Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

HUKUM IMAM MENGHADAP PARA MAKMUM SETELAH SALAM

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

*****

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

HUKUM IMAM MENGHADAP PARA MAKMUM SETELAH SALAM

PERTANYAAN :

Apakah disyariatkan bagi seorang imam untuk menghadap kepada para makmum setelah selesai shalat, di mana sebelumnya dia membelakangi mereka saat dia menjadi imam?

JAWABNYA :

Di sunnahkan bagi seorang Imam menghadap ke arah para makmum sesudah salam, bukan di wajibkan.

Dalam hadits Samuroh bin Jundub –radhiyallahu’anhu - dijelaskan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى صَلاَةً أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ

"Nabi biasa sesudah mengimani sholat beliau menghadap ke arah jama’ah".(HR. Bukhori no. 845)

Dalam hadis sahabat Barro’ bin Azib –radhiyallahu’anhu– juga dijelaskan,

كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا خَلْفَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَحْبَبْنَا أَنْ نَكُونَ عَنْ يَمِينِهِ ، يُقْبِلُ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ

Dahulu jika kami sholat di belakang Rasulullah , kami senang jika berada di shaff sisi kanan beliau. Supaya beliau menghadapkan wajahnya kepada kami. (HR. Muslim no. 709)

Abul Hasan Abdullah al-Mubarakfuuri dalam "مرعاة المفاتيح" 3/303 berkata:

وَقَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ: "كَانَ مِنْ عَادَتِهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّهُ إِذَا سَلَّمَ تَحَوَّلَ عَنِ الْقِبْلَةِ، وَانْحَرَفَ يَمِينًا أَوْ شَمَالًا، وَلَمْ يَمْكُثْ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ، فَإِنْ كَانَ هُنَاكَ حَاجَةٌ وَضُرُورَةٌ إِلَى خِطَابِ النَّاسِ جَلَسَ مُسْتَقْبِلًا لِجَمِيعِ الْمُؤْتَمِنِينَ، وَخَاطَبَهُمْ وَكَلَّمَهُمْ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ شَيْءٌ يَتَعَلَّقُ بِخِطَابِ الْقَوْمِ، فَتَارَةً جَلَسَ مُنْحَرِفًا يَمِينًا، بِأَنْ يَجْعَلَ يَمِينَهُ إِلَى الْقَوْمِ وَيَسَارَهُ إِلَى الْقِبْلَةِ، وَتَارَةً جَلَسَ مُنْحَرِفًا يَسَرَهُ بِأَنْ جَعَلَ يَسَارَهُ إِلَى الْقَوْمِ وَيَمِينَهُ إِلَى الْقِبْلَةِ، وَتَارَةً لَا يَجْلِسُ، بَلْ يَذْهَبُ إِلَى جِهَةِ حَاجَتِهِ سَوَاءٌ كَانَتْ عَنْ يَمِينِهِ أَوْ عَنْ شِمَالِهِ".

Sebagian para ahli ilmu berkata: “Sudah menjadi kebiasaan beliau  ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau akan berpaling dari arah kiblat, dan merubah arah ke kanan atau ke kiri.

Beliau tidak tetap menghadap ke arah kiblat.

Dan jika pada saat itu ada keperluan dan hal yang sangat penting untuk disampaikan kepada orang-orang atau dibicarakan dengan mereka, maka beliau  duduk menghadap kepada semua orang makmum, lalu beliau menyampaikan pembicaraannya kepada mereka dan berdialog dengan mereka.

Dan jika tidak ada sesuatu yang perlu disampaikan atau di bicarakan dengan para makmum, maka beliau duduk miring dengan menempatkan posisi kanannya ke arah para makmum, sementara posisi kirinya ke arah kiblat. Dan kadang sebaliknya, beliau duduk miring dengan menempatkan posisi kirinya ke arah para makmum, sementara posisi kanannya ke arah kiblat.

Dan terkadang tidak duduk sama sekali, melainkam beliau langsung pergi ke arah yang beliau inginkan, sesuai dengan keperluannya, kadang ke arah kanan dan terkadang ke arah kiri ".  

====

SEBAGIAN ULAMA MENGANGGAP MAKRUH
JIKA TIDAK MENGHADAP MAKMUM

Ada sebagian para ulama menganggap makruh jika ada seorang Imam yang tetap pada posisinya tidak menghadapkan wajahnya ke arah para makmum, sesudah salam dalam sholat.

Kholiil bin Ishaq al-Maaliki (w. 776 H) berkata dalam Mukhtashar nya:

وَكُرِهَ تَنَفُّلُ الإِمَامِ بِمَحْرَابِ الْمَسْجِدِ وَكَذَا جُلُوسُهُ فِيهِ بَعْدَ سَلَامِهِ عَلَى هَيْئَتِهِ الأُولَى.

