Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dalam Mustadrak Al Hakim 2/298 no. 3042 dan Imam al-Baihaqi dalam Dalail Nubuwah 2/76 dengan sanadnya hingga sampai kepada Abdul Malik bin Harun bin 'Antarah dari bapaknya dari kakeknya dari Sa’iid bin Jubeir dari Ibnu ‘Abbaas رضي الله عنهما, beliau berkata:
كَانَتْ يَهُوْدُ خَيْبَرَ تُقَاتِلُ غَطَفَانَ فَكُلَّمَا الْتَقَوْا هَزَمَتْ يَهُوْدُ خَيْبَرَ فَعَاذَتِ الْيَهُوْدُ بِهٰذَا الدُّعَاءِ: إِنَّا نَسْأَلُكَ بِحَقِّ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي وَعَدْتَنَا أَنْ تُخْرِجَهُ لَنَا فِي آخِرِ الزَّمَانِ إِلَّا تَنْصُرُنَا عَلَيْهِمْ. قَالَ: فَكَانُوا إِذَا الْتَقَوْا دَعَوْا بِهَذَا الدُّعَاءِ فَهَزَمُوا غَطَفَانَ، فَلَمَّا بُعِثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَفَرُوا، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: (وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا) أَيْ َوقد كَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِكَ يَا مُحَمَّدُ، إِلَى قَوْلِهِ: ( فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ).
“Dulu Yahudi Khaibar berperang melawan kabilah Ghathfan. Dan setiap terjadi pertempuran antara mereka, Yahudi Khaibar selalu menderita kekalahan, maka orang-orang yahudi tsb berdoa dengan doa berikut ini:
"Ya Allah, sesungguhnya kami memohon pertolongan-Mu dengan haq Muhammad Nabi yang Ummi (buta huruf) yang telah Engkau janjikan pada kami bahwa Engkau benar-benar akan mengutus nya untuk kami di akhir zaman, maka tidak kah Kau menangkanlah kami terhadap mereka ?." Lalu mereka pun menang terhadap Ghathfan.
Namun ketika tiba saatnya Nabi SAW diutus tiba-tiba mereka mengingkarinya, maka Allah menurunkan ayat yang artinya:
« padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir » ".
Yakni memohon untuk mendapat kemenangan dengan mu wahai Muhammad !, hingga pada firmanNya:
« Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu ».
(Lihat juga Tafsir “الجامع لأحكام القرآن ” Karya Imam al-Qurthuby 2/27)
Imam al-Haakim berkata: “hadits ini asing / gharib”
Imam Sayuthi berkata
« padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir » ".
Yakni memohon untuk mendapat kemenangan dengan mu wahai Muhammad !, hingga pada firmanNya:
« Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu ».
(Lihat juga Tafsir “الجامع لأحكام القرآن ” Karya Imam al-Qurthuby 2/27)
Imam al-Haakim berkata: “hadits ini asing / gharib”
Imam Sayuthi berkata
وأخْرَجَ الحاكِمُ، والبَيْهَقِيُّ في “الدَّلائِلِ “بِسَنَدٍ ضَعِيفٍ عَنِ ابْنِ عَبّاسٍ
Al-Hakim dan Al-Bayhaqi memasukkannya ke dalam “Al-Dalail” dengan sanad yang lemah dari Ibn Abbas. [“الدر المنثور” 1/216 ].
Riwayat lain Dalam kitab “الدر المنثور” 1/216, Imam Suyuthi menukil hadits dari Abu Nuaim Al-Ahsbahani dalam kitabnya “دلائل النبوة” 2/76, melalui jalur 'Atho dan Adh-Dhohak dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما, beliau berkata:
" كَانَتْ يَهُوْدُ بَنِيْ قُرَيْظَةَ والنَّضِيْرِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُبْعَثَ مُحَمَّدٌ يَسْتَفْتِحُوْنَ اللهَ، وَيَدْعُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْا، وَيَقُوْلُوْنَ: إِناَّ نَسْتَنْصُرُكَ بِحَقِّ النَّبِيِّ الأُمِّيْ، ألاَ نَصَرْتَنَا عَلَيْهِمْ فَيُنْصَرُوْنَ (فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ) يَعْنِيْ مُحَمَّد، (كَفَرُوا بِهِ ) ".
