Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

NABI ﷺ TIDAK MENGETAHUI YANG GHAIB DAN TIDAK BOLEH MENYATAKAN BAHWA DIRINYA TAHU GHAIB

NABI  TIDAK MENGETAHUI YANG GHAIB DAN TIDAK BOLEH MENYATAKAN BAHWA DIRINYA TAHU GHAIB

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NADI AL-ISLAM

====

DAFTAR ISI :

  1. HANYA ALLAH SWT YANG TAHU PERKARA GHAIB
  2. PERINTAH ALLAH KEPADA NABI  UNTUK MENYAMPAIKAN BAHWA : “HANYA ALLAH SAJA YANG TAHU GHAIB”:
  3. PERTAMA : DALIL DARI AL-QUR’AN
  4. KEDUA : DALII DARI AS-SUNNAH
  5. NABI  MELARANG UMATNYA MENDATANGI DAN MEMPERCAYAI ORANG YANG MENGAKU TAHU GAIB, MISALNYA DUKUN DAN PARANORMAL
  6. CARA PARA DUKUN DAN PARA NORMAL MENDAPATKAN INFORMASI GHAIB:
  7. MENONTON ACARA ATAU PENTAS DUNIA PERDUKUNAN DAN PARA NORMAL :
  8. HAKIKAT PERAMAL DAN HAKIKAT TUKANG SIHIR :

 *****

﴿بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ﴾

====

HANYA ALLAH SWT YANG TAHU PERKARA GHAIB

Hanya Allah SWT saja yang mengetahui perkara ghaib. Karena Dia adalah 'Allaamul Ghuyuub (Yang Maha Mengetahui Perkara-Perkara Ghaib) dan Dia adalah pemilik dan penentu semua syariat atas segala umat hingga Hari Kiamat.

Akal manusia tidak akan mampu untuk menyingkap tabir ghaib, kecuali jika ada wahyu dari Allah. Termasuk Nabi Muhammad  beliau juga tidak mengetahui perkara ghaib, bahkan Nabi  dilarang mengatakan bahwa dirinya mengakui hal-hal yang ghaib.

Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberitahukan kepada umat manusia bahwa tidak ada seorangpun di bumi maupun di langit yang mengetahui ilmu ghaib kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan sesungguhnya orang yang mengaku mengetahui ilmu yang ghaib, maka ia telah mendustakan Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang khabar ini.

*****

PERINTAH ALLAH KEPADA NABI  UNTUK MENYAMPAIKAN BAHWA : “HANYA ALLAH SAJA YANG TAHU GHAIB”:

Banyak sekali dalilnya dalam al-Qur’an dan s-Sunnah, diantaranya adalah sbb :

====

PERTAMA : DALIL DARI AL-QUR’AN

DALIL KE 1:

Hanya milik Allah kunci-kunci semua perkara ghaib, Allah SWT berfirman:

﴿ وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ ﴾.

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). (QS. Al-An'am: 59).

DALIL KE 2: 

Allah SWT berfirman:

﴿ قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ ﴾

“Katakanlah, ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Allah,’ dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” (QS. An-Naml: 65)

DALIL KE 3:

Allah Azza wa Jallaa berfirman:

﴿ قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلا تَتَفَكَّرُونَ ﴾.

"Katakanlah (wahai Muhammad): "Aku tidak mengatakan kepada kalian, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)? ". (QS. Al-An'am: 50)

DALIL KE 4:

Bagaimana jika seandainya Nabi Muhammad  mengetahui perkara ghaib ? Allah telah menyatakan dalam firman Nya:

﴿ قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴾

Katakanlah (wahai Muhammad): “Aku tidak berkuasa mendapatkan kemanfaatan untuk diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku telah memperbanyak kebajikan dan aku tidak akan pernah ditimpa keburukan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al-A'raf: 188).

DALIL KE 5:

Dan Allah SWT berfirman:

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا. إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا. لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَىٰ كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا

 (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.

Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.

Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. [QS. Al-Jin: 26-28]

DALIL KE 6:

Dan Allah SWT berfirman:

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ وَمَآ اَدْرِيْ مَا يُفْعَلُ بِيْ وَلَا بِكُمْۗ اِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ وَمَآ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ

Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.” [QS. Al-Ahqoof: 9].

DALIL KE 7:

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا ﴿26﴾ إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا ﴿27﴾

“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhohi-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan belakangnya” [QS. al-Jin: 26-27]

====

KEDUA : DALII DARI AS-SUNNAH

DALIL KE 1 :

Termasuk kedustaan adalah orang yang mengatakan bahwa Nabi  bisa melihat Tuhan-nya saat beliau masih hidup [makrifat].

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

مَن حَدَّثَكَ أنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ رَأَى رَبَّهُ، فقَدْ كَذَبَ، وهو يقولُ: ﴿ لَا تُدْرِكُهُ الأبْصَارُ﴾ [الأنعام: 103]، ومَن حَدَّثَكَ أنَّه يَعْلَمُ الغَيْبَ، فقَدْ كَذَبَ، وهو يقولُ: لا يَعْلَمُ الغَيْبَ إلَّا اللَّهُ

Barangsiapa mengatakan kepadamu bahwa Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat Tuhannya, maka dia telah berdusta, karena Dia berfirman: {Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata}[Al-An'am: 103]

Dan barang siapa yang mengatakan kepadamu bahwa dia mengetahui yang ghaib, maka dia telah berdusta, karena Dia berfirman: Hanya Allah yang mengetahui yang ghaib.
[HR. Bukhori no. 7380]

Jika saja Rosulullah  tidak bisa melihat Tuhannya, apalagi manusia biasa. Bahkan Nabi Musa alaihis salam juga tidak bisa melihat Tuhan-Nya saat di dunia, padahal Nabi Musa telah memohon pada-Nya. Sebagaimana yang Allah SWT firmankan:

﴿ وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ ﴾

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan-nya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa:

"Ya Tuhanku, tampakkanlah (dirimu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau".

Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak akan sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah pada gunung itu, jika ia [gunung itu tidak bergeser] dan tetap berada pada tempatnya (seperti sediakala) ; maka kamu pasti dapat melihat-Ku".

Tatkala Tuhannya menampakkan diri pada gunung itu, maka gunung itu dijadikannya hancur luluh dan Musa pun jatuh tersungkur pingsan.

Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman". [QS. Al-A'raf: 143]

DALIL KE 2:

Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rosulullah  bersabda:

‌مَفَاتِيحُ ‌الغَيْبِ ‌خَمْسٌ، ‌لَا ‌يَعْلَمُهَا ‌إِلَّا ‌اللَّهُ: ‌لَا ‌يَعْلَمُ ‌مَا ‌تَغِيضُ ‌الأَرْحَامُ ‌إِلَّا ‌اللَّهُ، ‌وَلَا ‌يَعْلَمُ ‌مَا ‌فِي ‌غَدٍ ‌إِلَّا ‌اللَّهُ، وَلَا يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِي المَطَرُ أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا يَعْلَمُ مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا اللَّهُ "

“Kunci-kunci yang ghaib itu ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah:

[1] Tidak ada yang mengetahui apa yang dikandung dalam rahim kecuali Allah.
[2] Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi besok hari kecuali Allah.
[3] Tidak seorangpun tahu kapan akan turun hujan kecuali Allah.
[4] Tidak satupun jiwa tahu di bumi mana ia akan meninggal kecuali Allah.
[5] Dan tidak seorangpun tahu kapan hari kiamat akan terjadi kecuali Allah.”
[HR. Bukhori no. 7379]

DALIL KE 3:

Dari Abu Hurairah bahwa Rosulullah  bersabda:

‌فِي ‌خَمْسٍ ‌لَا ‌يَعْلَمُهُنَّ ‌إِلَّا ‌اللهُ، ‌ثُمَّ ‌تَلَا ‌صَلَّى ‌اللهُ ‌عَلَيْهِ ‌وَسَلَّمَ: {إِنَّ اللهِ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} [لقمان: 34]

“’Lima perkara yang hanya Allah yang mengetahuinya.’ Kemudian beliau  membaca firman Allah Ta'aalaa:

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.

Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [QS. Luqman (31): 34].
[HR. Bukhori no. 48 dan Muslim no. 9]

DALIL KE 4:

Rabi’ binti Mu’awwadz bin ‘Afra’ radhiyallahu ‘anha menceritakan,

دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم غَدَاةَ بُنِيَ عَلَيَّ، فَجَلَسَ عَلَى فِرَاشِي كَمَجْلِسِكَ مِنِّي، وَجُوَيْرِيَاتٌ يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ، يَنْدُبْنَ مَنْ قُتِلَ مِنْ آبَائِهِنَّ يَوْمَ بَدْرٍ، حَتَّى قَالَتْ جَارِيَةٌ: وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ. فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: لاَ تَقُولِي هَكَذَا وَقُولِي مَا كُنْتِ تَقُولِينَ

”Nabi  datang menemuiku pada pagi hari ketika aku menikah, lalu beliau duduk di atas tempat tidurku seperti kamu duduk di dekatku. Lalu gadis-gadis kecil kami memukul rebana dan mengenang kebaikan bapak-bapak kami yang gugur dalam perang Badar. Ketika salah seorang dari mereka mengatakan,

“Dan di tengah kita ada seorang Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok “

Maka beliau bersabda: ’Tinggalkan (perkataan) itu, dan katakanlah apa yang telah engkau ucapkan sebelumnya.’”

(HR. Bukhari no. 4001, Abu Dawud no. 4922, dan Tirmidzi no. 1090)

DALIL KE 5 :

Rosulullah  ketika memvonis hukum diantara dua orang yang berseteru, beliau memvonis berdasarkan apa yang beliau dengar dan lihat langsung dengan panca inderanya, bukan berdasarkan yang ghaib.

Dari Ummu Salamah ra: Bahwa Rasulullah  bersabda:

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ وَإِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ، وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَنْ يَكُونَ أَلْحَنَ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ فَأَقْضِي عَلَى نَحْوِ مَا أَسْمَعُ. فَمَنْ قَضَيْتُ لَهُ مِنْ حَقِّ أَخِيهِ شَيْئًا فَلاَ يَأْخُذْهُ، فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ قِطْعَةً مِنْ النَّارِ.

Saya hanyalah manusia biasa, dan kalian mengadukan sengketa kepadaku, bisa jadi sebagian diantara kalian lebih pandai berargumentasu daripada yang lainnya, maka aku akan memutuskan perkara ini berdasarkan apa yang aku dengar.

Maka barang siapa yang kuputuskan (menang) untuknya ternyata di atas hak saudaranya, maka janganlah ia mengambilnya, sebab itu seakan-akan aku memberikan untuknya potongan api neraka. [HR. Bukhori no. 6634]

DALIL KE 6 :

Larangan mengklaim sesorang Ahli Surga, meski dia adalah sahabat Nabi .

Dari Ya'qub dari Ibnu Syihab dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit dari Ummul 'Ala' Al Anshariyah -dia adalah salah seorang wanita dari mereka-.

Ya'qub berkata:

أَخْبَرْتُهُ أَنَّهَا بَايَعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عُثْمَانُ بْنُ مَظْعُونٍ فِي السُّكْنَى قَالَ يَعْقُوبُ طَارَ لَهُمْ فِي السُّكْنَى حِينَ اقْتَرَعَتْ الْأَنْصَارُ عَلَى سُكْنَى الْمُهَاجِرِينَ قَالَتْ أُمُّ الْعَلَاءِ فَاشْتَكَى عُثْمَانُ بْنُ مَظْعُونٍ عِنْدَنَا فَمَرَّضْنَاهُ حَتَّى إِذَا تُوُفِّيَ أَدْرَجْنَاهُ فِي أَثْوَابِهِ فَدَخَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْكَ يَا أَبَا السَّائِبِ شَهَادَتِي عَلَيْكَ لَقَدْ أَكْرَمَكَ اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا يُدْرِيكِ أَنَّ اللَّهَ أَكْرَمَهُ قَالَتْ فَقُلْتُ لَا أَدْرِي بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا هُوَ فَقَدْ جَاءَهُ الْيَقِينُ مِنْ رَبِّهِ وَإِنِّي لَأَرْجُو الْخَيْرَ لَهُ وَاللَّهِ مَا أَدْرِي وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ مَا يُفْعَلُ بِي قَالَ يَعْقُوبُ بِهِ قَالَتْ وَاللَّهِ لَا أُزَكِّي أَحَدًا بَعْدَهُ أَبَدًا فَأَحْزَنَنِي ذَلِكَ فَنِمْتُ فَأُرِيتُ لِعُثْمَانَ عَيْنًا تَجْرِي فَجِئْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ ذَلِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاكَ عَمَلُهُ ".