Di makruhkan bagi seorang imam melakukan sholat sunah (rawatib ba’diah) di mihrab Masjid, dan demikian pula duduk setelah salam sebagaimana posisinya yang pertama sebagai imam.(Syarah Mukhtasor Al- Kholil karya Al-Khiroqi 4/428)

KENAPA DI MAKRUHKAN?:

Kholiil bin Ishaq al-Maaliki (w. 776 H) berkata:

إِمَّا خَوْفُ الإِلْبَاسِ عَلَى الدَّاخِلِ فَيَظُنُّهُ فِي الْفَرْضِ فَيَقْتَدِي بِهِ. أَوْ خَوْفُ الرِّيَاءِ أَوْ أَنَّهُ لَا يَسْتَحِقُّ ذَلِكَ الْمَكَانَ إلَّا فِي وَقْتِ الْإِمَامَةِ وَيَخْرُجُ مِنَ الْكَرَاهَةِ بِتَغْيِيرِ هَيْئَتِهِ.

Di makruhkannya itu entah karena dikhawatirkan jika ada orang yang baru masuk masjid mengira bahwa imam sedang bertsayahhud lalu dia segera bermakmum padanya karena dikira shalat belum selesai.

Atau karena khawatir rasa riya dalam dirinya.

Atau karena setelah imam salam,; maka posisi dia tidak layak lagi dalam keadaan membelakangi para makmum kecuali pada saat mengimami shalat. Dan kemakruhannya menjadi hilang ketika dia telah merubah posisinya. (Lihat: Syarah Mukhtasor Al- Kholil karya Al-Khiroqi 4/428)

Kesimpulan alasan agar imam segera menghadap para makmum setelah salam 

adalah SBB:

Pertama:

Agar makmum yang ketinggalan (masbuk) tidak salahpaham bahwa sholat sudah selesai.

Jika tidak mengubah posisi imam, bisa-bisa makmum yang tertinggal begitu masuk sholat langsung duduk tasyahud. Padahal imam sedang dzikir.

Kedua:

Status ke-imamannya sudah gugur setelah dia mengucapkan salam. Sehingga tidak berhak lagi berada dalam posisi imam.

Ketiga:

Menjaga imam dari penyakit riya’.

Karena posisi imam adalah posisi yang rawan mendatangkan perasaan sombong dan ingin dimuliakan. Sehingga mengubah posisi dengan menghadapkan wajah ke arah makmum, dapat mencegah dari perasaan ini.

(Lihat: شرح مختصر الخليل 4/428 فتح الباري 3/89)

====

KAPAN WAKTU IMAM MENGHADAP MAKMUM?

Jawabnya adalah : Sesaat setelah salam dan setelah membaca dzikir usai sholat berikut ini:

Pertama: istighfar 3x. 

Kedua: mengucapkan:

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ ، وَمِنْكَ السَّلَامُ ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Allahumma antas salaam, wa minkas salam, tabaarokta ya dzal jalaali wal ikroom

Artinya: “Ya Allah, Engkau Mahasejahtera, dan dari-Mu kesejahteraan. Mahaberkah Engkau, wahai Rabb pemilik keagungan dan kemuliaan.” (Sahih; H.R. Muslim, no. 591)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

" كان صلى الله عليه وسلم إذا سلم استغفر ثلاثاً، وقال: اللهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، ومنكَ السلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ ، ولم يمكث مستقبِلَ القِبلة إلا مقدارَ ما يقولُ ذلك ، بل يُسرع الانتقالَ إلى المأمومين ، وكان ينفتِل عن يمينه وعن يساره".

Nabi  biasa jika usai salam, beliau beristighfar 3x, kemudian membaca:

Allahumma antas salaam, wa minkas salam, tabaarokta ya dzal jalaali wal ikroom.

Artinya: “Ya Allah, Engkau Mahasejahtera, dan dari-Mu kesejahteraan. Mahaberkah Engkau, wahai Rabb pemilik keagungan dan kemuliaan.” (HR. Muslim no. 591)

Beliau  tidak tetap berada pada posisi duduk menghadap kiblat (setelah salam, PEN) kecuali selama beliau  membaca dzikir di atas. Bahkan beliau  selalu segera berpindah ke barisan makmum. Beliau terkadang menghadap makmum dengan memutar ke sisi kanan atau terkadang ke sisi kiri. (Baca: Zaadul Ma’ad 1/295)

Al-Hafiz bin Hajar radhiyallahu 'anhu berkata:

" قِيلَ الْحِكْمَةُ فِي اسْتِقْبَالِ الْمَأْمُومِينَ أَنْ يُعَلِّمَهُمْ مَا يَحْتَاجُونَ إِلَيْهِ، وَقِيلَ الْحِكْمَةُ فِيهِ تَعْرِيفُ الدَّاخِلِ بِأَنَّ الصَّلَاةَ انْقَضَتْ إِذْ لَوِ اسْتَمَرَّ الْإِمَامُ عَلَى حَالِهِ لَأَوْهَمَ أَنَّهُ فِي التَّشَهُّدِ مَثَلًا.

