Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

HUKUM SALAM KHOTHIB SEBELUM DUDUK DI ATAS MIMBAR

 HUKUM SALAM KHOTHIB SEBELUM DUDUK DIATAS MIMBAR

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM


====

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

===****===

PERBEDAAN PENDAPAT: HUKUM SALAM KHATHIB SEBELUM DUDUK

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum salam khatib sebelum duduk diatas mimbar. Ada dua pendadapat :

Pertama : Mustahabb.

Kedua : Makruh .

*****

PENDAPAT PERTAMA :
MUSTAHAB HUKUMNYA SALAM KHOTHIB SEBELUM DUDUK DIATAS MIMBAR

Mustahab bagi imam / khothib jika dia naik mimbar lalu menghadapkan dirinya kepada orang-orang yang hadir untuk mengucapkan salam pada mereka .

Imam Nawawi dalam “اَلْمَجْمُوْعُ” 4/527 berkata :

قَالَ أَصْحَابُنَا: يُسَنُّ لِلْإِمَامِ السَّلَامُ عَلَى النَّاسِ مَرَّتَيْنِ؛ إِحْدَاهُمَا: عِنْدَ دُخُولِهِ الْمَسْجِدَ، يُسَلِّمُ عَلَى مَنْ هُنَاكَ وَعَلَى مَنْ عِنْدَ الْمِنْبَرِ إِذَا انْتَهَى إِلَيْهِ. الثَّانِيَةُ: إِذَا وَصَلَ أَعْلَى الْمِنْبَرِ وَأَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ بِوَجْهِهِ يُسَلِّمُ عَلَيْهِمْ.

قَالَ أَصْحَابُنَا: وَإِذَا سَلَّمَ لَزِمَ السَّامِعِينَ الرَّدُّ عَلَيْهِ، وَهُوَ فَرْضُ كِفَايَةٍ كَالسَّلَامِ فِي بَاقِي الْمَوَاضِعِ.

Sahabat-sahabat kami berkata : Disunnahkan bagi imam untuk mengucpkan salam pada orang-orang dua kali.

Salah satunya: Ketika memasuki masjid, dia memberikan salam pada orang-orang yang ada di sana dan orang-orang yang berada di sekitar mimbar jika dia sudah sampai dekat mimbar.

Kedua: Jika dia sudah naik diatas mimbar dan menghadap kepada orang-orang dengan wajahnya, maka dia mengucapkan salam kepada mereka ...

Sahabat kami berkata: Jika dia memberi salam, maka orang-orang yang mendengarnya wajib menanggapinya, dan itu adalah fardhu kifayah, sama seperti menjawab salam di tempat-tempat lain.

Ini adalah pendapat para ulama sbb :

1. Madzhab Syafi'i [ Referensi : Fathul-‘Aziz)) oleh Al-Roofi’i (4/595), ((Al-Majmu’)) oleh Al-Nawawi (4/527). ]

2. Madzhab Hanbali [ Referensi : Al-Inshaaf)) oleh Al-Mardawai (2/277), dan lihat: ((Al-Mughni)) oleh Ibnu Qudamah (2/219)].

3. Sekelompok para ulama salaf

Imam Nawawi dalam “اَلْمَجْمُوْعُ” 1/150 berkata :

وَهَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ مِنِ اسْتِحْبَابِ السَّلَامِ الثَّانِي مَذْهَبُنَا وَمَذْهَبُ الْأَكْثَرِينَ، وَبِهِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَابْنُ الزُّبَيْرِ وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَالْأَوْزَاعِيُّ وَأَحْمَدُ.

“Dan ini yang kami sebutkan tentang mustahab nya SALAM KEDUA ( salam setelah naik diatas mimbar ) merupakan Madzhab kami dan madzhab mayoritas, dan itu adalah yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu al-Zubair, Umar bin Abdulaziz, al-Awzaa'i dan Imam Ahmad.