"Aku menceritakan kepadanya, bahwa wanita itu adalah orang yang pernah berbaiat kepada Rasulullah ." Sedangkan 'Utsman bin Madz'un menyebutkan: (bahwa hal itu berkaitan dengan) Sukna (tempat tinggal)."

Ya'qub berkata: "Panah undian itu mengarah kepada mereka ketika orang-orang Anshar melakukan undian tentang tempat tinggal orang-orang Muhajirin."

Ummul 'Ala' berkata: "Selanjutnya Utsman bin Madz'un mengeluhkan sakitnya di sisi kami kemudian kami merawatnya sampai ketika dia meninggal kami menyelimutinya dengan bajunya, kemudian datanglah Rasulullah  kepada kami.

Dan akupun berkata: "Semoga Rahmat Allah senantiasa di curahkan kepadamu wahai Abu As Sa'ib. Aku bersaksi atas kamu. Sungguh, Allah telah memuliakanmu."

Rasulullah  kemudian bersabda: "Dari mana kamu tahu bahwa Allah telah memuliakannya?"

Ummul 'Ala` berkata: "Maka aku menjawab: "Bapak dan ibuku sebagai tebusanmu. Aku tidak tahu."

Lantas Rasulullah  bersabda: "Kematian dari Rabbnya telah datang kepadanya, aku berharap dia mendapatkan kebaikan. Demi Allah, mekipun aku seorang Nabi, aku tidak tahu apa yang akan aku rasakan."

Ya'qub berkata: "Karena ucapan itu, maka Ummu 'Ala` itu pun berkata: "Demi Allah, aku tidak akan lagi memuji seseorang setelahnya, sehingga hal itu membuat aku sedih. Kemudian aku bermimpi dan diperlihatkan kepadaku bahwa 'Utsman mendapatkan mata air yang mengalir, maka aku mendatangi Rasulullah  dan menceritakan hal itu kepadanya.

Beliau  lalu bersabda: "Itu adalah amalan Utsman."

Telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq dia berkata telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri dari Kharijah bin Zaid dia berkata, Ummul 'Ala' Al Anshariyah pernah berkata:

لَمَّا قَدِمَ الْمُهَاجِرُونَ الْمَدِينَةَ اقْتَرَعَتْ الْأَنْصَارُ عَلَى سَكَنِهِمْ فَطَارَ لَنَا عُثْمَانُ بْنُ مَظْعُونٍ فِي السُّكْنَى فَذَكَرَتْ الْحَدِيثَ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ مَا أَدْرِي وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ

"Ketika orang-orang Muhajirin tiba di Madinah, maka orang-orang Anshar melakukan Qur'ah (undian) untuk menentukan tempat tinggal mereka, maka keluarlah pilihan untuk kami 'Utsman bin Madz'un…kemudian dia menyebutkan lafadz hadits. Hanya saja dia menyebutkan lafadz:

"Meskipun aku adalah utusan Allh [Rasulullah], namun aku tidak tahu apa yang akan Allah lakukan terhadap aku dan juga terhadap kalian."

[HR. Ahmad no. 26186 dan Bukhori no. 2687, 1243. Dan lafadz ini adalah milik Imam Ahmad]

DALIL KE 7 : KISAH " HADITS AL-IFK [حَدِيْثُ الإِفْكِ].

Berikut ini kisah tentang berita Hoax yang menimpa keluarga Nabi SAW, dimana A’isyah RA di fitnah berzina dengan seorang Sahabat. Dalam kisah ini menunjukkan bahwa Rosulullah  tidak mengetahui perkara ghaib.

Dari ['Aisyah radliallahu 'anha] isteri Nabi  , ketika orang-orang penuduh berkata kepadanya seperti apa yang sudah mereka katakan, lalu Allah SWT membersihlan dirinya dari fitnah keji ini.

Az-Zuhriy Berkata:

Semua mereka menceritakan kepadaku sekumpulan cerita 'Aisyah, sebagian mereka lebih cermat daripada sebagian lain dan lebih kuat kisahnya, lalu aku cermati hadis dari masing-masing mereka yang mereka ceritakan padaku dari 'Aisyah. Hadis-hadis tersebut satu sama lainnya saling menguatkan, mereka menduga bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha berkata:

"Adalah Rasulullah  bila berniat hendak mengadakan suatu perjalanan, Beliau mengundi diantara isteri-isteri Beliau. Bila nama seorang dari mereka keluar berarti dia ikut bepergian bersama Beliau. Pada suatu hari Beliau mengundi nama-nama kami untuk suatu peperangan yang Beliau lakukan, maka keluar namaku hingga aku turut serta bersama Beliau setelah turun ayat hijab, aku dibawa didalam sekedup dan ditempatkan didalamnya.

Kami berangkat, hingga ketika Rasulullah  telah selesai dari peperangan tersebut, maka kami pun kembali pulang.

Ketika hampir dekat dengan Madinah, Beliau mengumumkan untuk beristirahat malam. Maka aku keluar dari sekedup saat Beliau dan rambongan berhenti. Lalu aku berjalan hingga aku meninggalkan pasukan.

Setelah aku selesai menunaikan keperluanku, aku kembali menuju rombongan namun aku meraba dadaku ternyata kalungku yang terbuat dari batu akik telah jatuh. Maka aku kembali untuk mencari kalungku.

Kemudian orang-orang yang membawaku menuntun kembali unta tungganganku, sedang mereka menduga aku sudah berada didalam sekedup. Memang masa itu para wanita berbadan ringan-ringan, tidak berat, dan mereka tidak memakan daging, yang mereka makan hanyalah sesuap makanan hingga orang-orang tidak dapat membedakan berat sekedup ketika diangkat apakah ada wanita didalamnya atau tidak.

Saat itu aku adalah wanita yang masih muda. Maka mereka menggiring unta-unta dan berjalan. Dan aku baru mendapatkan kembali kalungku setelah pasukan sudah berlalu. Maka aku datangi tempat yang semula rombongan berhenti namun tidak ada seorangpun disana, lalu aku kembali ke tempatku saat tadi berhenti dengan harapan mereka merasa kehilangan aku lalu kembali ke tempatku.

Ketika aku duduk, aku merasa sangat ngantuk hingga akhirnya aku tertidur. Adalah Sofwan bin Al Mu'aththol as-Sulamiy adz-Dzakwan datang dari belakang rombongan pasukan hingga dia menghampiri tempatku dan dia melihat ada tanda orang sedang tidur. Maka dia mendatangiku.

