Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

HUKUM UPAH PERCALOAN ATAU MAKELAR ATAU MEDIATOR

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

*****

بسم الله الرحمن الرحيم

Masalah ini pernah penulis singgung dalam pembahasan BAB: JI'ALAH.

MAKNA Calo, Mediator, Makelar Dan Perantara, dia adalah

الذي يدخل بين البائع والمشتري متوسطاً لإمضاء البيع, وهو المسمى الدلال, لأنه يدل المشتري على السلع, ويدل البائع على الأثمان "

Orang yang masuk di antara penjual dan pembeli sebagai mediator agar terwujudnya transaksi jual beli, yang disebut dengan istilah dallaal/penunjuk, karena dia itu menunjukkan pembeli pada barang, dan menunjukkan penjual pada harga. [di kutip dari al-Mawsuu'ah al-Fiqhiyyah (10/151].

Perantara sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena banyak yang tidak mengetahui tata cara tawar menawar dalam jual beli, ada pula yang tidak memiliki kemampuan untuk meneliti apa yang dibeli dan mengetahui kekurangannya, dan ada pula yang tidak memiliki waktu secara langsung terjun sendiri untuk melakukan transaksi jual beli.

Oleh karena itu, percaloan adalah bisnis yang bisa memberikan manfaat pada penjual, pembeli dan Calo / Makelar.

Makelar atau Calo harus betul-betul ahli dalam apa yang dia mediasikan antara penjual dan pembeli, agar tidak merugikan salah satu dari mereka dengan mengklaim punya pengetahuan dan pengalaman tentang hal tertentu, padahal realitanya dia itu hanya omong kosong.

Calo atau makelar harus jujur dan benar, tidak memihak yang satu dengan mengorbankan yang lain, melainkan menunjukkan kekurangan dan kelebihan barang dagangan secara jujur dan benar, dan tidak menipu penjual atau pembeli.

Sejumlah para imam telah menyatakan bahwa percaloan itu diperbolehkan, dan diperbolehkan untuk mengambil upah untuk itu.

Imam Malik radhiyallahu 'anhu, ditanya tentang upah calo/makelar, dan dia berkata: لا بأس بذلك (Tidak apa-apa). [Al-Mudawwanah (3/466)].

Imam al-Bukhari menuliskan dalam Shahih-nya:

بَاب أَجْرِ السَّمْسَرَةِ.

وَلَمْ يَرَ ابْنُ سِيرِينَ وَعَطَاءٌ وَإِبْرَاهِيمُ وَالْحَسَنُ بِأَجْرِ السِّمْسَارِ بَأْسًا.

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: لا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ: بِعْ هَذَا الثَّوْبَ فَمَا زَادَ عَلَى كَذَا وَكَذَا فَهُوَ لَكَ.

وَقَالَ ابْنُ سِيرِينَ: إِذَا قَالَ بِعْهُ بِكَذَا فَمَا كَانَ مِنْ رِبْحٍ فَهُوَ لَكَ ، أَوْ بَيْنِي وَبَيْنَكَ فَلَا بَأْسَ بِهِ.

وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (الْمُسْلِمُونَ عِنْدَ شُرُوطِهِمْ) " انتهى كلام الإمام البخاري.

"BAB: upah perantara (upah percaloan).

Ibnu Sirin, Ibrahim [an-Nakho'i], dan al-Hasan [al-Bashri] berpendapat: tidak ada yang salah dengan upah makelar."

Ibnu Abbas berkata: Tidak apa-apa baginya untuk mengatakan: " Jualkan pakaian ini ! [dari saya harganya sekian], maka kelebihan harga dari ini dan itu adalah untuk mu.

Ibnu Sirin berkata: Jika dia berkata: “Juallah dengan harga [dari saya] sekian,” maka jika ada keuntungan berapa pun, itu menjadi milik Anda, atau antara Anda dan saya ; maka yang demikian itu hukumnya tidaklah mengapa ".

Dan Nabi SAW: "Orang-orang Muslim harus memenuhi persyaratan yang mereka sepakati."
[Selesai kutipan dari Imam al-Bukhari].

Ibnu Qudamah berkata dalam Al-Mughni (8/42):

" ويجوز أن يستأجر سمسارا، يشتري له ثيابا، ورخص فيه ابن سيرين، وعطاء، والنخعي... ويجوز على مدة معلومة، مثل أن يستأجره عشرة أيام يشتري له فيها ؛ لأن المدة معلومة، والعمل معلوم ... فإن عَيَّنَ العملَ دون الزمان، فجعل له من كل ألف درهم شيئاً معلوما, صح أيضا ..

وإن استأجره ليبيع له ثيابا بعينها ؛ صح ، وبه قال الشافعي ؛ لأنه عمل مباح، تجوز النيابة فيه, وهو معلوم، فجاز الاستئجار عليه كشراء الثياب " انتهى باختصار


Dan diperbolehkan bagi seseorang untuk menyewa jasa makelar, yang membelikan pakaian untuknya. Ibnu Siiriin, Athaa, dan Al-Nakha'i membolehkannya...

Dan diperbolehkan untuk jangka waktu tertentu, misalnya menyewanya selama sepuluh hari untuk membeli sesuatu untuknya, karena masa waktunya diketahui, dan pekerjaannya diketahui...

Jika pekerjaan itu ditentukan tanpa menentukan batas waktunya, namun dia menentukan dari setiap seribu dirham baginya sesuatu yang diketahui, maka yang demikian itu shah juga.

