Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

MEMAHAMI HADITS SHAHIH TENTANG PUASANYA NABI ﷺ DI BULAN SYA'BAN

MEMAHAMI HADITS SHAHIH TENTANG PUASANYA NABI  DI BULAN SYABAN

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

 

بسم الله الرحمن الرحيم

 

HADITS PERTAMA:

Dari “Utsman bin Hakim al-Anshari berkata:

سَأَلْتُ سَعِيدَ بنَ جُبَيْرٍ، عن صَوْمِ رَجَبٍ وَنَحْنُ يَومَئذٍ في رَجَبٍ فَقالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عنْهما يقولُ: كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَصُومُ حتَّى نَقُولَ: لا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حتَّى نَقُولَ: لا يَصُومُ.

Saya bertanya kepada Sa’id Ibnu Jubair terkait puasa Rajab dan kami pada waktu itu berada di bulan Rajab. Said bin Jubair menjawab: Saya mendengar Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Rasulullah  berpuasa hingga kami menduga Beliau  selalu berpuasa, dan Beliau tidak puasa (berturut-turut) sampai kami menduga Beliau tidak berpuasa.”

[HR. Muslim no. 1157].

Hadits ke dua:

Dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata:

كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَصُومُ حتَّى نَقُولَ: لا يُفْطِرُ، ويُفْطِرُ حتَّى نَقُولَ: لا يَصُومُ، فَما رَأَيْتُ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إلَّا رَمَضَانَ، وما رَأَيْتُهُ أكْثَرَ صِيَامًا منه في شَعْبَانَ.

"Rasulullah  sedemikian sering melaksanakan shaum hingga kami mengatakan seolah-olah beliau tidak pernah berbuka (tidak shaum), namun beliau juga sering tidak shaum sehingga kami mengatakan seolah-olah Beliau tidak pernah shaum.

Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah 
 menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan dan aku tidak pernah melihat Beliau paling banyak melaksanakan puasa (sunnat) kecuali di bulan Sya'ban".

[HR. Bukhori no. 1833]

Hadits ke tiga:

Dari Usamah bin Zaid, dia berkata:

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ ؟ قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

"Aku bertanya: "Wahai Rasulullah , aku tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya'ban?"

Beliau 
 menjawab: "Itulah bulan yang manusia lalai darinya; ia bulan yang berada di antara bulan Rajab dan Ramadlan, yaitu bulan yang berbagai amal diangkat kepada Rabb semesta alam, aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa".

(HR. Sunan Nasai no. 2357 dan Ahmad no. 21753) Di Hasankan oleh al-Albaani dalam Shahih an-Nasaa'i no. 2356 dan Shahih al-Jaami'

Al-Mundziri dalam at-Targhiib wa at-Tarhiib 2/130:

[إسناده صحيح أو حسن أو ما قاربهما]

"Isnadnya Shahih atau Hasan atau mendekati keduanya "

Hadits ke 4:

Dari Aisyah radhiyallaahu ‘anha :

كان أحبَّ الشُّهورِ إلى رسولِ اللهِ أن يَصومَه شعبانُ ، ثمَّ يَصِلُه برمضانَ

Bulan yang paling dicintai Rasulullah  untuk berpuasa, yaitu adalah bulan Sya'ban, lalu menyambungnya dengan Ramadhan.

[HR. Abu Dawood (2431), an-Nasa'i (2350), dan Ahmad (25548), dan kata-katanya adalah miliknya. Dishahihkan oleh al-Albaani dalam Shahih al-Jaami' no. 4628]

FIQIH HADITS PERTAMA DAN KEDUA:

Dalam hadits-hadits di atas secara umum mengisyaratkan bahwa Nabi  kadang-kadang dalam sebulan berpuasa banyak sekali, sehingga dia mengira bahwa beliau  akan puasa terus, tidak akan pernah berbuka puasa 

Namun dalam hadits-hadit tersebut tidak ditentukan hari-harinya .

Dan terkadang beliau 
 berhenti puasa pada bulan lainnya dan tidak berpuasa kecuali sedikit saja sampai dikatakan: Dia sama sekali tidak berpuasa pada bulan itu.

Dan terkadang beliau 
 tidak berpuasa dalam satu bulan penuh kecuali bulan Ramadhan ; karena puasa selama Ramadhan itu adalah fardhu.

Perlu diperhatikan terhadapnya bahwa semua itu dalam rangka meniadakan kewajiban puasa pada bulan selain Ramadhan.