Ibnu Qudamah berkata:

(كَانَ ابْنُ الزُّبَيْرِ إِذَا عَلَا عَلَى الْمِنْبَرِ سَلَّمَ، وَفَعَلَهُ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ. وَبِهِ قَالَ الْأَوْزَاعِيُّ وَالشَّافِعِيُّ)

(Ketika Ibnu az-Zubair naik ke atas mimbar, maka dia mengucapkan salam.  Dan Umar bin Abdul-Aziz melakukannya. Al-Awzaa'i dan imam al-Shafi'i juga mengatakan demikian ) .

((Baca Al-Mughni) ) (2/219)

4. Dan ini adalah pilihan Syeikh Ibnu al-‘Utsaimiin .

Syeikh Ibnu al-‘Utsaimiin berkata :

(قَوْلُهُ: "وَيُسَلِّمُ عَلَى الْمَأْمُومِينَ إِذَا أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ"، أَيْ: يُسَنُّ إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ أَنْ يَتَّجِهَ إِلَى الْمَأْمُومِينَ، وَيُسَلِّمَ عَلَيْهِمْ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِنْ كَانَ الْحَدِيثُ الْمَرْفُوعُ فِيهِ ضَعْفٌ، لَكِنَّ الْأُمَّةَ أَجْمَعَتْ عَلَى الْعَمَلِ بِهِ، وَاشْتُهِرَ بَيْنَهَا أَنَّ الْخَطِيبَ إِذَا جَاءَ وَصَعِدَ الْمِنْبَرَ اسْتَقْبَلَ النَّاسَ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ، وَهَذَا التَّسْلِيمُ الْعَامُّ. أَمَّا الْخَاصُّ، فَإِنَّهُ إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ سَلَّمَ عَلَى مَنْ يَمُرُّ عَلَيْهِ أَوَّلًا، وَهَذَا مِنَ السُّنَّةِ بِنَاءً عَلَى النُّصُوصِ الْعَامَّةِ أَنَّ الْإِنْسَانَ إِذَا أَتَى قَوْمًا، فَإِنَّهُ يُسَلِّمُ عَلَيْهِمْ، فَيَكُونُ إِذًا لِلْإِمَامِ سَلَامَانِ: السَّلَامُ الْأَوَّلُ: إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ سَلَّمَ عَلَى مَنْ يَمُرُّ بِهِ. وَالسَّلَامُ الثَّانِي: إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ، فَإِنَّهُ يُسَلِّمُ تَسْلِيمًا عَامًّا عَلَى جَمِيعِ الْمُصَلِّينَ) ((الشَّرْحُ الْمُمْتِعُ)) (5/61).

[ Perkataannya: ( Dan dia mengucapkan salam kepada para jamaah ketika dia menghadap mereka ) Yakni : Disunnahkan jika dia naik mimbar untuk menghadap para jamaah, dan mengucapkan salam pada mereka.

Karena , ini ada hadits yang diriwayatkan dari Nabi  , dan meskipun hadits yang diriwayatkannya itu dho’if, tetapi umat telah ber IJMA’’ untuk mengamalkannya, dan telah masyhur di tengah mereka bahwa jika khothib datang dan naik mimbar, dia mengahadap kepada jemaah dan memberikan salam pada mereka .

Dan Salam ini adalah salam kepada umum .

Adapun Salam Khushus ; maka ketika dia memasuki masjid, dia mengucapkan salam kepada orang yang dilewatinya terlebih dahulu. Dan ini bagian dari Sunnah berdasarkan nash-nash umum bahwa jika seseorang datang kepada suatu kaum, maka dia memberikan salam pada mereka.

Maka dengan demikin : ada dua salam bagi imam :

Salam pertama: ketika dia memasuki masjid, dia memberikan salam pada orang yang dilewati.

Salam kedua: Jika dia naik mimbar, maka dia memberikan salam kepad semua jamaah dengan salam umum . ( Baca : “الشَّرْحُ الْمُمْتِعُ” 5/61 ].