Dahulu sebelum turun ayat hijab, dia pernah melihat aku. Aku terbangun dengan sangat kaget ketika dia menghentikan hewan tunggangannya dan merundukkannya hingga aku menaiki tunggangannya itu. Lalu dia menuntunnya hingga kami dapat menyusul rombongan setelah mereka singgah untuk melepas lelah ketika siang berada di puncaknya.

Maka binasalah siapa saja yang binasa [Yakni Gempar]. Dan orang yang berperan menyebarkan tuduhan adalah 'Abdullah bin Ubay bin Salul.

Kami tiba di Madinah dan aku menderita sakit selama satu bulan sementara orang-orang mulai terpengaruh dengan berita bohong (tuduhan) ini dan mereka membiarkan aku dalam kondisi sakit apalagi aku tidak melihat dari Nabi  kelembutan yang biasa aku dapatkan jika aku sakit.

Beliau  hanya menjenguk aku lalu memberi salam lalu bertanya tentang keadaanku hanya dengan memberi isyarat sedang aku tidak menyadari sedikitpun apa yang sedang terjadi.

Hingga ketika aku berangsur pulih dari sakit aku keluar bersama Ummu Misthoh menuju tempat kami biasa membuang hajat, kami tidak keluar kesana kecuali di malam hari, itu terjadi sebelum kami mengambil tabir dekat dengan rumah kami, kebiasaan kami saat itu yaitu kebiasaan orang-orang Arab dahulu (arab tradisional) bila berada diluar rumah atau di lapangan terbuka.

Maka kami, aku dan Ummu Misthoh binti Abi Ruhum berjalan. Lalu dia tergelincir karena kainnya, seraya dia mengumpat: "Celakalah Misthoh".

Aku katakan: "Sungguh buruk apa yang kamu ucapkan tadi. Apakah kamu mencela seorang yang pernah ikut perang Badar?"

Dia berkata: "Wahai baginda putri, apakah Baginda belum mendenar apa yang mereka perbincangkan?"

Lalu dia mengabarkan kepadaku tentang berita bohong (tuduhan keji). Kejadian ini semakin menambah sakitku diatas sakit yang sudah aku rasakan. Ketika aku sudah kembali ke rumahku, Rasulullah  masuk menemuiku, lalu memberi salam dan berkata: "Bagaimana keadaanmu?"

Aku jawab: "izinkan aku untuk pulang ke rumah kedua orangtuaku".

'Aisyah berkata: "Saat itu aku ingin mencari kepastian berita dari pihak kedua orang tuaku".

Maka Rasulullah  memberiku izin dan akhirnya aku menemui kedua orangtuaku lalu aku tanyakan kepada ibuku: "Apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang?"

Ibuku menjawab: "Wahai ananda, anggaplah ringankan urusan yang sedang menimpa dirimu ini. Sungguh demi Allah, sangat jarang seorang wanita yang tinggal bersama seorang suami yang dia mencintainya padahal ia mempunyai isteri lain, melainkan isteri-isteri lainnya akan menyebarluaskan aibnya".

Aku katakan: "Subhanallah, sungguh orang-orang sudah memperbincangkan masalah ini?"

Aisyah berkata:

"Maka aku melewati malam itu hingga pagi dengan air mata tak bisa lagi menetes karena habis dan aku tidak bisa tidur karenanya hingga ketika pagi hari, Rasulullah  memanggil 'Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid ketika wahyu belum juga turun untuk mengajak keduanya bermusyawarah perihal rencana menceraikan isteri-isteri Beliau. Adapun Usamah, ia memberi isyarat kepadanya dengan apa yang diketahuinya secara persis karena kecintaannya kepada rumah tangga Rasulullah.

Usamah berkata: "Keluarga Baginda wahai Rasulullah, demi Allah tidaklah kami mengenalnya melainkan kebaikan semata".

Sedangkan 'Ali bin Abi Thalib berkata: "Wahai Rasulullah, Allah tidak akan menyusahkan Baginda sebab masih banyak wanita-wanita lain selain dia dan tanyakanlah kepada sahaya wanitanya yang dia akan membenarkan baginda".

Maka Rasulullah  memanggil Barirah lalu berkata: "Wahai Barirah, apakah kamu melihat pada diri Aisyah sesuatu yang meragukan kamu tentangnya?"

Barirah menjawab: "Demi Dzat Yang mengutus Baginda dengan benar, sama sekali aku belum pernah melihat aib pada diri Aisyah yang bisa kugunakan untuk membongkar aibnya, kalaupun aku melihat sesuatu padanya tidak lebih dari sekedar perkara kecil, yang ketika dia masih sangat muda dia pernah ketiduran saat menjaga adonan rotinya, lantas ada hewan ternak datang dan memakan adonan tersebut".

Maka pada suatu hari Rasulullah  berdiri untuk kemudian meminta pertanggung jawaban 'Abdullah bin Ubay bin Salul.

Rasulullah  berkata: "Siapakah yang bisa mengemukakan pertanggungjawaban terhadapku terhadap seseorang yang telah kudengar telah menyakiti keluargaku?. Demi Allah, aku tidak mengetahui keluargaku melainkan kebaikan semata. Sungguh mereka telah menyebut-nyebut seseorang laki-laki (maksudnya Shofwan yang diisukan selingkuh) yang aku tidak mengenalnya melainkan kebaikan semata, yang dia tidak pernah mendatangi keluargaku melainkan selalu bersamaku".

Maka Sa'ad bin Mu'adz berdiri lalu berkata: "Wahai Rasulullah, aku akan membalaskan penghinaan ini buat anda. Seandainya orang itu dari kalangan suku Aus, kami akan penggal batang lehernya dan seandainya dari saudara-saudara kami suku Khazraj, perintahkanlah kami pasti akan kami laksanakan perintah Baginda tersebut".

Lalu beridirlah Sa'ad bin 'Ubadah, pimpinan suku Khazraj, yang sebelumnya dia adalah orang yang shalih namun hari itu terbawa oleh sikap fanatik kesukuan: "Dusta kamu, kamu tidak akan pernah bisa membunuhnya dan tidak akan bisa membalaskannya".

Kemudian Usaid bin Hudhoir berdiri seraya berkata: "Justru kamu yang dusta, kami pasti akan membunuhnya. Sungguh kamu sudah menjadi munafiq karena membela orang-orang munafiq".

