Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
بسم الله الرحمن الرحيم
Hukum mengangkat tangan ketika berdoa ada tiga pendapat:
PENDAPAT PERTAMA
Bahwa mengangkat tangan dalam berdoa hanya disyariatkan saat doa istisqoo [minta hujan].
Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 11/142 mengutip perkataan Imam Malik dalam al-Mudawwanah:
وَقَالَ فِي الْمُدَوَّنَةِ وَيَخْتَصُّ الرَّفْعُ بِالِاسْتِسْقَاءِ وَيَجْعَلُ بُطُونَهُمَا إِلَى الْأَرْضِ
Dan dalam kitab al-Mudawwanah [Imam Malik] berkata: Mengangkat tangan itu khusus dalam doa istisqoo [minta hujan], dan menjadikan bagian dalam kedua telapak tangan nya ke arah bumi”.
DALIL-NYA:
Dari Anas – radhiyallahu 'anhu -:
أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ إِلاَّ فِي اْلاِسْتِسْقَاءِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيْهِ
Bahwa Nabi saw tidak pernah mengangkat kedua tangannya sedikitpun ketika berdo’a, kecuali dalam istisqa’ (mohon air hujan) hingga terlihat putihnya kedua ketiaknya.”
(HR. Bukhori no. 1031, Muslim no. 895 dan Ibnu Hiban no. 2863)
PENDAPAT KE DUA:
Di makruhkan mengangkat kedua tangan saat berdoa secara mutlak, baik doa istisqoo maupun lainnya. [Lihat Tafsiir al-Qurthubi 7/255]
Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 11/142 berkata:
وَكَرِهَ رَفْعَ الْيَدَيْنِ فِي الدُّعَاء ابن عُمَرَ وَجُبَيْرُ بْنُ مُطْعِمٍ وَرَأَى شُرَيْحٌ رَجُلًا يَرْفَعُ يَدَيْهِ دَاعِيًا فَقَالَ: “مَنْ تَتَنَاوَلُ بِهِمَا لَا أُمَّ لَكَ". وَسَاقَ الطَّبَرِيُّ ذَلِكَ بِأَسَانِيدِهِ عَنْهُم
Ibnu Umar dan Jabir ibnu Muth'iim membenci seseorang mengangkat kedua tangan saat berdoa.
Dan Syuraih pernah melihat seseorang pria mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, maka dia berkata:
“Siapa saja dari kamu yang mengangkat kedua tangannya dalam berdoa maka tiada Ibu bagimu”.
Dan ath-Thobari meriwayatkannya dengan sanad-sanadnya dari mereka.
Lalu al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
وَذكر بن التِّينِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ غَانِمٍ أَنَّهُ نَقَلَ عَنْ مَالِكٍ أَنَّ رَفْعَ الْيَدَيْنِ فِي الدُّعَاءِ لَيْسَ مِنْ أَمْرِ الْفُقَهَاءِ
Dan Ibnu at-Tiin menyebutkan dari Abdullah bin Umar bin Ghoonim bahwasanya telah dinukil dari Malik bahwa mengangkat tangan dalam berdoa itu bukan bagian dari perkara para Fuqohaa.
DALILNYA:
Dari [Hushain] dari [Umarah bin Ru`aibah]:
قَدْ رَأَى بِشْرَ بْنَ مَرْوَانَ عَلَى الْمِنْبَرِ رَافِعًا يَدَيْهِ فَقَالَ قَبَّحَ اللَّهُ هَاتَيْنِ الْيَدَيْنِ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا يَزِيدُ عَلَى أَنْ يَقُولَ بِيَدِهِ هَكَذَا . وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الْمُسَبِّحَةِ
Bahwa suatu ketika ia melihat Bisyra bin Marwan mengangkat kedua tangannya di atas mimbar, maka ia pun berkata;
“Semoga Allah menjelekkan kedua tangan ini. Sungguh, saya telah melihat Rasulullah SAW, tidak lebih dari isyarat dengan tangannya seperti ini".
Lalu dia pun menunjuk dengan jari telunjuknya. [HR. Muslim no. 874, 1443. 2053].
PENDAPAT KETIGA:
Mengangkat tangan dalam berdoa itu di syariatkan kapan saja kecuali dalam kondisi-kondisi ibadah tertentu dimana Rosulullah SAW tidak mengangkat kedua tangannya saat berdoa, seperti ketika sedang dalam shalat selain doa qunut; karena dalam sholat itu gerak seseorang dibatasi.
Karena pada prinsip dasarnya orang yang berdoa itu senantiasa dibarengi dengan mengangkat kedua tangannya.
Mengangkat kedua tangan seseorang dalam berdoa itu adalah sebagai ekspresi bahasa tubuh yang menunjukkan akan kerendahan diri-nya dihadapan Allah SWT, sebagai langkah agar dikabulkan doanya oleh-Nya, sebagai bentuk penghinanan dirinya di hadapan Allah, sebagai ekspresi akan ketidak berdayaan dirinya dan rasa ketergantungannya kepada Allah.
Jika seorang pengemis terhadap sesama manusia saja mengangkat tangannya saat minta-minta, apalagi jika seseorang itu memohon dan mengemis kepada Allah SWT.
PERNYATAAN SEBAGIAN PARA ULAMA TENTANG MENNGANGKAT TANGAN SAAT BERDOA:
IMAM AN-NAWAWI:
Imam an-Nawawi rohimahullah ulama mazhab Syafi’i berkata di dalam kitab Al-Majmu’ syarah al-Muhadzab:
وَمِنْ آدَابِ الدُّعَاءِ كَوْنُهُ فِي الْأَوْقَاتِ وَالْأَمَاكِنِ وَالْأَحْوَالِ الشَّرِيْفَةِ وَاسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ وَرَفْعُ يَدَيْهِ وَمَسْحُ وَجْهِهِ بَعْدَ فَرَاغِهِ وَخَفْضُ الصَّوْتِ بَيْنَ الْجَهْرِ وَالْمُخَافَتَةِ
Di antara beberapa adab dalam berdoa adalah, adanya do’a dalam waktu-waktu, tempat-tempat dan keadaan-keadaan yang mulia, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, mengusap wajah setelah selesai berdo’a, memelankan suara antara keras dan samar-samar.
(Al-Majmu’ syarah al-Muhadzab 4/487).
An-Nawawi rahimahullah mengatakan:
“Pasal tentang anjuran mengangkat kedua tangan dalam doa di luar shalat".
Kemudian beliau rahimahullah menyebutkan sejumlah hadits-hadits yang menunjukkan dibolehkannya mengangkat kedua tangan dalam berdoa di luar shalat. Kemudian beliau mengatakan:
“Dalam masalah ini, banyak hadits selain dari apa yang telah aku sebutkan. Apa yang telah aku sebutkan sudah cukup. Hendaknya diketahui, orang yang mengira bahwa mengangkat (tangan) hanya terbatas di tempat yang ada dalam hadits, termasuk kesalahan yang fatal.” [al-Majmu' Syarh Al-Muhadzab, 3/498]
ASY-SYARIIF SHIDDIIQ HASAN AL-QONUUJI
Al-'Allaamah asy-Syariif Shiddiiq Hasan Al-Qanouji Al-Bukhari Al-Hindi berkata dalam Risalahnya: "الفاكهة العريضة في جواز رفع اليدين عند الدعاء بعد الفريضة" [Dicetak bersama kitabnya " دليل الطالب على أرجح المطالب " hal. 525-526]:
رفع اليدين في الدعاء ثابت بكل من قول النبي صلى الله عليه وسلم وفعله مطلقاً، لا مقيداً بالفريضة لا نفياً ولا إثباتاً، فعموم الأدلة ومطلقاتها تشمل الفريضة حتى يقوم دليل على تخصيصها.اهـ
Mengangkat kedua tangan dalam doa itu telah ada ketetapan dari ucapan Nabi SAW dan perbuatan-nya secara mutlak, tidak dibatasi dengan setelah shalat Fardhu, baik peniadaan maupun penetapan. Dengan adanya keumuman dalil dan kemutlakannya itu berarti mencakup pula anjuran berdoa setelah shalat Fardhu sampai ada dalil khusus yang melarangnya”.
Dan Al-Qanouji dalam نزل الأبرار بالعلم بالمأثور من الأدعية والأذكار hal. 73 berkata:
والحاصل أن رفع اليدين في الدعاء، أيّ دعاء كان، وفي أي وقت كان، بعد الصلوات الخمس أو غيرها، أدب من أحسن الآداب،
دلَّت عليه الأحاديث عموماً وخصوصاً، ولا يضر ثبوت هذا الأدب عدم رواية الرفع في الدعاء بعد الصلاة، لأنه كان معلوماً لجميعهم، فلم يعتنوا بذكره في هذا الحين.اهـ
Intinya adalah bahwa mengangkat kedua tangan dalam berdoa, doa apa pun, dan kapan saja, baik setelah shalat lima waktu maupun lainnya, adalah salah satu adab dari adab-adab bedoa yang terbaik.
Hal ini berdasarkan hadits-hadits yang menunjukkan secara umum dan yang secara khusus, dan tidak masalah jika adab berdoa dengan mengangkat tangan setelah shalat ini tidak ada riwayat yang shahih; karena hal itu telah menjadi maklum dan diketahui oleh mereka semua; oleh karena itu mereka tidak repot-repot memperhatiakan riwayat haditsnya dalam hal tsb sejak dulu hingga sekarang”.
Dalam kitab: البيان والتحصيل والشرح والتوجيه والتعليل لمسائل المستخرجة 17/132 karya Abu al-Wallid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd al-Qurthubi al-Maliki di sebutkan:
في رفع اليدين في الدعاء قال مالك: "رأَيت عامر بن عبد الله بن الزبير يرفع يديه وهو جالس بعد الصلاة يدعو". فقيل له: "أَترى بذلك بأساً؟ قال: لا أرى بذلك بأساً”.