Ibnu Quddaamah berkata :

مَا رَوَى جَابِرٌ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ سَلَّمَ ـ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ، وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَلَّمَ عَلَى مَنْ عِنْدَ الْمِنْبَرِ جَالِسًا، فَإِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ تَوَجَّهَ النَّاسَ ثُمَّ سَلَّمَ عَلَيْهِمْ ـ رَوَاهُ أَبُو بَكْرٍ، بِإِسْنَادِهِ عَنْ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ اسْتَقْبَلَ النَّاسَ، فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ، وَيَحْمَدُ اللَّهَ تَعَالَى، وَيُثْنِي عَلَيْهِ، وَيَقْرَأُ سُورَةً، ثُمَّ يَجْلِسُ، ثُمَّ يَقُومُ فَيَخْطُبُ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ يَفْعَلَانِهِ ـ رَوَاهُ الْأَثْرَمُ، وَمَتَى سَلَّمَ رَدَّ عَلَيْهِ النَّاسُ، لِأَنَّ رَدَّ السَّلَامِ آكَدُ مِنْ ابْتِدَائِهِ

Apa diriwayatkan dari Jabir , dia berkata:

“Rasulullah  biasa jika naik mimbar maka mengucapkan salam “. diriwayatkan oleh Ibnu Majah.

Ibnu Umar berkata :

“ Rasulullah biasa Jika memasuki masjid pada hari Jumat ; maka mengucapkan salam pada orang-orang yang duduk dekat mimbar . Lalu ketika beliau sudah naik mimbar ; maka beliau mengahap oarang-orang kemudian memberikan salam “ .

Abu Bakar meriwaytakannya dari asy-Sya’bi, dia berkata :

Bahwa Rasulullah ketika naik mimbar pada hari Jumat ; maka beliau menghadap kepada manusia , lalu beliau berkata : “ Assalamu alaikum warohmatullah “ ,  lalu memuji Allah SWT, dan mengagungkan-Nya , serta membaca Surat, kemudian duduk , kemudian berdiri dan menyampaikan khuthbah . Dan dulu Abu Bakar dan Umar melakukannya pula .

Di riwayatakan oleh al-Atsraam .

Dan setiap kali Beliau  mengucapkan Salam , maka orang-orang menjawabnya ; karena  menjawab salam itu sangat ditekankan dari sejak permulaan “. ( Baca : al-Mughni 2/144 ).

====

DALIL-DALIL PENDAPAT PERTAMA :

----

DALIL PERTAMA : HADITS DAN ATSAR :

Ke 1 : Dari Jabir bin Abdullah :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ سَلَّمَ

“ Bahwa Rosulullah  ketika dia naik mimbar, beliau mengucapkan salam .

[ HR. Ibnu Majah 1/352 no. 1109 , al-Baihaqi no. 5951 dan Ibnu ‘Adiy dalam “اَلْكَامِلُ فِي الضُّعَفَاءِ” 4/147 ].

Dalam sanadnya ada Abdullah bin Lahi'ah al-Masry, dan dia lemah. Ibnu ‘Adiy berkata :

وَلَا أَعْلَمُهُ يَرْوِيهِ غَيْرُ ابْنِ لَهِيعَةَ، وَعَنْ ابْنِ لَهِيعَةَ عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ.

Aku tidak mengetahuinya dari siapa pun selain Ibnu Lahi'ah, dan yang meriwayatkan dari Ibnu Lahi'ah adalh ‘Amr bin Khalid." ( الكامل 1/211 ).

Dan Abdul Haq menganggap cacat sanadnya karena ada Ibnu Lahi’ah , dan dia berkata :

وَمَعْرُوفٌ فِي الضُّعَفَاءِ

“Dia itu dikenal dalam golongan orang-orang yang lemah”

Dan melalui dia , di riwayatkan pula oleh Abu Nu’aim dalam “أَخْبَارُ أَصْبَهَانَ” 1/240-241. 

Namun hadits ini di HASAN kan oleh syeikh al-Albaani dalam Shahih Ibnu Majah no. 917 dan dalam “الصَّحِيحَةُ” 5/106 no. 2076 .

Ke 2 : dari Ibnu Umar berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَلَّمَ عَلَى مَنْ عِنْدَ الْمِنْبَرِ جَالِسًا، فَإِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ تَوَجَّهَ النَّاسَ ثُمَّ سَلَّمَ عَلَيْهِمْ

Rasulullah biasa Jika memasuki masjid pada hari Jumat ; maka mengucapkan salam pada orang-orang yang duduk dekat mimbar . Lalu ketika beliau sudah naik mimbar ; maka beliau mengahap oarang-orang kemudian memberikan salam .