Artinya: Bahwa Nabi 
 tidak pernah berpuasa sunnah tathowwu' sebulan penuh, melainkan hanya berpuasa beberapa hari saja dari setiap bulan dalam setahun.

Kadang di bulan tertentu puasanya lebih banyak di banding dengan bulan lainnya .

Beliau 
 tidak menyempurnakan puasa satu bulan penuh selain puasa Ramadhan ; tujuannya agar jangan sampai ada yang mengira bahwa ada puasa wajib selain Ramadhan.

Dan sebagian besar bulan yang beliau puasa di dalamnya adalah bulan Syaban, maka beliau sering berpuasa sebagian besar pada bulan itu .

Berbeda dengan bulan Rajab, maka beliau 
 kadang memperbanyak puasa di dalamnya dan terkadang tidak berpuasa kecuali sedikit saja, dan terkadang tidak puasa sama sekali .

Kenapa Beliau memperbanyak puasa di bulan Sya'ban?

Karena pada Sya'ban itu adalah bulan di mana amal diangkat kepada Allah Azza wa Jalla, dan Beliau 
 menyukai ketika amalnya diangkat saat beliau sedang berpuasa.

Bulan Sya'ban juga merupakan bulan yang kebanyakan orang-orang lalai dan lupa bahwa Posisi bulan Sya'ban itu berada antara Rajab bulan Haram dan Ramadhan bulan puasa Fardhu, seperti yang dijelaskan dalam riwayat An-Nasa'i dan Ahmad .

Faidah-faidah yang bisa diambil dari dua hadits di atas:

Pertama: Bahwa amalan-amalan sunnah mutlak/tathowwu' tidak terikat dengan waktu tertentu, melainkan didasarkan pada saat timbulnya kemauan dan aktivitas di dalamnya.

Kedua: di dalamnya terdapat penjelasan tentang keutamaan bulan Sya'ban, dan dorongan untuk memperbanyak puasa di dalamnya kecuali di hari Syakk.

Ketiga: di dalamnya: disyariatkan agar senantiasa menyempatkan untuk berpuasa sunnah tathowwu' pada tiap-tiap bulan .

FIQIH HADITS KE TIGA DAN KEEMPAT:

Dalam hadits-hadits tsb: menunjukkan secara umum bahwa Bulan Sya'ban termasuk bulan yang disunnahkan untuk berpuasa. Akan tetapi dalam hadits tsb tidak ditentukan hari-harinya.

Dalam ad-Duror as-Saniyyah dikatakan:

أي: يَسْهو النَّاسُ عنه لِإكثارِهِمُ العِبادةَ في هَذَينِ الشَّهرينِ، "وهوَ شَهرٌ تُرفَعُ فيه الأعمالُ"، أي: أَعمالُ بَني آدمَ مِنَ الخيرِ والشَّرِّ والطَّاعةِ والمَعصيةِ، "إلى رَبِّ العالمينَ"؛ فلِذلك يَنبغي أن تكونَ الأعمالُ فيه صالِحةً، "فأُحِبُّ أن يُرفَعَ عَملي وأنا صائمٌ"؛ أي: لِأنَّ مِن أفضلِ الأعمالِ عِندَ اللهِ مِن عِبادِه الصَّومَ، أو أنَّ الأعمالَ الصالحَةَ إذا صاحَبَها الصَّومُ رَفَع مِن قَدرِها، وأثبَتَ خُلوصَها للهِ عزَّ وجلَّ.

قيل: إنَّ المُرادَ بِالأعمالِ الَّتي تُرفَعُ إليه في شَهرِ شَعبانَ هيَ أعمالُ السَّنةِ، وقد جاء في الصَّحيحَيْن مِن حَديثِ أبي موسى الأشعَريِّ رَضِي اللهُ عنه أنَّ اللهَ عزَّ وجلَّ "يُرفَعُ إليه عَملُ اللَّيلِ قبلَ عَملِ النَّهارِ، وعَملُ النَّهارِ قبلَ عَملِ اللَّيلِ"، وأنَّ أعمالَ الأُسبوعِ تُعرَضُ يومَ الإثنَيْن ويومَ الخميسِ، كما في رِوايةِ أبي داودَ والنَّسائيِّ أيضًا،

وقيل: هذا يَحتمِلُ عَرْضَها في السَّنةِ جُملةً، ويَحتمِلُ عَرْضَها في الأيَّامِ أوِ الأُسبوعِ تَفصيلًا أوِ العَكسَ؛ فكأنَّ الأعمالَ تُعرَضُ عرضًا بَعد عَرْضٍ، ولِكلِّ عَرْضٍ حِكمةٌ يُطْلِعُ اللهُ تَعالَى عليها مَن يَشاءُ مِن خَلقِه، أو يَستأثِرُ بِها عندَه مع أنَّه تعالى لا يَخفى عليهِ مِن أعمالِهِم خافيةٌ.

