Di Susun Oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
بسم الله الرحمن الرحيم
PERTAMA:
Para ulama telah sepakat bahwa Hukum Syar’i telah menetapkan Usia tertentu pada hewan Kurban. Dan tidak boleh berkurban dengan binatang ternak yang berumur dibawah yang telah ditetapkan.
Dengan demikian barang siapa yang berkurban dengan hewan di bawah usia tsb, maka kurbannya tidak sah. (Lihat: “المجموع شرح المهذب” 1/176 karya Imam an-Nawawi)
Adapun dalilnya adalah adalah sbb:
Dalil Pertama:
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori no. (5556) dan Imam Muslim no. (1961) dari al-Barra’ bin ‘Aazib –radhiyallahu ‘anhuma-, dia berkata:
ضَحَّى خَالٌ لِي يُقَالُ لَهُ أَبُو بُرْدَةَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَاتُكَ شَاةُ لَحْمٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عِنْدِي دَاجِنًا جَذَعَةً مِنْ الْمَعَزِ. وفي رواية: (عَنَاقاً جَذَعَةً). وفي رواية للبخاري (5563) (فَإِنَّ عِنْدِي جَذَعَةً هِيَ خَيْرٌ مِنْ مُسِنَّتَيْنِ آذْبَحُهَا ؟) قَالَ اذْبَحْهَا وَلَنْ تَصْلُحَ لِغَيْرِكَ. وفي رواية: (لا تُجْزِئ عَنْ أَحَدٍ بَعْدَكَ)
ثُمَّ قَالَ مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَإِنَّمَا يَذْبَحُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِينَ
Pamanku yang bernama Abu Burdah berkurban sebelum shalat, maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya:
“Kambingmu kambing pedaging”.
Dia berkata: “Wahai Rasulullah, saya mempunyai jadza’ah / جَذَعَةٌ (usia 8-9 bulan) dari kambing”.
Dan dalam sebuah riwayat: “jadza’ah / جَذَعَةٌ dari kambing betina”.
Dan dalam riwayat Bukhori (5130 & 5563): “Saya mempunyai jadza’ah / جَذَعَةٌ dari kambing, itu lebih baik dari dua MUSINNAH (yang berumur 1 tahun) yang saya sembelih ?”
Beliau SAW bersabda: “Sembelihlah, namun tidak untuk selainmu”.
Dan dalam riwayat yang lain: “Hal itu tidak dibolehkan untuk orang lain sesudahmu”.
Kemudian beliau SAW bersabda:
(مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَإِنَّمَا يَذْبَحُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِينَ)
"Barang siapa menyembelih hewan kurbannya sebelum shalat (Iedul Adlha), maka dia hanya menyembelih untuk dirinya sendiri, dan barang siapa menyembelih setelah shalat (Iedul Adlha), maka sempurnalah ibadahnya dan dia telah melaksanakan sunnah kaum Muslimin dengan tepat."
Di dalam hadits ini disebutkan bahwa jadza’ah / جَذَعَةٌ dari kambing belum boleh untuk berkurban.
Arti Jadza’ah / جَذَعَةٌ akan dijelaskan selanjutnya.
Ibnul Qayyim dalam “تهذيب السنن” berkata:
قَوْله: (وَلَنْ تُجْزِئ عَنْ أَحَد بَعْدك) وَهَذَا قَطْعًا يَنْفِي أَنْ تَكُون مُجْزِئَة عَنْ أَحَد بَعْده " انتهى
“ Sabda Rasulullah SAW: “Kurban seperti itu tidak cukup (tidak memenuhi syarat) untuk orang lain sesudahmu”. Maka larangan tersebut sifatnya qath’i (قطعي / patent), yaitu ; tidak memenuhi syarat shah bagi selainnya.
Dalil kedua:
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim 1963, dari Jabir RA berkata: Rasulullah SAW bersabda:
(لا تَذْبَحُوا إلَّا مُسِنَّةً، إلَّا أنْ يَعْسُرَ علَيْكُم، فَتَذْبَحُوا جَذَعَةً مِنَ الضَّأْنِ)
“Janganlah kalian menyembelih kecuali MUSINNAH (yang berumur satu tahun), kecuali jika kalian sulit mendapatkannya, maka sembelihlah jadza’ah (antara usia 8-9 bulan) dari domba/biri-biri”.