[ HR. Thabraani dalam “المُعْجَمُ الْأَوْسَطُ” . Al-Hafidz Ibnu hajar Al-Haytsami berkata dalam Majma’ Al-Zawa’id: 2/184:

"وَفِيهِ عِيسَى بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ، وَهُوَ ضَعِيفٌ، وَذَكَرَهُ ابْنُ حَبَّانَ فِي الثِّقَاتِ.".

Di dalamnya terdapat Isa bin Abdullah Al-Anshari, dan dia itu Dha’if . Namun Ibnu Hibban menyebutkannya dalam kitab “Al-Tsiqaat ( artinya : kumpulan para perawi yang di percaya )..

Itu dimasukkan oleh Ibnu ‘Adiy dalam “Al-Kaamil” 5/1993 dalam biografi Isa bin Abdullah bin Al-Hakam Al-Ansari, dia berkata:

"عَامَّةُ مَا يَرْوِيهِ لَا يُتَابَعُ عَلَيْهِ."

“Umumnya apa yang dia ceritakan itu tidak diikuti / tidak ada mutaaba’ah.”

Di Dhoifkan oleh syeikh al-Albaani dalam “الضَّعِيفَةُ” no. 4194 . Dan beliau juga mengutip dari Ibnu ‘Asaakir bahwa itu dhoif . Namun Syeikh Al-Albanni dlam “الصَّحِيحَةُ  5/107 menjadikan hadita Ibnu Umar ini sebagai Syahid bagi hadits Jabir RA yang diatas.

-----

RIWAYAT-RIWAYAT HADITS MURSAL :

Diantaranya :

Pertama : dari  Athoo bin Abi Robah ..

Adapun Mursal Atho , maka itu SHAHIH , dimana Abdul Razzaq berkata dalam Musannaf-nya: 3/192 no. 5281 : meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dari Athoo :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ اسْتَقْبَلَ النَّاسَ، فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ

Bahwa Rasulullah  ketika naik mimbar pada hari Jumat ; maka beliau menghadap kepada manusia , lalu beliau berkata : “ Assalamu alaikum “

Syeikh al-Albaani dalam “الصَّحِيحَةُ” 2/107 di bawah hadits no. 2076 :

" وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ رِجَالُ الشَّيْخَيْنِ".

“Para perawinya di percaya , mereka para perawi yang dipakai Bukhori dan Muslim “.

Kedua : dari Asy-Sya'bi

Adapun mursal asy-Sya’bi ; itu dimasukkan oleh Abd al-Razzaq dlam al-Mushonnaf ( 3/193 ) dan Ibnu Abi Syaybah dalam “al-Mushonnaf “ (2/144) , dan al-Atsram dalam “Sunan”nya melalui jalan Mujaalid darinya , berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ اسْتَقْبَلَ النَّاسَ، فَقَالَ : "السَّلَامُ عَلَيْكُمْ" . وكان أبو بكر وعمر يفعلان ذلك بعد النبي صلى الله عليه وسلم". وزاد ابن أبي شيبة: "وعثمان"

Bahwa Rasulullah ketika naik mimbar pada hari Jumat ; maka beliau menghadap kepada manusia , lalu beliau berkata : “ Assalamu alaikum “

Abu Bakar dan Umar biasa melakukan itu setelah Nabi  .” Ibnu Abi Syaibah menambahkan: “Dan Utsman.”

[ Di sebutkan dalam “نَصْبُ الرَّايَةِ” karya az-Zaila’i , dalam sanadnya ada Mujaalid , dia itu Dho’if ].

 

Syeikh al-Albaani dalam dalam “الصَّحِيحَةُ  5/106 di bawah no. 2076  berkata :

"وَهُوَ مُرْسَلٌ لَا بَأْسَ بِهِ فِي الشَّوَاهِدِ"

“Dan itu mursal , tapi tidak mengapa untuk syahid “.

