MENCARI ILMU AGAMA BERTUJUAN UNTUK POPULARITAS
atau
AGAR ORANG-ORANG MENJADI PENGIKUTNYA
atau
AGAR MENGUASAI BANYAK MAJLIS-MAJLIS ILMU
atau
BANJIR UNDANGAN CERAMAH?
*****
بسم الله الرحمن الرحيم
DAFTAR ISI :
- MENCARI ILMU AGAMA BERTUJUAN UNTUK POPULARITAS:
- SESEORANG DENGAN HARTANYA BERKEINGINAN AGAR DIRINYA MENJADI MASYHUR
- KISAH ORANG SHALEH KETIKA DIHADAPKAN PADA UJIAN ANTARA IKHLAS DAN POPULARITAS
*****
1. MENCARI ILMU AGAMA BERTUJUAN UNTUK POPULARITAS
Silahkan simpulkan sendiri hukumnya setelah membaca hadits-hadits Nabi SAW berikut ini!
HADITS KE 1
Dari Ka’ab bin Malik رَضِيَ اللَّهُ عَنْه, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bersabda,
" مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ "
“Barangsiapa yang menuntut ilmu yang dengannya bertujuan untuk menunjukkan kepada para ulama bahwa dirinya lah yang paling berilmu atau bertujuan untuk mendebat orang-orang bodoh (yakni: sehingga membuat bingung orang awam pen.)atau agar dengan ilmunya tersebut wajah-wajah para manusia tertuju pada dirinya (yakni: supaya semua orang jadi pengikutnya, pen.), maka Allah akan memasukannya ke dalam api neraka.”
(HR. Tirmidzi no. 2654, AL-‘Uaqaily dlm “الضعفاء الكبير” 1/103 dan Ibnu Hibban dalam “المجروحين”. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Shahih at-Turmudzi no. 2654 bahwa hadits ini hasan. Lihat penjelasan hadits ini dalam Tuhfah Al-Ahwadzi 7: 456)
HADITS KE 2
Dari Jabir bin ‘Abdillah رَضِيَ اللَّهُ عَنْه, ia berkata, Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bersabda,
" لاَ تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلاَ لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلاَ تَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ ".
“Janganlah kalian belajar ilmu agama untuk berbangga diri di hadapan para ulama, untuk menanamkan keraguan pada orang yang bodoh, dan jangan pula bertujuan dengan ilmunya itu agar orang-orang memilih dia untuk mengisi di majelis-majlis. Karena barangsiapa yang melakukan demikian, maka neraka lebih pantas baginya, neraka lebih pantas baginya.”
(HR. Ibnu Majah no. 254. Al-Mundziri dalam kitabnya at-Targhiib 1/92:
إسناده صحيح أو حسن أو ما قاربهما “
Artinya: “ Sanadnya Shahih atau Hasan atau yang mendekati keduanya “.
Dan Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
HADITS KE 3
Dari Hudzaifah bin al-Yamaan, bahwa Nabi SAW bersabda:
لا تَعلَّموا العِلمَ لتباهوا بهِ العلماءَ أو لتُماروا بهِ السُّفَهاءَ أو لتصرِفوا وجوهَ النَّاسِ إليكم فمَن فعلَ ذلِكَ فَهوَ في النَّارِ
“Janganlah kalian belajar ilmu agama untuk berbangga diri di hadapan para ulama, untuk menanamkan keraguan pada orang yang bodoh, dan jangan pula bertujuan agar wajah-wajah manusia tertuju pada diri kalian. Karena barangsiapa yang melakukan demikian, maka neraka lebih pantas baginya.” (HR. Ibnu Majah dan di hasankan oleh syeikh al-Baani dalam Shahih Ibnu Maajah no. 210)
2. SESEORANG DENGAN HARTANYA BERKEINGINAN AGAR DIRINYA MENJADI MASYHUR
Adanya hadits-hadits yang melarang dengan hartanya berkeinginan mencari Popularitas dan hobby pamer, diantaranya:
HADITS KE 1
Hadits Ibnu Umar RA, bahwa Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bersabda:
(مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ فِي الدُّنْيَا أَلْبَسَهُ اللَّهُ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ )
“Barang siapa memakai pakaian syuhroh (pakaian yang bisa membuatnya terkenal)di dunia, maka Allah akan memakaikannya pakaian yang menghinakan di hari Kiamat".
(HR. Abu Daud No. 4029 ), an-Nasaa’i dlm “السنن الكبرى” 5/460, Ibnu Majah No. 3606, Imam Ahmad dalam al-Musnad 2/92 dan lainnya. Hadits ini di Hasankan oleh Syeikh al-Baani dan al-Arna’uth ).
Al-Imam as-Sarkhosi al-Hanafi dalam kitabnya “المبسوط” 30/268 berkata:
" والمراد أن لا يلبس نهاية ما يكون من الحسن والجودة في الثياب على وجه يشار إليه بالأصابع ، أو يلبس نهاية ما يكون من الثياب الخَلِقِ – القديم البالي - على وجه يشار إليه بالأصابع, فإن أحدهما يرجع إلى الإسراف والآخر يرجع إلى التقتير ، وخير الأمور أوسطها " انتهى
“ Dan yang di maksud adalah jangan memakai pakaian yang paling bagus dan paling berkwalitas dengan tujuan agar jari-jari manusia menunjukkan padanya. Atau memakai pakaian yang paling jelek lapuk dengan tujuan agar jari-jari manusia menunjukkan padanya. Maka sesungguhnya salah satunya itu disebabkan berlebihan, sementara yang kedua karena terlalu pelit, dan sebaik-baiknya semua perkara adalah tengah-tengahnya “. (Selesai)
HADITS KE 2
Hadits Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, bahwa Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bersabda:
(كُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلَا مَخِيلَةٍ )
“ Makan lah kalian, bersedekahlah kalian dan berpakainlah kalian dalam keadaan tidak berlebihan dan tidak ada kesombongan ingin menonjolkan dirinya (alias pamer)“.
(HR. An-Nasaa’i No. 2559. Dan di hasankan oleh Syeikh al-Baani dalam Shahih an-Nasaa’i ).
HADITS KE 3:
Dari Abu Dzar رَضِيَ اللَّهُ عَنْه, dari Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bersabda:
” ما من عبد لبس ثوب شهرة إلا أعرض الله عنه حتى ينزعه ، وإن كان عنده حبيباً “
“Tidaklah seorang hamba yang memakai pakaian syuhrah (ketenaran)kecuali Allah akan berpaling dari manusia tersebut hingga ia melepaskannya, meskipun dia itu kekasih di sisi-Nya “.
(HR Ibnu Majah, Al Hafizh Al Iraqy dalam takhrij hadits al ihya’ berkata: sanad hadits ini Jayyid (baik), tapi tanpa perkataan: “meskipun dia itu kekasih di sisi-Nya “
HADITS KE 4
Dari Mua’adz bin Anas رَضِيَ اللَّهُ عَنْه, bahwasanya Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bersabda:
«مَنْ تَرَكَ اللِّبَاسَ تَوَاضُعًا لِلَّهِ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنْ أَيِّ حُلَلِ الْإِيمَانِ شَاءَ يَلْبَسُهَا»
Barangsiapa yang meninggalkan (menjauhkan diri dari) suatu pakaian (yang mewah) dalam rangka tawadhu’ (rendah hati) karena Allah, padahal dia mampu (untuk membelinya / memakainya), maka pada hari kiamat nanti Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluq, lalu dia dipersilahkan untuk memilih perhiasan / pakaian (yang diberikan kepada) orang beriman, yang mana saja yang ingin dia pakai” (HR. At Tirmidzi no. 2405 9/21, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam “Shahih Al-Jaami’ No. 6145 )
ATSAR PARA SAHABAT, TABI’IIN DAN TABI’T TABI’IIN:
Ibnu Abbas RA berkata:
" كل ما شئت ، والبس ما شئت ، ما أخطأتك خصلتان: سرَف ومَخِيلة "
“Makan lah sesuka mu dan berpakaianlah sesukamu, tidak ada yang menyalahkanmu kecuali dua gaya: berlebihan dan ada kesombongan ingin menonjolkan dirinya (alias pamer)“. (Di Riwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushonnaf 5/171.
