اللهِ ‌بُكْرَةً ‌وَأَصِيلًا»

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مِنَ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا؟» . قَالَ رَجُلٌ مَنِ الْقَوْمِ: أَنَا، يَا رَسُولَ اللهِ

قَالَ: «عَجِبْتُ لَهَا، فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ»

قَالَ ابْنُ عُمَرَ: «فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ»

"Ketika kami sedang shalat bersama Rasulullah , tiba-tiba ada seorang laki-laki dari suatu kaum mengucapkan;

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Artinya : “Allah Mahabesar dengan kebesaran yang agung, segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, dan Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang”.

Lantas Rasulullah bertanya: "Siapa yang mengatakan begini dan begini?

Lelaki tersebut menjawab; "Saya ya Rasulullah."

Maka Rasululah bersabda: "Aku sangat heran, karena dengannya pintu-pintu langit telah di buka."

Ibnu Umar berkata; "Oleh karena itu, aku tidak pernah meninggalkannya semenjak aku mendengarnya dari Rasulullah ."

( HR. Muslim 1/420 no. 601 , Ahmad 8/79 dan Turmudzi No. 3516 )

Dan hadits ini juga datang dengan redaksi lain dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma. Dalam salah satunya disebutkan:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنِّي لَأَنْظُرُ إِلَيْهَا تَصْعَدُ حَتَّى فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ.

*“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku melihatnya naik hingga dibukakan untuknya pintu-pintu langit.”*

[Diriwayatkan oleh Ahmad dalam *Musnad*-nya no. (5722).]

Dalam riwayat lain:

لَقَدِ ابْتَدَرَهَا اثْنَا عَشَرَ مَلَكًا.

*“Sungguh dua belas malaikat berlomba-lomba menyambutnya.”* 

[Diriwayatkan oleh an-Nasa’i dalam *Sunan*-nya: Kitab Al-Iftitah, Bab Ucapan yang Dibaca Ketika Memulai Shalat, no. (885), dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam kitab yang sama.]

Dan dalam sebagian riwayat hadits yang bukan dari Ibnu Umar:

لَقَدْ رَأَيْتُ أَبْوَابَ السَّمَاءِ فُتِحَتْ، فَمَا تَنَاهَى دُونَهَا الْعَرْشُ.

*“Sungguh aku melihat pintu-pintu langit terbuka, dan tidak ada yang menghalanginya hingga sampai ke bawah 'Arsy.”*

]Diriwayatkan oleh Al-Bushiri dalam *Ittihāf al-Khiarah al-Mahrah bi Zawāid al-Masānīd al-‘Asharah*: Kitab Pembukaan Shalat, Bab Tentang Doa yang Dibaca untuk Membuka Shalat, no. (1246), dan ia berkata: Sanadnya para perawinya terpercaya].

====

HADITS KE 2 :

Diriwayatkan oleh Jubair bin Muth’im radhiyallahu 'anhu :

أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ ﷺ يُصَلِّي صَلَاةً، قَالَ عَمْرٌو: لَا أَدْرِي أَيُّ صَلَاةٍ هِيَ؟ فَقَالَ:

"اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا –ثَلَاثًا–، وَأَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ: مِنْ نَفْخِهِ، وَنَفْثِهِ، وَهَمْزِهِ".

قَالَ عَمْرٌو: "نَفْثُهُ: الشِّعْرُ، وَنَفْخُهُ: الْكِبْرُ، وَهَمْزُهُ: الْمَوْتَةُ".

Artinya :

Bahwa ia melihat Nabi sedang shalat. Amr berkata: "Aku tidak tahu shalat apa itu." Lalu beliau mengucapkan:

"اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (3 kali)

وَأَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ: مِنْ نَفْخِهِ، وَنَفْثِهِ، وَهَمْزِهِ".

Allah Mahabesar dengan kebesaran yang agung, Allah Mahabesar dengan kebesaran yang agung, Allah Mahabesar dengan kebesaran yang agung. Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya. Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang — tiga kali —.

Aku berlindung kepada Allah dari (godaan) setan: dari tiupan sombongnya, dari hembusan syairnya, dan dari sentakannya. 

Amr berkata: *"Nafthuh adalah syair, nafkhuh adalah kesombongan, dan hamzuh adalah ayan (kejang-kejang)."*

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam *Sunan*-nya: Kitab Shalat, Bab Doa yang Dibaca untuk Membuka Shalat, no. (764), dan hadits ini didhaifkan oleh Al-Albani dalam kitab yang sama].

Hadits ini diriwayatkan oleh sebagian penulis kitab Sunan, seperti Abu Dawud, Ibnu Majah, serta juga oleh Imam Ahmad rahimahullah dalam *Musnad*-nya. Ibnu Hazm rahimahullah berdalil dengan hadits ini dalam *Al-Muhalla*, dan ia menyebutkan dalam mukadimah kitab tersebut :

أَنَّهُ لَمْ يَحْتَجَّ فِيهِ إِلَّا بِحَدِيثٍ وَخَبَرٍ صَحِيحٍ مِنْ رِوَايَةِ الثِّقَاتِ.

“Bahwa ia tidak berdalil kecuali dengan hadits dan berita yang shahih dari para perawi terpercaya”.

Hadits ini dinilai hasan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar. Ibnu Al-Mulaqqin berkata: “Shahih atau hasan.” Al-‘Iraqi berkata: “Hasan, masyhur.”

Syaikh Ahmad Syakir juga menunjukkan bahwa hadits ini shahih, demikian pula Syaikh Syu’aib Al-Arna’uth mengatakan: “Hasan lighairih.” Saudaranya, Syaikh Abdul Qadir, berkata: “Shahih dengan penguat-penguatnya.”

Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah mencantumkannya dalam *Shahih Al-Kalim Ath-Thayyib*. [Lihat: *Takhrij Al-Kalim Ath-Thayyib* karya Ibnu Taimiyah, no. (80).]

Dan juga dalam *Shahih Ibnu Hibban*, dan berkata: “Shahih lighairih,” tanpa menyebutkan lafaz “tiga kali”. Namun beliau mendhaifkannya dalam *Al-Misykat* dan dalam *Dha’if Abu Dawud*. [Lihat juga: *Misykat Al-Mashabih* oleh Al-Albani, no. (817), dan *Dha’if Sunan Abi Dawud*, no. (132).]

Hadits ini memang dalam sanadnya terdapat kelemahan, namun para ulama yang men-shahih-kan atau meng-hasan-kannya melakukannya karena adanya syawahid (riwayat-riwayat pendukung) yang menguatkannya. Oleh karena itu, sebagian ulama menghukuminya hasan, dan sebagian lain menghukuminya shahih.

===

HADITS KE 3 :

Dari Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata: 

جَاءَ رَجُلٌ نَابِي، يَعْنِي نَائِي، وَنَحْنُ فِي الصَّفِّ خَلْفَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَدَخَلَ فِي الصَّفِّ ثُمَّ قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، ‌وَسُبْحَانَ ‌اللهِ ‌بُكْرَةً ‌وَأَصِيلًا، فَرَفَعَ الْمُسْلِمُونَ رُءُوسَهُمْ وَاسْتَنْكَرُوا الرَّجُلَ فَقَالُوا: مَنِ الَّذِي يَرْفَعُ صَوْتَهُ فَوْقَ صَوْتِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَلَمَّا انْصَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ هَذَا الْعَالِي الصَّوْتَ؟ " قَالَ: هُوَ ذَا، يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: " وَاللهِ لَقَدْ رَأَيْتُ كَلَامَكَ يَصْعَدُ فِي السَّمَاءِ حَتَّى فُتِحَ بَابٌ مِنْهَا، فَدَخَلَ فِيهِ "

Seorang laki-laki dari daerah pelosok datang - yang dimaksud adalah dari tempat yang jauh - sedangkan kami sedang berada dalam shaf di belakang Rasulullah . Laki-laki itu masuk ke dalam shaf lalu berkata: 

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، ‌وَسُبْحَانَ ‌اللهِ ‌بُكْرَةً ‌وَأَصِيلًا،

(Maha Besar Allah dengan kebesaran yang agung, dan Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang). 

Lalu kaum Muslimin menolehkan kepala mereka dan merasa heran terhadap laki-laki itu, seraya berkata:  “Siapa yang mengangkat suaranya di atas suara Rasulullah ?”

Ketika Rasulullah selesai (shalat), beliau bersabda: “Siapa yang mengangkat suaranya tadi?”.

Ia menjawab: “Itu aku, wahai Rasulullah.” 

Maka beliau bersabda: “Demi Allah, sungguh aku melihat ucapanmu itu naik ke langit sampai sebuah pintu di langit dibukakan, lalu (ucapan itu) masuk ke dalamnya.”

[HR. Ahmad no. 19134 dan 19148.

Sanadnya lemah karena adanya ketidakjelasan (jahalah) pada Abdullah bin Sa’id, yaitu Al-Hamdani. Ia termasuk dalam kalangan perawi yang disebut dalam kitab *At-Ta‘jīl*, dan hanya Iyad bin Laqith yang meriwayatkan darinya secara tunggal. Tidak ada penilaian tsiqah (tepercaya) terhadapnya kecuali dari Ibnu Hibban, sedangkan perawi lainnya adalah tsiqat dan termasuk perawi kitab *Ash-Shahih*.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam *Al-Istidzkar* (8/133) melalui jalur Imam Ahmad dengan sanad yang sama.

Al-Haitsami mencantumkannya dalam *Majma‘ Az-Zawa’id* (2/105–106), dan berkata:

رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالطَّبَرَانِيُّ فِي "الْكَبِيرِ"، وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ!

“Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabrani dalam *Al-Kabir*, dan para perawinya tsiqat!”

As-Sindi berkata:

قَوْلُهُ: وَقَالُوا: مَنْ الَّذِي يَرْفَعُ ... أَي: قَالُوا ذَلِكَ فِي نُفُوسِهِمْ، عُلِمَ ذَلِكَ مِنْ رَفْعِهِمُ الرُّؤُوسَ، لَا أَنَّهُمْ قَالُوا بِأَلْسِنَتِهِمْ، إِلَّا أَنْ يَجُوزَ كَوْنُ هَذَا كَانَ قَبْلَ نَسْخِ الْكَلَامِ، وَفِيهِ نَظَرٌ، إِذِ الظَّاهِرُ أَنَّ إِسْلَامَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى مُتَأَخِّرٌ، وَاللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ.

Ucapannya: *“Dan mereka berkata: Siapa yang meninggikan suaranya...”* maksudnya: mereka mengatakan itu dalam hati mereka, sebagaimana diketahui dari gerakan mereka mengangkat kepala, bukan berarti mereka mengucapkannya dengan lisan—kecuali jika diasumsikan bahwa peristiwa itu terjadi sebelum larangan berbicara (di dalam shalat), namun hal ini dipertanyakan karena tampaknya keislaman Abdullah bin Abi Aufa terjadi belakangan. Wallahu ta‘ala a‘lam. [Di kutip hamish Musnad Imam Ahmad Tahqiq Syu’aib al-Arna’uth 31/477].

===

HADITS KE 4 :

Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu , dari Nabi :

Sesungguhnya Rosulullah ketika berdiri sholat , beliau mengucapkan :

"وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ، إِنَّ صَلَاتِي ، وَنُسُكِي ، وَمَحْيَايَ ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، لَا شَرِيكَ لَهُ ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ .

اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي ، وَأَنَا عَبْدُكَ ، ظَلَمْتُ نَفْسِي ، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا ، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ .

لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ".

Artinya : “Aku menghadap kepada Tuhan Pencipta langit dan bumi, dengan memegang agama yang lurus dan muslim dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.

Sesunguhnya sholat sembelihanku, hidup serta matiku adalah untuk Allah Rabb semesta alam Tiada sekutu bagi-Nya, dan karena itu aku diperintahkan. Dan aku termasuk orang-oran muslim.

Ya Allah, Engkau adalah Raja, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau dengan pujianMu. Engkau tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku menganiaya diriku, aku mengakui dosaku (yang telah kulakukan).

Oleh karena itu ampunilah seluruh dosaku, sesungguhnya tidak akan ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.

Tunjukkan aku pada akhlak yang baik, tidak ada yang menunjukkannya selain Engkau.

Hindarkanlah aku dari akhlak yang buruk, tidak ada yang dapat menghindarkannya dariku kecuali Engkau.

Aku penuhi panggilan-Mu dengan kegembiraan, seluruh kebaikan di kedua tanganMu, kejelekan tidak disandarkan kepadaMu. Orang yang selamat yang Engkau beri petunjuk. Aku hidup dengan pertolongan dan rahmatMu dan kepadaMu aku kembali. Tidak ada keselamatan dan termpat berlindung kecuali kepada-Mu.

Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

[HR Muslim no. 771, An-Nasaa’i no. 897, Abu Dawud dan selainnya]

Ibnu al-Qayyim, semoga Allah merahmatinya, mengatakan dalam Zaad al-Ma'ad (1/196) :

" الْمَحْفُوظَ أَنَّ هَذَا الِاسْتِفْتَاحَ ، إِنَّمَا كَانَ يَقُولُهُ ﷺ فِي قِيَامِ اللَّيْلِ " انتهى.

“ Riwayat Yang terpelihara dari Nabi bahwa doa al-Istiftah ini adalah hanya beliau ucapkan pada saat qiyamullail / sholat malam” . Selesai.

LENGKAPNYA dalam Shahih Muslim no. 1290 adalah sbb :

Dari Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah ; Biasanya apabila Rasulullah shalat, beliau membaca (do'a iftitah) sebagai berikut:

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ.

اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ.

لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Artinya : “ (Aku hadapkan wajahku kepada Allah, Maha pencipta langit dan bumi dengan keadaan ikhlas dan tidak mempersekutukanNya.

Sesungguhnya shalatku, segala ibadahku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, dan karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan berserah diri kepadaNya.

Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu.

Aku telah menzhalimi diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang berwenang untuk mengampuni segala dosa melainkan Engkau.

Dan tunjukilah kepadaku akhlak yang paling bagus. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Dan jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau.

Labbaik wa sa'daik (Aku patuhi segala perintahMu, dan aku tolong agamaMu). Segala kebaikan berada di tanganMu. Sedangkan kejahatan tidak datang daripadaMu. Aku berpegang teguh denganMu dan kepadaMu.

Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampun dariMu dan aku bertobat kepadaMu)."

Dan jika beliau ruku' beliau membaca:

اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ خَشَعَ لَكَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَظْمِي وَعَصَبِي

Artinya : (Ya Allah, kepadaMu aku ruku', denganMu aku beriman, kepadaMu aku berserah diri, patuh dan tunduk kepadau pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulang-tulangku dan otot-ototku semuanya)."

Kemudian bila beliau  bangkit dari ruku' beliau membaca:

اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

Artinya : (Ya Allah, Tuhan kami, untuk-Mulah segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh ruang antara keduanya, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu)."

Kemudian apabila beliau sujud beliau membaca:

اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

Artinya : (Ya Allah, kepada Engkau aku sujud, dengan Engkau aku beriman, dan kepada Engkau aku berserah diri. Mukaku sujud kepada Tuhan yang menciptakan dan membentuknya, yang membukakan pendengaran dan penglihatannya. Maha suci Allah sebaik-baik Maha pencipta)."

Kemudian pada akhir tasyahud sebelum memberi salam beliau membaca:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Artinya : (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang lama dan yang baru yang tersembunyi dan nyata, yang aku lakukan keterlaluan dan engkau lebih tahu daripadaku. Engkaulah yang memajukan dan memundurkan. Tidak ada ilah selain Engkau)."

Riwayat lain :

Imam Muslim berkata : Telah menceritakannya kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi] -dalam jalur periwayatan yang lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Abu An Nadlr] keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Abdullah bin Abu Salamah] dari [pamannya] Al Majisyuna bin Abu Salamah dari [Al A'raj] dengan isnad ini, dan ia berkata;

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَفْتَحَ الصَّلَاةَ كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ :

"وَجَّهْتُ وَجْهِي" وَقَالَ : "وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ".

وَقَالَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَالَ : "سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ". وَقَالَ : "وَصَوَّرَهُ فَأَحْسَنَ صُوَرَهُ". وَقَالَ وَإِذَا سَلَّمَ قَالَ : "اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ .... " إِلَى آخِرِ الْحَدِيثِ وَلَمْ يَقُلْ بَيْنَ التَّشَهُّدِ وَالتَّسْلِيمِ

Apabila Rasulullah memulai shalat, beliau bertakbir dan membaca (do'a iftitah): "WAJJAHTU WAJHIYA."

Beliau juga membaca: "WA ANA AWWALUL MUSLIMIN."

Dan ketika beliau bangkit dari ruku', beliau membaca: "ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU."

Beliau juga melanjutkan: "WA SHAWWARAHU FAAHSANA SHUWARAHU."

Dan setelah setelah salam beliau membaca: "ALLAHUMMAGHFIR LII MAA QADAMTU." hingga akhir hadits.

Dan ia tidak mengatakan; "Antara tasyahud dan salam

( HR. Muslim 1290 )

===

HADITS KE 5 :

Dari 'Ashim bin Humaid dia berkata;

سَأَلْتُ عَائِشَةَ بِمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ قِيَامَ اللَّيْلِ قَالَتْ : لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ شَيْءٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ قَبْلَكَ ، كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكَبِّرُ عَشْرًا ، وَيَحْمَدُ عَشْرًا ، وَيُسَبِّحُ عَشْرًا ، وَيُهَلِّلُ عَشْرًا ، وَيَسْتَغْفِرُ عَشْرًا ، وَيَقُولُ : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي ، وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي ، أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ ضِيقِ الْمَقَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Aku bertanya kepada 'Aisyah radhiyallahu ‘anhu , "Bagaimana Rasulullah memulai shalat malam?"

Aisyah radhiyallahu ‘anhu berkata ; "Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang tidak pernah ditanyakan oleh seorang pun sebelumnya.

Rasulullah bertakbir sepuluh kali, bertahmid sepuluh kali, bertasbih sepuluh kali, bertahlil sepuluh kali, dan beristighfar (memohon ampunan) sepuluh kali.

Lalu beliau mengucapkan doa :

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي ، وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي ، أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ ضِيقِ الْمَقَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

'Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku rezeki dan kesehatan. Aku berlindung kepada-Mu dari sempitnya tempat pada hari Kiamat nanti'."

( HR. An-Nasaa’i No. 1599 & 1617 dan Ibnu Hibban no. 2602 . Di shahihkan oleh Syeikh al-Albaani dlm Shahih an-Nasaa’i dan dalam shahih Ibnu Majah no. 1123 )

===

HADITS KE 6 :

Dari Rabi'ah Al-Jurasyi, ia berkata:

سَأَلْتُ عَائِشَةَ قُلْتُ: مَا كَانَ رَسُولُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ إِذَا قَامَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، وَبِمَ كَانَ يَسْتَفْتِحُ؟ قَالَتْ: كَانَ يُكَبِّرُ عَشْرًا، وَيَحْمَدُ عَشْرًا، وَيُسَبِّحُ عَشْرًا، وَيُهَلِّلُ عَشْرًا، وَيَسْتَغْفِرُ اللهَ عَشْرًا، وَيَقُولُ: «اللهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي» عَشْرًا، وَيَقُولُ: «‌اللهُمَّ ‌إِنِّي ‌أَعُوذُ ‌بِكَ ‌مِنَ ‌الضِّيقِ ‌يَوْمَ ‌الْحِسَابِ» عَشْرًا

Aku bertanya kepada Aisyah, “Apa yang biasa Rasulullah ucapkan ketika bangun di malam hari? Dan dengan bacaan Iftitah apa beliau memulai (shalatnya)?” 

Ia (Aisyah radhiyallahu 'anha) menjawab: 

“Beliau bertakbir sepuluh kali, bertasbih sepuluh kali, bertahlil sepuluh kali, beristighfar sepuluh kali, dan mengucapkan:

" اللهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي "

(Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk, dan rezekilah aku) sebanyak sepuluh kali.

Dan beliau ﷺ mengucapkan:

" اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ "

(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan pada hari hisab) sebanyak sepuluh kali.”

[HR. Ahmad no. 25102. Diriwayatkan pula oleh An-Nasa'i dalam *As-Sunan Al-Kubra* 9/322 (10640) dan juga dalam *Amalul Yaum wal-Lailah* (870)- serta oleh Al-Marwazi sebagaimana terdapat dalam *Mukhtashar Qiyam al-Lail*, halaman 48. 

Juga oleh Ibnu Al-Mundzir dalam *Al-Awsath* (1273), dan oleh Al-Hafizh dalam *Nataijul Afkar*, halaman 118–119, melalui jalur sanad Yazid bin Harun, dengan sanad yang sama.

Syu’aib al-Arna’uth berkata dalam Tahqiq al-Musand 36/513 :

وَهُوَ حَدِيثٌ صَحِيحٌ

Dan ini adalah hadis yang sahih

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (10/260), Abu Dawud (766), An-Nasa’i dalam *As-Sunan Al-Kubra* (1317) dan dalam *Al-Mujtaba* (3/208–209 dan 8/284), Ibnu Majah (1356), Ibnu Hibban (2602), dan Ath-Thabarani dalam *Musnad Asy-Syamiyyin* (2048), melalui jalur Mu’awiyah bin Shalih, dari Azhar bin Sa’id Al-Harazi, dari ‘Ashim bin Humaid, dari ‘Aisyah — radhiyallahu ‘anha. Sanad ini hasan, jika Azhar bin Sa’id Al-Harazi bukanlah Azhar bin ‘Abdillah Al-Harazi. Jika iya, maka terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini:

Karena diriwayatkan pula oleh Abu Dawud (5085), An-Nasa’i dalam *Amalul Yaum wal-Lailah* (871) — dan darinya pula oleh Ibnu As-Sunni (761) — serta Al-Hafizh dalam *Nataijul Afkar* halaman 117–118, dari dua jalur sanad melalui Baqiyyah bin Al-Walid, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku ‘Umar bin Ju’tsam, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Al-Azhar bin ‘Abdillah Al-Harazi, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Syarīq Al-Hawzani, ia berkata:

دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ فَسَأَلْتُهَا: مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْتَتِحُ الصَّلَاةَ إِذَا هَبَّ مِنَ اللَّيْلِ؟

Aku masuk ke tempat ‘Aisyah dan bertanya kepadanya: "Apa yang dibaca Rasulullah ketika membuka shalat saat beliau bangun malam?" … lalu disebutkan.

Dalam riwayat tersebut terdapat tambahan bacaan :

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

“Subḥānal-Malikil-Quddūs”

sebanyak sepuluh kali, dan juga tambahan doa minta perlindungan dari kesempitan dunia.

Syu’aib al-Arna’uth berkata dalam Tahqiq al-Musand 36/513 :

عَنْ الحَسَنِ البَصْرِيِّ مَرْسَلًا عِندَ عَبْدِ الرَّزَّاقِ (٢٥٧٢) وَ (٢٥٨٠)، وَلَفْظُهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَانَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ كَبَّرَ ثَلاثًا، وَسَبَّحَ ثَلاثًا، وَهَلَّلَ ثَلاثًا، ثُمَّ يَقُولُ: "اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ مِنْ هَمْزِهِ، وَنَفْثِهِ، وَنَفْخِهِ" قَالُوا: مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنْ هَذَا! قَالَ: "أَمَّا هَمْزُهُ: فَالْجُنُونُ، وَأَمَّا نَفْثُهُ: فَالشِّعْرُ، وَأَمَّا نَفْخُهُ: فَالْكِبْرُ". وَإِسْنَادُهُ إِلَى الحَسَنِ البَصْرِيِّ صَحِيحٌ

Dari al-Hasan al-Basri, secara marfu' (tanpa penyebutan perawi) yang diriwayatkan oleh Abd ar-Razzaq (2572) dan (2580), dengan lafaz:

"Bahwa Rasulullah ketika bangun di malam hari, beliau mengucapkan takbir tiga kali, tasbih tiga kali, dan tahlil tiga kali, kemudian beliau berkata:

"اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ مِنْ هَمْزِهِ، وَنَفْثِهِ

'Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syaitan, dari bisikannya, dan dari hembusannya.' Mereka berkata: 'Betapa sering engkau berlindung dari ini!' Beliau menjawab: 'Adapun bisikannya, itu adalah kegilaan, dan hembusannya adalah puisi, dan hembusannya adalah kesombongan.' Isnadnya kepada al-Hasan al-Basri adalah sahih."

====

HADITS KE 7 :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

" كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ القِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً - قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ : هُنَيَّةً – فَقُلْتُ : بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ؟ قَالَ : أَقُولُ : اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ ، وَالثَّلْجِ ، وَالبَرَدِ .

Rasulullah biasa diam antara Takbir dan pembacaan Al-Qur'an . Dan jeda heningnya itu pendek.

Saya berkata kepada Nabi : "Aku tebus engkau dengan ayahku dan ibu ku ! Apa yang Anda katakan di jeda antara Takbir dan bacaan al-Qur’an ?"

Nabi berkata : "Aku berkata :

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ ، وَالثَّلْجِ ، وَالبَرَدِ .

'Allahumma, baa`id baini wa baina khatayaya kama baa`adta baina l-mashriqi wa l-maghrib. Allahumma, naqqini min khatayaya kama yunaqqa th-thawbu l-abyadu mina d-danas. Allahumma , ighsil khatayaya bi l-maa'i wa th-thalji wa l-barad

Artinya: “Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin.” (HR Bukhari no. 744, Muslim no. 598 )

====

HADITS KE 8 :

Dari Aisyah radhiyallahu anha , berkata :

" كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَفْتَحَ الصَّلَاةَ ، قَالَ : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ ".

“Adalah Rasulullah ketika memulai sholat beliau membaca doa iftitah :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ

Yang artinya : “ Mahasuci Engkau Ya Allah, aku memujiMu, Maha berkah atas namaMu, Maha Tinggi kekayaan dan kebesaranMu, tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau.”

(HR Abu Dawud no. 776 , Turmudzi no. 243 dan Al-Hakim dan dinilai shahih olehnya, serta disetujui oleh Imam adz-Dzahabi . Dan di Shahihkan pula oleh Syekh al-Albaani dlm Shahih al-Jaami’ ).

Syeikh Abd al-Aziz bin Baaz, semoga Allah merahmatinya, berkata dalam “Fataawa Noor 'ala al-Darb” (8/182):

(أَمَّا فِي الفَرِيضَةِ، فَالأَفْضَلُ: (سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ... إِلَخ)، أَوْ: (اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ ... إِلَخ) هَذَا المَحْفُوظُ عَنْهُ فِي صَلَاةِ الفَرِيضَةِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ" انْتَهَى.

Artinya :

“Adapun shalat wajib, lebih baik membaca :

(سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ... إِلَخ)

(Maha Suci Engkau, ya Tuhan, dan segala puji bagi-Mu.... dst ),

Atau membaca :

(اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ ... إِلَخ)

(Ya Tuhan, pisahkan aku dari dosa-dosaku... dst .)

Ini adalah riwayat yang terjaga dari Beliau dalam shalat wajib “. ( Selesai perkataan Syeikh bin Baaz ).

===

HADITS KE 9 :

Dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dia berkata; "Aku pernah bertanya kepada Aisyah ; `Dengan apa Rasulullah memulai shalat malam? '

la menjawab ; `Apabila bangun malam maka beliau memulai shalat dengan mengucapkan doa:

" كَانَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ افْتَتَحَ صَلَاتَهُ : اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ ، وَمِيكَائِيلَ ، وَإِسْرَافِيلَ ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ ، فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ".

`Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil, Sang pencipta langit dan bumi, Maha mengetahui hal-hal yang gaib dan yang nampak, Engkau menghukumi di antara hamba-hambaMu dalam perselisihan mereka. Ya Allah, tunjukilah aku kepada kebenaran yang banyak diperselisihkan. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki menuju jalan yang lurus '.

(HR. Muslim no. 770 , Nasaa’i no. 1607 , Abu Daud 653 dan Ibnu Majah no. 1347).

===

HADITS KE 10 :

Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; Nabi bila berdiri melaksanakan shalat malam, Beliau memulainya dengan membaca doa (istiftah):

"اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ ، أَنْتَ الحَقُّ ، وَوَعْدُكَ الحَقُّ ، وَقَوْلُكَ الحَقُّ ، وَلِقَاؤُكَ الحَقُّ ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ ، وَالنَّارُ حَقٌّ ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ ، وَبِكَ آمَنْتُ ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ ، وَبِكَ خَاصَمْتُ ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ، أَنْتَ إِلَهِي لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Artinya : ("Ya Allah bagiMulah segala pujian. Engkaulah Yang Maha Memelihara langit dan bumi serta apa yang ada pada keduanya.

Dan bagiMulah segala pujian, milikMu kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada pada keduanya.

Dan bagiMu segala pujian, Engkau cahaya langit dan bumi dan apa yang ada pada keduanya.

Dan bagiMu segala pujian, Engkaulah raja di langit dan di bumi serta apa yang ada pada keduanya.

Dan bagiMulah segala puian, Engkaulah Al Haq (Yang Maha Benar), dan janjiMu haq (benar adanya), dan perjumpaan dengaMu adalah benar, firmanMu benar, surga adalah benar, neraka adalah benar, dan para nabiMu benar, Muhammad benar dan hari qiyamat benar.

Ya Allah, kepadaMulah aku berserah diri, kepadaMulah aku beriman, kepadaMu lah aku bertawakal, kepadaMulah aku bertaubat (kembali), karena hujah yang Kau berikan kepadaku aku memusuhi siapapun yang menentang (syareat-Mu) dan kepadaMu aku berhukum.

Ampunilah aku dari dosa yang lalu maupun yang akan datang, yang aku sembunyikan atau yang aku tampakkan.

Engkaulah yang Awal dan yang Akhir dan tidak ada ilah yang berhaq disembah selain Engkau atau tidak ada ilah selainMu"

Berkata, Sufyan ; Dan ditambahkan oleh 'Abdul Karim Abu Umayah:

وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّه

Artinya : (Tidak ada daya dan upaya kecuali Engkau).

Berkata, Sufyan dari Sulaiman bin Abu Muslim dia mendengarnya dari Thawus dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhu dari Nabi .

( HR. Bukhori no. 7499 dan Muslim no. 1758 ) .

====

HADITS KE 11 :

Do’a al-Istiftaah dalam shalat yang diperebutkan oleh 12 Malaikat untuk diangkat ke langit :

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu :

أَنَّ رَجُلًا جَاءَ ‌فَدَخَلَ ‌الصَّفَّ ‌وَقَدْ ‌حَفَزَهُ ‌النَّفَسُ، فَقَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ قَالَ: «أَيُّكُمُ الْمُتَكَلِّمُ بِالْكَلِمَاتِ؟» فَأَرَمَّ الْقَوْمُ، فَقَالَ: «أَيُّكُمُ الْمُتَكَلِّمُ بِهَا؟ فَإِنَّهُ لَمْ يَقُلْ بَأْسًا» فَقَالَ رَجُلٌ: جِئْتُ وَقَدْ حَفَزَنِي النَّفَسُ فَقُلْتُهَا، فَقَالَ: «لَقَدْ رَأَيْتُ اثْنَيْ عَشَرَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا، أَيُّهُمْ يَرْفَعُهَا»

“ Bahwa seorang laki-laki datang dan masuk shaff (barisan) sementara nafasnya masih terengah-engah, lalu mengucapkan :

«الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ»

Artinya : (Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik , lagi penuh berkah di dalamnya ).”

Seusai shalat, Rasulullah bertanya : “Siapakah diantara kalian yang mengucapkan kalimat tadi?” Para sahabat terdiam.

Beliau mengulangi pertanyaannya; “Siapakah yang mengucapkan kalimat tadi, karena hal itu tidak masalah baginya.”

Lantas seorang sahabat berkata ; “Aku tadi datang, sementara napasku masih terengah-engah, maka kuucapkan kalimat itu.”

Beliau bersabda : “TADI AKU MELIHAT DUA BELAS MALAIKAT BEREBUT MENGANGKAT UCAPAN ITU”.

(HR. Muslim no. 600, Ahmad no. 13645 dan an-Nasaa’i no. 901 )  

===***===

PEMBAHASAN KEDUA :
BACAAN DOA-DOA AL-ISTIFTAH DI ATAS YANG BERBEDA-BEDA , APAKAH MASING-MASING BOLEH DI BACA SAAT SHALAT FARDLU DAN SHOLAT SUNNAH ?

Doa-doa al-Istiftah yang disebutkan dalam hadits-hadits di atas , sebagian dari nya ada yang redaksi matan haditsnya umum tanpa batasan untuk shalat malam, maka yang ini boleh di baca pada sholat Fardlu dan sholat sunnah.

Adapun doa-doa al-Istiftaah yang di dalam redaksi matan haditsnya disebutkan pada shalat malam - yang mana pada umumnya bacaan doanya panjang-panjang - maka untuk ini yang sunnah dan yang lebih afdhol dibacanya pada waktu shalat malam.

Baca : “زاد المعاد” karya Ibnu al-Qoyyim 1/195-196 dan “صفة صلاة النبي صلى الله عليه وسلم” karya syeikh al-Albaani hal. 91 – 92 .

----

FATWA LAJNAH DAIMAH – KUMPULAN KEDUA (5/315)

Pertanyaan kelima dari fatwa nomor (18591)

Pertanyaan ke 5: 

Apakah doa istiftah dibaca di setiap shalat atau hanya di shalat fardhu saja?

Jawaban ke 5:

  دُعَاءُ الِاسْتِفْتَاحِ يُقَالُ فِي كُلِّ صَلَاةٍ فَرِيضَةٍ أَوْ نَافِلَةٍ، وَيُقَالُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى قَبْلَ قِرَاءَةِ الْفَاتِحَةِ، فَفِي (الصَّحِيحَيْنِ) مِنْ حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: «كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَبَّرَ فِي الصَّلَاةِ سَكَتَ هُنَيْةً قَبْلَ أَنْ يَقْرَأَ، فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ: "أَقُولُ: اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ» وَالصَّلَاةُ هُنَا تَعُمُّ الْفَرِيضَةَ وَالنَّافِلَةَ، وَثَبَتَ عَنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَنَّهُ اسْتَفْتَحَ الصَّلَاةَ أَيْضًا بِقَوْلِ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ».

وَبِاللهِ التَّوْفِيقُ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Doa istiftah dibaca di setiap shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah. Doa ini dibaca pada rakaat pertama sebelum membaca al-Fatihah.

Dalam *Shahihain* (yaitu Shahih al-Bukhari dan Muslim) dari hadis Abu Hurairah **radhiyallahu 'anhu**, beliau berkata:

"Rasulullah apabila bertakbir dalam shalat, beliau diam sejenak sebelum membaca (al-Fatihah). Maka aku bertanya kepada beliau, lalu beliau bersabda:"

"Aku mengucapkan : 

‘Ya Allah, jauhkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat. 

Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. 

Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju, dan embun.’”

Dan kata “shalat” dalam hadis ini (redaksinya umum) mencakup shalat fardhu dan shalat sunnah.

Juga telah diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau membuka shalatnya juga dengan doa: 

"Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Maha Berkah nama-Mu. Maha Tinggi keagungan-Mu. Dan tidak ada Tuhan selain Engkau."

Dengan taufik dari Allah, semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.

Lajnah Daimah untuk Penelitian Ilmiah dan Fatwa 

[*] Anggota: Bakar Abu Zaid 

[*] Anggota: Shalih al-Fauzan 

[*] Wakil Ketua: Abdul Aziz Alu Syaikh 

[*] Ketua: Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

---

AL-IMAM AN-NAWAWI :

Imam An-Nawawi berkata dalam *Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab* 3/321, setelah beliau menyebutkan hadis-hadis yang berkaitan dengan doa istiftah: 

فَهَذِهِ الْأَحَادِيثُ الْوَارِدَةُ فِي الِاسْتِفْتَاحِ بِأَيَّتِهَا اسْتَفْتَحَ حَصَّلَ سُنَّةَ الِاسْتِفْتَاحِ ‌لَكِنَّ ‌أَفْضَلَهَا ‌عِنْدَ ‌الشَّافِعِيِّ ‌وَالْأَصْحَابِ ‌حَدِيثُ ‌عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَيَلِيهِ حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

وَقَالَ جَمَاعَةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا مِنْهُمْ أَبُو إسحق الْمَرْوَزِيُّ وَالْقَاضِي أَبُو حَامِدٍ يَجْمَعُ بَيْنَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إلَى آخِرِهَا لِحَدِيثِ جَابِرٍ الَّذِي رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ

وَالصَّحِيحُ الْمَشْهُورُ الَّذِي نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَالْجُمْهُورُ حَدِيثُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ:

قَالَ أَصْحَابُنَا فَإِنْ كَانَ إمَامًا لَمْ يَزِدْ عَلَى قَوْلِهِ وَجَّهْتُ وَجْهِي إلَى قَوْلِهِ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ: وَإِنْ كَانَ مُنْفَرِدًا أَوْ إمَامًا لِقَوْمٍ مَحْصُورِينَ لَا يَتَوَقَّعُونَ مَنْ يَلْحَقُ بِهِمْ وَرَضُوا بِالتَّطْوِيلِ اسْتَوْفَى حَدِيثَ عَلِيٍّ بِكَمَالِهِ وَيُسْتَحَبُّ مَعَهُ حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عنهما اهــ.

"Hadis-hadis yang diriwayatkan tentang istiftah ini, maka dengan membaca salah satu dari hadis-hadis itu seseorang telah memperoleh kesunnahan istiftah. Namun yang paling utama menurut Imam Asy-Syafi'i dan para sahabatnya adalah : hadis Ali radhiyallahu 'anhu, kemudian diikuti oleh hadis Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. 

Sekelompok sahabat kami —di antaranya Abu Ishaq Al-Marwazi dan Al-Qadhi Abu Hamid— berpendapat: Menggabungkan antara 'Subhanakallahumma wa bihamdik' dan 'Wajjahtu wajhiya...' hingga akhirnya, berdasarkan hadis Jabir yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi. 

Pendapat yang shahih lagi masyhur, dan yang ditegaskan oleh Imam Asy-Syafi'i serta mayoritas ulama, adalah hadis Ali radhiyallahu 'anhu. 

Para sahabat kami berkata: Jika menjadi imam, maka tidak menambah lebih dari ucapannya: 'Wajjahtu wajhiya...' hingga 'Wa ana min al-muslimin'. 

Namun jika ia shalat sendiri, atau menjadi imam bagi sekelompok kecil jamaah yang tidak mengharapkan ada orang yang menyusul bergabung dan mereka rela shalatnya dipanjangkan, maka ia dianjurkan untuk menyempurnakan bacaan hadis Ali secara lengkap, dan disunnahkan juga membaca bersama dengannya hadis Abu Hurairah radhiyallahu 'anhuma." [Selesai].

===***===

PEMBAHASAN KE TIGA :
HUKUM MENGGABUNGKAN LEBIH DARI SATU RIWAYAT DOA ISTIFTAH DALAM SATU SHALAT.

Sebagian para ulama ada yang berpendapat bahwa tidak ada larangan untuk menggabungkan antara doa-doa istiftah yang ada riwayatnya dalam satu shalat. 

Ini merupakan pendapat yang dipilih oleh Abu Yusuf, murid Abu Hanifah, dan sekelompok ulama Syafi'iyah, di antaranya Abu Ishaq Al-Marwazi dan Al-Qadhi Abu Hamid, yang juga merupakan pilihan al-Waziir Ibnu Hubayrah dari kalangan sahabat Imam Ahmad.

Dan ini pendapat yang ditarjih oleh Ibnu al-Qoyyim dalam Zaad al-Ma’ad, sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin, di mana beliau berkata :   

وَقَدْ رَجَّحَ ابْنُ الْقَيِّمِ فِي زَادِ الْمَعَادِ هٰذَا مِنْ نَحْوِ عَشَرَةِ أَوْجُهٍ .... وَلَكِنَّ الْأَرْجَحَ أَنَّهُ يَأْخُذُ بِهٰذَا تَارَةً وَبِهٰذَا تَارَةً، لِأَنَّ الْكُلَّ سُنَّةٌ. وَلَا يُجْمَعُ بَيْنَهُمَا. اهــ.

Ibnu Qayyim dalam kitab *Zaad al-Ma'ad* mentarjih pendapat ini (yang boleh menggabungkan) yang diperkuat dengan sekitar sepuluh argument .... Namun, yang lebih kuat (yakni; menurut Syeikh Ibnu Utsaimin) adalah bahwa seseorang membaca yang ini sesekali, dan yang itu sesekali, karena semuanya adalah sunnah. Dan tidak menggabungkan antara keduanya “. (Selesai)

[Baca : Ta’liiqoot Ibni ‘Utsaimin ‘Alaa al-Kaafi li Ibni Quddaamah 1/362. Lihat Pula : Zaadul Ma'ad 1/195 - 198 dan Mukhtashar Zaad al-Ma’aad hal. 12].

Dalam Zaad al-Ma'ad 1/198, Ibnu al-Qoyyim berkata : 

وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: "أَمَّا أَنَا فَأَذْهَبُ إِلَى مَا رُوِيَ عَنْ عمر، وَلَوْ أَنَّ رَجُلًا اسْتَفْتَحَ بِبَعْضِ مَا رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الِاسْتِفْتَاحِ كَانَ حَسَنًا".

وَإِنَّمَا اخْتَارَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ هَذَا لِعَشَرَةِ أَوْجُهٍ قَدْ ذَكَرْتُهَا فِي مَوَاضِعَ أُخْرَى

"Imam Ahmad berkata: 'Adapun aku, maka aku mengikuti apa yang diriwayatkan dari Umar. Dan seandainya seseorang membaca doa istiftah dengan (penggabungan) sebagian dari apa yang diriwayatkan dari Nabi ﷺ tentang doa-doa istiftah, maka itu adalah baik'.  

Dan sesungguhnya Imam Ahmad memilih hal ini karena sepuluh alasan yang telah aku sebutkan di beberapa tempat lain".

Diantara contoh penggabungan doa-doa istiftah yang disebutkan oleh Ibnu al-Qoyyim dalam Zaadul Ma'ad 1/195 adalah : 

«وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعَهَا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ بِيَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ»

Dan Ibnu al-Qoyyim dalam Jalaa' al-Afhaam hal. 321 berkata :

قد سلك بعض الْمُتَأَخِّرين فِي ذَلِك طَريقَة فِي بَعْضهَا وَهُوَ أَن الدَّاعِي يسْتَحبّ لَهُ أَن يجمع بَين تِلْكَ الْأَلْفَاظ الْمُخْتَلفَة وَرَأى ذَلِك أفضل مَا يُقَال فِيهَا

"Sebagian para ulama muta'akhirin menempuh satu metode dalam hal itu, yaitu pada sebagian keadaan, di mana dianjurkan bagi orang yang berdoa untuk menggabungkan antara lafaz-lafaz yang berbeda tersebut, dan mereka memandang bahwa hal itu adalah yang paling utama untuk diucapkan dalam masalah ini".

Dalam "Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah" (4/52) disebutkan: 

مَذْهَبُ أَبِي يُوسُفَ صَاحِبِ أَبِي حَنِيفَةَ , وَجَمَاعَةٍ مِنْ الشَّافِعِيَّةِ , مِنْهُمْ أَبُو إسْحَاقَ الْمَرْوَزِيُّ , وَالْقَاضِي أَبُو حَامِدٍ , وَهُوَ اخْتِيَارُ الْوَزِيرِ ابْنِ هُبَيْرَةَ مِنْ أَصْحَابِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ : أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ الصِّيغَتَيْنِ الْوَارِدَتَيْنِ "سُبْحَانَك اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِك . . ." " وَوَجَّهْتُ وَجْهِي . . . " ....

وَقَدْ اسْتَحَبَّ النَّوَوِيُّ أَيْضًا أَنْ يَكُونَ الِاسْتِفْتَاحُ بِمَجْمُوعِ الصِّيَغِ الْوَارِدَةِ كُلِّهَا ، لِمَنْ صَلَّى مُنْفَرِدًا , وَلِلْإِمَامِ إذَا أَذِنَ لَهُ الْمَأْمُومُونَ " انتهى .

"Pendapat Abu Yusuf, murid Abu Hanifah, dan sekelompok ulama Syafi'iyah, di antaranya Abu Ishaq Al-Marwazi dan Al-Qadhi Abu Hamid, yang juga merupakan pilihan al-Waziir Ibnu Hubayrah dari kalangan sahabat Imam Ahmad, bahwa seseorang boleh menggabungkan antara dua lafaz doa istiftah yang ada riwayatnya, contohnya yaitu menggabungkan antara :

'Subhanak Allahumma wa bihamdik...' DAN 'Wajjahtu wajhiya...'..."

Al-Nawawi juga menilai bahwa disunnahkan untuk membaca doa istiftah dengan menggabungkan semua lafaz yang ada haditsnya, untuk orang yang shalat sendirian, dan bagi imam jika diberikan idzin oleh makmum. [Kutipan Selesai]

Dan dalam fatwa Islam.Web no. 180683 disebutkan :

فَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ مَن يَرَى اسْتِحْبَابَ الجَمْعِ بَيْنَ الْأَدْعِيَةِ الْمَأْثُورَةِ، وَمِنْ ذَٰلِكَ دُعَاءُ الاستِفْتَاحِ، وَعَلَى هَذَا القَوْلِ فَلَا مَنَعَ مِنَ الجَمْعِ بَيْنَ الصِّيَغِ الْوَارِدَةِ فِي دُعَاءِ الاستِفْتَاحِ فِي الصَّلَاةِ، إِلَّا إِذَا كَانَ الْمُصَلِّي إِمَامًا فَلَا يُشْرَعُ لَهُ مَا يَشُقُّ عَلَى الْمَأْمُومِينَ، وَمِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ مَن يَرَى أَنَّ السُّنَّةَ أَنْ يَأْتِيَ الْمُسْتَفْتِحُ بِرِوَايَةٍ أَحْيَانًا وَرِوَايَةٍ أُخْرَى أَحْيَانًا وَلَا يَجْمَعُ بَيْنَ رِوَايَتَيْنِ أَوْ أَكْثَرَ.

Sebagian ulama berpendapat bahwa disunnahkan untuk menggabungkan doa-doa yang diriwayatkan, termasuk doa istiftah.

Berdasarkan pendapat ini, tidak ada larangan untuk menggabungkan antara lafaz-lafaz doa istiftah yang datang dalam shalat, kecuali jika si imam, karena tidak disyariatkan baginya untuk melakukan sesuatu yang memberatkan makmum.

Sedangkan sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa sunnahnya adalah seseorang yang memulai dengan doa istiftah, hanya cukup membaca satu riwayat pada satu kesempatan dan membaca riwayat lainnya pada kesempatan lain, tanpa menggabungkan dua riwayat atau lebih. [KUTIPAN SELESAI].

Syeikh Abdul Karim al-Khudhair berkata :

أَمَّا الجَمْعُ بَيْنَ نَوْعَيْنِ مِنْ أَدْعِيَةِ الاستِفْتَاحِ؛ فَقَدْ وَرَدَ الجَمْعُ بَيْنَ: «سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ» [مُسْلِمٌ: ٣٩٩ / وَأَبُو دَاوُودَ: ٧٧٦]، وَجُزْءٌ مِنْ حَدِيثِ عَلِيٍّ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- [مُسْلِمٌ: ٧٧١]، لَكِنَّ الْأَكْثَرَ عَلَى أَنَّهُ لَا يُجْمَعُ بَيْنَ اثْنَيْنِ.

“Adapun penggabungan antara dua jenis doa istiftah, telah diriwayatkan penggabungan antara: "Subhanaka Allahumma wa bihamdik" [Muslim: 399 / Abu Dawud: 776], dan sebagian dari hadis Ali -radhiyallahu 'anhu- [Muslim: 771]. Namun, kebanyakan riwayat tidak digabungkan antar keduanya”.

Namun sebagian para ulama lainnya mentarjih : sebaiknya tidak menggabungkan do’a-do’a Istiftah.

Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-Mukhtar Al-Shanqiti pernah ditanya :

"Apakah boleh menggabungkan riwayat doa istiftah dalam shalat, ataukah cukup hanya dengan satu riwayat saja?" 

Beliau menjawab: 

"الَّذِي اخْتَارَهُ جَمْعٌ مِنَ المُحَقِّقِينَ أَنَّهُ يُنَوِّعُ، فَيَدْعُو بِهَذَا تَارَةً وَيَدْعُو بِهَذَا تَارَةً؛ لِأَنَّ الْخِلافَ هُنَا خِلافُ تَنَوُّعٍ، وَلَيْسَ بِخِلافِ تَضَادٍ، وَبِناءً عَلَى ذَٰلِكَ يُنَوِّعُ، فَيُصَلِّي بِهَذَا تَارَةً وَيُصَلِّي بِهَذَا تَارَةً؛ لِأَنَّهُ هَدْيُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم.

أَمَّا لَوْ جَمَعَ الْجَمِيعَ فِي مَوْضِعٍ وَاحِدٍ، فَلِلْعُلَمَاءِ وَجْهَانِ: 

الْوَجْهُ الْأَوَّلُ: اخْتَارَ الإِمَامُ النَّوَوِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ لَا حَرَجَ فِي الْجَمْعِ بَيْنَ هَذِهِ الْأَدْعِيَةِ. 

وَالْوَجْهُ الثَّانِي: اخْتَارَ شَيْخُ الإِسْلَامِ وَغَيْرُهُ: أَنَّ الْجَمْعَ بَيْنَهُمَا لَمْ يَرِدْ، فَلِذَٰلِكَ يَقْتَصِرُ عَلَى الْوَارِدِ. 

وَالْأُولَى وَالْأَحْوَطُ أَنْ يَقْتَصِرَ الإِنسَانُ عَلَى الْوَارِدِ، فَيُصَلِّي بِهَذَا تَارَةً وَبِهَذَا تَارَةً، كَمَا وَرَدَ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، وَاللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ" انْتَهَى.

"Yang dipilih oleh sekelompok ulama muhaqqiqiin adalah bahwa seseorang bisa bervariatif (ganti-ganti), kadang berdoa dengan doa ini dan kadang dengan doa itu; karena perbedaan pendapat di sini adalah perbedaan variatif, bukan perbedaan yang bertentangan. Berdasarkan hal itu, maka seseorang dapat bervariatif (ganti-ganti), boleh shalat dengan doa ini pada satu kesempatan dan dengan doa yang lain pada kesempatan yang lain, sesuai dengan petunjuk Rasulullah . 

Namun, jika seseorang menggabungkan semuanya dalam satu tempat, para ulama memiliki dua pendapat: 

Pendapat pertama: Imam Nawawi rahimahullah memilih bahwa tidak ada larangan untuk menggabungkan doa-doa tersebut. 

Pendapat kedua: Syaikhul Islam dan lainnya memilih bahwa penggabungan ini tidak ada sumbernya, sehingga sebaiknya hanya mengamalkan yang telah datang riwayat hadits. 

Yang lebih utama dan lebih berhati-hati adalah seseorang membatasi pada doa yang telah datang, berdoa dengan salah satu doa ini pada suatu waktu dan dengan doa yang lain pada waktu yang lain, seperti yang diajarkan oleh Nabi . Wallahu ta'ala a'lam."

Demikian penjelasan dari "Syarah Zad Al-Mustaqni' oleh Syaikh Al-Shanqiti" 39/14.

Dan Syeikh Yasir Burhami dalam “Shout as-Salaf” ketika ditanya tentang Hukum menggabungkan lebih dari satu doa dalam doa-doa istiftah shalat ? beliau menjawab:

فَالرَّاجِحُ أَنْ يَقْتَصِرَ عَلَى دُعَاءٍ وَاحِدٍ فِي الصَّلَاةِ، وَيَدْعُو بِدُعَاءٍ آخَرَ فِي صَلَاةٍ أُخْرَى، فَإِنَّهُ لَمْ يَرِدْ جَمْعُ الْأَدْعِيَةِ، وَإِنْ جَمَعَهَا فَمَعَ أَنَّهُ لَمْ يَرِدْ؛ إِلَّا أَنَّهُ لَا يُقَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ.

“Pendapat yang lebih kuat adalah membatasi pada satu doa dalam shalat, dan berdoa dengan doa lain pada shalat yang berbeda, karena tidak ada riwayat yang menyebutkan penggabungan doa-doa. Meskipun penggabungan doa-doa itu tidak ada riwayatnya, namun hal itu tidak disebut sebagai bid'ah”.

Syeikh Bin Baaz : ketika beliau di tanya tentang Hukum menggabungkan lebih dari satu doa yang diriwayatkan dalam doa istiftah? Beliau menjawab :

السُّنَّةُ أَنْ يُنَوِّعَ فِي الِاسْتِفْتَاحِ، مَا كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَجْمَعُهَا فِي الِاسْتِفْتَاحِ، تَارَةً يَسْتَفْتِحُ بِمَا جَاءَ فِي حَدِيثِ عُمَرَ: ...، وَتَارَةً بِمَا جَاءَ فِي حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ: ...، وَتَارَةً يَسْتَفْتِحُ بِمَا جَاءَ فِي حَدِيثِ عَائِشَةَ: ...

“Sunnahnya adalah melakukan variatif (ganti-ganti) dalam doa istiftah. Rasulullah tidak menggabungkan semuanya dalam satu waktu. Kadang beliau memulai shalat dengan doa istiftah yang disebutkan dalam hadis Umar ...., kadang dengan yang disebutkan dalam hadis Abu Hurairah ...., dan kadang pula dengan yang disebutkan dalam hadis Aisyah .....”.

[Sumber : نُورٌ عَلَى الدَّرْبِ/ حُكْمُ الجَمْعِ بَيْنَ أَكْثَرَ مِنْ دُعَاءٍ وَارِدٍ فِي الِاسْتِفْتَاحِ].

Syaikh Ibnu Utsaimin : beliau berkata tentang doa-doa istiftah: 

وَقَدْ رَجَّحَ ابْنُ الْقَيِّمِ فِي زَادِ الْمَعَادِ هٰذَا مِنْ نَحْوِ عَشَرَةِ أَوْجُهٍ، أَيْ الِاسْتِفْتَاحَ بِـ «سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ...» إِلَى آخِرِهِ.

وَلَكِنَّ الْأَرْجَحَ أَنَّهُ يَأْخُذُ بِهٰذَا تَارَةً وَبِهٰذَا تَارَةً، لِأَنَّ الْكُلَّ سُنَّةٌ. وَلَا يُجْمَعُ بَيْنَهُمَا؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا سُئِلَ: مَا تَقُولُ؟ لَمْ يَذْكُرْ إِلَّا نَوْعًا وَاحِدًا فَقَطْ، بِخِلَافِ أَدْعِيَةِ الرُّكُوعِ مِثْلًا، فَإِنَّهُ يَجُوزُ أَنْ يُجْمَعَ بَيْنَهَا؛ لِأَنَّهُ مَا وُرِدَ فِي الرُّكُوعِ أَنَّهُ كَانَ يَقْتَصِرُ عَلَى وَاحِدٍ مِنْهَا، أَمَّا هَذَا فَوُرِدَ أَنَّهُ يَقْتَصِرُ عَلَى وَاحِدٍ مِنْهَا. اهــ.

Ibnu al-Qoyyim dalam kitab *Zaad al-Ma'ad* mentarjih pendapat ini (yang boleh menggabungkan), yakni memilih doa istiftah *"Subhānakallāhumma wa biamdik, wa tabārakasmuk..."* hingga akhir , yang diperkuat dengan sekitar sepuluh sisi.

Namun, yang lebih kuat adalah bahwa seseorang membaca yang ini sesekali, dan yang itu sesekali, karena semuanya adalah sunnah. Dan tidak menggabungkan antara keduanya, karena ketika Rasulullah ditanya, 'Apa yang engkau baca?', beliau tidak menyebutkan kecuali satu jenis doa saja.

Berbeda halnya dengan doa-doa dalam ruku', misalnya, maka boleh menggabungkan antara beberapa doa, karena tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau hanya membaca satu doa saja dalam ruku'.

Adapun dalam istiftah, disebutkan bahwa beliau hanya membaca satu saja di antaranya." (Selesai). [Baca : Ta’liiqoot Ibni ‘Utsaimin ‘Alaa al-Kaafi li Ibni Quddaamah 1/362].

Posting Komentar

0 Komentar