-----

RIWAYAT-RIWAYAT MAUQUUF :

(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Shaybah dalam al-Musannaf 2/23 No. (22-2) Dari Abu Nadhrah dari Utsman bin Affaan - semoga Allah meridhoinya –

أَنَّهُ كَانَ إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ سَلَّمَ، فَأَطَالَ قَدْرَ مَا يَقْرَأُ إِنْسَانٌ أَمْ الْكِتَابَ.

Bahwa dia ketika naik mimbar, dia akan mengucapkan salam, dan dia akan mengambil selama seseorang akan membaca Umm al-Kitab .

Syeikh al-Albaani mengatakan : Sanadnya Shahih . ( “الصَّحِيحَةُ” 5/107 di bawah no. 2076 ).

Adapun riwayat-riwayat mauquf selain apa yang disebutkan oleh Al-Sya'bi dari Abu Bakar, Umar dan Utsman - , maka Al-Bayhaqi mengatakan dalam as-Sunan al-Kubra 3/205 :

" بَابُ: الإِمَامُ يُسَلِّمُ عَلَى النَّاسِ إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ"

“Bab: Imam mengucapkan salam pada orang-orang ketika dia telah naik mimbar sebelum dia duduk “.

Lalu Imam al-Baihaqi menyebutkan hadits Ibnu Umar yang diatas . Kemudian berkata :

" وَرُوِيَ فِي ذَٰلِكَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ وَابْنِ الزُّبَيْرِ، ثُمَّ عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ".

"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu al-Zubair, kemudian dari Umar bin Abdulaziz."

DALIL KEDUA:

Ijma’ Umat terhadap amalan ini. [ Baca : “الشَّرْحُ الْمُمْتِعُ” 5/61 ]

DALIL KE TIGA :

Nash-nash dalil umum yang menganjurkan untuk mengucapkan salam . [ Baca : “الشَّرْحُ الْمُمْتِعُ” 5/61 ]

DALIL KE EMPAT :

Ini adalah posisi khothib menghadap kepada jemaah setelah memebelakanginya ; maka disunnahkan untuk memberikan salam kepada mereka, seolah-olah dia baru berpisah dari suatu kaum, kemudian kembali kepada mereka. [ Baca : “كَشَّافُ الْقِنَاعِ” 2/35 ].

*****

PENDAPAT KEDUA :
MAKRUH HUKUM SALAM KHOTHIB SEBELUM DUDUK DIATAS MIMBAR

Hukumnya MAKRUH . Ini adalah pendapat Madzhab Hanafi dan Madzhab Maliki . [Lihat “مُدَوَّنَةُ سَحْنُونَ” 1/150 ]

Di dalam “مُدَوَّنَةُ سَحْنُونَ” 1/150 di sebutkan :

"قَالَ ابْنُ الْقَاسِمِ: وَسَأَلْتُ مَالِكًا: إِذَا صَعِدَ الْإِمَامُ الْمِنْبَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ؛ هَلْ يُسَلِّمُ عَلَى النَّاسِ؟ قَالَ: لَا، وَأَنْكَرَ ذَلِكَ." 

وَقَالَ الدَّرْدِيرُ عِندَ قَوْلِ الشَّيْخِ خَلِيلٍ عَاطِفًا عَلَى الْمَنْدُوبِ "وَسَلاَمُ خَطِيبٍ لِخُرُوجِهِ لَا صُعُودِهِ": لَا يُنْدَبُ؛ بَلْ يُكْرَهُ، وَلَا يَجِبُ رَدُّهُ كَمَا جَزَمَ بِهِ بَعْضُهُمْ." 

وَاعْتَبَرَ الْحَنَفِيَّةُ أَنَّ سَلَامَهُ الْأَوَّلَ عِنْدَ دُخُولِهِ الْمَسْجِدَ أَوْ خُرُوجِهِ مِنَ الْمَقْصُورَةِ مُغْنٍ عَنْ الْإِعَادَةِ.

“Ibnu al-Qasim berkata: Saya bertanya kepada Malik: Jika imam naik mimbar pada hari Jumat, apakah dia mengucapkan salam pada orang-orang? Dia berkata: Tidak, dan aku mengingkari itu .”