Dan jika dia mempekerjakannya untuk menjual pakaian tertentu, maka itu shah, ini adalah pendapat Imam al-Syafi'i ; karena itu adalah perbuatan yang mubah, dan dibolehkan untuk diwakilkan, dan itu diketahui, maka dibolehkan untuk menyewa jasanya seperti untuk membeli pakaian. [Selesai kutipan dari Ibnu Quddaamah]

Al-Lajnah ad-Daa'imah [ Dewan Tetap Para Mufti ] Saudi Arabia pernah ditanya :

عن صاحب مكتب تجاري يعمل وسيطاً لبعض الشركات في تسويق منتجاتها ، حيث ترسل له عينة يقوم بعرضها على التجار في الأسواق ، وبيعها لهم بسعر الشركة مقابل عمولة يتم الاتفاق عليها مع الشركة. فهل يحقه في ذلك إثم ؟

Tentang pemilik kantor perdagangan yang bekerja sebagai mediator untuk beberapa perusahaan dalam memasarkan produk mereka, di mana mereka mengirimnya sampel yang dia berikan kepada pedagang di pasar, dan menjualnya kepada mereka dengan harga perusahaan dengan imbalan komisi yang telah disepakati dengan perusahaan. Apakah dia berhak mendapat kan DOSA ?

Dan al-Lajnah menjawab:

" إذا كان الواقع كما ذكر جاز لك أخذ تلك العمولة ، ولا إثم عليك " انتهى.

Jika kondisinya seperti yang dijelaskan, maka Anda boleh mengambil komisi itu, dan Anda tidak berdosa.

[Fatwa Al-Lajnah ad-Daa'imah (13/125)].

Syekh Bin Baaz ditanya

عن حكم البحث لمستأجر عن محلٍ أو شقةٍ مقابل أجرة يدفعها لمن حقق له طلبه.

Tentang hukum mencarikan toko atau apartemen untuk penyewa dengan imbalan upah yang akan dia bayarkan kepada orang yang berhasil memenuhi permintaannya ?.

Dan dia menjawab:

" لا حرج في ذلك ، فهذه أجرة وتسمى السعي ، وعليك أن تجتهد في التماس المحل المناسب الذي يريد الشخص أن يستأجره ، فإذا ساعدته في ذلك والتمست له المكان المناسب ، وساعدته في الاتفاق مع المالك على الأجرة ، فكل هذا لا بأس به إن شاء الله بشرط ألا يكون هناك خيانة ولا خديعة ، بل على سبيل الأمانة والصدق ، فإذا صدقت وأديت الأمانة في التماس المطلوب من غير خداع ولا ظلم لا له ولا لصاحب العقار فأنت على خير إن شاء الله " انتهى.

Tidak ada yang salah dengan itu, karena ini adalah upah dan disebut dengan istilah as-saa'i, dan Anda harus bersungguh-sungguh dengan berusaha keras untuk menemukan toko yang tepat yang ingin disewa orang tersebut.

Tidak boleh ada pengkhianatan atau penipuan, melainkan dengan cara Amanah dan Kejujuran.

Jika Anda jujur dan memenuhi amanah dalam mencari yang dibutuhkan tanpa penipuan atau ketidakadilan, baik kepadanya maupun kepada pemilik properti, maka Anda berada dalam kebaikan, insya Allah.

["Fatwa-fatwa Syekh Ibn Baz" (19/358)].

HUKUM CALO MENGAMBIL FEE HANYA DIKETAHUI OLEH SATU PIHAK

Dan dalam fatwa Islam.web no. 45996 di sebutkan:

حكم أخذ السمسرة دون علم البائع أو المشتري

يجوز للسمسار أن يأخذ حقه من طرف واحد أو من طرفين على حسب ما يقع من اتفاق،

ويشترط أن يعلم بها من تأخذ منه فقط وإلا كانت أكلاً لماله بالباطل وهو من الكبائر، قال الله تعالى: {وَلاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُواْ فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ} [البقرة:188].

وإنما قلنا إنه يشترط علم من تؤخذ منه، لأن السمسرة حقيقتها جعالة على القيام بعمل، وهذا يستلزم إيجاباً وقبولاً من المجاعِل والمجاعَل له، وهو غير موجود فيما لو أخذت منه دون علمه.

أما أخذ السمسار عمولة من البائع دون علم المشتري والعكس فلا حرج فيه، ويكون مقدار الأجرة حسب الاتفاق بينهما. والله أعلم.

Hukum seorang mediator mengambil fee tanpa sepengetahuan si penjual atau si pembeli ???

Makelar atau mediator boleh mengambil haknya dari satu pihak atau dari dua pihak, sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati. Dan disyaratkan bahwa orang yang memberikan fee tsb mengetahuinya, jika tidak maka ia telah memakan hartanya secara baathil, yang merupakan salah satu dosa besar.

Allah SWT berfirman:

وَلاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُواْ فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui” (QS. Al Baqarah: 188).

Adapun kenapa kami mengatakan bahwa fee mediator di syaratkan sepengetahuan dari orang yang memberikannya, karena pekerjaan mediator atau percaloan itu pada hakikatnya adalah AKAD JI'ALAH / جِعَالَة untuk melakukan suatu pekerjaan.

Dan ini menuntut adanya ijab dan qobul dari orang yang memberikan pekerjaan dengan imbalan [المُجَاعِل] dan dari orang yang menerima imbalan dengan melakukan pekerjaan [المُجَاعَل لَهُ].

Dan tidak ada imbalan jika diambil darinya tanpa sepengetahuannya.

Adapun makelar mengambil komisi dari penjual tanpa sepengetahuan pembeli dan sebaliknya, maka itu tidak mengapa, dan besarnya nilai fee sesuai kesepakatan di antara mereka.

Wallahu a'lam.



Posting Komentar

0 Komentar