وفي الحَديثِ: أنَّ شَهرَ شَعبانَ مِنَ الأَشهُرِ المُرغَّبِ فيها بالصَّومِ.

Makna sabda beliau :

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ

"Itulah bulan yang manusia lalai darinya; ia bulan yang berada di antara bulan Rajab dan Ramadlan"

Yakni
 : orang-orang melalaikannya untuk memperbanyak ibadah di dua bulan ini [Rajab dan Ramadlan] .

Dan sabda beliau :

"وهوَ شَهرٌ تُرفَعُ فيه الأعمالُ"

"Dan itu adalah bulan di mana amal-amal diangkat ke langit "

Yakni: amal perbuatan anak cucu Adam dari amalan yang baik dan yang buruk, ketaatan dan kemaksiatan diangkat kepada Rabb/Tuhan semesta alam .

Itulah sebabnya amalan-amalan di dalam dua bulan tsb harus baik, Nabi 
 bersabda:

فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Aku suka amalanku diangkat pada saat aku berpuasa.”

Yakni
 : karena salah satu amalan yang paling afdhol di sisi Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah puasa, atau jika amal shaleh itu disertai dengan puasa, maka derajatnya dinaikkan sesuai dengan kadarnya, dan menetapkan keikhlasannya karena Allah SWT.

Ada yang mengatakan: Yang dimaksud dengan amalan-amalan yang diangkat kepada-Nya di bulan Sya'ban adalah amalan-amalan selama setahun
.

Dan itu ada dalam dua kitab hadits shahih [Bukhori dan Muslim] dari hadits Abu Musa Al-Asy'ari ra. Allah meridhoinya, bahwa Rasulullah  bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَنَامُ وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ حِجَابُهُ النُّورُ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي بَكْرٍ النَّارُ لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِ .

“ Allah tidak tidur, dan tidak pantas bagi-Nya tidur. Dia menurunkan timbangan dan mengangkatnya.

Amal yang dikerjakan pada siang hari diangkat kepada-Nya sebelum amalan yang dikerjakan pada malam hari, dan amal yang dikerjakan pada malam hari sebelum amalan yang dikerjakan di siang hari.

Hijab-Nya adalah cahaya .

Dalam Riwayat Abu Bakar: [Hijabnya] adalah Api, seandainya Dia menyingkapnya, maka keagungan wajah-Nya akan membakar makhluknya sepanjang pandangan-Nya. [HR. Muslim 179, 296 dan 5083]

Dan dari Usamah bin Zaid
 radhiyallahu ‘anhu , dia berkata :

 رأيتُ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ يصومُ يومَ الاثنينِ والخميسِ فسألتُهُ فقالَ: إنَّ الأعمالَ تُعرَضُ يومَ الاثنينِ والخميسِ، فأحبُّ أن يُرفَعَ عملي وأَنا صائمٌ

Aku melihat Rosulullah  terbiasa puasa Senin dan Kamis.

Lalu aku bertanya alasannya, beliau bersabda: “Sesungguhnya amal para hamba diperlihatkan (kepada Allah) setiap senin dan kamis. Maka aku menyukai ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa ”

[HR. Abu Dawud (2436), an-Nasa'i (2358), Ahmad (21801) dengan perbedaan tipis dan dalam hadits yang panjang. Di Shahihkan oleh al-Haafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 4/278 dan oleh al-Albaani dalam Shahih Abu Daud no. 2436]

Dan ada yang mengatakan: Ini mungkin dilaporkan dalam satu tahun secara total, dan ada kemungkinan bahwa itu akan dilaporkan dalam setiap hari atau seminggu secara rinci, atau sebaliknya.

Seolah-olah amalan-amalan tsb dilaporkan, laporan demi laporan, dan untuk bagi setiap laporan ada hikmah yang Allah Yang Maha Tinggi perlihatkan kepada siapa pun yang Dia kehendaki dari makhluk-Nya . Atau dia menyimpannya di sisi-Nya, meskipun Dia Yang Maha Tinggi, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya amal-amal mereka yang tersembunyi.

Dan dalam hadits: Bulan Sya'ban termasuk bulan yang disunnahkan untuk berpuasa.

Posting Komentar

0 Komentar