Maka terjadilah perang mulut antara suku Aus dan Khazraj hingga sudah saling ingin melampiaskan kekesalannya padahal Rasulullah  masih berdiri di atas mimbar hingga akhirnya Beliau turun lalu menenangkan mereka hingga akhirnya mereka terdiam dan Beliau pun diam.

Maka aku menangis sepanjang hariku hingga air mataku tak bisa lagi menetes karena kering dan aku tidak bisa tidur karenanya hingga akhirnya kedua orangtuaku berada di sisiku sedangkan aku sudah menangis selama dua malam satu hari hingga aku menyangka hatiku jangan-jangan menjadi pecah".

Aisyah berkata: "Ketika kedua orantuaku sedang duduk di dekatku sementara aku terus saja menangis tiba-tiba ada seorang wanita Anshar yang meminta izin masuk lalu aku ijinkan kemudian dia duduk sambil menangis bersamaku.

Ketika dalam keadaan seperti itu tiba-tiba Rasulullah  datang lalu duduk, namun tidak duduk di dekat aku sebagaimana saat Beliau menyampaikan apa yang telah terjadi denganku sebelum ini, sedangkan peristiwa ini sudah berlalu selama satu bulan dan wahyu belum juga turun untuk menjelaskan perkara yang menimpaku ini".

Aisyah berkata: "Maka Beliau bersaksi membaca dua kalimah syahadah kemudian berkata:

"Wahai 'Aisyah, sungguh telah sampai kepadaku berita tentang dirimu begini begini. Jika kamu bersih tidak bersalah pasti nanti Allah akan membersihkanmu. Namun jika kamu jatuh pada perbuatan dosa maka mohonlah ampun kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya karena seorang hamba bila dia mengakui telah berbuat dosa lalu bertobat maka Allah pasti akan menerima tobatnya".

Setelah Rasulullah  menyelesaikan kalimat yang disampaikan, air mataku mengering hingga tak kurasakan setetes pun. Lalu aku katakan kepada bapakku: "Jawablah kepada Rasulullah  tentang aku".

Bapakku berkata: "Demi Allah, aku tidak mengetahui apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah ".

Lalu aku katakan kepada ibuku: "Jawablah kepada Rasulullah 
 tentang aku dari apa yang barusan Beliau katakan".

Ibuku pun menjawab: "Demi Allah, aku tidak mengetahui apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah 
".

'Aisyah berkata: "Aku hanyalah seorang anak perempuan yang masih muda yang aku tidak banyak membaca Al Qur'an".

Aku katakan: "Sesungguhnya aku, demi Allah, aku telah mengetahui bahwa kalian telah mendengar apa yang diperbincangkan oleh orang banyak dan kalian pun telah memasukkannya dalam hati kalian lalu membenarkan berita tersebut. Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku bersih dan demi Allah, Dia Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti tidak akan membenarkan aku tentang ini. Dan seandainya aku mengakui kepada kalian tentang urusan ini padahal Allah Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti membenarkannya.

Demi Allah, aku tidak menemukan antara aku dan kalian suatu perumpamaan melainkan seperti ayahnya Nabi Yusuf ketika dia berkata:

("Bersabarlah dengan sabar yang baik, dan Allah tempat meminta pertolongan dari segala yang kalian gambarkan").(QS. Yusuf 18).

Kemudian setelah itu aku pergi menuju tempat tidurku dengan berharap Allah akan membersihkan aku, akan tetapi demi Allah, aku tidak menduga kalau Allah menurunkan suatu wahyu tentang urusan yang menimpaku ini. Karena tidak pantas kalau Al Qur'an turun untuk membicarakan masalahku ini. Tetapi aku hanya berharap Rasulullah  mendapatkan wahyu lewat mimpi yang Allah membersihkan diriku.

Dan demi Allah, belum beliau menuju majelisnya dan belum pula dari Ahlu Bait yang keluarl, hingga diturunkan wahyu kepada Beliau. Maka Beliau menerima wahyu tersebut sebagaimana Beliau biasa menerimanya dalam keadaan demam sangat berat dengan bercucuran keringat. Setelah selesai wahyu turun kepada Beliau, nampak Beliau tertawa dan kalimat pertama yang Beliau ucapkan adalah saat Beliau berkata kepadaku:

"Wahai 'Aisyah, pujilah Allah, sungguh Allah telah membersihkan kamu".

Lalu ibuku berkata, kepadaku: "Bangkitlah untuk menemui Rasulullah".

Aku katakan kepada ibuku: "Demi Allah, aku tidak akan berdiri menemuinya dan tidak akan aku memuji siapapun selain Allah Ta'ala.

Maka Allah menurunkan ayat:

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyebarkan berita bohong itu adalah masih dari golongan kalian juga. Janganlah kalian kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kalian bahkan ia adalah merupakan kebaikan bagi kalian.

Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar ". (QS. Annur 11).

Ketika turun ayat ini yang menjelaskan terlepasnya diriku dari segala tuduhan, Abu Bakar ash-Shiddiq radliallahu 'anhu yang selalu menanggung hidup Misthah bin Utsatsah karena memang masih kerabatnya berkata: "Demi Allah, setelah ini aku tidak akan lagi memberi nafkah kepada Misthah untuk selamanya karena dia sudah ikut menyebarkan berita bohong tentang 'Aisyah".

Maka kemudian Allah menurunkan ayat:

وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖوَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْا ۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Annur 22)..

Maka Abu Bakar berkata: "Ya, demi Allah, sungguh aku sangat berkeinginan bila Allah mengampuniku".

Maka Abu Bakar kembali memberi nafkah kepada Misthah sebagaimana sebelumnya.

Dan Rasulullah  bertanya kepada Zainab binti Jahsy tentang masalah aku seraya berkata: "Wahai Zainab, apa yang kamu ketahui dan apa pendapatmu?"

Maka Zainab berkata: "Wahai Rasulullah, aku menjaga pendengaran dan penglihatanku, demi Allah aku tidak mengeahui tentang dia melainkan kebaikan".

Kata 'Aisyah: “Padahal Zainab orangnya sebelumnya merasa lebih mulia daripadaku, yang kemudian Allah menjaganya dengan kewara'an". (HR. Bukhori No. 2467)

*****

NABI  MELARANG UMATNYA MENDATANGI DAN MEMPERCAYAI ORANG YANG MENGAKU TAHU GAIB, MISALNYA DUKUN DAN PARANORMAL

Mendatangi orang-orang yang mendakwakan dirinya mengetahui perkara ghaib, sperti dukun, paranomal dan tukang ramal adalah haram, bahkan membuatnya kufur jika mempercayainya.