قال الإمام القاضي: إجازة مالك في هذه الرواية لرفع اليدين في الدعاء عند خاتمة الصلاة نحو قوله في “المدونة”، لأنه أَجاز فيها رفع اليدين في الدعاء، في مواضع الدعاء، كالاستسقاء، وعرفة، والمشعر الحرام، لأن خاتمة الصلاة موضع للدعاء.
Tentang mengangkat kedua tangan saat berdoa, Imam Malik berkata:
“Saya melihat Aamir bin Abdullah bin Al-Zubair mengangkat tangannya ketika dia sedang duduk sambil bedo'a setelah shalat.”
Lalu ditanyakan padanya: “Apakah Anda melihat ada yang salah dengan itu? Dia menjawab: Saya tidak melihat ada yang salah dengan itu”.
Al-Imam Al-Qoodhi berkata:
Dalam riwayat ini Imam Malik membolehkan untuk mengangkat kedua tangan dalam berdoa setelah shalat, serupa dengan apa yang dia katakan dalam "Al-Mudawwanah" karena ia membolehkankan mengangkat kedua tangan dalam berdoa pada tempat-tempat doa, seperti saat beristisqo, di Arafah, dan Al-Masy'aril-Haram, karena setelah sholat adalah tempat tempat berdoa".
FATWA SYEIKH ROBII' AL-MADKHOLI
Syeikh Robii' bin Haadi 'Umair Al-Madkholi – semoga Allah SWT merahmatinya -.
Beliau pernah ditanya, seperti yang disebutkan dalam “مجموع كتبه ورسائله وفتاويه” (15/486) pertanyaan berikut ini:
هل من يرفع يديه بعد الصلاة يحكم عليه بالبدعة؟.
Apakah orang yang mengangkat kedua tangannya setelah shalat dihukumi bid'ah?
Maka Syeikh menjawab:
لا نستطيع أن نعد ذلك من البدع، رفع اليدين بعد الفراغ من الصلاة المكتوبة بالدعاء لا نستطيع أن نحكم على صاحبه بالبدعة، لأنه عنده عمومات، بل عنده بعض الأحاديث، والغالب في الدعاء رفع اليدين، رفع اليدين بالدعاء ثابت بالتواتر عن النبي صلى الله عليه وسلم.
Kami tidak dapat menganggap itu sebagai bid'ah. Mengangkat tangan setelah selesai shalat Fardhu dengan berdo'a, kami tidak dapat menilai pelakunya sebagai bid'ah.
Karena ia [yakni: mengangkat tangan saat berdoa setelah shalat] memiliki keumuman [dalil yang mensyariatkannya], bahkan baginya terdapat beberapa hadits.
Dan pada umumnya berdoa itu dibarengi dengan mengangkat kedua tangan.
Mengangkat kedua tangan dalam doa itu telah ada ketetapan hadits-hadits shahih mutawatir dari Nabi SAW.
SYEIKH BIN BAAZ
Syekh Ibnu Baz rahimahulah ditanya:
“Apakah ketika berdoa di kuburan dengan mengangkat kedua tangan?”
Maka beliau rahimahullah menjawab:
“Kalau mengangkat kedua tangan tidak mengapa. Berdasarkan ketetapan yang ada dari Nabi SAWdari hadits Aisyah radhiallahu’anha:
أنَّه صلى الله عليه وسلم زَارَ القُبُورَ ورَفَعَ يَدَيْه ودَعَا لأهلِهَا (رواه مسلم)
“Sesungguhnya beliau SAW menziarahi kubur dan mengangkat kedua tangannya kemudian berdoa untuk ahli (kubur).” [HR. Muslim].
[Majmu Fatawa Bin Baaz, 13/337]
SYEIKH IBNU UTSAIMIIN
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullh berkata:
“Adapun berdoa bagi (mayat) setelah pemakaman, telah ada ketetapan dari Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud:
Bahwa beliau SAW dahulu ketika selesai memakamkan mayat, berdiri dan mengatakan,
“Mintakan ampun untuk saudara anda dan mohonkan baginya keteguhan, karena dia sekarang sedang ditanya.”
Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya ketika memohonkan ampunan, hal itu tidak mengapa.
Dan yang tidak mengangkat kedua tangan dan berdoa: “Ya Allah ampunilah dia, Ya Allah ampunilah dia, Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah tetapkanlah dia, Ya Allah tetapkanlah dia, Ya Allah teguhkan dia.” Lalu dia pulang (maka itu juga tidak mengapa).” [Liqa Al-bab Al-maftuh, pertemuan no. 82]
IMAM ZAINUDDIN AL-MALIBARI
Imam Zainuddin Al-Malibari rohimahullah berkata di dalam kitab Fathul Mu’in:
ورفع يديه الطاهرتين حذو منكبيه ومسح الوجه بهما بعده
Dan beliau SAW di waktu berdo’a mengangkat kedua tangannya yang suci setinggi kedua bahu, dan mengusap muka dengan kedua tangannya setelah berdo’a. (Fathul Mu’in 1/128).
AL-IMAM AL-BUKHORI DALAM KITAB SHAHIH-NYA
Al-Imam Al-Bukhari telah menuliskan satu BAB untuk masalah ini yang diberi judul:
بَابُ رَفْعِ الأَيْدِي فِي الدُّعَاءِ
"Bab: tentang Mengangkat Tangan dalam Doa"
Lalu dia menyebutkan dalam judul BAB ini dua hadits berikut ini dan hadits lainnya.
Hadits pertama: Imam Bukhori menyebutkan Hadits Abu Musa al-'Asy'ari:
لَمَّا فَرَغَ النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، مِن حُنَيْنٍ.....
قالَ أَبُو مُوسَى: وَبَعَثَنِي مع أَبِي عَامِرٍ، قالَ: فَرُمِيَ أَبُو عَامِرٍ في رُكْبَتِهِ، رَمَاهُ رَجُلٌ مِن بَنِي جُشَمٍ بسَهْمٍ
وَمَكَثَ يَسِيرًا ثُمَّ إنَّه مَاتَ، فَلَمَّا رَجَعْتُ إلى النبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ دَخَلْتُ عليه
فأخْبَرْتُهُ بخَبَرِنَا وَخَبَرِ أَبِي عَامِرٍ، وَقُلتُ له: قالَ: قُلْ له: يَسْتَغْفِرْ لِي
فَدَعَا رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ بمَاءٍ، فَتَوَضَّأَ منه، ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ، ثُمَّ قالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعُبَيْدٍ أَبِي عَامِرٍ حتَّى رَأَيْتُ بَيَاضَ إبْطَيْهِ، ثُمَّ قالَ: اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ يَومَ القِيَامَةِ فَوْقَ كَثِيرٍ مِن خَلْقِكَ، أَوْ مِنَ النَّاسِ فَقُلتُ: وَلِي، يا رَسولَ اللهِ، فَاسْتَغْفِرْ، فَقالَ النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِ اللهِ بنِ قَيْسٍ ذَنْبَهُ، وَأَدْخِلْهُ يَومَ القِيَامَةِ مُدْخَلًا كَرِيمًا.
Ketika Nabi SAW selesai perang Hunein…
Abu Musa berkata: “Beliau SAW menugsakanku bersama Abu Amir". Kemudian Abu Musa berkata: Lalu Abu Amir terkena lemparan panah di lututnya dari seorang pria dari Bani Jahm.
Dia hanya bertahan sebentar dan kemudian meningga. Maka ketika aku kembali ke Nabi SAW, akupun langsung menghadap kepada beliau SAW.
Lalu aku mengabarkan kepada Nabi SAW tentang kabar kami dan kabar Abu Amir. Dan aku sampaikan kepada beliau SAW bahwa Abu Amir sebelum meninggal, dia berpesan:
“Sampaikan kepada beliau SAW agar beliau memohonkan ampunan kepada Allah untuk diriku.”
Maka Rasulullah SAW meminta air wudhu’, lalu beliau berwudhu’, kemudian MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA sambil mengucapkan doa:
“Ya Allah, ampunilah Ubaid Abu Amir! Aku (Abu Musa)", hingga aku melihat putih kedua ketiak Rasulullah ketika mengangkat tangannya [dalam berdoa].
Selanjutnya beliau berdoa lagi:
‘Ya Allah, tempatkanlah Abu Amir, pada hari kiamat kelak, di atas kebanyakan makhluk-Mu (di Surga)!”
Lalu Aku (Abu Musa) berkata kepada Rasulullah SAW: ‘Ya Rasulullah, mohonkanlah ampunan untuk aku juga!
Lalu Rasulullah SAW berdoa: ‘Ya Allah, ampunilah dosa Abdullah bin Qais (nama asli Abu Musa) dan masukkanlah ia ke tempat yang mulia pada hari kiamat ! (Yaitu di Surga).
[HR. Bukhori no. 4323 dan Muslim no. 2498].
Hadits kedua: Imam Bukhori menyebutkan hadits Salim dari Ayahnya berkata:
بَعَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ إِلَى بَنِي جَذِيمَةَ فَدَعَاهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ فَلَمْ يُحْسِنُوا أَنْ يَقُولُوا أَسْلَمْنَا فَجَعَلُوا يَقُولُونَ صَبَأْنَا صَبَأْنَا فَجَعَلَ خَالِدٌ يَقْتُلُ مِنْهُمْ وَيَأْسِرُ وَدَفَعَ إِلَى كُلِّ رَجُلٍ مِنَّا أَسِيرَهُ حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمٌ أَمَرَ خَالِدٌ أَنْ يَقْتُلَ كُلُّ رَجُلٍ مِنَّا أَسِيرَهُ فَقُلْتُ وَاللَّهِ لَا أَقْتُلُ أَسِيرِي وَلَا يَقْتُلُ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِي أَسِيرَهُ حَتَّى قَدِمْنَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْنَاهُ فَرَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَبْرَأُ إِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ خَالِدٌ مَرَّتَيْنِ
Nabi SAW suatu kali mengirim Khalid bin Al Walid ke bani Jidzamah dengan misi mengajak mereka masuk Islam, namun rupanya mereka belum fasih mengucapkan; "Aslamnaa" (kami masuk Islam) sehingga mereka keceplosan mengucapkan Shabba'naa (yang makna secara harfiah kami sembah matahari), mereka terus saja mengucapkan Shabba'na, Shabba'na -sekalipun maksudnya aslamnaa- Maka Khalid membantai diantara mereka dan sebagian lain ia tawan, dan ia serahi masing-masing kami seorang tawanan yang ia perintahkan untuk dibunuh di hari selanjutnya.
Aku protes: "Demi Allah, aku tak akan membunuh tawananku, dan setiap kawanku juga tak akan membunuh tawanannya."
Hingga akhirnya kami menemui Nabi SAW dan kami utarakan kasusnya kepada beliau SAW. Serta merta Nabi SAW MENGANGKAT TANGAN-NYA sembari mengucapkan do'a:
(Ya Allah, aku berlepas diri kepada-MU dari perbuatan-perbuatan Khalid bin Al Walid).
Beliau ulang dua kali. [HR. Bukhori no. 4339].
Artinya Rasulullah SAW juga mengangkat tangan, namun tidak setinggi seperti saat shalat Istisqo’.
PENJELASAN IBNU HAJAR TERHADAP APA YANG DISEBUTKAN IMAM BUKHORI DI ATAS
Al-Haafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 11/142 memberi penjelasan tentang BAB dan dua hadits diatas yang di sebutkan Imam Bukhori, dengan mengatakan:
وَفِي الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ رَدُّ مَنْ قَالَ لَا يَرْفَعُ كَذَا إِلَّا فِي الِاسْتِسْقَاءِ بَلْ فِيهِ.
وَفِي الَّذِي بَعْدَهُ رَدٌّ عَلَى مَنْ قَالَ لَا يَرْفَعُ الْيَدَيْنِ فِي الدُّعَاءِ غَيْرَ الِاسْتِسْقَاءِ أَصْلًا وَتَمَسَّكَ بِحَدِيثِ أَنَسٍ لَمْ يَكُنِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ إِلَّا فِي الِاسْتِسْقَاءِ وَهُوَ صَحِيحٌ لَكِنْ جُمِعَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَحَادِيثِ الْبَابِ وَمَا فِي مَعْنَاهَا بِأَنَّ الْمَنْفِيَّ صِفَةٌ خَاصَّةٌ لَا أَصْلُ الرَّفْعِ وَقَدْ أَشَرْتُ إِلَى ذَلِكَ فِي أَبْوَابِ الِاسْتِسْقَاءِ وَحَاصِلُهُ أَنَّ الرَّفْعَ فِي الِاسْتِسْقَاءِ يُخَالِفُ غَيْرَهُ إِمَّا بِالْمُبَالَغَةِ إِلَى أَنْ تَصِيرَ الْيَدَانِ فِي حَذْوِ الْوَجْهِ مَثَلًا وَفِي الدُّعَاءِ إِلَى حَذْوِ الْمَنْكِبَيْنِ
وَلَا يُعَكِّرُ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ ثَبَتَ فِي كُلٍّ مِنْهُمَا حَتَّى يَرَى بَيَاضَ إِبْطَيْهِ بَلْ يُجْمَعُ بِأَنْ تَكُونَ رُؤْيَةُ الْبَيَاضِ فِي الِاسْتِسْقَاءِ أَبْلَغَ مِنْهَا فِي غَيْرِهِ. وَإِمَّا أَنَّ الْكَفَّيْنِ فِي الِاسْتِسْقَاءِ يَلِيَانِ الْأَرْضَ وَفِي الدُّعَاءِ يَلِيَانِ السَّمَاءَ
قَالَ الْمُنْذِرِيُّ: وَبِتَقْدِيرِ تَعَذُّرِ الْجَمْعِ فَجَانِبُ الْإِثْبَاتِ أَرْجَحُ
قُلْتُ وَلَا سِيَّمَا مَعَ كَثْرَةِ الْأَحَادِيثِ الْوَارِدَةِ فِي ذَلِكَ فَإِنَّ فِيهِ أَحَادِيثَ كَثِيرَةً أَفْرَدَهَا الْمُنْذِرِيُّ فِي جُزْءٍ سَرَدَ مِنْهَا النَّوَوِيُّ فِي الْأَذْكَارِ وَفِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ جُمْلَةً
Pada hadist yang pertama adalah bantahan terhadap orang yang mengatakan bahwa Nabi SAW tidak mengangkat tangan ketika berdo’a seperti itu kecuali pada shalat istisqo’ saja.
Akan tetapi hadist setelahnya adalah bantahan terhadap mereka yang mengatakan bahwa Nabi SAW tidak mengangkat kedua tangannya ketika berdo’a selain istisqo’; mereka berpegang pada hadist Anas yang meniadakan Nabi SAW mengangkat tangan ketika berdo’a kecuali pada shalat Istisqo’ saja. Hadistnya shahih.
Namun setelah dikumpulkan kedua hadist tersebut dan hadist-hadist di bab ini dan hadist yang semakna dengannya; diketahui bahwa yang dimaksud adalah meniadakan sifat khusus, bukan meniadakan mengangkat tangan secara mutlak.
Dan aku telah mengisyaratkan hal itu pada bab-bab tentang shalat istisqo’, dan hasilnya bahwa cara mengangkat tangan ketika berdo’a pada doa istisqo’ itu berbeda dengan cara mengangkat tangan pada saat doa di selainnya.
Bisa jadi yang dimaksud dengan kata [[tidak mengangkat tangan di selain istisqo]] dalam hadits adalah tidak berlebihan dalam mengangkat tangan, sehingga menjadikan kedua tangannya setinggi wajah misalnya, sementara dalam berdo’a lainnya, mengangkat kedua tangannya hanya setinggi kedua bahu.
Dan jangan membenturkan-nya dengan mengatakan bahwa " beliau SAW berdoa dengan mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putih kedua ketiaknya", telah ada ketetapan pada masing-masing dari keduanya [yakni ketika doa istisqo dan lainya], akan tetapi digabungkan dengan kesimpulan bahwa terlihat putihnya kedua ketiak Nabi SAW dalam doa istisqo itu lebih nampak jelas dibanding dengan yang nampak pada kesempatan lainnya.
Dan bisa jadi kedua kedua telapak tangan beliau SAW ketika doa Istsisqo mengikuti arah bumi. Dan dalam doa biasa, kedua telapak tangannnya mengikuti arah langit”.
Al-Mundhiri berkata: “Dan jika dengan perkiraan tidak mungkin untuk digabungkan, maka sisi peng itsbat-an lebih rajih dari pada peniadaan”.
Aku katakan: Apalagi dengan banyaknya hadits yang yang berkaitan dengan hal ini. Karena dalam masalah ini banyak hadits yang disebutkan secara khusus oleh Al-Mundziri dalam satu Juz, yang mana dari Juz tsb Imam an-Nawawi memaparkannya dalam kitab "al-Adzkaar" dalam “Al-Adzkaar” dan dalam “Sharh Al -Muhadhdhab” seluruhnya.
(Baca: Fathul Baari 11/142).
PENJELASAN AL-QASTHALANI TERHADAP APA YANG DISEBUTKAN IMAM BUKHORI DI ATAS:
Imam Al-Qasthalany dalam kitabnya "Irsyaadus Saari Syarah Shahih Bukhari" memberi penjelasan tentang BAB dan dua hadits diatas yang di sebutkan Imam Bukhori, dengan mengatakan:
وفي الباب أحاديث كثيرة يطول سردها وفيها ردّ على القائل بعدم الرفع إلا في الاستسقاء لحديث أنس الصحيح لم يكن النبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يرفع يديه في شيء من دعائه إلا في الاستسقاء.
وأجيب: بأن المنفي صفة خاصة لا أصل الرفع فالرفع في الاستسقاء يخالف غيره إما بالمبالغة إلى أن تصير اليدان في حذو الوجه مثلاً، وفي الدعاء إلى المنكبين ويكون رؤية بياض إبطيه في الاستسقاء أبلغ منها في غيره
Di dalam bab ini banyak hadist-hadist yang menyatakan tentang mengangkat tangan ketika berdo’a. Dan hadist-hadist tersebut sekaligus sebagai bantahan terhadap mereka yang meniadakan [atau melarang] mengangkat kedua tangan ketika berdo’a selain pada saat do'a Istisqo’ [doa minta hujan] saja berdasarkan hadist Anas yang shahih: “bahwa Nabi SAW tidaklah mengangkat tangan ketika berdo’a kecuali pada saat do'a Istisqo’ [doa minta hujan] saja.
Maka aku jawab:
Bahwa yang dimaksud [dalam hadits Anas tsb] adalah meniadakan sifat dan cara khusus dalam berdo’a pada selain istisqo, bukan meniadakan mengangkat kedua tangan dalam berdoa secara muthlak.
Jadi cara mengangkat tangan dalam doa Istisqo itu berbeda dengan cara mengangkat tangan pada doa-doa selainnya.
Bisa jadi yang dimaksud dengan kata [[tidak mengangkat tangan di selain istisqo]] dalam hadits Anas diatas adalah tidak berlebihan dalam mengangkat tangan, sehingga menjadikan kedua tangannya setinggi wajah misalnya, sementara dalam berdo’a lainnya, mengangkat kedua tangannya hanya setinggi kedua bahu. Dan dengan demikian maka terlihat putih dua ketiak beliau SAW dalam doa istisqo nampak lebih jelas dibanding dengan penampakannya pada saat doa-doa di selainnya.
(Irsyaadus Saari Syarah Shahih Bukhari 9 /197).
IMAM BUKHORI DALAM KITAB-NYA " AL-ADAB AL-MUFRAD "
Selain di kitab Shahih-nya, Imam Bukhori juga menulis dalam kitab al-Adab al-Mufrad satu BAB yang berjudul:
بَابُ رَفْعِ الأيْدِي في الدُّعَاءِ
BAB: mengangkat tangan dalam berdo'a
Lalu beliau menyebutkan hadits-hadits yang menyebutkan Nabi SAW berdoa dengan mengangkat kedua tangannya, diantaranya sbb:
Hadits ke 1: Hadits Abu Hurairah – radhiyallahu anhu – berkata:
" قَدِمَ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو الدَّوْسِيُّ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ دَوْسًا قَدْ عَصَتْ وَأَبَتْ ، فَادْعُ اللَّهَ عَلَيْهَا ، فَاسْتَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ ، فَظَنَّ النَّاسُ أَنَّهُ يَدْعُو عَلَيْهِمْ ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا ، وَائْتِ بِهِمْ”.
At-Thufail Ibnu Amru Ad-Dausi datang kepada Rasulullah SAW lalu berkata:
"Wahai Rasulullah!, sesungguhnya kabilah Daus telah melanggar dan membangkang, maka berdoalah kepada Allah (semoga kemelaratan menyertai mereka)".
Lalu Rasulullah SAW menghadap kiblat dan MENGANGKAT KEDUA TANGAN-NYA, kemudian orang-orang mengira bahwa Rasulullah SAW mendoakan musibah atas mereka, lalu Rasulullah berdoa:
"Ya Allah, berilah hidayah kepada kabilah Daus dan datangkan hidayah itu bagi mereka."
[HR. Al-Bukhori dalam al-Adab al-Mufrad 477/611 dan al-Baghowi dalam Mu'jam ash-Shohaabh no. 23928.
Dishahihkan Syeikh al-Albaani dalam Shahih al-Adab al-Mufrod no. 611/478.
Dan al-Albaani berkata dalam as-Silsilah ash-Shahihah 6/1063 mengatakan: Sanadnya Jayyid].
Dalam Shahih Bukhari no. 2937 dan Shahih Muslim no. 2524 tidak ada lafadz: [[dan mengangkat kedua tangannya]]. Dan berikut ini lafadz nya:
قَدِمَ طُفَيْلُ بنُ عَمْرٍو الدَّوْسِيُّ وأَصْحَابُهُ علَى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَقالوا: يا رَسولَ اللَّهِ، إنَّ دَوْسًا عَصَتْ وأَبَتْ، فَادْعُ اللَّهَ عَلَيْهَا. فقِيلَ: هَلَكَتْ دَوْسٌ. قالَ: اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وأْتِ بهِمْ.
Hadits ke 2: Hadits Jabir – radhiyallahu anhu -:
أَنَّ الطُّفَيْلَ بْنَ عَمْرٍو قَالَ لِلنَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَلْ لَكَ فِي حصنِ ومنعةٍ؛ حِصنِ دوسٍ؟ قَالَ: فَأَبَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لِمَا ذَخَرَ اللَّهُ لِلْأَنْصَارِ. فَهَاجَرَ الطُّفَيْلُ وهاجرَ مَعَهُ رجلٌ مِنْ قَوْمِهِ، فَمَرِضَ الرَّجُلُ فَضَجِرَ (أَوْ كَلِمَةٌ شَبِيهَةٌ بِهَا) فحبَا إِلَى قرنٍ، فَأَخَذَ مشقَصاً، فَقَطَعَ وَدَجَيْهِ فَمَاتَ، فَرَآهُ الطُّفَيْلُ فِي الْمَنَامِ. قَالَ: مَا فُعِلَ بِكَ؟ قَالَ: غُفِرَ لِي بِهِجْرَتِي إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: مَا شَأْنُ يَدَيْكَ؟ قَالَ: فَقِيلَ إِنَّا لَا نُصْلِحُ مِنْكَ مَا أَفْسَدْتَ مِنْ يَدَيْكَ. قَالَ: فَقَصَّهَا الطُّفَيْلُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: “اللَّهُمَّ! وَلِيَدَيْهِ فاغفر" وَرَفَعَ يَدَيْهِ.
"Bahwa ath-Thufail bin Amr [al-Dausi] datang kepada Nabi SAW dan berkata: Apakah Anda membutuhkan perlindungan yang kuat dan benteng ? Benteng Suku Daus ?.
Rasulullah SAW menolak tawaran ini, karena Allah SWT telah menitipkan (hak istimewa untuk melindungi Nabi-Nya) kepada Anshar.
Ketika Nabi s.a.w berhijrah ke Madinah, At-Thufail bin 'Amru turut berhijrah bersama seorang lelaki dari kaumnya. Lelaki itu jatuh sakit dan tidak dapat menahan kesakitan itu, lalu dia merangkak ke arah tanduk lalu mengambil mata anak panah, kemudian dengannya memotong dua urat nadi ditangannya lalu dia mati.
At-Thufail melihat lelaki itu dalam mimpinya. Dia bertanya kepada lelaki itu: Apa yang telah Tuhan kamu lakukan kepada mu?
Lelaki itu menjawab: Tuhan ku telah mengampuni aku karena hijrah ku kepada Nabi s.a.w.
At-Thufail bertanya lagi: Ada apa dengan kedua tangan mu ?
Lelaki itu menjawab: Dikatakan kepada ku: Kami tidak akan memperbaiki apa yang telah engkau rusakkan kedua tanganmu.
At-Thufail menceritakan kepada Nabi s.a.w hal itu. Lalu Rasulullah s.a.w brdo'a: "Ya Allah, untuk tangannya itu, kau ampunilah".
Dan beliau (saw) MENGANGKAT KEDUA TANGAN-NYA.
[HR. Bukhori dalam al-Adab al-Mufrad [باب رفع الأيدي في الدعاء] 614/94].
Sanadnya di shahihkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Fath 11/142. Namun Di Dhaifkan oleh al-Albaani di Dha'if al-Adab al-Mufrad]
Hadits ini di riwayatkan pula Imam Muslim dalam shahinya no. 116, 329 dengan lafadz yang hampir sama dan lebih panjang, namun tidak ada tambahan lafadz: [[Dan beliau SAW mengangkat kedua tangannya]].
Berikut ini lafadz Shahih Muslim:
أَنَّ الطُّفَيْلَ بْنَ عَمْرٍو الدَّوْسِيَّ، أَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ لَكَ فِي حِصْنٍ حَصِينٍ وَمَنَعَةٍ – قَالَ حِصْنٌ كَانَ لِدَوْسٍ فِي الْجَاهِلِيَّةِ – فَأَبَى ذَلِكَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لِلَّذِي ذَخَرَ اللَّهُ لِلأَنْصَارِ فَلَمَّا هَاجَرَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِلَى الْمَدِينَةِ هَاجَرَ إِلَيْهِ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو وَهَاجَرَ مَعَهُ رَجُلٌ مِنْ قَوْمِهِ فَاجْتَوَوُا الْمَدِينَةَ فَمَرِضَ فَجَزِعَ فَأَخَذَ مَشَاقِصَ لَهُ فَقَطَعَ بِهَا بَرَاجِمَهُ فَشَخَبَتْ يَدَاهُ حَتَّى مَاتَ فَرَآهُ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو فِي مَنَامِهِ فَرَآهُ وَهَيْئَتُهُ حَسَنَةٌ وَرَآهُ مُغَطِّيًا يَدَيْهِ فَقَالَ لَهُ مَا صَنَعَ بِكَ رَبُّكَ فَقَالَ غَفَرَ لِي بِهِجْرَتِي إِلَى نَبِيِّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ مَا لِي أَرَاكَ مُغَطِّيًا يَدَيْكَ قَالَ قِيلَ لِي لَنْ نُصْلِحَ مِنْكَ مَا أَفْسَدْتَ . فَقَصَّهَا الطُّفَيْلُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " اللَّهُمَّ وَلِيَدَيْهِ فَاغْفِرْ "
Hadits ke 3: Hadits 'Aisyah -radhiyallahu 'anhaa-:
Dari Ikrimah dari Aisyah radhiyallahu anha:
أَنَّهَا رَأَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو رَافِعًا يَدَيْهِ ، يَقُولُ: “اللَّهُمَّ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ فَلا تُعَاقِبْنِي ، أَيُّمَا رَجُلٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ آذَيْتُهُ أَوْ شَتَمْتُه فَلاَ تَعَاقِبْنِي فِيْهِ”.
Bahwa dia [Aisyah R.A] melihat Nabi SAW berdoa sambil mengangkat kedua tangannya dengan mengucapkan:
"Ya Allah, aku hanyalah seorang manusia, maka janganlah hukum aku. Siapa saja orangnya dari kaum mukminin, yang pernaha aku sakiti atau akau caci maki; maka janganlah Kau hukum aku karenanya." [HR. Bukhori dalam al-Adab al-Mufrad no. 611]
Sanadnya di shahihkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Fath 11/142 dan dinyatakan oleh al-Albaani dalam Shahih al-Adab al-Mufrad no. 610/477: صحيح لغيره [Shahih lighoirihi]
DALIL-DALIL LAIN YANG MENUNJUKKAN DI SUNNAHKANNYA MENGANGKAT TANGAN SAAT BERDOA:
HADITS KE 1:
Dari salman al farisy berkata rasulullah bersabda:
"ما رَفَعَ قوْمٌ أَكُفَّهم إلَى اللهِ عَزَّ وجَلَّ، يَسْألُونه شَيْئاً إلاَّ كانَ عَلى اللهِ حَقًّا أن يَضَعَ في أيْدِيْهِم الَّذِي سَألُوْا"
"Tidaklah suatu kaum mengangkat telapak tangan mereka kepada Allah meminta sesuatu pada NYA kecuali baginya hak pada Allah untuk meletakan pada tangan-tangan mereka apa yang mereka mintakan pada-Nya. [HR. ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabiir 6/254]
Imam al-Haitsami berkata dalam Majma' az-Zawaa'id 10/169:
رواه الطبراني ورجاله رجال الصحيح
"Hadist ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan para perawinya adalah para perawi ash-Shohih”.
HADITS KE 2:
Dari Salman Al-Farisi rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ
Sesungguhnya Allah itu sangat pemalu dan Maha Pemurah. Ia malu jika seorang lelaki mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada-Nya, lalu dia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan hampa. (HR. At-Tirmidzi, hadist no. 3556 dan Ibnu Maajah no. 3131).
Al-Hafizh Ibn Hajar dalam Bulughul-Maram no. 1580 berkata:
أَخْرَجَهُ الْأَرْبَعَةُ إلَّا النَّسَائِيّ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ
Empat Imam meriwayatkannya, kecuali an-Nasa`i. Al-Hakim menilainya shahih
Dan dalam Fathul-Bari 11/142, al-Haafidz Ibnu Hajar menjelaskan:
وَقَدْ أَخْرَجَ أَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيّ وَحَسَّنَهُ وَغَيْرهمَا مِنْ حَدِيث سَلْمَان رَفَعَهُ ” إِنَّ رَبّكُمْ حَيِيّ كَرِيم يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْده إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدّهُمَا صِفْرًا ” بِكَسْرِ الْمُهْمَلَة وَسُكُون الْفَاء أَيْ خَالِيَة وَسَنَده جَيِّد
Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan yang lainnya meriwayatkan, dan at-Tirmidzi menilainya hasan, dari hadits Salman yang ia marfu’kan: “Sesungguhnya Rabb kalian Maha Pemalu dan Mulia. Ia merasa malu dari hamba-Nya jika ia (berdo’a) mengangkat tangan kepada-Nya dengan mengembalikannya dalam keadaan kosong” –dengan mengkasrah yang tidak bertitik (shad) dan mensukun fa (yakni shifr) maknanya kosong - dan SANADNYA BAIK”.
Di Shahihkan al-Albaani dalam Shahih Tirmidzi no. 3556 dan Shahih Ibnu Majah no. 3131.
HADITS KE 3:
Dari Abu Musa Al-As’ary rodhiyallahu ‘anhu berkata:
دَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ، وَرَأَيْتُ بَيَاضَ إِبْطَيْهِ
Nabi SAW berdo’a, kemudian mengangkat kedua tangannya, sehingga aku melihat putih kedua ketiak Beliau. (HR. Bukhari no. 6383 dan Muslim no. 2498).
HADITS KE 4:
Dari Anas radhiyallaahu anhu, ia berkata:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي الدُّعَاءِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيْهِ
‘Saya melihat Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya ketika berdo’a, sehingga kelihatan putihnya kedua ketiaknya’.” [HR. Bukhori no. 1031 dan Muslim no. 895]
Dalam riwayat lain dari Yahya bin Sa’id dan Syariik, mereka berdua mendengar Anas menyebutkan:
أنَّ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْتُ بَيَاضَ إِبْطَيْهِ.
Bahwa Nabi SAW mengangkat kedua tangannya, sehingga aku melihat putih kedua ketiak beliau SAW. (HR. Bukhari no. 1030, 6341).
HADITS KE 5:
Dari ‘Athoo, ia berkata: Berkatalah Usamah bin Zaid -radhiyallahu 'anhu -:
كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَفَاتٍ فَرَفَعَ يَدَيْهِ يَدْعُو فَمَالَتْ بِهِ نَاقَتُهُ فَسَقَطَ خِطَامُهَا فَتَنَاوَلَ الْخِطَامَ بِإِحْدَى يَدَيْهِ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَهُ اْلأُخْرَى
‘Saya membonceng Nabi saw di Arafah, maka beliau MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA sambil berdo’a, lalu untanya condong miring, dan jatuhlah tali kekangnya, lalu beliau mengambil tali kekang tersebut dengan salah satu tangannya, dan beliau tetap berdoa dengan mengangkat tangan lainnya’.”
[HR. An-Nasaa'i no. 3011 dan Ahmad no. 21821. Di shahihkan asy-Syaukani dalam Neil al-Awthaar 5/138 dan al-Albaani dalam Shahih an-Nasaa'i no. 3011].
HADITS KE 6:
Dari [Abdurrahman bin Samurah] dia berkata;
يْنَمَا أَتَرَمَّى بِأَسْهُمٍ فِي حَيَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ كُسِفَتْ الشَّمْسُ فَنَبَذْتُهُنَّ وَقُلْتُ لَأَنْظُرَنَّ مَا أَحْدَثَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُسُوفُ الشَّمْسِ الْيَوْمَ فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ يُسَبِّحُ وَيُحَمِّدُ وَيُهَلِّلُ وَيَدْعُو حَتَّى حُسِرَ عَنْ الشَّمْسِ فَقَرَأَ بِسُورَتَيْنِ وَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ
"Ketika kami melepaskan anak panah di masa hidupnya Rasulullah SAW, tiba-tiba terjadi gerhana Matahari, lalu aku segera meletakkan anak panah tersebut dan berkata; "Sungguh aku akan melihat kejadian apa yang akan menimpa Rasulullah SAW pada hari terjadinya gerhana Matahari ini."
Lalu aku menemui beliau, ternyata beliau sedang MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA sambil bertasbih, tahmid dan bertahlil serta berdo'a hingga gerhana hilang dari matahari. Beliau membaca dua surat dan shalat dua raka'at."
[HR. Muslim (913), Abu Dawud (1195), dan kata-katanya adalah miliknya, an-Nasa'i (1460), dan Ahmad (20636).
HADITS KE 7:
Abdullah bin Amr bin Ash RA berkata:
أنَّ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ تَلا قَوْلَ اللهِ عزَّ وجلَّ في إبْراهِيمَ:
{رَبِّ إنَّهُنَّ أضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فمَن تَبِعَنِي فإنَّه مِنِّي} [إبراهيم: 36] الآيَةَ،
وقالَ عِيسَى عليه السَّلامُ: {إنْ تُعَذِّبْهُمْ فإنَّهُمْ عِبادُكَ وإنْ تَغْفِرْ لهمْ فإنَّكَ أنْتَ العَزِيزُ الحَكِيمُ} [المائدة: 118]،
فَرَفَعَ يَدَيْهِ وقالَ: اللَّهُمَّ أُمَّتي أُمَّتِي، وبَكَى،
فقالَ اللَّهُ عزَّ وجلَّ: يا جِبْرِيلُ اذْهَبْ إلى مُحَمَّدٍ، ورَبُّكَ أعْلَمُ، فَسَلْهُ ما يُبْكِيكَ؟ فأتاهُ جِبْرِيلُ عليه الصَّلاةُ والسَّلامُ، فَسَأَلَهُ فأخْبَرَهُ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ بما قالَ، وهو أعْلَمُ، فقالَ اللَّهُ: يا جِبْرِيلُ، اذْهَبْ إلى مُحَمَّدٍ، فَقُلْ: إنَّا سَنُرْضِيكَ في أُمَّتِكَ، ولا نَسُوءُكَ
"Nabi SAW membaca ayat Allah SWT tentang Nabi Ibrahim:
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ ۖ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي
'Ya Tuhanku, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak manusia, maka siapa yang mengikutiku, orang itu termasuk golonganku'. (QS Ibrahim ayat 36)
Lalu Nabi SAW membaca ayat tentang perkataan Nabi Isa alaihis salam:
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
'Jika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau. Jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana'. (QS Al-Maidah ayat 118)
Kemudian Nabi SAW MENGANGKAT KEDUA TANGAN-NYA, dan berkata: 'Umatku, umatku'.
Beliau menangis. Maka Allah SWT berfirman: 'Wahai Jibril, temui Muhammad, dan Tuhanmu lebih mengetahui, tanyakan kepadanya, apa yang membuatnya menangis'?
Maka Jibril mendatanginya dan menanyakannya. Rasulullah SAW memberitahukan apa yang dia ucapkan. Maka Allah berfirman:
'Wahai Jibril, temuilah Muhamad dan katakan, 'Kami akan membuatmu ridha dalam masalah umatmu dan kami tidak akan menyakitimu'."
(HR Muslim No 202)
HADITS KE 8:
[Muhammad bin Qais] berkata, saya mendengar [Aisyah] menceritakan, ia berkata;
أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنِّي وَعَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْنَا بَلَى قَالَ قَالَتْ لَمَّا كَانَتْ لَيْلَتِي الَّتِي كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا عِنْدِي انْقَلَبَ فَوَضَعَ رِدَاءَهُ وَخَلَعَ نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عِنْدَ رِجْلَيْهِ وَبَسَطَ طَرَفَ إِزَارِهِ عَلَى فِرَاشِهِ فَاضْطَجَعَ فَلَمْ يَلْبَثْ إِلَّا رَيْثَمَا ظَنَّ أَنْ قَدْ رَقَدْتُ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ رُوَيْدًا وَانْتَعَلَ رُوَيْدًا وَفَتَحَ الْبَابَ فَخَرَجَ ثُمَّ أَجَافَهُ رُوَيْدًا فَجَعَلْتُ دِرْعِي فِي رَأْسِي وَاخْتَمَرْتُ وَتَقَنَّعْتُ إِزَارِي ثُمَّ انْطَلَقْتُ عَلَى إِثْرِهِ حَتَّى جَاءَ الْبَقِيعَ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ انْحَرَفَ فَانْحَرَفْتُ
Aisyah - radhiyallahu 'anhaa - berkata, "Maukah kalian aku ceritakan hadits dariku dan dari Rasulullah SAW?". Kami menjawab: "Ya, mau."
Aisyah - radhiyallahu 'anhaa - berkata:
“Pada suatu malam ketika giliran Rasulullah SAW di rumahku, setelah beliau menanggalkan pakaiannya, meletakkan terompahnya dekat kaki dan membentangkan pinggir jubahnya di atas kasur, beliau lantas berbaring.
Setelah beberapa lama kemudian dan barangkali beliau menyangkaku telah tidur, beliau mengambil baju dan terompahnya, dibukanya pintu perlahan-lahan dan kemudian ditutupnya kembali perlahan-lahan. Menyaksikan beliau seperti itu, kukenakan pula bajuku dan kututup kepalaku dengan kain.
Kemudian aku mengikuti beliau dari belakang hingga sampai di Baqi'. Ketika sampai di sana beliau berdiri agak lama, kemudian beliau MENGANGKAT KEDUA TANGAN-NYA tiga kali, sesudah itu beliau berbalik pulang. Aku pun berbalik pula mendahului beliau....."
[HR. Muslim no. 1619 dan Ibnu Hibbaan no. 7110].
HADITS KE 9:
Dari Umar bin Khattab – radhiyallaahu anhu - dia berkata:
نَظَرَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى المُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَبِضْعَةُ عَشَرَ رَجُلًا، فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ القِبْلَةَ، ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ وَجَعَلَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ:
«اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي، اللَّهُمَّ إِنَّكَ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ العِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإِسْلَامِ لَا تُعْبَدُ فِي الأَرْضِ»،
فَمَا زَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ، مَادًّا يَدَيْهِ، مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ مِنْ مَنْكِبَيْهِ، فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأَلْقَاهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ، ثُمَّ التَزَمَهُ مِنْ وَرَائِهِ، فَقَالَ: “يَا نَبِيَّ اللَّهِ كَفَاكَ مُنَاشَدَتَكَ رَبَّكَ، إِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ".
فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ المَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ} [الأنفال: 9] فَأَمَدَّهُمُ اللَّهُ بِالمَلَائِكَةِ. "
“Saat terjadi perang Badr, Rasulullah SAW melihat pasukan orang-orang Musyrik berjumlah seribu pasukan, sedangkan para sahabat beliau hanya berjumlah tiga ratus Sembilan belas orang. Kemudian Nabi Allah SAW menghadapkan wajahnya ke arah kiblat sambil MENGULURKAN KEDUA TANGANNYA, beliau berdo’a:
(Ya Allah, tepatilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan Islam yang berjumlah sedikit ini musnah, niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembah-Mua di muka bumi ini).’
Demikianlah, beliau senantiasa berdo’a kepada Rabbnya dengan MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA sambil menghadap ke kiblat, sehingga selendang beliau terlepas dari bahunya. Abu Bakar lalu mendatangi beliau seraya mengambil selendang dan menaruhnya di bahu beliau, dan dia selalu menyeratai di belakang beliau.”
Abu Bakar kemudian berkata: “Ya Nabi Allah, cukuplah kiranya anda bermunajat kepada Allah, karena Dia pasti akan menepati janji-Nya kepada anda.”
Lalu Allah menurunkan ayat: ‘((ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut) ‘ (Qs. Al Anfaal: 9)
Allah lalu membantunya dengan tentara Malaikat.”
(HR.Muslim (no.3309), Ahmad (no.208), at-Tirmidzi (no.3081)).
HADITS KE 10:
Dari Abdullah bin Umar radhiyallaahu anhumaa:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَمَى الْجَمْرَةَ الَّتِي تَلِي مَسْجِدَ مِنَى يَرْمِيهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ كُلَّمَا رَمَى بِحَصَاةٍ ثُمَّ تَقَدَّمَ أَمَامَهَا فَوَقَفَ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو وَكَانَ يُطِيلُ الْوُقُوفَ ثُمَّ يَأْتِي الْجَمْرَةَ الثَّانِيَةَ فَيَرْمِيهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ كُلَّمَا رَمَى بِحَصَاةٍ ثُمَّ يَنْحَدِرُ ذَاتَ الْيَسَارِ مِمَّا يَلِي الْوَادِيَ فَيَقِفُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو ثُمَّ يَأْتِي الْجَمْرَةَ الَّتِي عِنْدَ الْعَقَبَةِ فَيَرْمِيهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ عِنْدَ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ يَنْصَرِفُ وَلاَ يَقِفُ عِنْدَهَا
Bahwa Rasulullah saw, apabila melempar jamrah yang berada di dekat Masjid Mina, beliau melemparnya dengan tujuh kerikil sambil bertakbir setiap melemparkan satu kerikil, lalu maju ke depan dan berdiri sambil menghadap qiblat dan berdo’a dengan MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA, dan beliau berhenti lama.
Lalu mendatangi jamrah kedua dan melemparnya dengan tujuh kerikil sambil bertakbir setiap melemparkan satu kerikil, lalu turun ke arah kiri, di sebelah lembah, dan berdiri menghadap qiblat serta berdo’a dengan MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA, lalu mendatangi jamrah ‘aqabah, lalu melemparnya dengan tujuh kerikil sambil bertakbir setiap melemparkan satu kerikil, lalu pergi dan tidak berhenti di situ.
[HR. Bukhori no. 1753]
HADITS KE 11:
Dari Ibnu Syibah, dari Salim bin ‘Abdillah;
أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ رَضِي اللهُ عَنْهُمَا كَانَ يَرْمِي الْجَمْرَةَ الدُّنْيَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ ثُمَّ يُكَبِّرُ عَلَى أَثَرِ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ يَتَقَدَّمُ فَيُسْهِلُ فَيَقُومُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ قِيَامًا طَوِيلاً فَيَدْعُو وَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ ثُمَّ يَرْمِي الْجَمْرَةَ الْوُسْطَى كَذَلِكَ فَيَأْخُذُ ذَاتَ الشِّمَالِ فَيُسْهِلُ وَيَقُومُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ قِيَامًا طَوِيلاً فَيَدْعُو وَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ ثُمَّ يَرْمِي الْجَمْرَةَ ذَاتَ الْعَقَبَةِ مِنْ بَطْنِ الْوَادِي وَلاَ يَقِفُ عِنْدَهَا وَيَقُولُ هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ
bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar ra, melempar jamrah yang dekat (pertama) dengan tujuh kerikil sambil bertakbir pada akhir setiap lemparan kerikil, lalu maju di tempat yang datar dan berdiri lama dengan menghadap ke qiblat, lalu berdo’a dengan MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA.
Lalu melempar jamrah wustha (tengah) sebagaimana (melempar jamrah pertama), lalu mengambil arah kiri di tempat yang datar dan berdiri lama dengan menghadap qiblat, lalu berdo’a dengan MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA.
Lalu melempar jamrah ‘aqabah (yang terakhir) dari arah lembah dan tidak berhenti.
Lalu ‘Abdullah Ibnu ‘Umar berkata: ‘Demikianlah saya melihat Rasulullah mengerjakannya’.”
(HR. Al-Bukhariy no. 1751).
HADITS KE 12:
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, dia berkata:
بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِذْ قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ هَلَكَ الْكُرَاعُ وَهَلَكَ الشَّاءُ فَادْعُ اللهَ أَنْ يَسْقِيَنَا فَمَدَّ يَدَيْهِ وَدَعَا
Ketika Nabi saw berkhutbah pada hari Jum’at, berdirilah seseorang dan berkata: ‘Hai Rasulullah, lembu-lembu dan kambing-kambing telah mati, dan telah mati pula biri-biri, maka berdo’alah kepada Allah agar Dia memberikan minum kepada kita!’ Kemudian beliau mengulurkan kedua tangannya dan berdo’a.”
(HR. al-Bukhariy no. 932 dan Muslim no. 897).
HADITS KE 13:
Dari Abu Humaid Al-Sa`idi radhiyallaahu anhu:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَعْمَلَ رَجُلًا مِنْ الْأَزْدِ يُقَالُ لَهُ ابْنُ اللُّتْبِيَّةِ عَلَى الصَّدَقَةِ فَجَاءَ فَقَالَ هَذَا لَكُمْ وَهَذَا أُهْدِيَ لِي فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ مَا بَالُ الْعَامِلِ نَبْعَثُهُ فَيَجِيءُ فَيَقُولُ هَذَا لَكُمْ وَهَذَا أُهْدِيَ لِي أَلَا جَلَسَ فِي بَيْتِ أُمِّهِ أَوْ أَبِيهِ فَيَنْظُرَ أَيُهْدَى لَهُ أَمْ لَا لَا يَأْتِي أَحَدٌ مِنْكُمْ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ إِلَّا جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنْ كَانَ بَعِيرًا فَلَهُ رُغَاءٌ أَوْ بَقَرَةً فَلَهَا خُوَارٌ أَوْ شَاةً تَيْعَرُ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَةَ إِبِطَيْهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ
Bahwa Nabi SAW mengangkat seorang laki-laki dari Azd yang bernama Ibnu Al-Lutbiyyah sebagai pegawai untuk mengurusi zakat, kemudian ia datang dan berkata; ini yang menjadi untuk anda dan yang ini dihadiahkan kepadaku.
Kemudian Nabi SAW berdiri di atas mimbar lalu memuji Allah dan bersabda:
"Bagaimana dengan seorang pekerja yang kami utus, kemudian datang dan berkata; ini untuk anda dan ini dihadiahkan kepadaku.
Tidakkah sekiranya ia duduk di rumah ayah atau ibunya kemudian menunggu, apakah ia akan diberi hadiah atau tidak?
Tidaklah seseorang diantara kalian mengambil sesuatupun dari hal tersebut kecuali pada Hari Kiamat ia datang dengan membawanya pada lehernya, apabila sesuatu tersebut adalah unta maka unta tersebut bersuara unta, apabila atau sapi maka sapi tersebut bersuara sapi, dan kambing yang mengembik."
Kemudian Rasulullah saw MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA hingga kami melihat putih kedua ketiaknya. Kemudian beliau mengucapkan:
"Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan?"
[HR. Bukhori no. 2597, 7174, Muslim no. 1832 dan Abu Daud no. 2557]
HADITS KE 14:
Dari al-Qoosim bin Muhammad bin Abu Bakar, dia berkata:
رأيتُ ابنَ عمرَ يدعو عندَ القاصِّ يرفعُ يديهِ حتَّى يحاذيَ بِهِما مَنكِبيهِ باطنُهُما ممَّا يليهِ وظاهرُهُما ممَّا يلي وجهَهُ
Aku melihat Ibnu Umar berdoa disisi pendongeng, sambil mengangkat kedua tangannya hingga tinggi sejajar dua bahu nya, sisi dalam telapaknya di setelah bahunya, sementara sisi punggung telapaknya di setelah wajahnya.
Diriwayatkan al-Bukhori dalam al-Adab al-Mufrad dan di Shahihkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 11/142.
HADITS KE 15:
Hadits Abu Sa'iid Al-Khudri berkata:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو لِعُثْمَانَ يقُوْلُ: يَا رَبَّ عُثْمَانَ إنَّي رَضِيْتُ عَنْ عُثْمَانَ فَارْضَ عَنْه فَمَا زَالَ يَدْعُوْ حَتَّى طَلَعَ الفَجْرَ فَنَزَلَتْ: اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُوْنَ مَآ اَنْفَقُوْا مَنًّا وَّلَآ اَذًىۙ لَّهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ.
Aku melihat Nabi SAW sambil MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA berdoa untuk Utsman [bin Affaan], dengan mengucapkan:
“Wahai Tuhan nya Utsman ! Sesungguhnya aku ridho dengan Utsman, maka Engkau ridhoi-lah Utsman !!!”.
Dan beliau SAW terus berdoa hingga fajar terbit. Lalu turun wahyu:
“Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati" [QS. Al-Baqarah: 262].
[al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 11/142:
أَخْرَجَهُ الْمُصَنِّفُ فِي جُزْءِ رَفْعِ الْيَدَيْنِ
Diriwayatkan oleh al-Mushonnif [yakni: al-Bukhori] dalam sebuah Juz tentang mengangkat kedua tangan”.
Hadits ini di sebutkan pula oleh al-Imam al-Qurthubi dalam Tafsir nya 3/306.
Dan di Shahihkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalm Fathul Baari 11/142]
HADITS KE 16:
Hadits 'Aisyah radhiyallaahy anha:
دَخَلَ عَليَّ رسُولُ الله صَلَّى الله علَيْه وسلَّم فَرأَى لَحْمًا ، فَقَال: مَنْ بَعَثَ بِهَذا ؟ قُلْتُ: عُثْمَان. قَالَتْ: فَرَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله علَيْه وسَلَّم رَافِعًا يَدَيْهِ ، يَدْعُوْ لِعُثْمَانَ”.
Rasulullah SAW masuk ke rumahku dan beliau melihat daging, maka beliau bertanya: Siapa yang mengirim ini? Aku menjawab: Utsman.
Dia berkata: Lalu aku melihat Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya, berdoa untuk Utsman".
[HR. Al-Bazzaar (Kasyful Astaar no. 2508 dan Jaami' al-Masaanid wa as-Sunan no. 225)]
Ibnu Hajar al-Haitsami berkata dalam Majma' az-Zawaa'id 9/64-65 no. 14520 [cet. Darul Kutub al-Ilmiyyah]:
“رَوَاه البَزَّار بِإسْنَادٍ حَسَنٍ”.
"Diriwayatkan oleh al-Bazzaar dengan Sanad yang HASAN".
HADITS KE 17:
Hadits Abu Mas'ud 'Uqbah bin 'Amr:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا هَذَا ؟ قَالُوا: أَرْسَلَ بِهَا عُثْمَانُ هَدِيَّةً لَكَ ، قَالَ: فَرَأَيْتُهُ رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو لِعُثْمَانَ ، مَا سَمِعْتُهُ يَدْعُو لِأَحَدٍ قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ عُثْمَانَ ، وَافْعَلْ بِعُثْمَانَ رَافِعًا يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْتُ بَيَاضَ إِبْطَيْهِ.
Rosulullah SAW bertanya: “Apa ini ?"
Mereka menjawab: Usman mengirimkannya sebagai hadiah untukmu.
Dia [Abu Mas'ud] berkata: Aku melihat beliau SAW mengangkat tangannya dan berdoa untuk Utsman, sebuah doa yang aku belum pernah mendengar beliau SAW berdoa dengannya untuk siapapun sebelumnya atau sesudahnya, yaitu doa:
"Ya Allah, beri-lah Usman, dan lakukan-lah untuk Usman"
Sambil mengangkat kedua tangannya, hingga aku melihat putih kedua ketiaknya.
[HR. Imam Ahmad dalam فضائل الصحابة 1/234 no. 287 cet. Muassasah ar-Risaalah dan ath-Thabraani 17/249]
Ibnu Hajar al-Haitsami berkata dalam Majma' az-Zawaa'id 9/64-65 no. 14523 [cet. Darul Kutub al-Ilmiyyah]:
رواه الطبراني وفيه سعيد بن محمد الوراق وهو ضعيف. ورواه في الاوسط وفيه رؤيا رآها الحسن بن على رضى الله عنهما
“Diriwayatkan oleh al-Tabarani, dan dalam sanadnya ada Sa'id bin Muhammad al-Warraq, dan dia itu lemah. Dan dia meriwayatkannya juga dalam al-Awshath, dan di dalamnya ada kisah mimpi bahwa Al-Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma melihat-nya dalam mimpi”.
HADITS KE 18:
Dari Umar bin Al Khaththab radliallahu 'anhu, dia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ الْوَحْيُ سُمِعَ عِنْدَ وَجْهِهِ دوِي كَدَوِيِّ النَّحْل فأُنزِل عَلَيْهِ يَوْمًا فَمَكَثْنَا سَاعَةً فَسُرِّيَ عَنْهُ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ:
«اللَّهُمَّ زِدْنَا وَلَا تَنْقُصْنَا وَأَكْرِمْنَا وَلَا تُهِنَّا وَأَعْطِنَا وَلَا تَحْرِمْنَا وَآثِرْنَا وَلَا تُؤْثِرْ عَلَيْنَا وَأَرْضِنَا وَارْضَ عَنَّا».
ثُمَّ قَالَ: «أُنْزِلَ عَلَيَّ عَشْرُ آيَاتٍ مَنْ أَقَامَهُنَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ» ثُمَّ قَرَأَ: (قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ) حَتَّى خَتَمَ عَشْرَ آيَاتٍ.
Bila turun wahyu kepada nabi SAW, maka didekat wajah beliau terdengar seperti dengungan lebah.
Pada suatu hari, turun wahyu kepada beliau, kami diam sejenak, beliau terlihat gembira lalu menghadap kiblat dan berdoa:
"Ya Allah, tambahilah kami dan jangan kurangi kami, muliakan kami dan jangan hinakan kami, berilah kami dan jangan cegah kami, kedepankan kami dan jangan kesampingkan kami, ridhailah kami dan ridhailah perbuatan-perbuatan kami."
Setelah itu nabi SAW bersabda: "Sepuluh ayat diturunkan padaku, barangsiapa menunaikannya akan masuk surga."
Beliau membaca:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
"Sungguhnya beruntung orang-orang yang beriman."
Hingga sepuluh ayat. (Al Mu`minuun: 1-10)
[HR. Tirmudzi no. 3097]
Di Hasankan oleh al-Haafidz Ibnu Hajar dalam Muqoddimah Takhrij Misykaat al-Mashaabiih 3/32
Dan di dhaifkan oleh al-Munawi dalam Takhriij Ahaadits al-Mashaabiih 2/349, al-Albaani dalam Dhaif Tirmidzi no. 3173 dan Syu'aib al-Arna'uth dalam Takhrij al-Musnad no. 223.
Al-Mubaarakfuuri dalam Tuhfatul Ahwadzi 8/148 berkata:
في سنده يونس بن سليم الصنعاني قال في الميزان تكلم فيه ولم يعتمد في الرواية ومشاه غيره وقال العقيلي لا يتابع على حديثه ولا يعرف إلا به
Dalam sanadnya ada Yunus bin Salim Al-Shan'aani. Adz-Dzahabi mengatakan dalam Al-Mizan: “Dia itu masih diperbincangkan ", dan dia itu tidak mu'tamad dalam riwayatnya. Tapi ada sebagian yang meloloskannya. Dan al-'Uqaili berkata: Dia haditsnya tidak bisa di beri mutabaah, dan tidak dikenal kecuali dengan kondisi seperti ini”.
HADITS KE 19:
Abdurrozzaaq meriwayatkan: Dari Muammar, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya:
أَن رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم مر بِقوم من الْأَعْرَاب كَانُوا قد أَسْلمُوا وَكَانَ الْأَحْزَاب خربَتْ بِلَادهمْ فَرفع رَسُول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسلم يَدْعُو لَهُم باسطا يَدَيْهِ قبل وَجهه
Bahwa Rasulullah SAW melewati sekelompok orang Arab yang telah masuk Islam. Pasukan ahzaab [sekutu] telah menghancurkan negeri mereka, maka Rasulullah SAW mengangkat [tangannya] berdoa untuk mereka dengan merentangkan kedua tangannya di depan wajahnya. [Baca: فض الوعاء no. 53].
Sanadnya Mursal.
HADITS KE 20:
Dari Umar rodhiyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَدَّ يَدَيهِ فِي الدُّعَاءِ لَمْ يَرُدَهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ
Apabila Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya dalam berdo’a, dia tidak mengembalikannya (menurunkannya) hingga mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. (HR. At-Tirmidzi no. 3386).
Abu Isa Tirmidzi berkata:
هذا حديث صحيح غريب ، لا نعرفه إلا من حديث حماد بن عيسى ، وقد انفرد به وهو قليل الحديث ، وحنظلة بن أبي سفيان ثقة ، وثقه يحيى بن سعيد القطان. اهـ.
Ini adalah hadits SHAHIH GHORIB, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Hammad bin Isa, dan dia sendirian di dalamnya dan dia memiliki sedikit hadits, dan Handzala bin Abi Sufyan tsiqoh, di tautsiq oleh Yahya bin Sa'iid al-Qaththaan”.
Al-Haafidz Ibnu Hajar rohimahullah dalam Bulughul Maram berkata:
أخرجه الترمذي، له شواهد منها حديث ابن عباس عند أبي داود, وغيره, ومجموعها يقضي بأنه حديث حسن
Hadist ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi rohimahullah, dan ada beberapa hadist lainnya yang semakna dengan hadist ini. Di antaranya adalah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas didalam Sunan Abi Dawud dan lainnya, yang secara keseluruhan menyebabkan derajat hadist ini menjadi hadist hasan. [Lihat: kitab Subulus Salam Syarah Bulughul Marom 2/709]
PENULIS KATAKAN: Di dalam sanadnya ada Hammaad bin Isa, dan dia itu lemah, dan dia hanya sendirian dalam meriwayatkannya sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Tirmidzi.
Adapun Syahid-syahid yang di isyaratkan Ibnu Hajar adalah sbb:
Syahid ke 1: hadits Ibnu Abbaas, bahwa Nabi SAW bersabda:
سَلُوا اللهَ بِبُطُونِ أَكُفِّكُمْ وَلا تَسْأَلُوهُ بِظُهُورِهَا، فَإِذَا فَرَغْتُمْ فَامْسَحُوا بِهَا وُجُوهَكُمْ
Mintalah kepada Allah dengan perut telapak tangan kalian, dan jangan meminta kepada-Nya dengan punggung telapak tangan kalian, lalu ketika kalian selesai berdoa, maka usapkanlah ke wajah-wajah kalian dengan nya.
[HR. Abu Daud dalam kitab "Sujud Al-Qur'an" dalam BAB ad-Du'aa (1485) dan lafadz ini lafadz Abu Daud. Dan riwayatkan pula oleh Ibnu Majah dalam kitab “ad-Du'a” dalam bab “Mengangkat Tangan dalam Doa” Hadis no. (3866), Al-Hakim dalam Mustadrak-nya dalam kitab “ad-Du'aa” (1/719) Hadis (1968) dan Al-Bayhaqi dalam “Al-Sunan Al-Kubra” dalam kitab “Doa” dalam bab “Mengangkat Tangan dalam Qunut” no. (3276)]
Lafadz Ibnu Majah:
إذا دَعوتَ اللَّهَ فادعُ بباطنِ كفَّيكَ ، ولا تدْعُ بظُهورِهِما ، فإذا فرغتَ فامسَح بِهِما وجهَكَ
Jika kamu berdoa kepada Allah, berdoalah dengan bagian dalam dua telapak tanganmu, dan jangan berdoa dengan punggung nya, dan jika kamu telah selesai, maka usaplah wajahmu dengan nya.
Abu Daud berkata:
رُوِي هذا الحديث من غير وجه عن محمَّد بن كعب كلها واهية، وهذا الطريق أمثلها، وهو ضعيف أيضًا"
Hadits ini diriwayatkan dari lebih dari satu sisi dari Muhammad bin Ka'b, semuanya lemah, dan jalur ini adalah yang terbaik darinya, dan ini juga lemah."
Dan di dhaifkan oleh al-Albaani dalam Dhaif Ibnu Maajh no. 222
Sebab lemahnya: Karena kelemahan Saleh bin Hasan; Didha'ifkan oleh Ahmad, Ibn Ma'in, Abu Hatim dan Al-Daraqutni.
Dan Al-Bukhari berkata: Haditsnya munkar, dan Abu Na`im al-Asbahani berkata: Hadits munkar itu ditinggalkan.
Ibn Hibban berkata: Dia adalah pemilik Qainat dan Samaa', dan dia biasa meriwayatkan hadits-hadits palsu dengan mengatasakan namakan dari orang-orang yang kokoh terpercata. Ibnu al-Jawzi mengatakan tentang hadits ini: Itu tidak shahih; di dalamnya terdapat eh bin Hasan
Namun As-Suyuthi mengutip pernyataan al-Haafidz Ibnu Hajar dalam kitab "Amaalii" nya yang mengatakan bahwa hadits ini adalah HADITS HASAN. [Baca: فض الوعاء hal 74]
Syahid ke 2: hadits Yazid bin Sa'id bin Tsumamah:
أنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا دَعَا فَرَفَعَ يَدَيهِ مَسَحَ وَجْهَهُ بِيَدَيهِ
Bahwa Nabi SAW, ketika dia berdoa maka beliau mengangkat tangannya, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
[Diriwayatkan oleh Ahmad dalam al-Musnad (4/221) no. (17972), dan Abu Daud dalam kitab “Sujud Al-Qur’an” dalam BAB “ad-Du'aa” no. (1492)].
Syahid ke 3: riwayat az-Zuhri:
Abdul Razzaq berkata: Muammar memberi tahu kami dari al-Zuhri:
كَانَ رَسُول الله يرفع يَدَيْهِ عِنْد صَدره فِي الدُّعَاء ثمَّ يمسح بهما وَجهه
Rasulullah SAW biasa mengangkat kedua tangannya ke sisi dada saat berdoa, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. [Baca: فض الوعاء no. 52].
Hadits ini mursal.
Ke 4: Atsar Ibnu Umar dan Ibnu al-Zubair:
Dan dari Abu Nu'aym, dan dia adalah Wahb, yang mengatakan:
رَأَيتُ ابنَ عُمَرَ وابنَ الزُّبَيرِ يَدْعُوانِ يُدِيرَانِ بِالرَّاحَتَينِ عَلَى الوَجْهِ
"Saya melihat Ibnu Umar dan Ibnu al-Zubair berdoa sembil memutar-mutarkan kedua telapak tangannya ke wajah."
[Di riwayatkan oleh Imam Bukhori dalam al-Adab al-Mufrad hal. 214]
Di dalam sanadnya ada Muhammad bin Falih dan ayahnya, yaitu Falih bin Suleiman diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Sahihnya dan Bukhori berhujjah dengan kedua perawi tsb.
Ke 5: Atsar al-Hasan al-Bashry:
Dan As-Suyuti meriwayatkan dalam “فض الوعاء” dari Al-Hasan Al-Bashri: Bahwa dia mengusap wajah dengan tangan setelah berdoa
“Al-Firyabi berkata: Ishaq bin Raahwayh menceritakan kepada kami: Al-Mu`tamar bin Suleiman mengkabarkan kepada kami, dia berkata:
“رَأَيْت أَبَا كَعْب صَاحب الْحَرِير يَدْعُو رَافعا يَدَيْهِ فاذا فرغ مسح بهما وَجهه فَقلت لَهُ من رَأَيْت يفعل هَذَا قَالَ الْحسن بن أبي الْحسن"
Saya melihat Abu Ka'b – pemilik al-Hariir - berdoa dengan mengangkat kedua tangannya, dan ketika dia selesai, maka dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Saya bertanya kepadanya: “Siapa yang Anda lihat orang yang melakukan ini?
Dia menjawab: Al-Hasan bin Abu Al-Hasan [Yasaar al-Bashry]
As-Suyuthi berkata: “ISNADNYA HASAN ". [فض الوعاء hal. 101]
Adapun apa yang diriwayatkan dari Imam al-Izz ibnu Abdus-Salam: “bahwa hanya orang bodoh yang mengusap wajah setelah berdoa "
Az-Zarkashi menjawab dalam kitabnya “الأزهية في الأدعية” tentang itu dengan mengatakan:
وأما قول العز في فتاويه الموصلية: مسح الوجه باليد بدعة في الدعاء لا يفعله إلا جاهل، فمحمول على أنه لم يطلع على هذه الأحاديث وهي وإن كانت أسانيدها لينة لكنها تقوَّى باجتماع طرقها"
Adapun perkataan Al-Izz dalam Fatawaa Al-Maushiliyyah-nya: bahwa Mengusap wajah dengan tangan merupakan bid'ah dalam berdoa yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang bodoh", maka perkataan dia ini dianggap bahwa dia tidak membaca hadits-hadits tersebut.
Hadits-hadits tsb meskipun sanadnya layyin [lembut], namun bisa diperkuat dengan menggabungkan jalur-jalurnya”.
[Di kutip dari جزء في مسح الوجه بعد الدعاء karya Bakr Abu Zaid hal. 25]
0 Komentar