Hadits ini juga menunjukkan dengan jelas bahwa yang boleh disembelih adalah MUSINNAH, kecuali untuk domba/biri dibolehkan untuk menyembelih jadza’ah “.
An Nawawi dalam “Syarah Muslim” 13/102 berkata:
قَالَ الْعُلَمَاء:الْمُسِنَّة هِيَ الثَّنِيَّة مِنْ كُلّ شَيْء مِنْ الإِبِل وَالْبَقَر وَالْغَنَم فَمَا فَوْقهَا. وَهَذَا تَصْرِيح بِأَنَّهُ لا يَجُوز الْجَذَع مِنْ غَيْر الضَّأْن فِي حَال مِنْ الأَحْوَال. انتهى.
“Para ulama berkata: “AL-MUSINNAH adalah ats-Tsuniyyah (yang tanggal gigi serinya ke atas) baik dari unta, sapi atau kambing, dari sini sudah jelas bahwa tidak boleh sama sekali menyembelih jadza’ah kecuali dari domba/biri-biri”.
Al Hafidz Ibnu Hajar dalam “التلخيص الحبير” 4/285 berkata:
"ظاهر الحديث يقتضي أن الجذع من الضأن لا يجزئ إلا إذا عجز عن المسنة, والإجماع على خلافه, فيجب تأويله بأن يحمل على الأفضل, وتقديره: المستحب ألا يذبحوا إلا مسنة " انتهى
“Yang jelas makna hadits tersebut menunjukkan bahwa jadza’ah dari domba tidak boleh kecuali sulit mendapatkan yang berusia MUSINNAH. Sedangkan ijma’ menyangkalnya. Maka wajib di takwil dan fahami kepada makna yang lebih utama, jadi yang dimaksud adalah diSUNNAHkan untuk tidak menyembelih kecuali MUSINNAH (yang berumur satu tahun)”.
Demikian juga pernyataan Imam Nawawi dalam “Syarah Muslim” 13/103 nya.
Disebutkan dalam “ عون المعبود”:
"هذا التَّأْوِيل هُوَ الْمُتَعَيِّن " انتهى
“Takwil ini adalah yang seharusnya ditetapkan, tiada lain ”. (Selesai)
Kemudian beliau menyebutan beberapa hadits yang membolehkan menyembelih jadza’ah dari kambing untuk berkurban, di antaranya adalah:
Hadits ‘Uqbah bin ‘Amir –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
(ضَحَّينا مع رسول الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم بالجَذعِ مِن الضأن)
“Kami berkurban bersama Rasulullah SAW dengan jadza’ah (usia 8-9 ulan) dari domba”.
(HR. Nasa’i no. 4382. al Hafidz Ibnu Hajar berkata: sandnya kuat, dan dishahihkan oleh al Baani dalam “Shahih Nasa’i)
Disebutkan juga dalam “الموسوعة الفقهية” 5/83, ketika menyebutkan syarat-syarat berkurban:
الشَّرْطُ الثَّانِي: أَنْ تَبْلُغَ سِنَّ التَّضْحِيَةِ، بِأَنْ تَكُونَ ثَنِيَّةً أَوْ فَوْقَ الثَّنِيَّةِ مِنَ الإْبِل وَالْبَقَرِ وَالْمَعْزِ, وَجَذَعَةً أَوْ فَوْقَ الْجَذَعَةِ مِنْ الضَّأْنِ فَلاَ تُجْزِئُ التَّضْحِيَةُ بِمَا دُونَ الثَّنِيَّةِ مِنْ غَيْرِ الضَّأْنِ وَلاَ بِمَا دُونَ الْجَذَعَةِ مِنَ الضَّأْنِ...... وَهَذَا الشَّرْطُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ, وَلَكِنَّهُمُ اخْتَلَفُوا فِي تَفْسِيرِ الثَّنِيَّةِ وَالْجَذَعَةِ. انتهى
“ Syarat yang kedua: Agar hewan kurban mencapai usia yang telah ditentukan, yaitu ;
Tsaniyah (yang tanggal gigi serinya), atau di atasnya, baik dari unta, sapi atau kambing.
Jadza’ah / الجذعة (usia 8-9 bulan) dari kambing atau di atasnya, tidak dibolehkan berkurban dengan hewan yang belum tanggal gigi serinya kecuali kambing, juga tidak boleh jadza’ah kecuali kambing….
Syarat ini sudah disepakati oleh para ulama, namun mereka berbeda pendapat pada penafsiran makna Tsaniyah dan Jadza’ah. (Kutipan selesai).
Ibnu Abdil Bar –rahimahullah- berkata:
(لا أعلم خلافا أن الجذع من المعز ومن كل شيء يضحى به غير الضأن لا يجوز وإنما يجوز من ذلك كله الثني فصاعدا ويجوز الجذع من الضأن بالسنة المسنونة).
“Saya tidak mengetahui adanya perbedaan bahwa jadza’ah dari kambing atau hewan ternak yang lain tidak boleh untuk berkurban kecuali domba, yang boleh untuk berkurban adalah mulai tsaniyah (tanggal gigi serinya) ke atas dari semua hewan ternak. Boleh jadza’ah dari domba dengan usia yang telah ditentukan”. (Tamhid 23/188 & Tartib Tamhid: 10/267)
An-Nawawi dalam “المجموع “ 8/394, berkata:
"أجمعت الأمة على أنه لا يجزئ من الإبل والبقر والمعز الا الثني ولا من الضأن الا الجذع, وأنه يجزئ هذه المذكورات إلا ما حكاه بعض أصحابنا ابن عمر والزهري أنه قال: لا يجزئ الجذع من الضأن. وعن عطاء والأوزاعي أنه يجزئ الجذع من الإبل والبقر والمعز والضأن " انتهى.
“Adalah merupakan Ijma’ umat, bahwa tidak boleh berukurban dengan unta, sapi atau kambing kecuali tsaniyah (tanggal gigi serinya), dan dengan domba kecuali jadza’ah (usia 8-9 bulan).
Semua yang disebutkan di atas boleh dilakukan kecuali pendapat sebagian rekan kami Ibnu Umar dan Zuhri bahwasanya ia berkata: Jadza’ah dari domba tidak boleh.
Dari ‘Atha’ dan Auzaa’i beliau menyatakan: Dibolehkan berkurban dengan jadza’ah dari unta (usia 4 masuk 5 tahun), jadza’ah dari sapi (usia 2 masuk 3 tahun), jadza’ah dari kambing atau domba (usia 8-9 bulan)”. (Selesai).
Asy-Syeikh asy-Syinqithi berkata:
(الأضحية لا تكون إلا بمسنة، وأنها إن تعسرت فجذعة من الضأن، فمن ضحى بمسنة، أو بجذعة من الضأن عند تعسرها فضحيته مجزئة إجماعا)
Hewan Kurban tidak sah kecuali yang MUSINNAH, dan sesungguhnya jika ada kesulitan umtuk mendapatkannya, maka boleh Jadza’ah dari domba / biri-biri. Barang siapa yang menyembelih hewan kurban yang MUSINNAH, atau JADZA’AH ketika ada kesulitan mendapatkannya, maka qurbannya mencukupi menurut ijma’. (Baca “أضواء البيان” 5/209)
KEDUA:
Adapun usia yang menjadi syarat berkurban para imam berbeda pendapat:
1. DOMBA / BIRI-BIRI / الضَّأْن:
Pendapat pertama : Jadza’ah / الجذعة (Yang berusia genap 6 bulan). Ini menurut pendapat Madzhab Hanafiyah dan Hanabilah.
Pendapat kedua : MUSINNAH / مسنة (yang genap berusia satu tahun). Ini menurut Madzhab Malikiyah dan Syafi’iyah.
2. KAMBING BIASA / المعز:
Pendapat pertama : MUSINNAH / Tsaniyah (Yang berusia genap satu tahun). Ini
menurut Madzhab Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah.
Pendapat kedua : Yang berusia genap dua tahun. Ini menurut Madzhab Syafi’iyah:.
3. SAPI:
Pendapat Pertama : MUSINNAH dari sapi (Yang berusia genap dua tahun). Ini menurut Madzhab Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah.
Pendapat kedua : Yang berusia tiga tahun . Ini menurut Malikiyah.
4. UNTA:
MUSINNAH dari unta: Yang berusia genap lima tahun menurut Madzhab Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah.
Baca: “بدائع الصنائع “: 5/70, “البحر الرائق”: 8/202, “التاج والإكليل”: 4/363, “شرح مختار الخليل”: 3/34, “المجموع شرح المهذب: 8/365, “المغني”: 13/368.
Syeikh Ibnu ‘Utsaimin –rahimahullah- berkata dalam “أحكام الأضحية”:
"فالثني من الإبل: ما تم له خمس سنين ، والثني من البقر: ما تم له سنتان. والثني من الغنم: ما تم له سنة ، والجذع: ما تم له نصف سنة ، فلا تصح التضحية بما دون الثني من الإبل والبقر والمعز ، ولا بما دون الجذع من الضأن " انتهى.
“Tsaniy dari unta: yang berusia genap 5 tahun . Tsaniy dari sapi yang berusia genap 2 tahun. Tsaniy dari kambing yang berusia genap 1 tahun. Sedangkan Jadza’ah adalah yang berusia genap ½ tahun. Dan tidak sah kurbannya dengan hewan ternak di bawah usia tsaniy dari unta, sapi atau kambing. dan di bawah usia jadza’ah dari domba”.
Disebutkan dalam “Fatawa Lajnah Daimah” (11/377):
"دلت الأدلة الشرعية على أنه يجزئ من الضأن ما تم ستة أشهر ، ومن المعز ما تم له سنة ، ومن البقر ما تم له سنتان ، ومن الإبل ما تم له خمس سنين ، وما كان دون ذلك فلا يجزئ هدياً ولا أضحية ، وهذا هو المستيسر من الهدي ؛ لأن الأدلة من الكتاب والسنة يفسر بعضها بعضاً " انتهى.
“Dalil-dalil syar’i telah menunjukkan bahwa usia minimal dari domba/biri-biri adalah 6 bulan, dan dari kambing 1 tahun, dari sapi usia 2 tahun, da dari unta usia 5 tahun, di bawah usai di atas tidak boleh untuk hadiy (sembelihan haji) atau kurban. Inilah makna
“المستيسر من الهدي”
(sembelihan yang mudah didapatkan)
Karena dalil dari al Qur’an dan Hadits satu sama lain menafsiri yang lainnya”. (Kutipan Selesai).
Al-Kaasaani dalam “بدائع الصنائع“ 5/70:
"وتقدير هذه الأسنان بما قلنا لمنع النقصان لا لمنع الزيادة ; حتى لو ضحى بأقل من ذلك سِنًّا لا يجوز ، ولو ضحى بأكثر من ذلك سِنًّا يجوز ، ويكون أفضل, ولا يجوز في الأضحية حَمَل ولا جدي ولا عجل ولا فصيل ; لأن الشرع إنما ورد بالأسنان التي ذكرناها وهذه لا تسمى بها " انتهى
“Penyebutan usia hewan kurban tersebut di atas adalah untuk mencegah kurangnya usia, bukan larangan untuk usia maksimal. Sehingga jika seseorang berkurban dengan usia di bawahnya tidak dibolehkan, dan jika berkurban dengan usia di atasnya boleh dan lebih utama. Juga tidak dibolehkan untuk berkurban hewan ternak yang sedang bunting, peranakan kambing yang jantan, anak sapi yang jantan dan anak unta; karena tidak termasuk dalam usia yang telah ditentukan oleh syari’at sebagaimana yang kami sebutkan tadi”. (Kutipan Selesai).
Dengan demikian menjadi jelas bahwa menyembelih sapi di bawah usia 2 tahun tidak satu pun para ulama membolehkannya.
Wallahu a’lam.
0 Komentar