Di Susun oleh Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
******
بسم الله الرحمن الرحيم
PERTAMA
Dan dibolehkan bagi seorang ibu untuk menyusui anaknya dengan susu formula. Dan boleh hanya dengan susu formula saja jika memenuhi dua syarat:
- Ada persetujuan dari suami.
- Tidak membahayakan bayi yang diberi susu dengannya.
******
FATWA PARA ULAMA AL-LAJNAH AD-DAAIMAH SAUDI ARABIA
" الواجب على المرأة أن تحافظ على إرضاع أولادها وأسباب صحتهم ، وليس لها الاكتفاء بالحليب المستورد أو غيره إلا برضى زوجها بعد التشاور في ذلك ، وعدم وجود ضرر على الأولاد " انتهى من "فتاوى اللجنة الدائمة" (21/ 7).
Bagi seoerang wanita wajib menjaga anak-anaknya dengan menyusuinya dan dengan sebab-sebab yang bisa menjaga kesehatan mereka, dan baginya tidak boleh merasa sudah cukup dengan susu impor atau apa pun kecuali jika dengan persetujuan suaminya setelah berkonsultasi dalam hal itu. Selama tidak ada hal-hal yang membahayakan terhadap anak-anak nya "
[SUMBER: فتاوى اللجنة الدائمة 7/21]
*******
KEDUA
(بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ إِذْ أَتَانِي رَجُلَانِ ، فَأَخَذَا بِضَبْعَيَّ ، فَأَتَيَا بِي جَبَلًا وَعْرًا، فَقَالَا: اصْعَدْ، فَقُلْتُ: إِنِّي لَا أُطِيقُهُ، فَقَالَا: إِنَّا سَنُسَهِّلُهُ لَكَ، فَصَعِدْتُ...) فساق الحديث إلى أن قال: (ثُمَّ انْطَلَقَ بِي، فَإِذَا أَنَا بِنِسَاءٍ تَنْهَشُ ثُدِيَّهُنَّ الْحَيَّاتُ، قُلْتُ: مَا بَالُ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ يَمْنَعْنَ أَوْلَادَهُنَّ أَلْبَانَهُنَّ...)
بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ إِذْ أَتَانِي رَجُلانِ ، فَأَخَذَا بِضَبْعَيَّ ، فَأَتَيَا بِي جَبَلا وَعْرًا ، فَقَالا لِي: اصْعَدْ حَتَّى إِذَا كُنْتُ فِي سَوَاءِ الْجَبَلِ ، فَإِذَا أَنَا بِصَوْتٍ شَدِيدٍ ، فَقُلْتُ: مَا هَذِهِ الأَصْوَاتُ ؟ قَالَ: هَذَا عُوَاءُ أَهْلِ النَّارِ …) فساق الحديث إلى أن قال: ثُمَّ انْطَلَقَ بِي، فَإِذَا أَنَا بِنِسَاءٍ تَنْهَشُ ثُدِيَّهُنَّ الْحَيَّاتُ، قُلْتُ: مَا بَالُ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ يَمْنَعْنَ أَوْلَادَهُنَّ أَلْبَانَهُنَّ
“Tatkala aku sedang tertidur, ada dua orang yang mendatangiku, maka keduanya memegang dua pundakku, lalu membawaku ke sebuah gunung yang tidak rata, sulit untuk dilalui.
Mereka berkata: " Naiklah! ".
Kemudian ketika aku sampai di puncak gunung tiba-tiba terdengar suara melengking keras. Aku bertanya: ‘Apa itu?’
Mereka menjawab: ‘Itu suara penghuni neraka”
Abu Umamah menceritakan terusan hadis ini, lalu berkata:
“Kemudian keduanya berangkat membawaku lagi, ternyata ada perempuan-perempuan yang puting susu mereka digigit ular. Aku bertanya, ‘siapa mereka?’
Keduanya menjawab: ‘Mereka adalah wanita yang mecegah dirinya untuk memberikan air susunya kepada anak-anaknya.‘” (HR. An-Nasai).
Al-Hakim menilainya shahih sesuai syarat shahih Muslim, dan al-Dzahabi setuju dengannya, dan al-Albani juga menilainya sebagai hadits shahih dalam “As-Shahihah” no. (3951).
FIQIH HADITS:
ففي هذا الحديث: زجر الأمهات عن منع أطفالهن من الرضاعة الطبيعية ؛ ولكن يحمل الحديث على الحالة التي يتضرر فيها الطفل بذلك.
Dalam hadis ini, terdapat teguran agara para ibu untuk tidak melarang anaknya menyusu dari air susu ibunya [ASI] ; akan tetapi hadits ini diarahkan pada kondisi dan sistuasi membahayakan kesehatan anaknya jika tidak diberi air susu ibunya.
[[Karena ada sebagian bayi yang tidak mau menyusu kecuali dengan air susu ibunya, contohnya: seperti yang pernah terjadi pada Nabi Musa alaihis salam ketika masih bayi, beliau tidak mau menyusu kecuali dengan air susu ibunya. Pent]]
أما إذا لم يتضرر الوليد بذلك ، إما بوجود مرضع له ، أو اكتفائه بالحليب الصناعي دون أن يتضرر به: فلا حرج في ذلك. وكان عمل العرب قديما قبل الإسلام إرضاع الأطفال عند المرضعات ، ولا تقوم به الأم في الغالب ، واستمر العمل على هذا في صدر الإسلام ولم ينه عنه النبي صلى الله عليه وسلم ، وذلك يدل على جوازه.
والله تعالى أعلم.
Tetapi jika hal itu tidak membahayakan kesehatan bayi yang baru lahir, baik dengan adanya wanita penyusu lain untuk menyusuinya, atau pun bayi merasa cukup dengan susu formula tanpa ada bahaya padanya, maka hal itu tidak lah mengapa.
Dulu orang-orang Arab di masa lalu, sebelum Islam, sudah biasa menyusukan anak-anak pada para wanita penyusu lainnya, sementara ibu bayinya pada umumnya tidak menyusuinya.
Kebiasaan ini berlanjut hingga pada masa-masa awal Islam dan Nabi, sallallahu alaihi wa sallam, tidak melarangnya, dan ini menunjukkan kebolehannya.
Wallahu A'lam
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:
۞ وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَ ۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ ﴿البقرة: ۲۳۳﴾
Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna.
Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.
Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (men-derita) karena anaknya.
Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula.
Apa-bila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya.
Dan jika kalian ingin MENYUSUKAN anak kalian kepada ORANG LAIN, maka TIDAK ADA DOSA bagi kalian jika kalian mau memberikan pembayaran dengan cara yang patut.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 233)
0 Komentar