DAN BERIKUT INI KUTIPAN DARI KITAB “صيد الفوائد”:
1. Dari Syahr bin Hausyab, berkata
"من ركب مشهورًا من الدواب ولبس مشهورًا من الثياب أعرض الله عنه وإن كان كريمًا"
“ Barang siapa menunggangi kendaraan masyhur dan pakaian masyhur, maka Allah berpaling darinya meskipun dia seorang yang dermawan “.
Al-Imam al-Baihaqi berkata:
"كل شيء صير صاحبه شهرة ، فحقه أن يجتنب ".
“ Segala sesuatu yang mengantarkan dirinya pada pada Syuhroh (terkenal ), maka hak dia adalah dijauhi “.
2. Dari Buraidah bin al-Hushoib, berkata:
"شهدت خيبر، وكنت فيمن صعد الثُّلْمَةَ، فقاتلت حتى رئي مكاني، وعلي ثوب أحمر، فما أعلم أني ركبت في الإسلام ذنباً أعظم علي منه. أي الشهرة ".
“ Waktu itu aku ikut serta perang Khaibar, dan aku termasuk orang yang mendaki “الثُّلْمَة” (tempat yang retak-retak), lalu aku pun bertempur sehingga posisi ku nampak terlihat karena aku mengenakan baju merah, maka sepengatahuanku tidak ada dosa yang telah aku perbuat yang lebih besar darinya. Yakni pakai baju yang membuat dirinya jadi terkenal “.
3. Dari Sufyan ats-Tsaury, berkata
"إياك والشهرة ؛ فما أتيت أحدًا إلا وقد نهى عن الشهرة"
Waspadalah terhadap popularitas, maka tidak sekali-kali aku mendatangi seseorang kecuali dia telah melarang popularitas “.
4. Ibrahim bin Adham berkata:
"ما صدق اللهَ عبدٌ أحب الشهرة "
“Seorang hamba yang cinta popularitas, tidak percaya Allah “.
5. Ayyub as-Sakhtiyani berkata
"مَا صدق عبد قط، فأحب الشهرة "
“ Tidak sekali-kali seorang hamba tidak percaya kepada Allah, maka dia mencintai popularitas “.
6. Bisyer bin al-Haarits berkata
" مَا اتقى الله من أحب الشهرة "
“Seorang hamba yang cinta popularitas, tidaklah bertaqwa kepada Allah “.
3. KISAH ORANG SHALEH KETIKA DIHADAPKAN PADA UJIAN ANTARA IKHLAS DAN POPULARITAS:
Mari kita perhatikan sebagian kisah orang-orang saleh dari kalangan salaf yang dinyatakan do'anya mustajab, bagaimana usaha mereka untuk menyembunyikan amal salehnya dan bagaimana sikap mereka terhadap popularitas ? Kemudian kita bandingkan dengan diri kita masing-masing serta orang-orang zaman sekarang yang sengaja mencari popularitas dengan ibadahnya atau keahliannya dalam meruqyah.
1. Yazid bin Al-Aswad al-Jurosyi
Beliau adalah seorang tabi'i mukhodlrom, hidup sezaman dengan Nabi صلى الله عليه وسلم namun belum pernah bertemu. Beliau sempat menyaksikan masa-masa jahiliyah, beliau tinggal di negeri Syam, perkampungan Zabdiin, beliau wafat pada tahun 58 H, pada masa khilafah Mu'awiyah bin Abi Sufyan
.
Telah berkata Abu Zur’ah Yahya bin Abi ‘Amr:
خرج الضحاك بن قيس فاستسقى بالناس ولم يمطروا ولم يروا سحابا فقال الضحاك أين يزيد بن الأسود (وفي رواية على بن أبي جملة: فقال أين يزيد بن الأسود الجرشي فلم يجبه أحد ثم قال أين يزيد بن الأسود الجرشي فلم يجبه أحد ثم قال أين يزيد بن الأسود الجرشي عزمت عليه إن كان يسمع كلامي)فقال هذا أنا قال قم فاستشفع لنا إلى الله أن يسقينا (وفي رواية: قم يا بكاء !)فقام فعطف برنسه على منكبيه وحسر عن ذراعيه فقال اللهم إن عبيدك هؤلاء استشفعوا بي إليك فما دعا إلا ثلاثا حتى أمطروا مطرا كادوا يغرقون منه ثم قال اللهم إن هذا شهرني فأرحني منه فما أتت بعذ ذلك جمعة حتى مات (وفي رواية: قتل ).
" Ad-Dlohhak bin Qois keluar bersama orang-orang untuk sholat istisqo (sholat untuk minta hujan ), namun hujan tak kunjung datang, dan mereka tidak melihat adanya awan.
Maka beliau bertanya: " Dimana Yazid bin Al-Aswad ? "
(Dalam riwayat yang lain: Maka tidak seorangpun yang menjawabnya, kemudian dia berkata: " Dimana Yazid bin Al-Aswad ?, Aku tegaskan padanya jika dia mendengar perkataanku ini hendaknya dia berdiri ! ").
Maka berkata Yazid:”Saya di sini!”.
Berkata Ad-Dlohhak: ”Berdirilah!, mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan bagi kami!” (Dalam riwayat yang lain: Berdirilah, wahai tukang nangis! ).
Maka Yazid pun berdiri dan menundukan kepalanya diantara dua bahunya, dan menyingsingkan lengan banju burnus nya lalu berdoa:
”Ya Allah, sesungguhnya para hambaMu memintaku untuk berdoa kepadaMu”.
Lalu tidaklah dia berdoa kecuali tiga kali kecuali langsung turunlah hujan yang deras sekali, hingga hampir saja mereka tenggelam karenanya.
Kemudian dia [ Yazid] berkata: ”Ya Allah, sesungguhnya hal ini telah membuatku menjadi tersohor, maka istirahatkanlah aku dari ketenaran ini ”.
Dan tidak berselang lama yaitu seminggu kemudian diapun meninggal.”
Kisah ini diriwayatkan Ibnu Asakir di Tarikh Damaskus 65/112, Dzahabi di Siyar A'lam Nubala 4/137 dan Ibnul Jauzy di Sofwatus Shofwah 4/202. Kisah ini di sahihkan sanadnya oleh Al-Albaany dalam kitab Tawassul hal. 42.
2. Uwais bin 'Amir Al-Qorni
Beliau adalah penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, beliau seorang Tabii mukhodlrom, hidup sezaman dengan Nabi صلى الله عليه وسلم tapi belum pernah ketemu.
Disebutkan bahwasanya ia meninggal bersama Ali bin Abi Tholib dalam perang siffin (Al-Minhaj 16/94, Faidhul Qodir 3/451), sebagaimana perkataan Yahya bin Ma’in, “Uwais terbunuh dihadapan Amirul mukminin Ali bin Abi Tholib tatkala perang Siffin” (Al-Mustadrok 3/455 no 5716).
Nabi صلى الله عليه وسلم menyebutkan tentang keutamaan Uwais, padahal beliau صلى الله عليه وسلم belum pernah bertemu dengannya, sebagaimana sabda Nabi صلى الله عليه وسلم yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (4/1968 no 2542) dari Umar bin Al-Khotthob ia berkata:
“Aku mendengar Rasulullah bersabda:
« إنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ: أُوَيْسٌ ، وَلَهُ وَالِدَة... ».
" Sebaik-baik tabi’in adalah seorang yang disebut dengan Uwais dan ia memiliki seorang ibu…".
Berkata imam An-Nawawi:
“Ini jelas menunjukan bahwa Uwais adalah tabi’in terbaik, mungkin saja dikatakan “Imam Ahmad dan para imam yang lainnya mengatakan bahwa Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik”, maka jawabannya, maksud mereka adalah Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik dalam sisi ilmu syari’at seperti tafsir, hadits, fiqih, dan yang semisalnya dan bukan pada keafdholan di sisi Allah” (Al-Minhaj 16/95)
Imam Muslim dalam Sahihnya no. 2542 meriwayatkan dari Usair bin Jabir, dia berkata:
كان عمرُ بنُ الخطَّابِ إذا أتى عليه أمْدادُ أهل اليمنِ سألهم: أفيكم أُوَيسُ بنُ عامر ؟ حتى أتى على أُويس ، فقال: أنت أُوَيسُ ابن عامر ؟ قال: نعم ، قال: من مُراد ، ثم من قَرَن ؟ قال: نعم، قال: فكان بك بَرَص فَبَرَأتَ منه ، إلا موضعَ دِرْهَم ؟ قال: نعم ، قال: لك والدة ؟ قال: نعم ، قال: سمعتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول: يأتي عليكم أُوَيسُ بن عامر مع أمْدَادِ أهل اليمن من مُراد ، ثم من قَرَن ، وكان به برص فَبَرأ منه ، إلا موضع درهم ، له والدة هو بها بَرّ ، لو أقْسَم على الله لأبَرَّه ، فإن استطعتَ أن يَسْتَغْفِر لَكَ فافعَلْ ، فاسْتَغْفِرْ لي ، فاسْتَغْفَر له ، فقال له عمر: أين تريد ؟ قال: الكوفةَ ، قال: ألا أكتبُ لك إلى عاملها ؟ قال: أكونُ في غَبْراءِ النَّاسِ أحبُّ إليَّ ، قال: فلما كان من العام المقبل حَجَّ رجل من أشرافهم ، فوافق عمر ، فسأله عن أُوَيس، قال: تركته رَثَّ البَيْتِ ، قَليلَ المتاع ، قال: سمعتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول: يأتي عليكم أُوَيس بن عامر مع أمداد أهل اليمن ، من مُراد ثم من قَرَن ، كان به بَرَص فبرأ منه إلا موضع درهم ، له والدة هو بها بَرّ ، لو أقسم على الله لأبرَّهُ ، فإن استطعتَ أن يستغفر لك فافعل ، فأتى أُوَيسا ، فقال: استغفرْ لي ، قال: أنت أحْدثُ عهدا بسفَر صالح ، فاستغفرْ لي ، قال: استغفر لي ، قال: أنت أحدثُ عهدا بسفر صالح، فاستغفرْ لي ! قال: لقيتَ عمر ؟ قال: نعم ، فاسْتَغْفَرَ له، فَفَطِنَ له الناسُ ، فانطلق على وجهه ، قال أُسَيْر: وكسوتُه بُردة ، فكان كلما رآه إنسان ، قال: من أينَ لأُوَيْس هذه البردة ؟.
“ Telah ada Umar bin Al-Khotthob jika datang kepadanya amdad (pasukan perang penolong yang datang untuk membantu pasukan kaum muslilimin dalam peperangan)dari negeri Yaman maka Umar bertanya kepada mereka:
“Apakah ada diantara kalian Uwais bin ‘Amir ?”, hingga akhirnya ia bertemu dengan Uwais dan berkata kepadanya, “Apakah engkau adalah Uwais bin ‘Amir?”, ia berkata, “Iya”.
Umar berkata, “Apakah engkau berasal dari Murod, kemudian dari Qoron ?”. Ia berkata, “Benar”.
Umar berkata, “Engkau dahulu terkena penyakit kulit memutih (albino) kemudian engkau sembuh kecuali seukuran dirham?”. Ia berkata, “Benar”.
Umar berkata, “Engkau memiliki ibu?”, ia menjawab, “Iya”,
Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
((Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit kulit memutih (albino)kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan)bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah )) ".
Lalu Umar berkata: " oleh karenanya mohonlah kepada Allah ampunan untukku !".
Maka Uwaispun memohon kepada Allah ampunan untuk Umar.
Lalu Umar bertanya kepadanya, “Kemanakah engkau hendak pergi?”, ia berkata, “Ke Kufah (Irak)”.
Umar berkata, “Maukah aku tuliskan sesuatu kepada pegawaiku di Kufah untuk kepentinganmu?”, ia berkata, “Aku berada diantara orang-orang yang lemah lebih aku sukai”.
Pada tahun depannya datang seseorang dari pemuka mereka (pemuka penduduk Yaman)dan ia bertemu dengan Umar, lalu Umar bertanya kepadanya tentang kabar Uwais.
Orang itu berkata, “Aku meninggalkannya dalam keadaan miskin dan sedikit harta”.
Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
((Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit kulit memutih (albino)kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan)bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia meohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah )).
Maka orang itupun mendatangi Uwais dan berkata kepadanya: “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”.