Rosulullah  bersabda:

« مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ... فَقَدْ بَرِئَ مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ »

“Barang siapa yang mendatangi kahin / para normal, kemudian mempercayai apa yang dia katakan, maka dia telah lepas dari syariat yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad ".

(HR. Ahmad dan Abu Daud, sanadnya Shahih). Lihat Sunan Kubro karya Baihaqi 7/198 no. 14504 dan Shahih alJami' no. 5942.

(Kahin atau paranormal: adalah dukun yang mengaku-ngaku dirinya bisa mengatahui hal-hal ghaib dan rahasia-rahasia kejadian yang akan datang)

Dalam sabda lain:

« مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً »

Artinya: “Barang siapa yang mendatangi Arrof / dukun, kemudian menanyakan kepadanya tentang sesuatu ; maka orang tsb sholatnya tidak di terima selama empat puluh malam ". (HR. Muslim).

(Arrof: adalah dukun atau paranormal yang mengaku-ngaku bisa mengetahui hal-hal ghaib yang sudah lewat, seperti mengetahui barang-barang yang hilang atau di curi).

Dulu sebelum Nabi Muhammad  di utus, ada segolongan dari kalangan jin yang senantiasa naik ke langit untuk mencuri informasi ghaib dengan pendengarannya dari pembicaraan para malaikat. Sebagaimana yang Allah SWT firmankan:

﴿ وَّاَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاۤءَ فَوَجَدْنٰهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وَّشُهُبًاۖ. وَّاَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِۗ فَمَنْ يَّسْتَمِعِ الْاٰنَ يَجِدْ لَهٗ شِهَابًا رَّصَدًاۖ ﴾.

Dan sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api,

Dan sesungguhnya kami (jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya). [QS. Al-Jin: 8-9].

*****

CARA PARA DUKUN DAN PARA NORMAL MENDAPATKAN INFORMASI GHAIB:

Rosulullah  telah menjelaskan cara-cara para dukun, tukang sihir dan paranormal untuk mendapatkan informasi-informasi ghaib.

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi  bersabda:

« إِذَا قَضَى اللَّهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ ضَرَبَتْ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ كَالسِّلْسِلَةِ عَلَى صَفْوَانٍ ) فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ ( قَالُوا لِلَّذِي قَالَ: ) الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ ( [سباء: 23] فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُو السَّمْعِ وَمُسْتَرِقُو السَّمْعِ هَكَذَا وَاحِدٌ فَوْقَ آخَرَ ». وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِيَدِهِ وَفَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِ يَدِهِ الْيُمْنَى نَصَبَهَا بَعْضَهَا فَوْقَ بَعْضٍ ، « فَرُبَّمَا أَدْرَكَ الشِّهَابُ الْمُسْتَمِعَ قَبْلَ أَنْ يَرْمِيَ بِهَا إِلَى صَاحِبِهِ فَيُحْرِقَهُ وَرُبَّمَا لَمْ يُدْرِكْهُ حَتَّى يَرْمِيَ بِهَا إِلَى الَّذِي يَلِيهِ إِلَى الَّذِي هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ حَتَّى يُلْقُوهَا إِلَى الْأَرْضِ وَرُبَّمَا قَالَ سُفْيَانُ حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى الْأَرْضِ فَتُلْقَى عَلَى فَمْ السَّاحِرِ فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ فَيُصَدَّقُ فَيَقُولُونَ أَلَمْ يُخْبِرْنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا يَكُونُ كَذَا وَكَذَا فَوَجَدْنَاهُ حَقًّا لِلْكَلِمَةِ الَّتِي سُمِعَتْ مِنْ السَّمَاء ».

“Jika Allah telah menentukan sebuah perkara di langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya sebagai ujud kepatuhan dan ketundukan terhadap firman-Nya, mereka seperti rantai yang melingkari batu besar yang halus, apabila telah dihilangkan rasa ketakutan yang mencekam dalam hati mereka.

Lantas mereka saling bertanya: “Apa yang telah Rabb (Tuhan) kalian firmankan ?.

Mereka menjawab kepada yang bertanya: “'(Perkataan) yang benar ', dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar ".

Para pencuri informasi (jin dan syeitan yang mendengar dengan sembunyi-sembunyi) mendengarkan pembicaraan para malaikat tsb, kemudian mendengarnya pula para pencuri informasi berikut nya dan seterusnya, sebagian mereka diatas sebagian yang lain ".

Sofyan perawi hadits memperagakan telapak tangannya, dan memiringkannya kemudian mengembangkan jari-jarinya, kemudian melanjutkan kata-kata Nabi :

“Maka mendengarlah si penguping itu sebuah informasi, kemudian menyampaikannya kepada yang lainya yang berada di bawahnya dan yang lainnya pun menyampaikan kepada yang di bawahnya lagi, sehingga sampai ke mulut tukang sihir atau dukun.

Maka kadang-kadang sebelum menyampaikan informasi langit tsb kepada yang di bawahnya, dia keburu terbakar kena sambaran meteor, dan kadang-kadang dia tersambar meteor setelah menyampaikan informasi itu, maka tukang sihir atau dukun itu mencampur satu informasi langit tadi dengan seratus kebohongan, meskipun demikian tetap saja orang-orang mengatakan: bukan kah dia pernah mengatakan kepada kami begini, begitu dan begitu (kemudian jadi kenyataan) ?. Maka si dukun tsb dipercaya karena satu informasi yang di dengar dari langit ".