Ad-Dardiir menjelaskan perkataan Syekh Khalil berkata tentang kaitannya dengan sunnah : “Salam khothiib itu untuk kedatangannya (di masjid) , bukan kenaikannya (diatas mimbar)” dengan mengatakan :

“ Tidak di sunnahkan, akan tetapi itu Makruh, dan tidak wajib untuk menolaknya, seperti yang ditegaskan oleh sebagian mereka .”

Mazhab Hanafi menganggap bahwa salam pertamanya ketika memasuki masjid atau keluar dari maqshurah itu sudah cukup dan tidak perlu untuk mengulanginya

Makna Maqshuroh :

مَقْصُورَةُ الإِمَامِ فِي الْمَسْجِدِ : غُرْفَةٌ صَغِيرَةٌ يَخْتَلِي فِيهَا.

Maqshurah Imam di masjid adalah Sebuah ruangan kecil di mana dia menyendiri di dalamnya.

 ====

DALIL-DALIL PENDAPAT KEDUA :

 -----

DALIL PERTAMA : TIDAK ADA HADITS SHAHIH SALAM NYA NABI DIATAS MIMBAR

Karena tidak ada dalil yang shahih dari Nabi  bahwa Beliau mengucapkan salam setelah naik mimbar .  .

Abu Ja’far ath-Thohawi berkata :

"لَمْ يُرْوَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ذَٰلِكَ شَيْءٌ صَحِيحٌ، وَرُوِيَ فِيهِ أَحَادِيثُ ضُعَافٌ، وَالْقِيَاسُ يَمْنَعُ مِنْهُ، لِأَنَّهُ إِذَا تَقَدَّمَ لِلْإِمَامِ لَا يُسَلِّمُ، وَالْمُؤَذِّنُ إِذَا أَشْرَفَ عَلَى النَّاسِ لَا يُسَلِّمُ، فَكَذَلِكَ إِذَا صَعِدَ عَلَى الْمِنْبَرِ."

Tidak ada satupun hadits yang shahih yang diriwayatkan dari Nabi  mengenai hal itu. Yang ada hanyalah hadits-hadits yang lemah / dha’if yang diriwayatkan tentangnya. Dan Qiyas juga mencegahnya, karena jika imam sudah maju kedepan maka dia tidak memberikan salam . Sama halnya dengan muadzin jika dia mendekati atau didepan orang-orang, maka dia tidak mengucapkan salam, dan begitu juga jika khotib naik mimbar.” [ Baca : “مُخْتَصَرُ اخْتِلَافِ الْعُلَمَاءِ” 1/344 no.463 ].

-----

DALIL KEDUA : ADANYA HADITS YANG MENUNJUKKAN BAHWA NABI  TIDAK MEMBERIKAN SALAM KETIKA DI ATAS MIMBAR .  

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata ;

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ خُطْبَتَيْنِ كَانَ يَجْلِسُ إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ حَتَّى يَفْرَغَ أُرَاهُ قَالَ الْمُؤَذِّنُ ثُمَّ يَقُومُ فَيَخْطُبُ ثُمَّ يَجْلِسُ فَلَا يَتَكَلَّمُ ثُمَّ يَقُومُ فَيَخْطُبُ

"Nabi  menyampaikan khutbah dua kali, beliau duduk setelah naik mimbar sehingga Mu'adzin selesai mengumandangkan adzan, setelah itu beliau berdiri dan berkhutbah, lalu duduk lagi dan tidak berbicara kemudian bangkit dan berkhutbah." ( HR. Abu Daud no. 921 ).

Al-Mundhiri berkata:

" فِي إِسْنَادِهِ الْعُمَرِيُّ، وَهُوَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ حَفْصٍ بْنِ عَاصِمَ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، وَفِيهِ مَقَالٌ".

“Dalam sanadnya ada Al-‘Umari, itu adalah Abdullah bin Umar bin Hafash bin Ashim bin Umar bin Al-Khattab. Dan pada dirinya ada yang diperbincangkan ” (466) Lihat: مُخْتَصَرُ سُنَنِ أَبِي دَاوُدَ (2/17).466.