Uwais berkata: “Engkau ini baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka (mestinya)engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”,
Orang itu berkata: “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”,
Uwais berkata, “Engkau ini baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka (mestinya) engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”,
Orang itu berkata, “Engkau bertemu dengan Umar?”,
Uwais menjawab, “Iya”, orang itu berkata, “Mohon ampunlah kepada Allah untuk Umar”.
Lalu orang-orangpun menjadi tahu apa yang terjadi. Maka iapun pergi (menyembunyikan diri ).
Usair berkata: " Aku memberinya kain Burdah untuk menutupi tubuhnya. Maka setiap ada orang yang melihatnya ia berkata: Darimanakah Uwais memperoleh burdah itu?".
Dalam riwayat Al-Hakim (Al-Mustadrok 3/456 no 5720):
قال: ما أنا بمستغفر لك حتى تجعل لي ثلاثا. قال: وما هن ؟ قال: لا تؤذيني فيما بقي ، ولا تخبر بما قال لك عمر أحدا من الناس ، ونسي الثالثة.
Uwais berkata, “Aku tidak akan memohonkan ampunan kepada Allah untukmu hingga engkau melakukan untukku tiga perkara”. Ia berkata, “Apa itu?”. Uwais berkata, “Janganlah kau ganggu aku lagi setelah ini, janganlah engkau memberitahu seorangpun apa yang telah dikabarkan Umar kepadamu” dan Usair (perowi) lupa yang ketiga.
Dalam Musnad Ibnul Mubarok 1/19 no. 34:
“Tatkala tersebar berita (perkataan Umar tentang Uwais)maka iapun lari dan pergi”, yaitu karena orang-orang pada berdatangan memintanya untuk beristigfar kepada Allah bagi mereka sebagaimana dalam musnad Abu Ya’la Al-Maushili (1/188)
Dalam Tarikh Dimashqi karya Ibnu Asaakir 9/443:
« لما لقيه وظهر عليه هرب فما رؤي حتى مات ». قال أبو محمد بن صاعد: أسانيد أحاديث أويس صحاح رواها الثقات عن الثقات وهذا الحديث منها.
" Setelah Umar menemuinya, dan beritanya muncul dipermukaan, iapun kabur dan tidak pernah kelihatan lagi hingga ia wafat ".
Abu Muhammad bin Shaid berkata: " semua sanad hadits Uwais adalah sahih, para perawin tsiqoot telah meriwayatkannya dari para perawi tsiqoot juga ". (Lihat: Tarikh Dimashqi karya Ibnu Asaakir 9/443 ).
Kesimpulan
Rosulullah صلى الله عليه وسلم menyatakan bahwa Uwais adalah sebaik-baiknya tabi'in, artinya beliau mengakui akan kesalihannya.
Rosulullah صلى الله عليه وسلم mengabarkan bahwa do'a Uwais mustajab, sabda beliau ini umum artinya doa apa saja, akan tetapi beliau menyuruh Umar RA jika bertemu dengannya hanya dianjurkan agar ia memintakan ampunan kepada Allah untuknya. Dan Umar pun melakukannnya sesuai pesan Nabi صلى الله عليه وسلم, yaitu hanya memintakan ampunan. Begitu pula yang dilakukan oleh selain Umar setelah mendengar informasi darinya. Tidak ada riwayat yang menyebutkan ada seseorang yang minta didoakan selain ampunan.
Keikhlasan Uwais dalam beribadah kepada Allah SWT tidak ada manusia yang mengetahuinya kecuali Rosulullah صلى الله عليه وسلم setelah Allah SWT mewahyukan padanya. Uwais kabur dan menyembunyikan diri ketika dirinya mulai di kenal dan orang-orang mulai berdatangan karena ingin didoakan ampunan kepada Allah.
Uwais tidak suka popularitas karena itu akan merusak keikhlasannya dalam beribadah kepadaNya. Maka orang yang betul-betul ikhlas membenci popularitas.
Dengan kisah dua orang saleh di atas semoga bisa di jadikan teladan bagi kita semua di dalam mengikhlaskan amal saleh kita, dan semoga kita semua di beri oleh Allah Ta'ala kekuatan dan kemampuan dalam menapak tilasinya. Amiiin.
extradigital.co.uk |
0 Komentar