Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

BENARKAH ALLAH SWT TURUN KE LANGIT DUNIA PADA MALAM PERTENGAHAN SYA’BAN?

Di Susun Oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM


بسم الله الرحمن الرحيم


Masalah ini terdapat dalam beberapa hadits, namun para ulama memiliki banyak pendapat terkait dengan keshahihannya. Realitanya, tidak ada hadits yang shahih terkait dengan keutamaan malam pertengahan bulan Sya’ban.

Berikut ini haditsnya:

Dari Abu Musa Al-Asy’ari, dari Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ


"Sungguh Allah akan melihat di malam Nishfu Sya'ban kemudian mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau atau orang yang bermusuhan"

(HR. Ibnu Majah no. 1380, Thabrani no. 2238 & Baihaqi no. 3942).

Lafadz Riwayat Abu Bakar, bahwa Rosullah SAW bersabda:

يَنْزلُ ربُّنا تَبَارَك وَتعَالى ليْلةَ النّصْفِ مِن شَعْبان، فَيَغْفِر لكلِّ نَفْسِ، إلا مُشْرِكٌ بِاللهِ، وَمُشَاحِن


“Allah SWT turun ke bumi pada malam Nishfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik atau orang yang bermusuhan”

Referensi:


(Di riwayatkan oleh Utsman bin Sa'idd Ad-Darimi dalam ((ar-Rodd Jahmiyyah)) (No. 136), Ibn Abi Asim dalam ((as-Sunnah)) (No. 509) dan Al-Marwazi dalam “Musnad Abu Bakar Al-Siddiq” (No. 104), Al-Daraqutni dalam “Al-Nuzul” (No. 75 dan 76), Ibn Khuzayma dalam “Al-Tawheed” (hal. 136 atau No. 200 - Al-Rushd), dan Abu Naim dalam “Akhbar Ashfahaan” (2 / 2), Abu al-Sheikh dalam “Tabaqat al-Muhadditsin” dalam Isfahan (2/102-103), al-Uqaili dalam “Ad-Dhu'aafa al-Kabir” (3/39), dan al-Baghawi dalam “Sharh al-Sunnah” (4) / 127 / No. 993, Al-Bazzar dalam “Al-Bahr Al-Zakhoor” (1/206-207/No.80, atau 2/435/No.2045-“Kashf Al-Ashtar”), dan Al-Bayhaqi dalam “Shu'ab Al -Iman” (7/412/No. 3547) 3548 – Cet. Hindi, atau 3/381 / No. 3828, 3829 - Dar al-Kutub al-Ilmiyya, Ibn Adiy in ((Al-Kamil)) (5/1946), dan Al-Lalaaka'i (( Syarah Ushul I'tiqood Ahlu as-Sunnah)) (3/438 - 439/No. 750). ), dan Ibn al-Jawzi dalam ((Illal Al-Mutanaahia” (2/ 66 - 67), dan Ibn Al-Dubaytsi dalam “Lailah Nisfu min Sya’ban” (No. 1)).

Kata Al-Musyaahin / مُشَاحِن tentang hadits diatas, maksudnya adalah adanya permusuhan antara dia dengan saudaranya.

Dalam kitab Az-Zawaid karya Ibnu Hajar al-Haitsami:
 

إسناده ضعيف ؛ لضعف عبد الله بن لهيعة ، وتدليس الوليد بن مسلم.


Riwayat ini sanadnya lemah karena lemahnya Abdullah bin Lahi’ah dan tadlis-nya Al-Walid bin Muslim.

Dalam hadits terdapat idhtirab (simpang siur) yang dijelaskan oleh Ad-Daruquthni dalam kitab Al-Ilal, 6/50, 51. Dia berkomentar tentang hadits ini, "Hadits ini tidak tetap (tsabit)."

Ibnu Rajab Al-Hanbali berkomentar:

"وفي فضل ليلة نصف شعبان أحاديث متعددة ، وقد اختُلف فيها ، فضعّفها الأكثرون ، وصحّح ابن حبان بعضها "


“Tentang keutamaan malam pertengahan Sya’ban terdapat banyak hadits, akan tetapi banyak perselisihan. Kebanyakan (ulama) melemahkannya, sebagiannya dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban” (Lathaiful Ma’arif, hal. 261)

Turunnya Allah Ta’ala ke langit dunia tidak dikhususkan pada malam pertengahan Sya’ban saja, bahkan dinyatakan dalam dua kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) dan lainnya, bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam di sepertiga akhir malam. Dan malam pertengahan Sya’ban termasuk dalam keumuman ini.

Ketika Abdullah bin Mubarok ditanya tentang turunnya Allah Ta’ala di malam pertengahan Sya’ban, beliau berkata kepada si penanya:

" يا ضعيف ! ليلة النصف !؟ ينـزل في كل ليلة "


"Wahai si dho'if ! Malam pertengahan (Sya'ban)?!. (Yang benar adalah bahwa Allah) turun pada setiap malam."

(Diriwayatkan oleh Utsman As-Shabuni dalam kitab ‘I’tiqad Ahlis Sunnah, no.92)

Al-Uqaili rahimahullah berkata:

وفي النزول في ليلة النصف من شعبان أحاديث فيها لين ، والرواية في النزول كل ليلة أحاديث ثابتة صحيحة ، فليلة النصف من شعبان داخلة فيها إن شاء الله.


"Terkait masalah turunnya Allah pada malam pertengahan Sya’ban ada hadits-hadits yang lemah dalam hal tersebut. Adapun riwayat tentang turunnya Allah setiap malam, maka terdapat dalam hadits yang shahih. Dan malam pertengahan Sya’ban termasuk di dalamnya insya Allah." (Ad-Dhu’afa’, 3/29)

Hadits Abu Musa ini diriwayatkan pula dari hadits Muadz bin Jabal, Aisyah, Abu Hurairah, Abu Tsa’labah dan lainnya dengan adanya sedikit perbedaan lafadz nya. (Akan tetapi) jalur periwayatan hadits ini tidak lepas dari adanya kelemahan, sebagiannya sangat lemah.

Berikut ini derajat hadits dari sahabat-sahabat tsb:

Ke 1: Hadits ini diriwayat kan dari Abu Musa al-Asy'ari.


Ibnu al-Jauzi dalam al-Ilal al-Mutanaahiya 2/561 berkta: " لا يصح / Tidak Shahih "

Ke 2: Hadits ini diriwayat kan dari Abu Hurairah:


Ibnu al-Jauzi dalam al-Ilal al-Mutanaahiya 2/561 berkta: " لا يصح / Tidak Shahih "

Ke 3: Hadits ini diriwayat kan dari Abdullah bin 'Amr:


Al-Mundziri berkata dalam at-Targhib wa at-Tarhiib 3/392: إسناده لين / sanadnya lemah.
Al-Albaani berkata dalam Dhoif at-Targhiib no. 621 dan 1652: Dho'iif.

Ke 4: Hadits ini diriwayat kan dari Abu Bakar ash-Shiddiiq


Al-Bazzaar berkata dalam al-Bahru az-Zakhoor 1/157: Isnadnya dhoif.
Ibnu Adiy dalam Lisaan al-Miizaan 5/269 berkata: Isnadnya Munkar.
Ibnu al-Qoisaraani dalam Dzakhiiroh al-Huffadz 5/2805 berkata: Munkar.

Ibnu al-Jauzi dalam al-Ilal al-Mutanaahiya 2/557 berkta: " لا يصح لا يثبت / Tidak Shahih dan tidak valid "

Syu'aib al-Arna'uth dalam Takhriij Musnad Abu Bakar no. 104 berkata: Isnadnya Dho'if.
 

Ke 5: Hadits ini diriwayat kan dari 'Aisyah RA


Al-Albaani berkata dalam Dhoif at-Targhiib no. 1654 dan Dho'if al-Jaami' no. 1738: Dho'iif.
 

Ke 6: Hadits ini diriwayat kan dari Abu Tsa'labah al-Khusyani:


Ibnu al-Jauzi dalam al-Ilal al-Mutanaahiya 2/560 berkta: " لا يصح / Tidak Shahih "



Posting Komentar

0 Komentar