Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

NGERINYA DOSA MEMBALUT KEMUNGKARAN AGAR NAMPAK SYAR'I

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NADI AL-ISLAM

*****

﴿بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ﴾

Sekarang-sekarang ini di tengah kaum muslimin banyak diketemukan berbagai macam ritual, amalan, kegiatan, bisnis dan lainnya yang jelas-jelas mengandung unsur kemungkaran dan bertentangan dengan syariat Islam, lalu oleh sebagian mereka di kemas dan balut dengan hal-hal yang nampak syar'i, baik namanya, bacaannya, amalannya, penampilannya maupun pakaiannya.

CONTOH KEMUNGKARAN BERBALUT AGAMA:

  1. Perdukunan dan Paranormal dikemas dengan nama ahli hikmah, ruqyah syar'iyyah dan orang pintar. Atau di balut dengan sorban, bacaan sholawat dan bacaan al-Quran, padahal di dalamnya sarat dengan kesyirikan dan minta bantuan kepada Jin Khodam.
  1. Bisnis Agama dan Pengerukan dana umat dibalut dengan istilah Dakwah atau Yayasan Pendidikan Agama atau yang semisalnya. Padahal tujuan sebenarnya untuk mata pencaharian pribadi atau membangun bisnis keluarga dan masa depan anak keturunan.
  1. Mengemis dan minta-minta untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu dikemas dengan istilah infaq dan sodaqoh jariyah. Pelakunya dibalut dengan sorban dan jubah kyai. Dan ini sudah merajalela, membudaya dan memasyarakat. Dampaknya membuat izzah agama Islam dan kehormatan umat Islam menjadi hina dan rendah di mata orang-orang kafir, dikenal sebagai umat pemburu donasi alias pengemis.
  1. Ritual syirik persembahan kurban kepala kerbau dan sesaji kepada penguasa laut, penguasa gunung dan penguasa lembah di kemas dan di balut dengan istilah sedekah laut atau sedekah bumi atau selamatan atau tolak bala atau atau ngalap berkah atau tawassulan dan lain-lain.
  1. Kelompok Khawarij Takfiiri dan pemecah belah umat di kemas dengan istilah khilafah dan slogan " Tidak hukum kecuali hukum Allah".
  1. Dan lain-lain.

*****

HUKUM KEMUNGKARAN BERBALUT AGAMA SAMA DENGAN MENDUSTAKAN AGAMA

Membalut perbuatan mungkar dan mengemasnya dengan dalil ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Nabi SAW atau dengan mengatas namakan agama Islam atau menampilkannya seakan-akan agamis dan islami, maka itu pada hakikatnya adalah sama saja dengan membuat-buat kebohongan dengan mengatas namakan Allah dan Rasul-Nya.

Imam Bukhari telah menyebutkan dalam kitab Shahih-nya dalam Bab:

[بَابُ: مَا جَاءَ فِيمَنْ يَسْتَحِلُّ الْخَمْرَ، وَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ]

BAB: Apa-Apa yang Datang Seputar Orang yang Menghalalkan Khamr dan MENGGANTINYA dengan NAMA LAIN.

Kemudian beliau membawakan hadits sebagai berikut dengan sanad nya:

Dari ‘Abdurrahman bin Ghunm Al-Asy’ary ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu ‘Aamir atau Abu Malik Al-Asy’ary: – demi Allah dia ia tidak mendustaiku – bahwa ia telah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

"‏ لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ، يَأْتِيهِمْ ـ يَعْنِي الْفَقِيرَ ـ لِحَاجَةٍ فَيَقُولُوا ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا‏.‏ فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ، وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ‏"‏‏

“Akan ada di kalangan umatku suatu kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr, alat musik (al-ma’aazif).

Dan sungguh akan ada beberapa kaum akan mendatangi tempat yang terletak di dekat gunung tinggi. Lalu mereka didatangi orang yang berjalan kaki untuk suatu keperluan.

Lantas mereka berkata: “Kembalilah besok !”. 

Maka pada malam harinya, Allah menimpakan gunung tersebut kepada mereka dan sebagian yang lain dikutuk menjadi kera dan babi hingga hari kiamat” 

[HR. Al-Bukhari no. 5268].

Diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibban no. 6754; Ath-Thabrani dalam Al-Kabir no. 3417 dan dalam Musnad Syamiyyin no. 588; Al-Baihaqi 3/272, 10/221; Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam Taghliqut-Ta’liq 5/18,19 dan yang lainnya. Hadits ini memiliki banyak penguat.

Dan Allah SWT berfirman:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ࣖ

“Orang-orang yang beriman dan mereka tidak mencampuradukkan [membalut] iman mereka dengan kedzaliamn, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. [QS. al-'An'aam: 82]

Dari Ali bin Rabi'ah dia berkata: "Aku mendatangi sebuah masjid sedangkan pada saat itu Al-Mughirah (bin Syu'bah) menjadi gubernur Kufah. " Lalu al-Mughirah berkata: 'Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ"

"Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas nama seseorang, barangsiapa berdusta atas namaku secara sengaja maka berarti dia menempati tempat duduknya dari api neraka." (HR. Muslim, Hadits No 5)

*****

ANCAMAN DALAM AL-QURAN BAGI PENDUSTA MENGATAS NAMAKAN ALLAH SWT:

Dosa membuat kebohongan dengan mengatas namakan Allah sama dengan dosa mendustakan ayat-ayat Allah dan mendustakan agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Banyak sekali dalil -dalil dari ayat-ayat al-Qur'an yang menunjukkan bahwa berdusta dengan mengatas namakan itu sama dengan dengan mendustkan agama, bahkan lebih besar dari nya, diantaranya adalah sebagai berikut:

DALIL KE 1: Allah SWT berfirman:

﴿ وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖ ۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ﴾

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah, atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak beruntung. (QS. Al-An'am: 21)

FIQIH AYAT:

Dalam ayat di atas, Allah SWT lebih mendahulukan penyebutan orang yang membuat kebohongan dengan mengatasnamakan Allah, ketimbang orang yang mendustakan ayat-ayatnya. Ini menunjukkan bahwa dosa nya lebih besar. Wallahu A'lam

KE 2 : Allah SWT berfirman:

﴿فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴾


Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [QS. Al-An'aam: 144]

KE 3: Allah SWT berfirman:

﴿ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖ ۗ اُولٰۤىِٕكَ يَنَالُهُمْ نَصِيْبُهُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ ۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْ ۙ قَالُوْٓا اَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالُوْا ضَلُّوْا عَنَّا وَشَهِدُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ ﴾

Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya?

Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan dalam Kitab sampai datang para utusan (malaikat) Kami kepada mereka untuk mencabut nyawanya.

Mereka (para malaikat) berkata, “Manakah sembahan yang biasa kamu sembah selain Allah?”

Mereka (orang musyrik) menjawab, “Semuanya telah lenyap dari kami.”

Dan mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir. (QS. Al-A’raf: 37)

KE 4: Allah SWT berfirman:

وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاۤءَهٗ ۗ اَلَيْسَ فِيْ جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكٰفِرِيْنَ

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan kepada Allah atau orang yang mendustakan yang hak ketika (yang hak) itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahanam ada tempat bagi orang-orang kafir? [QS. Al-'Ankabuut: 68].

KE 5: Allah SWT berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَىٰ رَبِّهِمْ وَيَقُولُ ٱلْأَشْهَٰدُ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ كَذَبُوا۟ عَلَىٰ رَبِّهِمْ ۚ أَلَا لَعْنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim [QS. Hud: 18].

KE 6: Allah SWT berfirman:

وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ قَالَ اُوْحِيَ اِلَيَّ وَلَمْ يُوْحَ اِلَيْهِ شَيْءٌ وَّمَنْ قَالَ سَاُنْزِلُ مِثْلَ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ تَرٰٓى اِذِ الظّٰلِمُوْنَ فِيْ غَمَرٰتِ الْمَوْتِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ بَاسِطُوْٓا اَيْدِيْهِمْۚ اَخْرِجُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ اَلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ اٰيٰتِهٖ تَسْتَكْبِرُوْنَ

Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata: “Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.”

(Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu.”

Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. [QS. Al-'An'am: 93]

KE 7: Allah SWT berfirman:

﴿ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ ﴾

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa. [QS. Yunus: 17]

KE 8: Allah SWT berfirman:

﴿ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ ﴾

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? [QS. Az-Zumar: 32]

KE 9: Allah SWT berfirman:

﴿ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ ﴾

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? [QS. Al-'Ankabuut: 68]

KE 10: Allah SWT berfirman:

﴿ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴾

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim. [QS. Ash-Shaff: 7].

KE 11: Allah SWT berfirman:

﴿ إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللّهِ وَأُوْلئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ ﴾

Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta [QS. An-Nahl: 105]

KE 12: Allah SWT berfirman:

فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ ٱلْكِتَٰبَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِندِ ٱللَّهِ لِيَشْتَرُوا۟ بِهِۦ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ

Artinya: " Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan". [QS. Al-Baqarah: 79]

SYARAHNYA:

(Maka kecelakaan besarlah) atau siksaan berat (bagi orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri) artinya membuat-buatnya menurut kemauan mereka (lalu mereka katakan, "Ini dari Allah," dengan maksud untuk memperdagangkannya dengan harga murah) dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sedikit berupa harta dunia. (Maka siksaan beratlah bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka) disebabkan mereka mengada-ada yang tidak ada (dan siksaan beratlah bagi mereka, disebabkan apa yang mereka kerjakan) yakni melakukan penyelewengan dan kecurangan.

*****
PARA PENDUSTA BERBALUT AGAMA 
KELAK DI AKHIRAT ANTAR MEREKA SALING MENGUTUK
DAN MEREKA MUSTAHIL MASUK SYURGA KECUALI JIKA ADA ONTA BISA MASUK LUBANG JARUM.

Dalam surat al-A'raaf diantaranya dalam ayat 37 hingga ayat 41, Allah SWT menjelaskan dengan cukup rinci ancaman bagi orang-orang yang berdusta berbalut agama dengan bawa-bawa nama Allah dan juga bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah SWT, dengan ancaman-ancaman sbb:

  1. Syahadat mereka adalah sahadat kekafiran.
  2. Kelak antara mereka dan para pengikutnya akan saling mengutuk, meskipun antar mereka adalah masih ada hubungan saudara.
  3. Mereka adalah para penghuni Neraka.
  4. PINTU-PINTU LANGIT tidak akan buka untuk mereka dan mereka mustahil akan masuk syurga kecuali jika ada seekor onta bisa masuk ke dalam lobang jarum, dan itu mustahil.
  5. Mereka kelak akan di balut dengan tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut api neraka pula.

Allah SWT berfirman:

فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖ ۗ اُولٰۤىِٕكَ يَنَالُهُمْ نَصِيْبُهُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ ۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْ ۙ قَالُوْٓا اَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالُوْا ضَلُّوْا عَنَّا وَشَهِدُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ ﴿الأعراف: ۳۷﴾

Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan dalam Kitab sampai datang para utusan (malaikat) Kami kepada mereka untuk mencabut nyawanya. Mereka (para malaikat) berkata, “Manakah sembahan yang biasa kamu sembah selain Allah?” Mereka (orang musyrik) menjawab, “Semuanya telah lenyap dari kami.” Dan mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir. (QS. Al-A’raf: 37)

قَالَ ادْخُلُوْا فِيْٓ اُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ فِى النَّارِ ۙ كُلَّمَا دَخَلَتْ اُمَّةٌ لَّعَنَتْ اُخْتَهَا ۗحَتّٰٓى اِذَا ادَّارَكُوْا فِيْهَا جَمِيْعًا ۙقَالَتْ اُخْرٰىهُمْ لِاُوْلٰىهُمْ رَبَّنَا هٰٓؤُلَاۤءِ اَضَلُّوْنَا فَاٰتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِّنَ النَّارِ ە ۗ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَعْلَمُوْنَ ﴿الأعراف: ۳۸﴾

Allah berfirman, “Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama golongan jin dan manusia yang telah lebih dahulu dari kamu.

Setiap kali suatu umat masuk, dia melaknat saudaranya, sehingga apabila mereka telah masuk semuanya, berkatalah orang yang (masuk) belakangan (kepada) orang yang (masuk) terlebih dahulu, “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami. Datangkanlah siksaan api neraka yang berlipat ganda kepada mereka”

Allah berfirman, “Masing-masing mendapatkan (siksaan) yang berlipat ganda, tapi kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 38)

﴿وَقَالَتْ اُوْلٰىهُمْ لِاُخْرٰىهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُوْنَ ࣖ

"Dan orang yang (masuk) terlebih dahulu berkata kepada yang (masuk) belakangan, “Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami. Maka rasakanlah azab itu karena perbuatan yang telah kamu lakukan.” (QS. Al-A’raf: 39)

اِنَّ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتّٰى يَلِجَ الْجَمَلُ فِيْ سَمِّ الْخِيَاطِ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُجْرِمِيْنَ ﴿الأعراف: ۴۰﴾

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat. (QS. Al-A’raf: 40)

لَهُمْ مِّنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَّمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الظّٰلِمِيْنَ ﴿الأعراف: ۴۱﴾

Bagi mereka tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-A’raf: 41)

*****

PERTANYAAN:

Lalu bagaimana dengan orang yang hanya ikut-ikutan para pendusta yang berbalut agama, bukan kah mereka tidak tahu apa-apa tentang itu semua dan maksudnya adalah baik ?

JAWABANNYA:

Bukan kah anda punya telinga, mata, akal dan hati nurani ? Kenapa tidak digunakan untuk bertabayyun dan memahaminya Allah SWT berfirman:

﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا﴾

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra': 36)

=====

SIAPAKAH ORANG-ORANG YANG TIDAK DIBUKAKAN BAGINYA PINTU LANGIT ?

Dalam sebuah hadits di sebutkan tentang katagori ruh manusia yang baginya tidak akan dibukakan pintu-pintu langit saat kematian dan setelah di cabut nyawanya. Mereka di katagorikan sebagai ruh orang kafir.

Dari al-Barraa' bin 'Aazib radhiyallahu 'anhu, dia berkata:

كنَّا في جِنازةٍ في بَقيعِ الغَرْقدِ، فأتانا النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فقعَدَ وقعَدْنا حولَه، كأنَّ على رُؤوسِنا الطَّيْرَ، وهو يُلْحَدُ له، فقال: أعوذُ باللهِ مِن عذابِ القبرِ، ثلاثَ مرَّاتٍ.

ثمَّ قال: إنَّ العبدَ المؤمِنَ إذا كان في إقبالٍ مِن الآخِرةِ وانقِطاعٍ مِن الدُّنيا، نزَلَت إليه الملائكةُ، كأنَّ على وُجوهِهِمُ الشَّمسَ، معهم كَفنٌ مِن أكفانِ الجَنَّةِ، وحَنوطٌ مِن حَنوطِ الجنَّةِ، فجَلَسوا مِنه مَدَّ البَصرِ، ثمَّ يَجيءُ ملَكُ الموتِ حتَّى يَجلِسَ عندَ رأسِه، فيَقولُ: يا أيَّتُها النَّفْسُ الطَّيِّبةُ، اخرُجي إلى مَغفِرةٍ مِن اللهِ ورِضْوانٍ، قال: فتخرُجُ تَسيلُ كما تَسيلُ القَطْرةُ مِن في السِّقاءِ، فيأخُذُها، فإذا أخَذَها لم يَدَعوها في يدِه طَرْفةَ عينٍ، حتَّى يَأخُذوها فيَجعَلوها في ذلك الكفَنِ وذلك الحَنوطِ، ويخرُجُ منها كأطيَبِ نَفْحةِ مِسكٍ وُجِدَتْ على وجهِ الأرضِ، قال: فيَصعَدون بها، فلا يَمُرُّون بها، يَعْني على مَلأٍ مِن الملائكةِ، إلَّا قالوا: ما هذه الرُّوحُ الطَّيِّبةُ؟ فيَقولون: فلانُ بنُ فلانٍ، بأحسَنِ أسمائِه الَّتي كانوا يُسمُّونه بها في الدُّنيا، حتَّى يَنتَهوا بها إلى السَّماءِ، فيَستفتِحون له، فيُفتَحُ له، فيُشيِّعُه مِن كلِّ سماءٍ مُقرَّبوها، إلى السَّماءِ الَّتي تَليها، حتَّى يُنتَهى بها إلى السَّماءِ السَّابعةِ، فيَقولُ اللهُ عزَّ وجلَّ: اكتُبوا كتابَ عَبْدي في عِلِّيِّينَ، وأعيدوه إلى الأرضِ؛ فإنِّي منها خلَقتُهم، وفيها أُعيدُهم، ومنها أُخرِجُهم تارةً أخرى. قال: فتُعادُ رُوحُه في جسَدِه، فيأتيه ملَكانِ، فيُجلِسانِه، فيَقولانِ له: مَن ربُّك؟ فيَقولُ: ربِّيَ اللهُ، فيَقولانِ له: ما دينُك؟ فيقولُ: دِينيَ الإسلامُ، فيَقولانِ له: ما هذا الرَّجلُ الَّذي بُعِثَ فيكم؟ فيقولُ: هو رسولُ اللهِ، فيَقولانِ له: ما عِلمُك؟ فيقولُ: قرَأتُ كتابَ اللهِ، فآمَنتُ به وصدَّقتُ، فيُنادي مُنادٍ مِن السَّماءِ: أنْ صدَقَ عبْدي، فأفْرِشوه مِن الجنَّةِ، وافتَحوا له بابًا إلى الجنَّةِ، قال: فيَأتيه مِن رَوْحِها وطيبِها، ويُفسَحُ له في قبرِه مَدَّ بصَرِه، قال: ويأتيه رجلٌ حسَنُ الوجهِ، حسَنُ الثِّيابِ، طيِّبُ الرِّيحِ، فيَقولُ: أبشِرْ بالَّذي يَسُرُّك، هذا يومُك الَّذي كُنتَ تُوعَدُ، فيَقولُ له: مَن أنتَ؟ فوَجهُك الوجهُ الَّذي يَجيءُ بالخَيرِ، فيَقولُ: أنا عمَلُك الصَّالِحُ، فيقولُ: يا ربِّ، أقِمِ السَّاعةَ؛ حتَّى أرجِعَ إلى أهلي ومالي. قال: وإنَّ العبدَ الكافِرَ إذا كان في انقِطاعٍ مِن الدُّنيا وإقبالٍ مِن الآخرةِ، نزَلَ إليه مِن السَّماءِ مَلائكةٌ سُودُ الوُجوهِ، معَهم المُسوحُ، فيَجلِسون مِنه مَدَّ البصَرِ، ثمَّ يَجيءُ ملَكُ الموتِ حتَّى يَجلِسَ عِندَ رأسِه، فيَقولُ: أيَّتُها النَّفسُ الخبيثةُ، اخرُجي إلى سَخطٍ مِن اللهِ وغَضبٍ، قال: فتَتفرَّقُ في جسَدِه، فيَنتزِعُها كما يُنتزَعُ السَّفُّودُ مِن الصُّوفِ المبلولِ، فيَأخُذُها، فإذا أخَذَها لم يدَعوها في يدِه طَرْفةَ عينٍ، حتَّى يَجعَلوها في تلك المسوحِ، ويَخرُجَ منها كأنتَنِ ريحٍ خَبيثةٍ وُجِدَتْ على وجهِ الأرضِ، فيَصعَدون بها، فلا يَمُرُّون بها على ملأٍ مِن الملائكةِ إلَّا قالوا: ما هذا الرُّوحُ الخبيثُ؟ فيَقولون: فلانُ بنُ فلانٍ- بأقبَحِ أسمائِه الَّتي كانوا يُسمُّونه بها في الدُّنيا- حتَّى يُنتَهى بها إلى السَّماءِ الدُّنيا، فيُستفتَحُ له، فلا يُفتَحُ له، ثمَّ قرَأَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: {لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ} [الأعراف: 40]، فيَقولُ اللهُ عزَّ وجلَّ: اكتُبوا كِتابَه في سِجِّينٍ، في الأرضِ السُّفْلى، فتُطرَحُ روحُه طرحًا، ثمَّ قرَأ: {وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ} [الحج: 31]. فتُعادُ رُوحُه في جسَدِه، ويأتيه ملَكانِ فيُجلِسانِه، فيَقولانِ له: مَن ربُّك؟ فيقولُ: هاه هاه، لا أَدْري، فيَقولانِ له: ما هذا الرَّجلُ الَّذي بُعِثَ فيكم، فيَقولُ: هاهْ هاهْ، لا أَدْري، فيُنادي مُنادٍ من السَّماءِ: أنْ كذَبَ، فأَفْرِشوه مِن النَّارِ، وافتَحوا له بابًا إلى النَّارِ، فيَأتيه مِن حَرِّها وسَمومِها، ويُضيَّقُ عليه قبرُه، حتَّى تَختلِفَ أضلاعُه، ويأتيه رجُلٌ قبيحُ الوجهِ، قبيحُ الثِّيابِ مُنتِنُ الرِّيحِ، فيَقولُ: أبشِرْ بالَّذي يَسوءُك، هذا يومُك الَّذي كُنتَ تُوعَدُ، فيَقولُ: مَن أنتَ، فوَجهُك الوَجهُ يَجيءُ بالشَّرِّ، فيقولُ: أنا عمَلُك الخبيثُ، فيَقولُ: ربِّ لا تُقِمِ السَّاعةَ!

Kami berangkat bersama Rasulullah ﷺ untuk mengantarkan jenazah seorang lelaki dari kalangan Ansar. Ketika kami sampai di kuburan dan jenazah sudah dilianglahadkan, maka Rasulullah ﷺ duduk, kami pun duduk pula di sekitarnya seakan-akan di atas kepala kami ada burung, sedangkan di tangan Rasulullah ﷺ terdapat setangkai kayu yang ia ketuk-ketukkan ke tanah.

Lalu beliau ﷺ mengangkat kepalanya dan bersabda:

"Mohon perlindunganlah kalian kepada Allah dari azab kubur!"

Ucapan ini dikatakannya sebanyak tiga kali. kemudian beliau ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya SEORANG HAMBA YANG MUKMIN apabila ajalnya di dunia sudah habis dan akan menghadap ke akhirat, maka turunlah kepadanya para malaikat yang semua wajahnya putih seakan-akan seperti matahari.

Mereka turun dengan membawa kain kafan dari surga dan wewangian pengawet jenazah dari surga, hingga mereka semua duduk di dekatnya sampai sejauh mata memandang.

Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di dekat kepalanya, lalu malaikat maut berkata: "Hai jiwa yang tenang, keluarlah menuju kepada ampunan dan rida Allah!"

Nabi ﷺ melanjutkan sabdanya:

“Maka keluarlah rohnya, mengucur sebagaimana mengucurnya tetesan air dari mulut (lubang) wadah penyiram. Kemudian malaikat maut memegangnya, dan apabila malaikat maut telah memegangnya, maka tidak dibiarkan pada tangannya barang sekejap pun, melainkan ia langsung mencabutnya, mengkafankan, serta mewangikannya dengan kafan dan wewangian yang dibawanya. Sedangkan dari roh itu tercium bau wewangian minyak kesturi yang paling harum di muka bumi.

Lalu mereka membawanya naik ke langit. Maka tidak sekali-kali mereka yang membawanya melewati sejumlah malaikat, melainkan mereka bertanya,

"Siapakah roh yang harum ini?"

Mereka menjawab: "Si Fulan, " yakni dengan menyebutkan nama terbaiknya yang biasa dipakai untuk memanggilnya ketika di dunia Hingga sampailah mereka ke langit yang paling rendah, lalu mereka memintakan izin masuk untuknya, dan pintu langit dibukakan untuknya.

Maka ia diiringi oleh semua malaikat penghuni setiap lapis langit untuk mengantarkannya sampai kepada lapis langit yang lainnya, hingga sampai kepada langit yang ketujuh.

Maka Allah subhanahu wa ta’ala, berfirman: "Catatkanlah di dalam kitab {catatan amal) hamba-Ku ini bahwa dia termasuk orang-orang yang menghuni surga yang tinggi, dan kembalikanlah ia ke bumi, karena sesungguhnya Aku telah menciptakan mereka dari tanah, dan kepadanya Aku kembalikan mereka, serta darinya Aku keluarkan mereka di kesempatan yang lain."

Nabi ﷺ melanjutkan sabdanya: " Maka rohnya dikembalikan, lalu datanglah kepadanya dua malaikat, dan kedua malaikat itu mempersilakannya duduk. Keduanya bertanya kepadanya."Siapakah Tuhanmu?"

Maka ia menjawab, "Tuhanku adalah Allah."

Keduanya menanyainya lagi, "Apakah agamamu?"

Ia menjawab, "Agamaku Islam."

Keduanya bertanya kepadanya, "Siapakah lelaki ini yang diutus di antara kalian?"

Ia menjawab, "Dia adalah utusan Allah."

Kedua malaikat bertanya lagi kepadanya, "Apakah amal perbuatanmu?"

Ia menjawab: "Aku membaca Kitabullah, maka aku beriman dan membenarkannya."

Maka ada suara yang menyerukan dari langit: "Benarlah apa yang dikatakan oleh hamba-Ku.
Maka hamparkanlah baginya hamparan dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah baginya suatu pintu yang menghubungkan ke surga."

Maka kesegaran dan wewangian dari surga datang kepadanya serta dilapangkan baginya kuburnya hingga sejauh mata memandang.

Nabi ﷺ melanjutkan kisahnya: " Dan datanglah kepadanya seorang lelaki yang berwajah tampan, berpakaian indah lagi harum baunya, lalu lelaki itu berkata: "Bergembiralah engkau dengan berita yang akan membuatmu bahagia. Inilah hari yang pernah dijanjikan kepadamu."

Ia bertanya kepada lelaki itu: "Siapakah engkau ini? Penampilanmu merupakan penampilan orang yang membawa kebaikan."

Lelaki itu menjawab, "Aku adalah amal salehmu."

Maka ia berkata: "Ya Tuhanku, segerakanlah kiamat. Ya Tuhanku, segerakanlah kiamat agar aku dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan harta bendaku."

Nabi ﷺ melanjutkan kisahnya:

Sesungguhnya SEORANG HAMBA YANG KAFIR apabila ajalnya sudah habis di dunia ini dan hendak menghadap ke alam akhirat, maka turunlah kepadanya para malaikat yang berwajah hitam dengan membawa karung, lalu mereka duduk sejauh mata memandang darinya.
Kemudian datanglah malaikat maut yang langsung duduk di dekat kepalanya.

Lalu malaikat maut berkata: "Hai jiwa yang jahat, keluarlah engkau menuju kepada kemurkaan dan marah Allah".

Nabi ﷺ melanjutkan kisahnya:

Maka rohnya bercerai-berai keseluruh tubuhnya (bersembunyi), kemudian malaikat maut mencabutnya sebagaimana seseorang mencabut besi pemanggang daging yang berjeruji dari kain wol yang basah (mencabut kain kerudung dari dahan yang beronak duri, pent.).

Malaikat maut pun mencabut rohnya.

Dan apabila ia telah mencabutnya, maka mereka tidak membiarkan roh itu berada di tangan malaikat maut barang sekejap pun, melainkan langsung mereka masukkan ke dalam karung tersebut, dan tercium darinya bau bangkai yang paling busuk di muka bumi ini.

Kemudian mereka membawanya naik, dan tidak sekali-kali mereka yang membawanya bersua dengan segolongan malaikat, melainkan mereka mengatakan,

"Siapakah yang memiliki roh yang buruk ini?"

Mereka menjawab: "Si Fulan bin Fulan, " dengan menyebut nama panggilan terburuknya ketika di dunia, hingga sampailah roh itu ke langit [pertama] yang paling bawah.

Kemudian dimintakan izin untuk naik, tetapi pintu langit tidak dibukakan untuknya.

Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya:

{لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ}

sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. (QS. Al-A'raf: 40).

Maka Allah subhanahu wa ta’ala, berfirman: "Catatkanlah pada kitab catatan amalnya bahwa dia dimasukkan ke dalam Sijjin bagian bumi yang paling dasar!"

Lalu rohnya dicampakkan dengan kasar (ke tempat tersebut).

Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya:

{وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ}

“Dan barang siapa mempersekutukan Allah dengan sesuatu, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.
(QS. Al-Hajj: 31).

Maka dikembalikanlah rohnya ke dalam jasadnya dan datang kepadanya dua malaikat yang langsung mendudukkannya.

Kedua malaikat itu bertanya kepadanya: "Siapakah Tuhanmu?"

Ia hanya mengatakan: "Ha, ha, tidak tahu."

Keduanya bertanya kepadanya, "Apakah agamamu?"

Ia menjawab: "Ha, ha, tidak tahu."

Kedua malaikat bertanya kepadanya: "Siapakah lelaki yang diutus di kalangan kalian ini?"

Ia menjawab: "Ha, ha, tidak tahu."

Maka terdengarlah suara dari langit menyerukan: "Hamba-Ku telah berdusta, maka hamparkanlah untuknya hamparan dari neraka, dan bukakanlah baginya sebuah pintu yang menuju ke neraka."

Lalu panas neraka dan anginnya yang membakar datang kepadanya, serta KUBURAN tempat tinggalnya DISEMPITKAN sehingga tulang-tulang iganya patah-patah berantakan.

Kemudian datanglah seorang lelaki yang buruk rupanya, buruk pakaiannya lagi busuk baunya seraya berkata:

"Rasakanlah apa yang akan membuatmu tersiksa. Hari ini adalah hari yang pernah dijanjikan kepadamu."

Maka ia bertanya: "Siapakah kamu? Penampilanmu merupakan penampilan orang yang membawa kejahatan."

Lelaki itu menjawab: "Aku adalah amal burukmu."

Maka ia berkata: Ya Tuhan, janganlah Engkau jadikan [segerakan] hari kiamat !."

[HR. Abu Daud (4754) dengan sedikit perbedaan, an-Nasa'i (2001) disingkat, dan Ahmad (573) dan kata-katanya adalah miliknya.]

Di Shahihkan al-Albaani dalam Shahih Abu Daud no. 4753 dan Syu'aib al-Arna'uth dalam Takhrij Syarah ath-Thohaawiyah no. 573]

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Yunus ibnu Khabbab, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Zazan, dari Al-Barra ibnu Azib yang menceritakan:

Kami berangkat bersama Rasulullah ﷺ untuk menjenguk jenazah seseorang.
Kemudian di dalam hadis ini disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas.

*****

CONTOH-CONTOH MEMBALUT KEMUNGKARAN 
DENGAN SESUATU AGAR NAMPAK SEAKAN-AKAN SYAR'I
====

CONTOH PERTAMA: 
MEMBIKIN-BIKIN HUKUM HALAL DAN HARAM ATAS NAMA ALLAH:

Allah SWT berfirman:

وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ

Dan janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut sebut oleh lidah kalian secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesung guhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan ter hadap Allah tiadalah beruntung. {QS an-Nahl:116}

Ibnu al-Jawzi, semoga Allah merahmatinya, mengatakan dalam tafsirnya (Zaad al-Masiir fi 'Ilmi at-Tafsir):

"وقد ذهب طائفة من العلماء: إلى أن الكذب على الله وعلى رسوله كفر، ولا ريب أن الكذب على الله وعلى رسوله مُتَعَمدًا في تحليل حرام، أو تحريم حلال - كفر محض" اهـ.

“Sekelompok ulama telah sampai pada kesimpulan bahwa berbohong terhadap Allah dan Rasul-Nya adalah kafir. Dan tidak ada keraguan bahwa berbohong terhadap Allah dan Rasul-Nya dengan disengaja dalam menghalalkan yang haram, atau mengharamkan yang mubah – adalah murni kafir.”

Dan dosa paling besar adalah mudah menghukumi haram. Maka berhati-hati dan berwaspada lah bagi orang mudah memfatwakan hukum haram, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Sa’d ibnu Abi Waqaash: bahwa Nabi SAW berkata:

إِنَّ أَعْظَمَ المُسْلِمِينَ جُرْمًا، مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ، فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ

Sesungguhnya (seseorang dari) kaum Muslim yang paling besar dosanya adalah yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lantas hal tersebut diharamkan karena pertanyaannya. ( HR. Bukhory no. 6745 )

Para Ulama Salaf dahulu, mereka takut sekali dan tidak berani sembarangan mengatakan: " Ini Halal dan ini Haram ".

Imam Malik, semoga Allah merahmatinya, berkata:

"لم يكن أسلافنا يقولون: هذا حلال وهذا حرام، ما كانوا يجترئون على ذلك، وإنما كانوا يقولون: نكره هذا، ونرى هذا حسنًا، ونتقي هذا، ولا نرى هذا، فالله تعالى يقول:

{قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ} [يونس:59]،

الحلال ما أحل الله، والحرام ما حرَّمه الله". اهـ.

Para Salaf kami tidak berani mengatakan: Ini halal dan ini haram. Mereka tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu, akan tetapi mereka biasa mengatakan: " Kami membenci ini, kami menganggap ini adalah baik, kami takut akan ini, dan kami tidak berpendapat ini. Karena Allah SWT berfirman:

{قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ}

Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepada kalian, lalu kalian jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal."

Katakanlah, "Apakah Allah memberi izin kepada kamu (untuk melakukan itu) atau kalian mengada-adakan kebohongan saja terhadap Allah?" (QS Yunus: 59).

Yang Halal adalah apa yang dihalalkan oleh Allah, dan yang haram adalah apa yang diharamkan oleh Allah.”( Baca: " جامع بيان العلم وفضله " dan [ إعلام الموقعين ]  1/38).

Dengan demikian, berbohong kepada Allah Ta'aala mensyariatkan suatu perkara yang tidak diizinkan oleh Allah Ta'aala.

Dan Allah SWT berfirman:

﴿ قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ. وَمَا ظَنُّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ ﴾

Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepada kalian, lalu kalian jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal."

Katakanlah, "Apakah Allah memberi izin kepada kamu (untuk melakukan itu) atau kalian mengada-kan kebohongan saja terhadap Allah?" (QS Yunus: 59).

Dan apa dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat?

Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).( QS Yunus: 60)

Dan Firman Allah SWT:

قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ ۖ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ

Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal.” Katakanlah: “Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah.” {QS Yūnus (10):59}

Dan Firman Allah SWT:

قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَىٰ طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepada-Ku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir, atau daging babi -karena sesungguhnya semua itu kotor- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” {QS al-An‘ām (6):145}

Dan Firman Allah SWT:

 قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari Kiamat.” Demikianlah Kami menjelaskan ayat ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. {QS al-A‘rāf 32}

*****

KONSEKWENSI BERDUSTA DENGAN BIKIN-BIKIN HUKUM HALAL DAN HARAM DENGAN MENGATAS NAMAKAN AGAMA

Dalam hadits Sa’d ibnu Abi Waqaash: Bahwa Nabi SAW berkata:

إِنَّ أَعْظَمَ المُسْلِمِينَ جُرْمًا، مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ، فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ

Sesungguhnya (seseorang dari) kaum Muslim yang paling besar dosanya adalah yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lantas hal tersebut diharamkan karena pertanyaannya. ( HR. Bukhory no. 6745 )

Para Ulama yang suka sembarangan dalam memvonis hukum Haram atau Halal, Sunnah dan Bida’h pada hakikatnya mereka itu telah mendakwakan dirinya sebagai berikut:

KE 1: MENDAKWAKAN DIRINYA SEBAGAI RABB [TUHAN] SELAIN ALLAH.

Yang demikian itu adalah kebiasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani dahulu dan sekarang, dalam firmanNya Allah SWT menjelaskan:

) اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (. [التوبة:31]

Artinya: " Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan ". ( QS. At-Taubah: 31 ).

Sahabat Adiy bin Hatim - radhiyallahu 'anhu- saat mendengar ayat ini berkata: " Wahai Rosulullah mereka tidak menyembahnya ? ", lalu Rosulullah SAW menjawab:

« بَلَى، إنَّهُمْ أَحَلُّوا لَهُمُ الْحَرَامَ وحَرَّمُوا عَلَيْهِمُ الْحَلالَ، فَاتَّبَعُوهُمْ، فَذَلِكَ عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ »

“Benar, sesungguhnya mereka telah menghalalkan untuk mereka yang haram, dan mengharamkan untuk mereka yang halal, kemudian mereka mengikutinya (mengamalkannya), maka yang demikian itu adalah bentuk penyembahan mereka kepada nya ".

( HR. Ahmad dan Turmudzi no. 3095. Dihasankan oleh Syeikh Al-Bani dalam Shahih Tirmidzi no. 3095. Dan di hasankan oleh Ibnu Taymiyah dalam حقيقة الإسلام والإيمان no. 111 ).

Manusia yang menciptakan syariat atau amalan bid’ah berarti dia telah menganggap dirinya sebaga Rabb atau mengaku diri nya dirinya sebagai Rosul yang menerima wahyu dari Allah. Ini adalah perbuatan yang sangat Dzalim di sisi Allah.

KE 2: MENDAKWAKAN DIRINYA SEBAGAI SEKUTU ALLAH:

Dengan tegas Allah SWT menyatakan kepada orang-orang yang mengamalkan hukum halal dan haram yang bukan dari Allah dan Rasul-Nya hukum nya sama dengan menjadikan orang yang menciptakan hukum tadi sebagai rabb-rabb (tuhan-tuhan) selain Allah.

Allah SWT berfirman:

{ أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ }.

“Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu (شُرَكَاءُ) Allah yang ikut serta menciptakan syariat untuk mereka dengan mengatas namakan agama (مِنَ الدِّينِ) yang Allah tidak pernah mengizinkannya ? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang lalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. (QS. Asy-Syuro: 21).

Ayat diatas dengan jelas dan gamblang bahwa orang-orang yang beragama dengan cara mengamalkan syariat ciptaan manusia, berarti mereka telah menjadikannya sebagai sekutu dan sesembahan selain Allah SWT.

NABI MUHAMMAD SAW TIDAK BERHAK MENCIPTAKAN HUKUM HALAL DAN HARAM:

Rosulullah SAW sendiri sebagai pimpinan para nabi dan rosul sama sekali tidak berhak untuk menciptakan satu syariatpun kecuali harus ada wahyu dari Allah SWT. Bahkan Allah SWT mengancam Nabi SAW jika berani coba-coba menciptakan sebuah syariat tanpa seizinNya:

{ وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الأقَاوِيلِ. لأخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ. فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ }

Artinya: " Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu". ( QS. Al-Haaqoh: 44-47 ).

Di ayat lain menyebutkan bahwa tiada pilihan bagi Nabi Muhammad SAW begitu juga nabi-nabi dan para rasul sebelumnya, kecuali hanya patuh dan berserah diri kepada syariat yang Allah SWT tetapkan:

{ مَا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ اللَّهُ لَهُ سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا. الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا }

Artinya: " Sama sekali tidak boleh ada rasa keberatan atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku. (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan ". ( QS. Al-Ahzab: 38-39 ).

Begitu pula atas umatnya, Allah SWT berfirman:

{ وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ }

Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab: 36 ).

Dengan demikian maka tidak ada pilihan lain, kecuali hanya di bolehkan mengamalkan syariat yang Allah turunkan lewat Nabi Nya, serta berpegang teguh kepada nya. Dan orang yang menciptakan tata cara ibadah, maka dia telah melangkahi Allah dan Rasul-Nya. Yang demikian itu jelas-jelas di larang, Allah SWT berfirman:

{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّه )

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah ". ( QS. Al-Hujuroot: 1).

CONTOH KEDUA: 
DUSTA MEMBIKIN-BIKIN DALIL DENGAN MENGATAS NAMAKAN FIRMAN ALLAH:

Ada sebagian kaum muslimin bahkan sebagian para ulama nya yang menggampangkan bikin-bikin dan ngarang-ngarang dalil palsu dalam menentukan hukum masalah yang berkaitan dengan agama, baik yang berkaitan dengan akidah, tata cara ibadah dan bermu'amalah.

Yang demikian itu biasanya bertujuan untuk membenarkan dan menguatkan kebenaran apa yang mereka yakini dan mereka amalkan selama ini. Dan ini merupakan salah satu kebiasaan para ahli kitab terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW di utus.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

﴿ وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴾

Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab.

Dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui [QS. Al-Imran: 78]

Dan Allah SWT berfirman:

﴿ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ الْأَنْعَامُ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ ۖ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ ﴾

Dan telah dihalalkan bagi kalian semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepada kalian keharamannya, maka jauhilah oleh kalian berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. [QS. Al-Hajj: 30]

Ibnu Abbas - semoga Allah meridhoi mereka berdua - menafsirkan firman:

﴿ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ ﴾

“dan jauhilah perkataan-perkataan dusta ".

Dengan penafsiran: " الافتراء على الله والتكذيب " membikin-bikin kebohongan terhadap Allah dan kedustaan ". ( Baca: Tafsir ath-Thabari: [112/17)])

Ibn Jarir al-Tabari, semoga Allah merahmatinya, mengatakan tentang ayat diatas:

"واتقوا قول الكذب والفرية على الله بقولكم في الآلهة: {مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى} [الزمر:3]، وقولكم للملائكة: هي بنات الله... ونحو ذلك من القول؛ فإن ذلك كذبٌ وزور وشرك".

“Dan waspadalah terhadap kedustaan dan mengada-adakan kebohongan terhadap Allah dengan perkataan kalian tentang para dewa [sesembahan-sesembahan]:

{مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى} [الزمر:3]

{Tidaklah mami menyembah mereka kecuali agar mereka mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya } [Az-Zumar:3].

Dan juga perkataan kalian tentang para malaikat: " Mereka adalah putri-putri Allah [dewi-dewi]....... dan ucapan lainnya; Ini semua adalah dusta, kepalsuan, dan syirik.” ( Baca: Tafsir ath-Thabari: [112/17)]

Allah SWT berfirman:

﴿فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴾


Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [QS. Al-An'aam: 144]

Dan Allah SWT berfirman:

{قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللّهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ}

Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung". [QS. Yunus: 69]

CONTOH KETIGA: 
BERDUSTA DALAM BERFATWA DENGAN MENGATAKAN ALLAH TAHU APA YANG DIA FATWAKAN ITU PASTI BENAR:

Termasuk mengada-adakan kebohongan mengatas namakan Allah dan Rasul-Nya adalah seseorang berfatwa tanpa ilmu tentang dalil hukum masalah. Lalu dengan beraninya orang itu mengklaim bahwa Allah mengetahui apa yang dia fatwakan itu benar.

Dalam hal ini Allah memperingatkan, sebagaimana dalam firman-Nya:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak tahu ilmunya. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. [QS. Al-Isra: 36]

Dan firman lainnya:

{قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ}

Katakanlah (Muhammad): “Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu.

Dan (mengharamkan) kalian membicarakan tentang Allah apa yang tidak kalian ketahui.” [QS. Al-A'raf: 33]

Ibnu al-Jawzi [semoga Allah merahmatinya - ketika manfsiri Firman Allah SWT:

{وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ}

“dan ( Tuhanku mengharamkan) kalian membicarakan tentang Allah apa yang tidak kalian ketahui.”":

Beliau berkata:

"عام في تحريم القول في الدين من غير يقين".

“Ini umum mencakup pengharaman berbicara tentang agama tanpa dalil yang yakin ”;

(Baca: زاد المسير في علم التفسير [192/3]).

Imam An-Nawawi, semoga Allah merahmatinya, berkata dalam kitab (Al-Adzkaar [326]):

"وهذه العبارة (يَعْلَمُ اللهُ) فيها خطر، فإن كان صاحبها مُتيقِّنًا أن الأمر كما قال، فلا بأس بها، وإن كان تشكك في ذلك، فهو من أقبح القبائح؛ لأنه تعرَّض للكذب على الله تعالى، فإنه أخبر أن الله تعالى يعلم شيئًا لا يتيقن كيف هو، وفيه وقيعة أخرى أقبح من هذا، وهو أنه تعرَّض لوصف الله تعالى بأنه يعلم الأمر على خلاف ما هو، وذلك لو تحقَّق كان كفرًا، فينبغي للإنسان اجتناب هذه العبارة". اهـ.

Dan ungkapan berikut ini: " يَعْلَمُ اللهُ ": artinya " Allah Tahu [apa yang aku katakan itu benar]", di dalam nya terdapat hal yang berbahaya.

Jika orang yang mengatakannya itu yakin bahwa masalahnya itu benar seperti yang dia katakan tanpa ada keraguan, maka itu tidak apa-apa.

Namun jika dia sendiri meragukannya, maka itu adalah salah satu keburukan yang paling busuk. Karena dia telah melakukan kebohongan terhadap Allah Ta'aala. Karena dia telah berkata bahwa Allah SWT mengetahui sesuatu yang dia sendiri tidak yakin bagaimana sesuatu itu yang sesungguhnya.

Dan ada problem lain yang lebih buruk dari ini, yaitu bahwa dia telah berani sembarangan mensifati Allah SAW bahwa dia mengetahui masalah yang bertentangan dengan yang sebenarnya.

Dan itu, jika benar-benar terbukti, maka itu adalah kekafiran. Oleh sebab itu seseorang harus menghindari ungkapan tersebut [Yakni: يَعْلَمُ اللهُ: yang artinya " Allah Tahu itu " )

CONTOH KE EMPAT: 
BERDUSTA DENGAN CARA MERUBAH-RUBAH FIRMAN ALLAH SWT DAN HADITS NABAWI.

Ada sebagian para dai dan penceramah, ketika menyampaikan kisah dalam al-Qur'an dan hadits-hadits nabawi, mereka merubah-rubah jalan ceritanya dan mencampur adukan antara satu hadits dengan hadits yang lain agar nampak seru dan terdengar lucu serta membuat terpingkal-pingkal para hadirin.

Tanpa mereka sadari bahwa apa yang telah mereka lakukan itu telah menghasilkan sesuatu yang melecehkan akan kemuliaan agama Islam, bahkan menghalalkan pelecehan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Dan yang lebih parah lagi mereka suka merubah-rubah hukum Allah.

Sebagai contoh:

Ada ceramah yang di sampaikan oleh seorang Dai Kondang di Tanah Air, yang judulnya kira-kira seperti ini:

"PERTANYAAN SEORANG BADUI KEPADA NABI SAW DENGAN CARA YANG SU'UL-ADAB [tidak ber-etika dan tidak beradab], TAPI MALAH MEMBAWA BAROKAH".

Beliau -hafidzohullah- meriwayatkan sebuah hadits secara campur aduk:

Bahwa Nabi SAW berkhutbah sambil menerangkan tentang kondisi hari kiamat yg sangat mengerikan. Para sahabat semuanya pada ketakutan dan menangis.

Kecuali seorang badui, dia lebih cerdas. Lalu Dia bertanya kepada Nabi SAW padahal Beliau sedang berkhutbah, maka dia itu telah berbuat SUUL ADAB [adab yang buruk] kepada Nabi SAW.

Badui itu bertanya: Kapan itu Hari kiamat ?

Nabi saw tidak mau menjawabnya, karena beliau sedang berkhutbah dan karena itu adalah perbuatan SUUL ADAB.

Tapi Si Badui terus menerus bertanya.

Ini membuat para sahabat marah.

Akhirnya Nabi SAW menanggapinya, dengan balik bertanya ; Apa yg telah kamu persiapkan untuk nya?

Badui tsb menjawab: " Aku tidak banyak melakukan sholat, puasa dan sodaqoh, akan tetapi mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Nabi saw menjawab: " Kamu bersama orang yang kau cintai".

Maka para sahabat pun ikut bergembira. [[SELESAI CERITA SANG DA'I]].

PENULIS KATAKAN:

Setahu penulis kejadian tersebut bukan ketika Nabi SAW sedang berkhutbah, akan tetapi ketika Rosululloh saw sdg duduk-duduk di luar masjid.

Dan setahu penulis hadits nya ada dalam shahih Muslim no. 4778 spt ini:

حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَارِجَيْنِ مِنْ الْمَسْجِدِ فَلَقِينَا رَجُلًا عِنْدَ سُدَّةِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ فَكَأَنَّ الرَّجُلَ اسْتَكَانَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا كَبِيرَ صَلَاةٍ وَلَا صِيَامٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ فَأَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

Telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik dia berkata;

Ketika aku dan Rasulullah sedang keluar dari Masjid, tiba-tiba kami bertemu dengan seorang laki-laki dari balik pintu masjid seraya bertanya:

Ya Rasulullah, kapankah terjadi hari kiamat?

Rasulullah SAW balik bertanya: "Apa yang telah kamu siapkan untuknya? Maka seakan-akan orang tersebut merasa malu dan tunduk. Lalu dia berkata; Aku tidak mempunyai persiapan yang banyak dari shalat, puasa, atau sedekah kecuali hanya aku mencintai Allah dan RasulNya".

Rasulullah SAW bersabda: "Kamu bersama dengan yang kau cintai". [[HR. Muslim no. 4778]].

Adapun pertanyaan Badui kepada Nabi SAW saat berkhutbah adalah sbb:

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:

إِنَّ رَجُلاً دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْ بَابٍ كَانَ نَحْوَ دَارِ الْقَضَاءِ وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَائِمًا ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتِ الأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتِ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يُغِيثَنَا !. قَالَ: فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ: « اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا » ثَلاَثًا. قَالَ أَنَسٌ: فَلاَ وَاللَّهِ مَا نَرَى فِى السَّمَاءِ سَحَابَةً وَلاَ قَزَعَةً ، وَمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ مِنْ بَيْتٍ وَلاَ دَارٍ. قَالَ: فَطَلَعَتْ مِنْ وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ ، فَلَمَّا تَوَسَّطَتِ السَّمَاءَ انْتَشَرَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ. قَالَ أَنَسٌ: فَلاَ وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ سِتًّا. قَالَ: ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذَلِكَ الْبَابِ فِى الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَهُ قَائِمًا ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتِ الأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتِ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا عَنَّا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ:« اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا ، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ ». قَالَ: فَأَقْلَعَتْ وَخَرَجْنَا نَمْشِى فِى الشَّمْسِ.

Bahwa seorang laki-laki memasuki mesjid pada hari Jumat dari pintu searah dengan Darulqada. Pada waktu itu Rasulullah SAW sedang berdiri berkhutbah. Sahabat tersebut menghadap Rasulullah SAW sambil berdiri, lalu berkata:

Ya Rasulullah, harta benda telah musnah dan mata penghidupan terputus, berdoalah kepada Allah, agar Dia berkenan menurunkan hujan.

Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya dan berdoa:

“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami".

Kata Anas: Tidak ! Demi Allah, kami tidak melihat di langit mendung atau gumpalan awan. Antara kami dan gunung tidak ada rumah atau perkampungan (yang dapat menghalangi pandangan kami untuk melihat tanda-tanda hujan). Tiba-tiba dari balik gunung muncul mendung bagaikan perisai. Ketika berada di tengah langit mendung itu menyebar lalu menurunkan hujan. Demi Allah, kami tidak melihat matahari selama enam hari.

Kemudian kata Anas lagi: Pada Jumat berikutnya seseorang datang dari pintu yang telah di sebut di atas ketika Rasulullah SAW sedang berkhutbah. Orang itu menghadap beliau sambil berdiri dan berkata:

Wahai Rasulullah, harta-harta telah musnah dan mata pencarian terputus ( karena hujan terus menerus ), berdoalah agar Allah berkenan menghentikannya.

Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya dan berdoa:

"Ya Allah, di sekitar kami dan jangan di atas kami. Ya Allah, di atas gunung-gunung dan bukit-bukit, di pusat-pusat lembah dan tempat tumbuh pepohonan".

Hujan pun reda dan kami dapat keluar, berjalan di bawah sinar matahari. (HR. Bukhory no. 1014 dan Muslim No.1493)

Dalam hal yang berkaitan dengan larangan dan kutukan bagi orang-orang yang merubah-rubah firman Allah SWT dan hadits-hadits nabawi, Allah SWT berfirman:

مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَّرَاعِنَا لَيًّاۢ بِاَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ قَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَقْوَمَۙ وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا

(Yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata: “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.”

Dan (mereka mengatakan pula: “Dengarlah”, sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun.

Dan (mereka mengatakan): “Raa‘ina” dengan memutar-balikkan lidahnya dan mencela agama.

Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali. [An-Nisaa': 46].

TAFSIR NYA:

Yaitu di antara orang Yahudi, yang kebiasaan buruk mereka adalah merubah-rubah perkataan dari tempat-tempatnya seperti menyangkut kenabian Muhammad.

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya ketika menafsiri ayat di atas, beliau berkata:

“Firman Allah subhanahu wa ta’ala: " mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya". Maksudnya, mereka menakwilkannya bukan dengan takwil yang sebenarnya, dan menafsirkannya bukan dengan tafsir yang dimaksud oleh Allah subhanahu wa ta’ala., dengan sengaja mereka melakukannya sebagai kedustaan dari mereka sendiri". [SELESAI KUTIPAN DARI IBNU KATSIR]

Dan Allah SWT berfirman:

وَاِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيْقًا يَّلْوٗنَ اَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتٰبِ لِتَحْسَبُوْهُ مِنَ الْكِتٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتٰبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَيَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

“Dan sungguh, di antara mereka niscaya ada segolongan yang memutarbalikkan lidahnya membaca Kitab, agar kamu menyangka (yang mereka baca) itu sebagian dari Kitab, padahal itu bukan dari Kitab dan mereka berkata, “Itu dari Allah,” padahal itu bukan dari Allah. Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui." [QS. Ali 'Imran: 78]

TAFSIR NYA:

Ayat ini menggambarkan sekelompok Ahli Kitab yang lain, yaitu sekelompok dari pendeta-pendeta mereka yang mengubah ayat-ayat Kitab (Taurat) dengan menambah lafaz-lafaznya atau menukar letak dan melacak sebagian dari lafaz-lafaz itu, sehingga mengubah pengertiannya yang asli.

Mereka membaca ayat-ayat yang telah diubah-ubahnya itu sebagai membaca ayat Al-Kitab, agar pendengarnya mengira bahwa yang dibaca itu benar-benar ayat Al-Kitab, padahal yang dibaca sebenarnya bukan datang dari Allah, tetapi buatan sendiri.

Mereka mengetahui bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu adalah perbuatan yang salah, tetapi tetap juga mereka lakukan.

Dan Ibnu Katsir dalam Tafsirnya ketika menafsiri ayat di atas, beliau berkata:

“Allah subhanahu wa ta'ala mengungkapkan tentang sepak terjang orang-orang Yahudi -semoga laknat Allah menimpakan mereka - bahwa segolongan dari mereka mengubah-ubah banyak kalimat dari masing-masing dan mengganti Kalamullah serta menyelewengkannya dari makna yang dimaksud.

Tujuan mereka adalah untuk mengelabui orang-orang bodoh hingga orang-orang yang tidak mengerti menduga bahwa itu adalah isi Kitabullah, lalu menisbatkannya kepada Allah, padahal hal itu dusta terhadap Allah.

Mereka melakukan demikian dengan penuh kesadaran bahwa mereka telah berdusta serta semua yang ia bacakan itu hanyalah buat-buatan mereka sendiri.

Karena itu disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam firman-Nya:

وَيَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

"Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedangkan mereka mengetahui". [QS. Ali 'Imran: 78]

Mujahid, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: " Yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab " [QS. Ali 'Imran: 78] menurut mereka: " Yang dimaksud adalah dengan memutar-mutar lidahnya mengubah-ubah isi Al-Kitab".

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Ibnu Abbas:

Bahwa mereka mengubah-ubah Al-Kitab dan menghapusnya (lalu menggantinya dengan yang lain), meskipun tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang berani menghapus suatu lafaz dari Kitabullah.

Dengan demikian, berarti makna yang dimaksud adalah mereka menyelewengkan artinya dan menakwilkannya bukan dengan takwil yang sebenarnya.

Wahb ibnu Munabbih mengatakan, sesungguhnya kitab Taurat dan Injil utuh seperti ketika diturunkan oleh Allah, tiada suatu huruf pun yang diubah, tetapi mereka menyesatkan dengan menyelewengkan makna dan takwilnya.

Tetapi ada kitab-kitab yang mereka tulis hasil karangan mereka sendiri, lalu mereka mengatakan seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَيَقُوْلُوْنَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ


" Dan mereka mengatakan bahwa ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah, padahal ia bukan dari sisi Allah". [QS. Ali 'Imran: 78]

Adapun kitab-kitab Allah, sesungguhnya semua dalam keadaan terpelihara, tidak ada yang diubah.

Demikian menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim. [SELESAI KUTIPAN DARI IBNU KATSIR]

Dan Allah SWT berfirman:

فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتٰبَ بِاَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هٰذَا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ لِيَشْتَرُوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا كَتَبَتْ اَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُوْنَ ﴿البقرة: ۷۹﴾

Terjemahan Indonesia: Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat. (QS. Al-Baqarah: 79)

TAFSIRNYA:

Ibnu Katsir berkata:

Ayat ini diturunkan berkenaan dengan tingkah laku orang-orang Yahudi, karena mereka berani mengubah isi kitab Taurat dengan menambahkan ke dalamnya apa yang mereka sukai dan menghapus apa yang tidak mereka sukai, serta mereka menghapus nama Nabi Muhammad ﷺ dari kitab Taurat.

Maka Allah murka terhadap mereka, mengingat merekalah penyebab dari terhapusnya sebagian kitab Taurat.

Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

﴿ فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا كَتَبَتْ اَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُوْنَ ﴾

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang mereka kerjakan". (QS. Al-Baqarah: 79). [SELESAI KUTIPAN DARI IBNU KATSIR]

Dalam Tafir KEMENAG di sebutkan:

“Pada ayat ini dijelaskan siapa orang-orang yang terlibat dalam pemalsuan kitab suci, yaitu mereka yang menyesatkan dengan mengada-adakan dusta terhadap Allah dan memakan harta orang lain dengan tidak sah.

Orang-orang yang bersifat seperti itu akan celaka terutama pendeta mereka yang menulis kitab Taurat dengan menuruti kemauan sendiri, kemudian mengatakan kepada orang awam, bahwa inilah Taurat yang sebenarnya.

Mereka berbuat begitu untuk mendapatkan keuntungan duniawi seperti pangkat, kedudukan, dan harta benda.

Diterangkan bahwa keuntungan yang mereka ambil itu amat sedikit dibanding dengan kebenaran yang dijualnya yang sebenarnya sangat mahal dan tinggi nilainya.

Kemudian Allah mengulangi ancaman-Nya terhadap perbuatan pendeta Yahudi itu, bahwa kepada mereka akan ditimpakan siksaan yang pedih.

Pendeta-pendeta Yahudi yang menulis Taurat itu melakukan tiga kejahatan, yaitu:

  1. Menyembunyikan sifat-sifat Nabi ﷺ yang disebut dalam Taurat.
  2. Berdusta kepada Allah.
  3. Mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak sah.

Para pendeta itu berkata: "Kitab ini dari Allah. Padahal Kitab itu sama sekali bukan dari Allah.

Kitab tersebut justru menghambat manusia untuk memperhatikan Kitab Allah dan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya.

Perbuatan itu hanya dilakukan oleh:

  1. Orang yang memang keluar dari agama, yang sengaja merusak agama dan menyesatkan pengikut-pengikutnya. Ia memakai pakaian agama dan menampakkan diri sebagai orang yang mengadakan perbaikan untuk menipu manusia agar orang-orang tersebut menerima apa yang dia tulis dan apa yang dia katakan.
  1. Orang yang sengaja menakwilkan dan sengaja membuat tipu muslihat agar mudah bagi manusia menyalahi agama. Orang ini berbuat demikian untuk mencari harta dan kemegahan". [SELESAI]

Dari Ali bin Rabi'ah dia berkata: "Aku mendatangi sebuah masjid sedangkan pada saat itu Al-Mughirah (bin Syu'bah) menjadi gubernur Kufah. " Lalu al-Mughirah berkata: 'Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ"

"Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas nama seseorang, barangsiapa berdusta atas namaku secara sengaja maka berarti dia menempati tempat duduknya dari api neraka." (HR. Muslim, Hadits No 5)


 

Posting Komentar

0 Komentar