Dan Abu Dawud meriwayatkan dalam “المَرَاسِيلُ” dari Ibnu Syihab, yang berkata:

"بَلَغَنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَبْدَأُ فَيَجْلِسُ عَلَى الْمِنْبَرِ، فَإِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ قَامَ فَيَخْطُبُ الْخُطْبَةَ الْأُولَى."

“Telah sampai kepada kami hadits bahwa Rasulullah  dulu senantiasa memulai [khutbahnya] dengan duduk di atas mimbar. Maka ketika Muadzin tealh diam , beliau berdiri lalu menyampaikan khuthbah pertama “. [ “مَرَاسِيلُ أَبِي دَاوُدَ” (9) – 467 ].

Abdurrozzaaq dalam al-Mushonnaf 3/188 meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Umar bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu :

"أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِذَا اسْتَوَى عَلَى الْمِنْبَرِ يَجْلِسُ، فَإِذَا جَلَسَ أَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ".

“Bahwa Nabi  dulu ketika telah duduk di atas mimbar pada hari Jumat, dan ketika dia duduk, maka muadzin akan mengumandangkan adzan”.

Hadits ini tidak ada seorang pun dari penulis الْكُتُبُ السِّتَّةُ yang meriwayatkannya dari Muhammad bin Umar bin ‘Ali bin Abi Tholib . Dia itu “صَدُوقٌ” , jika meriwayatkan hadits dari kakeknya , maka haditsnya mursal . wafat setelah tahun 130 H. [ Baca : at-Taqriib hal. 498 dan at-Tahdziib 9/361 ).

Maka riwayat ini Dho’if .   

----

DALIL KE TIGA :

Karena khotib tersebut sudah memberikan salam ketika masuk masjid kepada orang-orang yang di laluinya . 

----

DALIL KE EMPAT :

Imam Abu Hanifah berkata :

" خُرُوجُ الإِمَامِ يَقْطَعُ الْكَلَامَ، وَهَذَا يُدُلُّ عَلَى أَنَّهُ يَمْنَعُ السَّلَامَ "

“Keluarnya imam itu ( dari Maqshuroh Masjid menuju mimbar khuthbah ) memutuskan pembicaraan, dan ini menunjukkan bahwa hal itu melarang untuk mengucapkan salam .” [baca : مُخْتَصَرُ اخْتِلَافِ الْعُلَمَاءِ 1/344]

Bantahannya :

Bahwa itu didasarkan pada hukum berhujjah dengan amalan penduduk Madinah, dan ini adalah salah satu prinsip dasar madzhab Maliki , akan tetapi para ulama lainnya tidak menyutujuinya .

-----

DALIL KE LIMA :

Naiknya khatib di atas mimbar adalah suatu kesibukan dengan pembukaan ibadah, maka memberikan salam itu tidak disyaratkan di dalamnya , seperti tindakan ibadah lainnya. [ baca “الإِشْرَافُ” 1/133 dan “المُنْتَقَى شَرْحُ الْمُوَطَّأِ” 1/189 ].

Bantahan nya :

Bahwa para ulama pendapat pertama tidak mengatakan bahwa itu syarat yang wajib , melainkan bahwa itu hanya Sunnah, dan kemudian bahwa realitanya para khotib hingga kini tidak ada yang merasa di sibukkan dengan ucapan salam , meskipun telah naik mimbar .

-----

DALIL KE ENAM :

Khotbah itu adalah dzikir yang mendahului shalat, maka tidak disyariatkan baginya untuk mengucapkan salam, seperti adzan dan iqaamah. [ baca “الإِشْرَافُ” 1/133 ]

Bantahannya :

Naiknya khatib ke atas mimbar itu posisinya mengahadap kepada jemaah, maka disunnahkan mengucapkan salam pada mereka, seperti halnya dalam kondisi lainya . [“مُغْنِيُ الْمُحْتَاجِ” 1/289].

Kemudian sebagai sebab memberikan salam itu bukan karena dzikir dalam khutbah sebelum shalat, tetapi karena [ermulaan masuk dan menghadap kepada orang-orang yang hadir, dan ini tidak ditemukan dalam adzan dan iqaamah.

Posting Komentar

0 Komentar