وَقَالَ الزَّيْنُ بْنُ الْمُنِيرِ: اسْتِدْبَارُ الْإِمَامِ الْمَأْمُومِينَ إِنَّمَا هُوَ لِحَقِّ الْإِمَامَةِ فَإِذَا انْقَضَتِ الصَّلَاةُ زَالَ السَّبَبُ ، فَاسْتِقْبَالُهُمْ حِينَئِذٍ يَرْفَعُ الْخُيَلَاءَ وَالتَّرَفُّعَ على الْمَأْمُومين ".

Dikatakan bahwa hikmah di balik menghadap kepada par makmum adalah untuk mengajari mereka

Dan ada yang mengatakan " bahwa hikmah di dalamnya adalah agar orang yang baru masuk mengetahu bahwa shalat telah berakhir, karena jika imam terus seperti itu, maka seseorang yang baru masuk mengira bahwa imam masih sedang ber tasyahhud misalnya.

Al-Zein bin Al-Munir berkata: Posisi imam membelakangi Makmum, itu adalah hak yang khusus hanya untuk imam, dengan demikian jika shalat berakhir, maka dia sudah bukan Imam lagi.

Ketika posisi makmum menghadap para makmum, pada saat itu dia telah menghilangkan rasa sombong dan memuliakan tehadap para makmum.” [Akhiri kutipan dari Fath al-Bari (2/334).]

Karena hikmah menghadapa kepada para makmum itu adalah untuk mengajari mereka apa yang mereka butuhkan, atau memberi tahu orang yang baru masuk bahwa shalat telah selesai; maka posisi menghadap para makmum pun berakhir pula bersamaan dengan berakhirnya hikmah tsb darinya.

Maka pada saat itu, disyariatkan bagi imam untuk melakukan apa saja yang diinginkannya, seperti menghadap kiblat dan berdzikir kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya, atau berpindah dari tempat shalatnya atau dari tempat imam shalat ke tempat lain di dalam masjid, dan ini adalah lebih baik baginya, atau keluar meninggalkan masjid secara total, jika dia mau.

IBNU UTSAIMIIN:

Syekh Ibnu Utsaimin - semoga Allah merahmatinya – pernah ditanya:

هَلْ الْأُوْلَى لِلإِمَامِ أَنْ يَنْصَرِفَ بَعْدَ الصَّلَاةِ مُبَاشَرَةً أَوْ يَنْتَظِرَ قَلِيلًا؟

Apakah imam lebih baik segera beranjak pergi setelah shalat atau menunggu sebentar?

Maka beliau menjawab:

"الْأُوْلَى لِلْإِمَامِ أَنْ يَبْقَى مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ بِقَدْرِ مَا يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ ثَلَاثًا، وَيَقُولُ: اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، ثُمَّ يَنْصَرِفُ إِلَى جِهَةِ الْمَأْمُومِينَ.

أَمَّا بَقَاؤُهُ فِي مَكَانِهِ: فَإِنْ كَانَ يَلْزَمُ مِنْ قِيَامِهِ تَخْطِي رُقُبَاءِ الْمَأْمُومِينَ، فَالْأُوْلَى أَنْ يَبْقَى حَتَّى يَجِدَ مُتَسَعًا، وَإِلَّا فَلَهُ الِانْصِرَافُ."

Artinya : Lebih baik imam tetap di tempat dengan posisi menghadap kiblat seukuran waktu dia beristighfaar [memohon ampun] kepada Allah tiga kali, dan brkata:

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ ، وَمِنْكَ السَّلَامُ ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Allahumma antas salaam, wa minkas salam, tabaarokta ya dzal jalaali wal ikroom

Artinya: “Ya Allah, Engkau Mahasejahtera, dan dari-Mu kesejahteraan. Mahaberkah Engkau, wahai Rabb pemilik keagungan dan kemuliaan.” (HR. Muslim. no. 591)

Kemudian dia beranjak pergi keluar ke arah para makmum.

Adapun keberadaan imam tetap di tempatnya: maka jikalau dia beranjak perginya itu akan menyebabkan dirinya melangkahi leher dan pundak para makmum, maka lebih baik bagi dirinya untuk tetap tinggal sampai ia menemukan ruang untuk lewat. Jika tidak; maka ia boleh pergi".

[Baca: " مجموع فتاوى ابن عثيمين " 12/239 ].

     


    Posting Komentar

    0 Komentar