(HR. Bukhory dalam Shahihnya no. 4701)

Dalam hadits yang di riwayatkan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, Rosulullah  menjelaskan pula:

أخبرني رِجَالٌ من أَصْحَابِ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم من الأَنْصَارِ: أَنَّهُمْ بَيْنَا هُمْ جُلُوسٌ لَيْلَةً مع رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم رُمِيَ بِنَجْمٍ فَاسْتَنَارَ ، فقال لهم رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: “ما كُنْتُمْ تَقُولُونَ في الْجَاهِلِيَّةِ إذَا رُمِيَ بِمِثْلِ هذا ؟ » ، قالوا: اللَّهُ عز وجل وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ، كنا نَقُولُ وُلِدَ اللَّيْلَةَ رَجُلٌ عَظِيمٌ وَمَاتَ اللَّيْلَةَ رَجُلٌ عَظِيمٌ. قال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: “فَإِنَّهَا لاَ يُرْمَى بها لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ حَيَاتِهِ وَلَكِنَّ رَبَّنَا تَبَارَكَ اسْمُهُ إذَا قَضَى أَمْرًا سَبَّحَ حَمَلَةُ الْعَرْشِ ثُمَّ سَبَّحَ أَهْلُ السَّمَاءِ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ حتى يَبْلُغَ التَّسْبِيحُ أَهْلَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا قال الَّذِينَ يَلُونَ حَمَلَةَ الْعَرْشِ لِحَمَلَةِ الْعَرْشِ مَاذَا قال رَبُّكُمْ فَيُخْبِرُونَهُمْ فَيَسْتَخْبِرُ أَهْلُ السَّمَوَاتِ بَعْضُهُمْ بَعْضًا حتى يَبْلُغَ الْخَبَرُ هذه السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَتَخْطَفُ الْجِنُّ السَّمْعَ فَيُلْقُونَهُ إلَى أَوْلِيَائِهِمْ وَيُرْمَوْنَ بِهِ فما جَاءُوا بِهِ على وَجْهٍ فَهُوَ حَقٌّ وَلَكِنَّهُمْ يَرْقَوْنَ فيه وَيَزِيدُونَ فتُرمَى الشَّياطينُ بالنُّجومِ ».

“Suatu ketika Rosulullah  duduk-duduk dengan sekelompok dari sahabat-sahabatnya, maka tiba-tiba sebuah meteor nampak terlemparkan maka bersinarlah, lalu beliau  bertanya: “

Apa yang kalian katakan jika terjadi seperti ini saat kalian masih jahiliyah ? ".

Mereka menjawab: Kami katakan: Telah lahir orang yang agung atau telah mati orang yang agung.

Maka Rosulullah  bersabda: “Sesungguhnya meteor itu di lempar bukan karena ada kematian seseorang atau kelahirannya, akan tetapi Rabb (tuhan) kami jika telah menentukan sebuah perkara, bertasbihlah para malaikat pemikul Arasy, kemudian bertasbih pula para malaikat penghuni langit berikutnya, sehingga suara tasbih itu terdengar sampai kelangit dunia.

Kemudian penghuni langit yang berada di bawah persis para pemikul Arasy meminta kabar, dan bertanya kepada para pemikul Arasy: “Apa yang Rabb (tuhan) kalian firmankan ? ". Maka merekapun mengkabarkannya, dan setiap penghuni suatu langit menginformasikan kepada penghuni langit lainnya, sehingga informasi itu berakhir pada langit ini.

Dan para Jin mendengarkan informasi itu dengan sembunyi-sembunyi, serta menyampaikannya kepada wali-walinya, dan mereka jin-jin tsb di lempari. Maka jin-jin tsb jika mereka datang dengan membawa kabar apa adanya, maka kabar itu adalah benar (hak), akan tetapi mereka telah mencampur adukan (dengan kebohongan) dan menambah-nambahinya. Lalu Syeitan-syetan itu dilempari dengan bintang-bintang ".

(HR. Muslim no. 2229, Ahmad dan Turmudzi).

Dua hadits di atas menunjukkan akan adanya dan terjadinya hubungan antara manusia dan jin.

Dan sesungguhnya para Jin itu bisa memberikan informasi kepada para dukun dan para tukang ramal dengan sebuah informasi yang terkadang benar adanya, kemudian dukun-dukun tsb menambahinya dengan segudang informasi palsu yang mereka karang sendiri, kemudian menceritakannya kepada manusia, maka mereka yang mendengarnya menemukan di sebagian ceritanya sesuatu yang nyata dan benar-benar terbukti.

Meskipun demikian tetap saja hukumnya haram berwasiilah atau bertawassul untuk sampai kepada sebuah tujuan dengan cara mendatangi para dukun tadi apalagi mempercayainya.

*****

MENONTON ACARA ATAU PENTAS DUNIA PERDUKUNAN DAN PARA NORMAL :

Barangsiapa yang menonton program dan visual yang mengklaim mengetahui ilmu gaib tanpa mengingkarinya, maka dikhawatirkan ia terkena ancaman tersebut, sehingga shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam.

Ibn Hajar al-Haytami asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

وَيَحْرُمُ تَعَلُّمُ وَتَعْلِيمُ كِهَانَةٍ وَضَرْبٌ بِرَمْلٍ... وَشَعِيرٍ وَحَصًى وَشَعْبَذَةٍ.

وَالتَّفَرُّجُ عَلَى فَاعِلِ شَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ كَمَا هُوَ ظَاهِرٌ؛ لِأَنَّهُ إِعَانَةٌ عَلَى مَعْصِيَةٍ. ثُمَّ رَأَيْتُ فِي فَتَاوَى الْمُصَنِّفِ [يَعْنِي : النَّوَوِي] مَا يُصَرِّحُ بِذَلِكَ، وَالْخَبَرُ الصَّحِيحُ: ( مَنْ أَتَى عَرَّافًا لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ) يَشْمَلُهُ" اِنْتَهَى

"Haram mempelajari dan mengajarkan ramalan dan ramalan dengan pasir... dan jelai, kerikil, dan sulap sihir.

Dan menonton orang yang melakukan sesuatu dari itu sebagaimana yang tampak; karena itu adalah membantu dalam kemaksiatan. Kemudian saya melihat dalam fatwa mushonnif [yakni: Imam al-Nawawi] yang menyatakan hal tersebut, dan hadis yang sahih: (Barangsiapa yang mendatangi peramal, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam) itu mencakupnya" selesai dari "Tuhfah al-Muhtaj" (9/ 62-63).

*****

HAKIKAT PERAMAL DAN HAKIKAT TUKANG SIHIR :

Hakikat ramalan berbeda dengan hakikat sihir, tetapi keduanya sama-sama mengklaim mengetahui ilmu gaib.