Dahulu Yahudi Bani Quraizhah dan Nadhir sebelum diutusnya Muhammad SAW, mereka berdoa kepada Allah memohon kemenangan terhadap orang-orang kafir sambil mengatakan:
"Ya Allah, sesungguhnya kami memohon pertolongan-Mu dengan haq kemuliaan Nabi yang Ummi, menangkanlah kami terhadap mereka."
Lalu mereka pun menang. Namun ketika orang yang mereka ketahui itu, yakni Muhammad, telah datang, mereka mengingkarinya".
(Lihat pula: Siroh Halabiyah 2/321 dan Al-Qoul al-Mubin 1/162)
Dengan Hadits diatas mereka berargumentasi dengan mengatakan:
Dari hadits di atas, kita mengetahui bahwa tawassul sudah ada sejak sebelum diutusnya Rasulullah SAW. Hadits di atas juga menjadi dalil diperbolehkannya bertawassul dengan para nabi.
Kendatipun al-Hakim menyebutkan bahwa riwayat ini adalah ghorib (asing) yang tergolong hadits perorangan (الأحد) , namun banyak ahli tafsir yang menjadikannya sebagai asbab al-nuzul (sebab turun) dari ayat di atas seperti yang dibutkan oleh al-Fakhrur Roozi dalam tafsir kabiir “مفاتيح الغيب”, al-Zamakhsyari dalam “الكشاف” dan sebagainya.
Bahkan Abu Abdurrahman Muqbil, setelah mengutip riwayat ini dari Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam, berkata:
وَهُوَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ فَإِنَّ ابْنَ إِسْحَاقَ إِذَا صَرَّحَ بِالتَّحْدِيْثِ فَحَدِيْثُهُ حَسَنٌ كَمَا ذَكَرَهُ الْحَافِظُ الذَّهَبِيُّ فِي الْمِيْزَانِ.
“Hadits ini adalah hadits Hasan. Sebab apabila Ibnu Ishaq menjelaskan tentang hadits, maka haditsnya berstatus Hasan, sebagaimana disebutkan oleh al-Hafidz al-Dzahabi dalam kitab al-Mizan”. (Al-Shahih al-Musnad min Asbab al-Nuzul, I/22)
Berikut ini adalah pernyataan Fakhrur Rozi dan Zamakhsyari tentang ayat di atas:
Fakhrur Rozi berkata:
أَمَّا قَوْلُهُ تَعَالٰى: { وَكَانُواْ مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْا } فَفِي سَبَبِ النُّزُوْلِ وُجُوْهٌ أَحَدُهَا أَنَّ الْيَهُوْدَ مِنْ قَبْلِ مَبْعَثِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَنُزُوْلِ الْقُرْآنِ كَانُوْا يَسْتَفْتِحُوْنَ أَيْ يَسْأَلُوْنَ الْفَتْحَ وَالنُّصْرَةَ وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ اللّٰهُمَّ افْتَحْ عَلَيْنَا وَانْصُرْنَا بِالنَّبِيِّ الْأُمِّيِّ) تفسير الرازي مفاتيح الغيب ۳/۱۶۴(
“Sebab turunnya ayat ini (al-Baqarah 89) ada banyak versi, salah satunya bahwa Yahudi sebelum diutusnya Nabi Muhammad dan turunnya Al Quran, senantiasa meminta kemenangan dan pertolongan. Mereka berkata: “Ya Allah. Berilah kami kemenangan dan pertolongan dengan Nabi yang Ummi (Muhammad) ”. (Tafsir al-Razi “مفاتيح الغيب” 3/164)
Dan Zamakhsyari berkata:
{ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوْا } يَسْتَنْصِرُوْنَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ إِذَا قَاتَلُوْهُمْ قَالُوْا اللّٰهُمَّ انْصُرْنَا بِالنَّبِيِّ الْمَبْعُوْثِ فِيْ آخِرِ الزَّمَانِ الَّذِيْ نَجِدُ نَعْتَهُ وَصِفَتَهُ فِي التَّوْرَاةِ. (تفسير الكشاف للزمخشري ۱/۱۶۴)
(“Yahudi meminta pertolongan dalam menghadapi kaum musyrikin. Saat berperang Yahudi berdoa: “Ya Allah. Tolonglah kami dengan seorang Nabi yang akan diutus di akhir zaman yang telah kami temukan ciri-ciri dan sifatnya dalam Taurat”. (Tafsir al-Kasyaf, I/164)
BANTAHAN terhadap hukum bahwa hadits ini hasan:
Mereka mengatakan: “Abu Abdurrahman Muqbil, setelah mengutip riwayat ini dari Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam, berkata:
وَهُوَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ فَإِنَّ ابْنَ إِسْحَاقَ إِذَا صَرَّحَ بِالتَّحْدِيْثِ فَحَدِيْثُهُ حَسَنٌ كَمَا ذَكَرَهُ الْحَافِظُ الذَّهَبِيُّ فِي الْمِيْزَانِ.
“Hadits ini adalah hadits Hasan. Sebab apabila Ibnu Ishaq menjelaskan tentang hadits, maka haditsnya berstatus Hasan, sebagaimana disebutkan oleh al-Hafidz al-Dzahabi dalam kitab al-Mizan”. (Al-Shahih al-Musnad min Asbab al-Nuzul, I/22)
BENARKAH ?
Sungguh aneh bin ajaib, ketika ada orang yang menukil penghasanan Asy-Syaikh Muqbil ini untuk meyakinkan orang-orang agar berhujjah dengan riwayat Al-Haakim tersebut di atas.
Padahal, setting latar belakang kedua riwayat tersebut berbeda.
Yang satu: bercerita tentang Yahudi Khaibar,
Yang lain: bercerita tentang Yahudi Madiinah.
Selain itu – dan ini yang pokok -, riwayat Ibnu Ishaaq yang dihasankan Asy-Syaikh Muqbil tidak menyebutkan doa orang Yahudi: ‘Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu dengan haq (kedudukan) Muhammad…….’. Padahal, ini yang mau mereka pakai sebagai dalil. Allaahul-musta’aan.
Yang benar hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam sanadnya terdapat Perawi yang bernama ABDUL BIN HARUN BIN ‘’ANTARAH.
Al-Imam adz-Dzahabi berkata dlm Talkhish al-Mustadrok 2/263: “Dia itu orang yang haditsnya ditinggalkan dan dia adlah orang yang binasa “.
Dan al-Hakim sendiri menyebutkan Abdul malik ini dalam kitabnya al-Madkhol 1/170 dan berkata: Dia itu meriwayatkan dari bapaknya hadits-hadits Palsu “.
Dan berkata juga: “ذاهب الحديث جدا / orang yang benar-benar hilang haditsnya “.
Abu Nu’aim berkata: “Ia meriwayatkan dari ayahnya hadits-hadits munkar”.
Ad-Daaraquthniy berkata: “Dla’iif”. Di lain tempat ia berkata: “Matruuk, sering berdusta”.
Ahmad bin Hanbal berkata: “ضعيف الحديث ”. Yahyaa bin Ma’iin: “Kadzdzaab/pendusta ”.
Abu Haatim: “متروك ، ذاهب الحديث / di tinggalkan, haditsnya hilang.
Ibnu Hibbaan: “Ia memalsukan hadits”.
As-Sa’diy: “Dajjaal, pendusta”.
Shaalih bin Muhammad berkata: “Keumuman haditsnya dusta”.
[Selengkapnya lihat: “موسوعة أقوال الدارقطني” hal. 426 no. 2242, “موسوعة أقوال الإمام أحمد في رجال الحديث وعلله” 2/391 no. 1643, dan “لسان الميزان” 5/276-278 no. 4933].
ADAPUN HADITS KEDUA: yang disebutkan oleh Imam Sayuti dalam tafsir Durrul Mantsur 1/466 dengan sanadnya melalui jalur 'Atho dan Adh-Dhohak dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما, maka beliau mengomentari hadits ini dengan mengatakan:
" Hadits ini diriwayatkan Hakim dan Baihaqi dalam kitabnya Dalailun Nubuwwah dengan sanad yang lemah (dhaif) ".
Syeikh Hammad Al-Anshary berkata: " Di dalam sanadnya terdapat orang yang bernama Abdul Malik bin Harun bin 'Antarah, dia adalah seorang pendusta ". (lihat Muallafat Hammad Al-Anshary 2/14) .
Kemudian Benarkah Adh-Dhohak meriwayatkannya dari Ibnu Abbas ?
Kita simak pernyataan Al-'Alaa'i (العلائي) dalam kitabnya Al-Maraasil:
" Adh-Dhohak bin Muzahim, pemilik kitab tafsir, dia adalah penganut syiah, tidak dibenarkan jika dia mengaku bertemu dengan Ibnu Abbas.
Seperti yang di riwayatkan dari Yunus bin Ubeid, dia berkata: " Dia sama sekali tidak pernah bertemu Ibnu Abbas ".
Di riwayatkan pula dari Abdul Malik bin Maysaroh, dia juga menyatakan bahwa Adh-Dhohak tidak pernah bertemu Ibnu Abbas, akan tetapi dia bertemu dengan Said bin Jubair di daerah Roy, maka dia belajar tafsir dari dia.
Kemudian Syu'bah juga meriwayatkan dari Mashash bahwa dia mengatakan:
" Aku bertanya langsung kepada Adh-Dhohak, apakah kamu pernah bertemu Ibnu Abbas ? "
Dia menjawab: Tidak pernah.
Dan Al-Atsraam berkata: " Aku mendengar Imam Ahmad bin Hanbal tentang Adh-Dhohak apakah dia pernah bertemu Ibnu Abbas ? beliau menjawab: Aku tidak tahu.
Dan di tanyakan padanya: Dari siapa dia mendapatkan tafsir-tafsir tsb ? beliau menjawab: Orang-orang mengatakan bahwa dia mendengarnya dari Said bin Jubeir ". (lihat Muallafat Hammad Al-Anshary 2/14).
Hadits serupa juga diriwayatkan Abu Nuaim dalam Dalail Nubuwah (Ad Durrul Mantsur karya Sayuti 1/216) lewat jalur Al-Kalby dari Abu Saleh dari Ibnu Abbas RA:
كانَ يَهُودُ أهْلِ المَدِينَةِ قَبْلَ قُدُومِ النَّبِيِّ ﷺ إذا قاتَلُوا مَن يَلِيهِمْ مِن مُشْرِكِي العَرَبِ، مِن أسَدٍ وغَطَفانَ وجُهَيْنَةَ وعُذْرَةَ، يَسْتَفْتِحُونَ عَلَيْهِمْ، ويَسْتَنْصِرُونَ، يَدْعُونَ عَلَيْهِمْ بِاسْمِ نَبِيِّ اللَّهِ فَيَقُولُونَ: اللَّهُمَّ رَبَّنا انْصُرْنا عَلَيْهِمْ بِاسْمِ نَبِيِّكَ وبِكِتابِكَ الَّذِي تُنْزِلُ عَلَيْهِ، الَّذِي وعَدْتَنا أنَّكَ باعِثُهُ في آخِرِ الزَّمانِ.
Dahulu Yahudi Madinah sebelum diutusnya Muhammad SAW, ketika mereka berperang melawan kaum musyrikin arab dari kabilah Asad, Ghathfan, Juhainah dan Adzaroh, mereka memohon kemenangan dan pertolongan (kepada Allah) atas musuh-musuhnya, mereka berdoa atas mereka dengan menyebut-nyebut nama Nabiyullah, maka mereka mengucapkan doa:
" Ya Allah, berilah kami kemenangan atas mereka dengan menyebut nama Nabi Mu dan Kitab Mu yang akan engkau turunkan padanya, yang engkau telah janjikan pada kami bahwa engkau akan mengutusnya di akhir zaman ". (Lihat juga: Tafsir Bahrul Ulum karya Abu Laits as-Samarqandy 1/99).
Derajat hadits:
Atsar ini adalah palsu, penyakitnya adalah AL-KALBY si pendusta, dia bernama Muhammad bin As-Saib.
Telah berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar tentang dia dalam kitab At-Taqrib: " Dia tertuduh sebagai pembohong ".
Adz-Dzahaby berkata pula dalam kitabnya Adh-Dhu'afa: " Dia dianggap pembohong oleh Zaidah, Ibnu Main dan para jemaah ".
Ibnu Katsir berkata: " Al-Kalby hadistnya di tinggalkan (tidak di pakai). Bahkan Al-Kalby sendiri telah mengakuinya di hadapan seorang ahli hadist Sufyan Ats-Taury dengan mengatakan: " Segala sesuatu yang saya riawayatkan dari Abu Soleh, maka itu adalah bohong semuanya ".
Dan kebetulan hadist ini ia riwayatkan dari Abu Saleh juga, maka semakin yakin akan kepalsuannya.
Ibnu Hibban berkata: " Dia ini pembikin hadist palsu dengan mengatas namakan Hisham dan lainnya. Tidak boleh hukumnya menulis hadist darinya kecuali bermaksud untuk membongkar kebohongannya yang serba ajaib ".
(Lihat: Irwa ul Gholil 4/113, 5/78, 6/152 dan Ats-Tsamar al-Mustathob 1/828, As-Silsilah adh-Dhoifah 24/330 no. 6143).
BANTAHAN terhadap asbabun nuzul ayat:
Mereka yang membolehkan tawassul dengan Nabi SAW setelah wafat berargumentasi dengan hadits riwayat al-Hakim di atas yang disebutkan di dalamnya bahwa Yahudi Khaibar ketika berperang melawan kabilah Ghathfan, mereka memohon kepada Allah pertolongan kemenangan atas Ghathfan dengan cara bertwassul dengan Nabi SAW.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dlm At-Tawassul wal-wasiilah (1/299-300 Majmu’ul fataawaa) mengomentarinya:
إن قوله تعالى وكانوا من قبل يستفتحون على الذين كفروا إنما نزلت بإتفاق أهل التفسير والسير فى اليهود المجاورين للمدينة أولا كبنى قينقاع وقريظة والنضير ، وهم الذين كانوا يحالفون الأوس والخزرج ، وهو الذين عاهدهم النبي صلى الله عليه وسلم لما قدم المدينة ثم لما نقضوا العهد حاربهم.... فكيف يقال: نزلت في يهود خيبر وغطفان ؟ فإن هذا من كذاب جاهل ، لم يحسن كيف يكذب. ومما يبين ذلك أنه ذكر فيه انتصار اليهود على غطفان لما دعوا بهذا الدعاء ، وهذا مما لم ينقله أحد غير هذا الكذاب ".
“Bahwasanya firman-Nya Ta’aala:
‘Padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir’ (QS. Al-Baqarah: 89) ;
Menurut para ahli tafsir dan pakar sirah hanyalah turun pada orang Yahudi yang hidup di Madiinah seperti Bani Qainuqaa’, Quraidhah, dan An-Nadliir.
Mereka itu adalah orang-orang yang bersekutu dengan qabilah Aus dan Khajraj. Dan mereka adalah orang-orang yang terlibat dalam perjanjian damai dengan Nabi SAW ketika beliau pertama kali tiba di Madinah, akan tetapi mereka melanggarnya, lalu Nabi SAW pun memeranginya......
Maka bagaimana mungkin bisa dikatakan bahwa ayat tsb turun berkaitan dengan yahudi Khaibar dan Ghathfaan ?
Maka sesungguhnya ini adalah keterangan dari seorang pendusta lagi dungu, yang tidak pandai bagaimana caranya berdusta. Buktinya dia menyebutkan di dalamnya yahudi memohon kemenangan atas ghathfan ketika mereka berdoa dengan doa ini. Dan Ini adalah sesuatu yang tidak ada seorangpun yang menukil nya selain si pendusta ini.”
Diperkuat lagi bahwa riwayat hadits di atas yang sebab turunnya ayat tsb berkenaan dengan yahudi khaibar dan Ghathfan bertentangan dengan riwayat lain yang menjelaskan ayat tersebut turun berkenaan dengan Yahudi Madiinah.
قال ابن إسحاق وحدثني عاصم بن عمر بن قتادة عن رجال من قومه قالوا: إن مما دعانا إلى الإسلام مع رحمة الله تعالى وهداه لنا لما كنا نسمع من رجال يهود، وكنا أهل شرك أصحاب أوثان، وكانوا أهل كتاب عندهم علم ليس لنا، وكانت لا تزال بيننا وبينهم شرور فإذا نلنا منهم بعض ما يكرهون قالوا إنه قد تقارب زمان نبي يبعث الآن نقتلكم معه قتل عاد وإرم فكنا كثيرا ما نسمع ذلك منهم فلما بعث الله رسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم أجبناه حين دعانا إلى الله تعالى وعرفنا ما كانوا يتوعدوننا به فبادرناهم إليه فآمنا به وكفروا به ففينا وفيهم نزل الآيات من البقرة:
{وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ}
Telah berkata Ibnu Ishaaq: Dan telah menceritakan kepada kami ‘Aashim bin ‘Umar bin Qataadah, dari laki-laki dari kaumnya (dalam riwayat lain: ‘orang-orang tua dari kaum kami’) , mereka berkata:
“Sesungguhnya di antara sebab yang menyeru kami memeluk agama Islam di samping rahmat Allah ta’ala dan petunjuk-Nya kepada kami, adalah ketika kami mendengar orang-orang Yahudi yang waktu itu kami masih pelaku kesyirikan dan penyembah berhala sedangkan Ahlul-Kitab mempunyai ilmu yang tidak kami punyai. Kami senantiasa terlibat permusuhan dengan mereka.
Apabila kami dapati dari mereka sesuatu yang mereka benci, mereka berkata:
“Sesungguhnya telah dekat waktu kedatangan seorang Nabi yang akan diutus sekarang. Kami akan membunuh kalian bersamanya seperti dibunuhnya kaum ‘Aad dan Iram”. Kami sering mendengar hal itu dari mereka. Namun ketika Allah mengutus Rasul-Nya SAW, kami menjawab seruannya ketika ia mengajak kami menyembah Allah ta’ala dan kami mengetahui apa yang mereka (Yahudi) dulu ancamkan kepada kami dengannya. Kami pun mendahului mereka kepadanya (Nabi) dan beriman kepadanya, sedangkan mereka (Yahudi) malah mengkufurinya. Maka pada kami dan mereka turunlah ayat dari surat Al-Baqarah:
‘Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu’ (QS. Al-Baqarah: 89) ”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyaam 1/213 dan Al-Baihaqiy dalam Dalaailun-Nubuwwah 2/75].
Sanad hadits sangat jelas bagus nya, karena semua para syeikh perawi dalam hadits ini adalah para sahabat yang menyaksikan permasalahan dan mengetahuinya, maka betapa jelas dan bagusnya sanad hadits ini. (Baca: Hadzihi mafaahimunaa karya Syeikh Sholeh bin Abdul Aziz ‘Aali-Asyaikh hal. 35).
Asy-Syeikh Muqbil rahimahullah menghasankannya dalam Ash-Shahiihul-Musnad min Asbaabin-Nuzuul hal. 19-20.
‘Aashim bin ‘Umar bin Qataadah adalah orang Madiinah, dan syaikh yang ia sebut pun orang Madiinah. Oleh karena itu, setting peristiwa yang ia ceritakan adalah di Madiinah bersama Yahudi Madiinah.
Dan telah ada pula hadits sahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath-Thobary dlm tafsirnya 2/333 Cet. Syakir, Abu Na’im dlm ad-Dalaail 1/dari asal, al-Baihaqi dlm ad-Dalaail 2/75 semuanya melalui Ibnu Ishaq dlm As-Siyar wal-Maghoozii hal. 84, dan Siirah Ibnu Hisyam 1/211, beliau berkata:
حدثني عاصم بن عمر بن قتادة قال حدثني أشياخ منا قالوا: لم يكن أحد من العرب أعلم بشأن رسول الله صلى الله عليه وسلم منا ، كان معنا يهود ، وكانوا أهل كتاب ، وكنا أصحاب وثن ، فكنا إذا بلغنا منهم ما يكرهون قالوا: إن نبيا مبعوثاً الآن قد أظل زمانه نتبعه ، فنقتلكم معه قتل عاد وإرم ، فلما بعث الله رسوله اتبعناه وكفروا به ، ففينا والله وفيهم أنزل الله عز وجل:
(وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ) البقرة/ 89.
Telah menceritakan kepada kami ‘Aashim bin ‘Umar bin Qataadah, dia berkata telah menceritakan kepada kami syeikh – syeikh dari kami, mereka berkata:
“Tidak ada seorangpun dari kalangan Arab yang lebih berpengetahuan tentang Rosulullah SAW dari pada kami. Dulu telah ada bersama kami orang-orang yahudi, mereka adalah ahlul kitab, sementara kami adalah para penyembah berhala, maka ketika kami mendapatkan dari mereka sesuatu yang mereka tidak sukai, mereka berkata:
“Sesungguhnya seorang Nabi akan diutus sekarang, sungguh telah tiba zamannya, kami akan mengikutinya, maka kami bersamanya akan membunuh kalian semua seperti pembunuhan kaum ‘Aad dan kaum Iram “.
Namun ketika Allah SWT telah mengutusnya justru kami lah yang mengikutinya, sementara mereka mengingkarinya dan mengkufurinya, maka dalam hal tentang kami dan mereka ini Allah SWT menurunkan ayat:
‘Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu’ (QS. Al-Baqarah: 89) ”
Dan hadist ini Isnad nya Jayyid (Bagus).
BERSAMBUNG
0 Komentar