Al-Khaththabi rahimahullah berkata:

"الكَاهِنُ هُوَ الَّذِي يَدَّعِي مُطَالَعَةَ عِلْمِ الغَيْبِ، وَيُخْبِرُ النَّاسَ عَنِ الكَوَائِنِ، وَكَانَ فِي العَرَبِ كُهَّانٌ يَدَّعُونَ أَنَّهُمْ يَعْرِفُونَ كَثِيرًا مِنَ الأُمُورِ، فَمِنْهُمْ مَنْ كَانَ يَزْعُمُ أَنَّ لَهُ رِئْيًا مِنَ الجِنِّ، وَتَابِعَةٌ تُلْقِي إِلَيْهِ الأَخْبَارَ. وَمِنْهُمْ مَنْ كَانَ يَدَّعِي أَنَّهُ يَسْتَدْرِكُ الأُمُورَ بِفَهْمٍ أُعْطِيَهُ، وَكَانَ مِنْهُمْ مَنْ يُسَمَّى عَرَّافًا وَهُوَ الَّذِي يَزْعُمُ أَنَّهُ يَعْرِفُ الأُمُورَ بِمُقَدِّمَاتِ أَسْبَابٍ يَسْتَدِلُّ بِهَا عَلَى مَوَاقِعِهَا، كَالشَّيْءِ يُسْرَقُ فَيَعْرِفُ المَظْنُونَ بِهِ السَّرِقَةَ ... وَنَحْوَ ذَلِكَ مِنَ الأُمُورِ.

وَمِنْهُمْ مَنْ كَانَ يُسَمِّي المُنَجِّمَ كَاهِنًا، فَالحَدِيثُ يَشْتَمِلُ عَلَى النَّهْيِ عَنْ إِتْيَانِ هَؤُلَاءِ كُلِّهِمْ وَالرُّجُوعِ إِلَى قَوْلِهِمْ وَتَصْدِيقِهِمْ عَلَى مَا يَدَّعُونَهُ مِنْ هَذِهِ الأُمُورِ" انتهى

"Peramal adalah orang yang mengklaim mengetahui ilmu gaib, dan memberitahu orang-orang tentang kejadian-kejadian. Dulu di antara orang Arab ada peramal yang mengklaim bahwa mereka mengetahui banyak hal, di antara mereka ada yang mengklaim bahwa ia memiliki jin yang memberi tahu berita.

Dan ada yang mengklaim bahwa ia dapat mengetahui hal-hal dengan pemahaman yang diberikan kepadanya.

Dan di antara mereka ada yang disebut 'arraf, yaitu : yang mengklaim bahwa ia mengetahui hal-hal dengan penyebab yang menunjukkan tempat-tempatnya, seperti barang yang dicuri sehingga ia mengetahui siapa yang dicurigai mencurinya... dan hal-hal semacam itu.

Di antara mereka ada yang menyebut ahli nujum sebagai peramal, maka hadis tersebut mencakup larangan mendatangi mereka semua dan kembali kepada ucapan mereka serta mempercayai klaim mereka tentang hal-hal tersebut" selesai dari "Ma'alim al-Sunan" (4/ 228-229).

Maka peramal adalah pembohong yang mendustakan wahyu yang menunjukkan dengan pasti bahwa tidak ada yang mengetahui gaib kecuali Allah.

Allah Ta'ala berfirman:

(قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ)

(Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah") [An-Naml: 65].

Adapun sihir , maka Ibnu Quddaamah berkata :

"عَزَائِمُ وَرُقًى وَعُقَدٌ تُؤَثِّرُ فِي الأَبْدَانِ وَالْقُلُوبِ، فَيَمْرَضُ، وَيَقْتُلُ، وَيُفَرِّقُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ، وَيَأْخُذُ أَحَدَ الزَّوْجَيْنِ عَنْ صَاحِبِهِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: (فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ)، وَقَالَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ: (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) إِلَى قَوْلِهِ: (وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ)، يَعْنِي: السَّوَاحِرَ اللَّاتِي يَعْقِدْنَ فِي سِحْرِهِنَّ، وَيَنْفُثْنَ فِي عُقَدِهِنَّ، وَلَوْلَا أَنَّ لِلسِّحْرِ حَقِيقَةً، لَمْ يَأْمُرْ بِالِاسْتِعَاذَةِ مِنْهُ..." انتهى

"Jampi-jampi, mantra-mantra, dan ikatan-ikatan yang mempengaruhi tubuh dan hati, sehingga menyebabkan sakit, membunuh, memisahkan antara seseorang dengan istrinya, dan menjauhkan salah satu pasangan dari yang lain.

Allah Ta'ala berfirman: (Mereka mempelajari dari keduanya apa yang memisahkan antara seorang suami dan istrinya).

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: (Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu subuh) sampai firman-Nya: (dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul).

Yang dimaksud adalah tukang-tukang sihir perempuan yang membuat ikatan (buhul) dalam sihir mereka, dan menghembuskan dalam ikatan (buhul) mereka. Kalau sihir itu tidak nyata, tidak akan diperintahkan untuk berlindung darinya..." selesai dari "Al-Kafi" karya Ibnu Qudamah rahimahullah Ta'ala (5/331).

Maka ucapan Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu yang diriwayatkan oleh Abu Ya'la (5280):

(مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ سَاحِرًا أَوْ كَاهِنًا فَسَأَلَهُ فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)

(Barangsiapa yang mendatangi peramal, tukang sihir, atau dukun lalu bertanya kepadanya dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam)

Maksud perkataan Ibnu Mas’ud diatas adalah mempercayai tukang sihir dalam beritanya tentang perkara gaib, sebagaimana yang telah disebutkan tentang peramal, atau mempercayai bahwa dia mengetahui gaib, maka itu adalah kekafiran, dan bukan maksudnya mempercayai bahwa sihir itu ada.

Syaikh Saleh Al-Fawzan hafizhahullah berkata:

كُلٌّ مِنَ المُنَجِّمِ وَالسَّاحِرِ يَدَّعِي عِلْمَ الغَيْبِ الَّذِي اخْتَصَّ اللهُ تَعَالَى بِعِلْمِهِ" انتهى

"Setiap tukang ramal dan tukang sihir selalu mengklaim mengetahui gaib yang hanya diketahui oleh Allah Ta'ala" selesai dari "I'anat Al-Mustafid" (1/336).

Kesimpulannya:

Bahwa tukang sihir: jika memberitahu tentang suatu perkara gaib, atau mengklaim mengetahui gaib: maka hal ini seperti halnya peramal sebelumnya, dan hukum mendatanginya, mempercayainya, atau melihatnya, adalah sama dengan hukum mendatangi peramal dan dukun dalam hal ini.

WASPADA DENGAN DUKUN, TUKANG SIHIR DAN PARA NORMAL YANG BERBALUT DENGAN PAKAIAN KYAI DAN HABIB !!!!

SEMOGA BERMANFAAT


 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar