Di tulis oleh Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
--
-----
بسم الله الرحمن الرحيم
DAFTAR ISI:
- PENDAHULUAN:
- DAHSYATNYA DOSA KEMUNGKARAN DENGAN BERDUSTA MENGATAS NAMAKAN AGAMA:
- LARANGAN MENDAKWAKAN DIRI MENGETAHUI PERKARA GHAIB
- HUKUM KERJASAMA ANTARA JIN DAN MANUSIA
- KLASIFIKASI KERJASAMA ANTAR MANUSIA DENGAN JIN:
- KLASIFIKASI PERTAMA: KERJASAMA DALAM KESYIRIKAN DAN PERBUATAN DOSA
- MACAM-MACAM TRANSAKSI KERJASAMA ANTAR MANUSIA DAN JIN
- JIN KHODAM ADALAH PENYEBAB 'AMR BIN LUHAY AL-KHUZA'I KEKAL DALAM API NERAKA
- KLASIFIKASI KEDUA: HUKUM KERJASAMA ANTARA JIN DAN MANUSIA DALAM KEBAIKAN DAN PERKARA MUBAH
- FATWA PARA ULAMA AL-LAJNAH AD-DAAIMAH - SAUDI ARABIA
- FATWA SYEIKH SHALEH 'AALI ASY-SYEIKH
- KESIMPUALNNYA
- CARA-CARA JIN ATAU SYEITAN MENGELABUI ORANG-ORANG BERIMAN:
- KE 1: JIN BERDUSTA DENGAN MEMBISIKAN BAHWA DIRINYA ADALAH MALAIKAT
- KE 2: JIN BERDUSTA DENGAN MEMBISIKAN BAHWA DIRINYA ADALAH WALIYULLAH YANG TELAH MATI ATAU KYAI ATAU ORANG SHALIH.
- KE 3: JIN BERDUSTA DENGAN MENGEMAS PENYEMBAHAN BENDA PUSAKA ATAU POHON KRAMAT DENGAN ISTILAH NGALAP BERKAH DAN TAWASSUL.
=====
بسم الله الرحمن الرحيم
PENDAHULUAN
Sekarang-sekarang ini di tengah kaum muslimin banyak diketemukan berbagai macam ritual, amalan, kegiatan dan lainnya yang jelas-jelas mengandung unsur kemungkaran dan bertentangan dengan syariat Islam, lalu oleh sebagian mereka di kemas dan di balut dengan hal-hal yang nampak syar'i, baik namanya, bacaannya, amalannya, penampilannya maupun pakaiannya.
Diantara kemungkaran berbalut agama adalah BISNIS Perdukunan dan Paranormal dikemas dengan nama ahli hikmah, ruqyah syar'iyyah dan orang pintar. Dan juga di balut dengan sorban, bacaan sholawat dan bacaan al-Quran, padahal di dalamnya dicampur aduk dengan kesyirikan serta minta bantuan kepada Jin Khodam.
Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Mas'ud;
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ ثَمَنِ الكَلْبِ، وَمَهْرِ البَغِيِّ، وَحُلْوَانِ الكَاهِنِ
“Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam melarang hasil penjualan anjing, penghasilan pelacur dan upah perdukunan.” (Shohih Bukhori, no.2282 dan Shohih Muslim, no.1567).
===***===
DAHSYATNYA DOSA KEMUNGKARAN DENGAN BERDUSTA MENGATAS NAMAKAN AGAMA:
Membalut perbuatan mungkar atau syirik dan mengemasnya dengan nama-nama dan istilah-istilah yang nampak Syar'i dan Islami yang bisa mengelabui umat Islam, sehingga mereka mengira bahwa perbuatan tersebut bukanlah sebuah kesyirikan dan kemungkaran, maka yang demikian itu pada hakikatnya adalah sama saja dengan membuat-buat kebohongan dengan mengatas namakan Allah dan Agama-Nya.
Dosa membuat kebohongan dengan mengatas namakan Allah, dosanya sama dengan dosa mendustakan ayat-ayat Allah dan mendustakan agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW.
DALIL-DALILNYA:
Banyak sekali dalil -dalil yang menunjukkan bahwa berdusta dengan mengatas namakan itu sama dengan dengan mendustkan agama, bahkan lebih besar dari nya, diantaranya adalah sebagai berikut:
KE 1: Allah SWT berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَىٰ رَبِّهِمْ وَيَقُولُ ٱلْأَشْهَٰدُ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ كَذَبُوا۟ عَلَىٰ رَبِّهِمْ ۚ أَلَا لَعْنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata:”Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim [QS. Hud: 18].
KE 2: Allah SWT berfiraman:
﴿ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖ ۗ اُولٰۤىِٕكَ يَنَالُهُمْ نَصِيْبُهُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ ۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْ ۙ قَالُوْٓا اَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالُوْا ضَلُّوْا عَنَّا وَشَهِدُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ ﴾
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya?
Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan dalam Kitab sampai datang para utusan (malaikat) Kami kepada mereka untuk mencabut nyawanya.
Mereka (para malaikat) berkata,”Manakah sembahan yang biasa kamu sembah selain Allah?”
Mereka (orang musyrik) menjawab, ”Semuanya telah lenyap dari kami.”
Dan mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir. (QS. Al-A’raf: 37)
KE 3: Allah SWT berfirman:
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ قَالَ اُوْحِيَ اِلَيَّ وَلَمْ يُوْحَ اِلَيْهِ شَيْءٌ وَّمَنْ قَالَ سَاُنْزِلُ مِثْلَ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ تَرٰٓى اِذِ الظّٰلِمُوْنَ فِيْ غَمَرٰتِ الْمَوْتِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ بَاسِطُوْٓا اَيْدِيْهِمْۚ اَخْرِجُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ اَلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ اٰيٰتِهٖ تَسْتَكْبِرُوْنَ
Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata,”Telah diwahyukan kepadaku,”padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata:”Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.”
(Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata),”Keluarkanlah nyawamu.”
Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. [QS. Al-'An'am: 93]
KE 4: Imam Bukhari telah menyebutkan dalam kitab Shahih-nya dalam Bab:
[بَابُ: مَا جَاءَ فِيمَنْ يَسْتَحِلُّ الْخَمْرَ، وَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ]
Bab: Apa-Apa yang Datang Seputar Orang yang Menghalalkan Khamr dan MENGGANTINYA dengan NAMA LAIN.
Kemudian beliau membawakan hadits sebagai berikut dengan sanad nya:
Dari ‘Abdurrahman bin Ghunm Al-Asy’ary ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu ‘Aamir atau Abu Malik Al-Asy’ary: – demi Allah dia ia tidak mendustaiku – bahwa ia telah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
" لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ، يَأْتِيهِمْ ـ يَعْنِي الْفَقِيرَ ـ لِحَاجَةٍ فَيَقُولُوا ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا. فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ، وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ "
“Akan ada di kalangan umatku suatu kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr, alat musik (al-ma’aazif).
Dan sungguh akan ada beberapa kaum akan mendatangi tempat yang terletak di dekat gunung tinggi. Lalu mereka didatangi orang yang berjalan kaki untuk suatu keperluan.
Lantas mereka berkata:”Kembalilah besok!”.
Maka pada malam harinya, Allah menimpakan gunung tersebut kepada mereka dan sebagian yang lain dikutuk menjadi kera dan babi hingga hari kiamat”
[HR. Al-Bukhari no. 5268].
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibban no. 6754; Ath-Thabrani dalam Al-Kabir no. 3417 dan dalam Musnad Syamiyyin no. 588; Al-Baihaqi 3/272, 10/221; Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam Taghliqut-Ta’liq 5/18,19 dan yang lainnya. Hadits ini memiliki banyak penguat.
KE 5: Dan Allah SWT berfirman:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ࣖ
“Orang-orang yang beriman dan mereka tidak mencampuradukkan [membalut] iman mereka dengan kedzaliamn, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. [QS. al-'An'aam: 82]
*****
PARA PENDUSTA PENGEMAS KEMUNGKRAN DENGAN AGAMA KELAK ANTAR MEREKA SALING MENGUTUK.
DAN MEREKA MUSTAHIL MASUK SYURGA KECUALI JIKA ADA UNTA BISA MASUK LUBANG JARUM.
Dalam surat al-A'raaf diantaranya dalam ayat 37 hingga ayat 41, Allah SWT menjelaskan dengan cukup rinci ancaman bagi orang-orang yang berdusta berbalut agama dengan bawa-bawa nama Allah dan juga bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah SWT, dengan ancaman-ancaman sbb:
A. Syahadat mereka adalah syahadat kekafiran.
B. Kelak antara mereka dan para pengikutnya akan saling mengutuk, meskipun antar mereka adalah masih ada hubungan saudara.
C. Mereka adalah para penghuni Neraka.
D. PINTU-PINTU LANGIT tidak akan buka untuk mereka dan mereka mustahil akan masuk syurga kecuali jika ada seekor onta bisa masuk ke dalam lobang jarum, dan itu mustahil.
E. Mereka kelak akan di balut dengan tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut api neraka pula.
Allah SWT berfirman:
﴿ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖ ۗ اُولٰۤىِٕكَ يَنَالُهُمْ نَصِيْبُهُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ ۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْ ۙ قَالُوْٓا اَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالُوْا ضَلُّوْا عَنَّا وَشَهِدُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ ﴾
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan dalam Kitab sampai datang para utusan (malaikat) Kami kepada mereka untuk mencabut nyawanya. Mereka (para malaikat) berkata,”Manakah sembahan yang biasa kamu sembah selain Allah?”Mereka (orang musyrik) menjawab,”Semuanya telah lenyap dari kami.”Dan mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir. (QS. Al-A’raf: 37)
Lalu Allah SWT berfirman :
قَالَ ادْخُلُوْا فِيْٓ اُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ فِى النَّارِ ۙ كُلَّمَا دَخَلَتْ اُمَّةٌ لَّعَنَتْ اُخْتَهَا ۗحَتّٰٓى اِذَا ادَّارَكُوْا فِيْهَا جَمِيْعًا ۙقَالَتْ اُخْرٰىهُمْ لِاُوْلٰىهُمْ رَبَّنَا هٰٓؤُلَاۤءِ اَضَلُّوْنَا فَاٰتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِّنَ النَّارِ ە ۗ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَعْلَمُوْنَ ﴿الأعراف: ۳۸﴾
Allah berfirman,”Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama golongan jin dan manusia yang telah lebih dahulu dari kamu.
Setiap kali suatu umat masuk, dia melaknat saudaranya, sehingga apabila mereka telah masuk semuanya, berkatalah orang yang (masuk) belakangan (kepada) orang yang (masuk) terlebih dahulu: ”Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami. Datangkanlah siksaan api neraka yang berlipat ganda kepada mereka”
Allah berfirman: ”Masing-masing mendapatkan (siksaan) yang berlipat ganda, tapi kamu tidak mengetahui.”(QS. Al-A’raf: 38)
Lalu Allah SWT berfirman :
وَقَالَتْ اُوْلٰىهُمْ لِاُخْرٰىهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُوْنَ ࣖ ﴿الأعراف: ۳۹﴾
"Dan orang yang (masuk) terlebih dahulu berkata kepada yang (masuk) belakangan,”Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami. Maka rasakanlah azab itu karena perbuatan yang telah kamu lakukan.”(QS. Al-A’raf: 39)
Lalu Allah SWT berfirman :
اِنَّ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتّٰى يَلِجَ الْجَمَلُ فِيْ سَمِّ الْخِيَاطِ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُجْرِمِيْنَ ﴿الأعراف: ۴۰﴾
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat. (QS. Al-A’raf: 40)
Lalu Allah SWT berfirman :
لَهُمْ مِّنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَّمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الظّٰلِمِيْنَ ﴿الأعراف: ۴۱﴾
Bagi mereka tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-A’raf: 41)
====
LARANGAN MENDAKWAKAN DIRI MENGETAHUI PERKARA GHAIB
Klaim bahwa ada selain Allah yang mengetahui ilmu gaib adalah kekafiran yang mengeluarkan dari Islam.
Jika manusia memaksakan diri mengaku-ngaku bahwa dirinya mampu mengungkap informasi gaib, maka bisa di pastikan bahwa itu adalah dusta atau prasangka yang dibisikkan oleh syeitan dan jin yang biasa mencampur aduk satu informasi kebenaran dengan seratus kebohongan. Dan orang tersebut pada hakikatnya adalah hamba iblis. Karena, Allah SWT sama sekali tidak pernah menurunkan pengetahuan tentang itu kecuali kepada para nabi dan para rasul-Nya.
Mereka yang ngaku-ngaku mengatahui perkara ghaib hanya mengikuti hawa dan prasangka yang mereka duga. Jika kita mengikuti mereka, pasti kita akan ikut dalam kesesatan. Allah SWT berfirman:
﴿ وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ. إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَنْ يَضِلُّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴾
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk. [QS. Al-An'aam: 116]
DALIL-DALIL LARANGAN MENDAKWAKAN DIRI MENGETAHUI PERKARA GHAIB:
DALIL KE 1: Allah berfirman:
{ قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ }
“Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.”(Qs. An Naml: 65).
Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi besok.
DALIL KE 2: Allah SWT berfirman:
{ إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ }
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(Qs. Luqman: 34).
DALIL KE 3: Allah SWT berfirman:
﴿ قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلا تَتَفَكَّرُونَ (50)﴾
“Katakanlah (wahai Muhammad):”Aku tidak mengatakan kepada kalian, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah:”Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?”Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?”. (QS. Al-An'am: 50)
DALIL KE 4: Allah SWT berfirman:
﴿ قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴾
Katakanlah (wahai Muhammad):”Aku tidak berkuasa mendapatkan kemanfaatan untuk diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku telah memperbanyak kebajikan dan aku tidak akan pernah ditimpa keburukan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al-A'raf: 188).
DALIL KE 5: Hanya milik Allah kunci-kunci semua perkara ghaib, Allah SWT berfirman:
﴿ وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ ﴾.
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). (QS. Al-An'am: 59).
DALIL KE 6: Dari sebagian para Istri Nabi SAW:
((مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً))
“Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari.”(HR. Muslim no. 2230)
DALIL KE 7: Dari Abdullah bin Masud bahwa Rasulullah SAW bersabda:
((مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ))
“Barang siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallahu alaihi wasallam.”
(Hadits sahih Riwayat Imam Ahmad 2/408, 476 dan Hakim).
Di Shahihkan al-Albaani dalam Shahih at-Targhiib 3049 melalui jalur 'Alqamah bin Qois.
DALIL KE 8: Dari Imran bin al-Hushain bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ وَلا تُطُيِّرَ لَهُ، أو تَكَهَّنَ وَلا تُكُهِّنَ لَهُ، أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ ، ومَن عقد عقدةً أو قال عقدَ عقدةً. ومَن أتَى كاهنًا فصدَّقه بما قال فقد كفر بما أُنزِلَ على محمدٍ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم".
Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang bertathoyyur (merasa sial akibat suara burung dsb dikaitkan dengan klenik) atau minta diramalkan sial untuknya, atau berdukun/ menenung atau minta ditenungkan, atau mensihir atau minta disihirkan dan orang yang membuat simpul [buhul] atau mengatakan: membuat simpul.
“Barang siapa yang mendatangi tukang ramal, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallahu alaihi wasallam.”
(HR. Al-Bazzar (3578) dan lafadzya adalah miliknya, dan Al-Dulabi dalam ((Al-Kunna wa Al-Asmaa)) (2083) secara singkat, dan Al-Tabarani (18/162) (355) dengan sedikit perbedaan.
Al-Haitsami berkata dalam Majma' az-Zawaaid 5/120:
رجاله رجال الصحيح خلا إسحاق بن الربيع وهو ثقة
Para perawinya adalah para perawi kitab ash-Shahih, kecuali Ishaq bin al-Rabi, namun dia dipercaya [Tsiqot]
DALIL KE 9:
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:
“من عقدَ عُقدةً ثمَّ نفثَ فيها فقد سحَرَ ومن سحرَ فقد أشرَكَ ومن تعلَّقَ شيئًا وُكلَ إليْهِ"
“Barang siapa yang membuat suatu buhulan [simpul], kemudian meniupnya (sebagaimana yang dilakukan oleh tukang sihir) maka ia telah melakukan sihir.
Dan barang siapa yang melakukan sihir maka ia telah melakukan kemusyrikan.
Dan barangsiapa yang menggantungkan nasibnya pada sesuatu benda (jimat), maka ia akan dijadikan sebagai orang yang senantiasa bersandar [bertwakkal] kepada benda itu”.
[HR. An-Nasa'i (4079), Al-Tabarani dalam”Al-Mu'jam Al-Awsat”(1469) dan lafadznya milik mereka berdua, dan Ibnu Adiy dalam”Al-Kamil fi Al-Dhu' afa”(4/341).
Hadits ini di hasankan oleh Ibnu Muflih dalam al-Aadaab Asy-Syar'iyyah 3/68
====
HUKUM KERJASAMA ANTARA JIN DAN MANUSIA
Kerjasama antara jin dan manusia bukan hal yang mustahil. Itu sangat memungkinkan, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi Sulaiman 'alaihis salaam. Namun permasalahannya adalah bolehkah manusia melakukan kerjasama dengan Jin dan Syeitan?
Allah SWT berfirman tentang Nabi Sulaiman 'alaihis salaam dan jin:
{ قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (35) فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ (36) وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ (37) وَآَخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ (38) }.
“Ia berkata: ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi’. Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan, semua ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu”. [Q.S. al-Shad: 35-38]
Lalu Allah SWT berfirman:
{ قَالَ عِفْريْت مِنَ الْجِنِّ أنَا آتِيْكَ بِهِ قَبْلَ أنْ تَقُوْمَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّيْ عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِين (39) قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (40) }
“Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin:”Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab:”Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”.
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata:”Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.”(QS. An Naml: 39-40).
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa jin dapat diperalat oleh manusia. Karena dalam ayat-ayat tsb Allah SWT menundukkan para jin dan setan kepada Sulaiman sehingga mereka semua tunduk patuh kepada perintah-nya.
Apakah hanya Nabi Sulaiman 'alaihis salaam saja yang di perbolehkan memperalat dan memanfaatkannya?
Berikut ini Jawabannya:
===***====
KLASIFIKASI KERJASAMA ANTAR MANUSIA DAN JIN:
====
KLASIFIKASI PERTAMA:
KERJASAMA DALAM KESYIRIKAN DAN PERBUATAN DOSA
Jika memperalatnya dan memanfaatkannya untuk kesyirikan dan perbuatan dosa, maka jelas diharamkan, bahkan bisa sampai pada kekufuran dan kesyirikan jika mengandung unsur kesyirikan seperti dengan cara melakukan ritual atau syarat-syarat tertentu yang yang diminta oleh jin sebagai bentuk mahar, ketaatan dan pengabdian kepadanya
Allah SWT berfirman:
{ وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً ، وَلَوْ شَاء رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ }
Artinya:”Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan,”(QS: Al-An’am 6:112).
Manusia yang melakukan transaksi kerjasama dengan jin-jin itu beranggapan bahwa masing-masing pihak baik dari kalangan jin maupun manusia secara duniawi merasa sama-sama saling diuntungkan.
Dalam hal ini Allah SWT befirman:
{ وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ }
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman):”Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kalian telah banyak (menyesatkan) manusia,”lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia:”Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman:”Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”(QS. Shad: 55).
MACAM-MACAM TRANSAKSI KERJASAMA ANTAR MANUSIA DAN JIN
Adapun jenis transaksi kerjasama antara manusia dengan Jin banyak sekali, diantaranya:
Transaksi system keamanan adalah transaksi di bidang perlindungan dari marabahaya dan penjagaan dengan cara menurunkan Ilmu Kanuragan, ilmu kesaktian, ilmu kejadugan, ilmu kedigjayaan, ilmu kebal, ilmu sihir, tenaga dalam dan lain-lain.
Dan transaksi sebagai team sukses adalah transaksi yang bertujuan agar seseorang melalui jin tsb mendapatkan keberuntungan dan keberhasilan dalam berbisnis, berkarir, sukses dalam cita-cita dan jabatan. Biasanya dengan melakukan ritual Muja untuk Pesugihan, Penglaris dan lain-lain.
Adapun Kerjasama dibidang informasi ghaib, maka dikenal pula dengan ilmu paranormal, ahli nujum atau sejenisnya. Sementara Kerjasama di bidang medis dan kesehatan maka dikenal pula dengan pengobatan alternatif, klenik, mantra dll.
Adapun Kerjasama dalam penyebaran penyakit dan pembunuhan, maka dikenal dengan ilmu persantetan, teluh dan sejenisnya. Kerjasama di bidang asmara dan perjodohan disebut pula dengan perpeletan atau pengasihan.
Adapun kerjasama untuk menimbulkan perpecahan dan permusuhan, maka contohnya seperti membuat rumah tangga seseorang menjadi cerai berai. Atau agar antar saudara dan antar sahabat saling bermusuhan bahkan perang saudara.
Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah mengatakan:
“Jin memiliki roh dan jasad. Hanya saja, mereka dapat berubah-ubah bentuk dan menyerupai sosok tertentu. Mereka juga bisa masuk dari tempat mana pun.
Nabi SAW memerintah kita agar menutup pintu-pintu dan mengatakan: ‘Sesungguhnya, setan tidak dapat membuka yang tertutup.’
Beliau memerintahkan agar kita menutup bejana-bejana dan menyebut nama Allah atasnya. Demikian pula bila seseorang masuk ke rumahnya kemudian membaca bismillah, setan mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan menginap.’
Jika seseorang makan dan mengucapkan bismillah, setan berkata, ‘Tidak ada kesempatan menginap dan bersantap malam’.”(Nashihati li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang.
Dia dapat berupa ular, kalajengking, unta, sapi, kambing, kuda, bagal, keledai, dan burung. Jin bisa berujud Bani Adam, seperti ketika setan mendatangi kaum musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju Badr.
Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak, seperti anjing hitam atau kucing hitam. Sebab, warna hitam itu lebih signifikan bagi kekuatan setan dan mempunyai kekuatan panas. (Idhahu ad-Dilalah, hlm. 19 dan 23).
JIN KHODAM ADALAH PENYEBAB 'AMR BIN LUHAY AL-KHUZA'I KEKAL DALAM API NERAKA
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu, dari Nabi Muhammad SAW bersabda:
« إِنَّ أَوَّلَ مَنْ سَيَّبَ السَّوَائِبَ وَعَبَدَ الْأَصْنَامَ أَبُو خُزَاعَةَ عَمْرُو بْنُ عَامِرٍ وَإِنِّي رَأَيْتُهُ يَجُرُّ أَمْعَاءَهُ فِي النَّارِ »
“Sesungguhnya yang pertama kali membuat aturan tentang Saaibah dan menyembah berhala adalah Abu Khuza’ah ‘Amr bin ‘Amir, dan sungguh aku melihatnya di neraka sedang menyeret ususnya“. [HR Ahmad dalam al-Musnad: 1/446 dengan nomor 4258]
Hadits ini shahih lighoirihi, walaupun sanad hadits ini lemah karena lemahnya ‘Amr bin Majma’ as-Sukuni, dan karena kurang kuatnya Ibrahim al-Hijri.
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam as-Siroh al-Kubro senada yang disebutkan oleh al-Hafidz dalam Fathul Bari.
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,”Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari jalan Muhammad bin Ibrahim at-Taimi dari Abu Sholeh (yaitu dari Abu Hurairah) lebih sempurna dari yang ini.
Lafalnya:”Saya mendengar Rasulullah SAW mengatakan kepada Aktsam bin al-Jun;
« رَأَيْتُ عَمْرَو بْنَ لحي الْخُزَاعِيَّ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِي النَّارِ؛ لأَنه أولُ مَن غيَّرَ دِين إسماعيل ، فَنَصبَ الأوثَان وسَيَّبَ السَوائِبَ وبَحر البَحيرة ، ووَصلة الوَصِيلة ، وحَمى الحَامي »
“Saya melihat ‘Amr bin Luhai menyeret ususnya di neraka. Karena ia merupakan orang yang pertama kali mengubah agama Isma’il. Kemudian membawa berhala (untuk disembah), dan menetapkan aturan onta saaibah, bahiirah, wasiilah, dan ham“
(Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Fath: 6/549 mengatakan:”Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari jalan Muhammad bin Ibrahim at-Taimi dari Abu Sholeh (yaitu dari Abu Hurairah).
Dalam riwayat Abu Ishaq terdapat penjelasan tentang proses perubahan tersebut, beliau berkata:
أَنَّ سَبَب ذَلِكَ أَنَّ عَمْرو بْن لُحَيّ كَانَ لَهُ تَابِع مِنْ الْجِنّ يُقَال لَهُ أَبُو ثُمَامَة فَأَتَاهُ لَيْلَة فَقَالَ: أَجِبْ أَبَا ثُمَامَة، فَقَالَ: لَبَّيْكَ مِنْ تِهَامَة، فَقَالَ: اُدْخُلْ بِلَا مَلَامَة، فَقَالَ: أيْتِ سَيْف جُدَّة، تَجِدْ آلِهَة مُعَدَّة، فَخُذْهَا وَلَا تَهَب، وَادْعُ إِلَى عِبَادَتهَا تُجَبْ. قَالَ فَتَوَجَّهَ إِلَى جُدَّة فَوَجَدَ الْأَصْنَام الَّتِي كَانَتْ تُعْبَد فِي زَمَن نُوح وَإِدْرِيس، وَهِيَ وَدّ وَسُوَاع وَيَغُوث وَيَعُوق وَنَسْر، فَحَمَلَهَا إِلَى مَكَّة وَدَعَا إِلَى عِبَادَتهَا فَانْتَشَرَتْ بِسَبَبِ ذَلِكَ عِبَادَة الْأَصْنَام فِي الْعَرَب
Sebabnya adalah bahwa ‘Amr bin Luhay ini memiliki seorang khodam dari kalangan Jin, namanya Abu Tsumamah. Suatu ketika di malam hari dia mendatangi nya.
Maka Amr berkata: selamat datang Abu Tsumamah!
Dia menjawab: Labbaika / aku datang kepada mu dari Tihamah. Amr berkata: Masuk lah tanpa ada celaan!.
Jin Khodam itu lalu berkata: Datangi lah Saif Jeddah! di sana kamu akan menemukan benda-benda pusaka dan berhala-berhala (آلهة) yang telah di siapkan, maka ambillah semua dan jangan kamu sia-siakan, dan ajak lah orang-orang untuk menyembahnya, kamu harus segera melakukannya!
Maka ‘Amr pun segera meluncur menuju Jeddah. Dan benar sampai di sana dia menemukan patung-patung berhala (الأصنام) yang dulu pernah di sembah pada zaman nabi Nuh dan nabi Idris , yaitu Wadd, Suwaa’, Yaghuuts, Ya’uuq dan Nasr. Maka Amr mengangkut dan memabawanya ke Makkah. Setelah itu menyebar darinya penyembahan kepada patung-patung di masyarakat Arab.
(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas. Lihat Faidlul Qodiir 3/122, Fathul Baary 6/549 dan Ma’aarijul Qobuul 2/464)
Takkala musim Haji tiba, berhala-berhala dan benda-benda pusaka itu ia berikan kepada kabilah-kabilah yang datang, lalu mereka membawa pulang berhala-berhala dan benda-benda kramat tersebut ke negeri mereka.
Dalam Shahih Bukhori dari Ibnu Abbas RA ketika menafsiri ayat berikut ini:
“... dan mereka berkata,”Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.”(QS. Nuh:23).
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:
صارتِ الأوثان التي كانت في قوم نوح في العرب بعْدُ أمَّا «وَدّ» فكانتِ لكَلْبٍ بِدَوْمَةِ الْجَنْدَلِ ، وأما «سُواعٌ» فكانت لهذيل ، وأما «يَغُوثُ» فكانت لِمُرادَ ، ثم صارَت لِبَني غُطَيْفٍ بالْجُرفِ عِند سَبأ ، وأمَّا «يَعُوقُ» فكانت لَهِمْدان ، وأَمَّا «نَسْرٌ» فَلِحِمْيرَ ، لآلِ ذي الْكَلاَعَ ، وكلُّها أسماءُ رجالٍ صالحينَ من قوْمِ نُوحٍ ، فلَّما هَلَكوا أَوْحى الشَّيطانُ إلى قَوْمِهِم: أنِ انْصِبُوا إلى مَجالِسِهِمْ التي كانوا يجلسون فيها أنْصابا ، وسَمُّوها بأسمائهم، ففعلُوا ، فلم تُعبدْ ، حتى إذا هلك أولئك، تنَسَّخَ العلمُ عُبِدَتْ.
Berhala-berhala yang ada pada zaman Nuh telah menjadi berhala bagi Bangsa Arab sesudahnya. Adapun Wadd, maka telah menjadi berhala bagi kabilah Daumatul jandal. dan adapun Suwaa’ bagi kabilah Hudzail, dan adapun Yaguts bagi Murad, kemudian menjadi berhala bagi Banii Ghuthaif di Jurf di daerah Saba’. Dan adapun Ya’uuq maka bagi Hamdzaan, dan adapun Nasr maka bagi Himyar keluarga Dzil-Kalaa’.
Dan semuanya itu adalah nama-nama orang saleh dari Kaum Nuh, maka ketika mereka binasa, syeitan mewahyukan kepada kaumnya agar memancangkan patung-patung di majlis-majlis mereka yang biasa mereka duduk-duduk di dalamnya, dan menamainya dengan nama-nama orang saleh tadi, maka mereka pun melaksanakannya, awalnya tidak di sembah, sehingga ketika mereka binasa terhapuslah ilmunya, maka saat itu mulai di sembah.(HR. Bukhory, no. 4920)
====
KLASIFIKASI KEDUA:
HUKUM KERJASAMA ANTARA JIN DAN MANUSIA DALAM KEBAIKAN DAN PERKARA MUBAH
Dalam Masyarakat jin ada pula golongan jin yang beriman dan beramal shaleh serta rajin berdakwah.
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
وَإِذۡ صَرَفۡنَآ إِلَيۡكَ نَفَرًا مِّنَ ٱلۡجِنِّ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوٓاْ أَنصِتُواْۖ فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوۡاْ إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِينَ (٢٩)
قَالُواْ يَٰقَوۡمَنَآ إِنَّا سَمِعۡنَا كِتَٰبًا أُنزِلَ مِنۢ بَعۡدِ مُوسَىٰ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ يَهۡدِيٓ إِلَى ٱلۡحَقِّ وَإِلَىٰ طَرِيقٍ مُّسۡتَقِيمٍ (٣٠)
يَٰقَوۡمَنَآ أَجِيبُواْ دَاعِيَ ٱللَّهِ وَءَامِنُواْ بِهِۦ يَغۡفِرۡ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمۡ وَيُجِرۡكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٍ (٣١)
وَمَن لَّا يُجِبۡ دَاعِيَ ٱللَّهِ فَلَيۡسَ بِمُعۡجِزٍ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَيۡسَ لَهُۥ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءُۚ أُوْلَٰٓئِكَ فِي ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ (٣٢)
Dan ingatlah ketika Kami hadapkan sekumpulan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an. Maka ketika mereka menghadiri pembacaannya, mereka berkata,”Diamlah kamu (untuk mendengar-kannya).”Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
Mereka berkata,”Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan setelah Musa, yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan jalan yang lurus.
Wahai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
Orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah, maka dia tidak akan lepas dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.”(al-Ahqaf: 29—32)
Dalam masyarakat Jin terdapat golongan Jin Rahmani, mereka adalah golongan Jin muslim yang berkarakter santun dan baik hati. Dan Jin muslim juga masih terdiri dari banyak golongan, madzhab, atau kelompok yang berbeda-beda.
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi pernah ditanya tentang perbedaan jin dan setan dan diantara jawabannya adalah:
“.... jin yang shaleh berpegang teguh dengan agamanya, memiliki masjid-masjid dan melakukan shalat, namun sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja mayoritas mereka itu bodoh.”(Nashihati li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Ini menunjukkan ada sekelompok Jin yang baik dan rajin berdakwah.
Lalu Bagaimana hukum kerjasa sama antara Jin dan Manusia jika tujuannya untuk kebaikan atau untuk hal-hal yang mubah?.
Jawabannya:
Ada sebuah hadits yang di riwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi SAW bersabda:
“إِنَّ عِفْرِيتًا مِنَ الجِنِّ تَفَلَّتَ عَلَيَّ البَارِحَةَ - أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا - لِيَقْطَعَ عَلَيَّ الصَّلاَةَ، فَأَمْكَنَنِي اللَّهُ مِنْهُ، فَأَرَدْتُ أَنْ أَرْبِطَهُ إِلَى سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي المَسْجِدِ حَتَّى تُصْبِحُوا وَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ كُلُّكُمْ، فَذَكَرْتُ قَوْلَ أَخِي سُلَيْمَانَ: { رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي }”، قَالَ رَوْحٌ : ”فَرَدَّهُ خَاسِئًا”.
“Sesungguhnya Ifrit dari bangsa jin semalam mendatangiku dengan tiba-tiba (atau melompat di hadapanku) –atau Nabi mengucapkan kalimat yang semisal ini– untuk memutus shalatku. Maka Allah menjadikan aku dapat menguasainya. Semula aku ingin mengikatnya pada salah satu tiang masjid, sehingga di pagi hari kalian semua bisa melihatnya. Namun aku teringat ucapan saudaraku Sulaiman, ia pernah berdoa:
“Wahai Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan (kekuasaan) yang tidak pantas didapatkan oleh seorang pun setelahku”.
Rauh (perawi hadits ini) berkata:”Nabi pun mengusirnya dengan hina. (HR. Al-Bukhari no. 461, 1210, 3284, 3423, 4808 dan Muslim no. 1209)
Dalam riwayat lain Rosulullah SAW bersabda:
إِنَّ عَدُوَّ اللهِ إِبْلِيْسَ، جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِي وَجْهِي. فَقُلْتُ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْكَ، ثَلاَثَ مَرَّاتٍ. ثُمَّ قُلْتُ: أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللهِ التَّامَّةِ، فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ، ثَلاَثَ مَرَّاتٍ. ثُمَّ أَرَدْتُ أَخْذَهُ، وَاللهِ! لَوْلاَ دَعْوَةُ أَخِيْنَا سُلَيْمَانَ لأَصْبَحَ مُوْثَقًا يَلْعَبُ بِهِ وِلْدَانُ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ
“Sesungguhnya musuh Allah, Iblis, datang dengan bola api yang hendak dia letakkan pada wajahku. Aku katakan:”Aku berlindung kepada Allah darimu”, tiga kali.
Kemudian aku berkata:”Aku melaknatmu dengan laknat Allah yang sempurna yang pantas untuk engkau dapatkan”, tiga kali.
Lalu aku ingin menangkapnya. Demi Allah, seandainya bukan karena doa saudara kami Sulaiman niscaya ia menjumpai pagi hari dalam keadaan terikat hingga dapat dipermainkan oleh anak-anak Madinah.”(HR. Muslim no. 1211)
Dari dua hadits di atas, dapat kita pahami bahwa Nabi SAW mengurungkan maksud beliau untuk menangkap setan yang menganggu dan ingin mencelakakan beliau ketika shalat, dengan alasan beliau teringat dengan doa Nabi Sulaiman 'alaihis salaam.
===
PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT.
ADA DUA PENDAPAT:
PENDAPAT PERTAMA: BOLEH KERJASAMA DENGAN JIN DALAM PERKARA MUBAH:
Syeikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu’ al-Fataawaa 11/307 telah memperinci permasalahan ini, beliau berkata:
“Dan yang maksud di sini bahwa hubungan antara jin dan manusia terdapat beberapa hal:
- Barang siapa orangnya telah menyuruh jin untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka dia termasuk orang yang paling utama dalam wali-wali Allah.
- Barang siapa yang memperalat Jin dalam perkara-perkara mubaah baginya, maka dia seperti orang yang memperalat sesama manusia dalam perkara itu.
- Barang siapa yang menggunakan jin-jin itu untuk urusan yang di larang oleh Allah dan Rasul-nya, seperti kesyirikan, membunuh orang yang maksum (tidak bersalah) atau menganiaya di bawah pembunuhan, maka jika dia minta pertolongan pada mereka untuk perbuatan kekufuran, maka dia itu kafir. Dan jika untuk perbuatan maksiat, maka dia adalah pelaku maksiat, bisa jadi dia itu seorang fasiq, atau pendosa tapi bukan fasiq. (Diringkas – pen)
Dan dalam kitab al-Majmu’ 62/19 Ibnu Taimiyah berkata:
“Dan adapun bertanya kepada Jin atau bertanya kepada orang yang bertanya pada mereka (para jin): maka jika pertanyaan itu dalam bentuk kepercayaan kepada mereka dalam semua informasinya, dan juga dalam bentuk pengagungan terhadap jin yang di tanya, maka itu haram.
Dan jika pertanyaan itu hanya sebatas untuk menguji keadaannya, dan menjajaki perkara tsb, namun dia sendiri punya kemampuan untuk membedakan antara kejujurannya dan kedustaanya, maka yang demikian itu boleh”.
Lalu Ibnu Taimiyah menyebutkan dalil-dalilnya. Dan kemudian beliau berkata lagi:
“Dan begitu juga jika seseorang itu mendengar apa-apa yang di katakan dan dikabarkan oleh para jin, (maka sikapnya harus) sama seperti halnya umat Islam mendengar apa-apa yang dikatakan oleh orang-orang kafir dan tukang maksiat, (yaitu) hanya sekedar untuk mengetahui apa yang ada di sisi mereka, lalu mereka menjadikannya hanya sebagai ibroh [pelajaran].
Dan (begitu juga) sama halnya seperti mendengar informasi dari orang fasiq, maka harus tabayyun [diperjelas] dan tatsabbut [dipastikan], maka tidak boleh menetapkan kebenaran dan kebohongannya kecuali harus ada bayyinah [bukti]”.
Pendapat syeikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah ini dijadikan pegangan oleh Syeikh Ibnu Utsaimin.
Syeikh Taqiyuddin ibnu Taimiyah menyebutkan atsar Umar:
أَنَّ عُمَرَ أَرْسَلَ جَيْشًا فَقَدِمَ شَخْصٌ إلَى الْمَدِينَةِ فَأَخْبَرَ أَنَّهُمْ انْتَصَرُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ وَشَاعَ الْخَبَرُ فَسَأَلَ عُمَرُ عَنْ ذَلِكَ فَذَكَرَ لَهُ فَقَالَ: هَذَا أَبُو الْهَيْثَمِ بَرِيدُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ الْجِنِّ وَسَيَأْتِي بَرِيدُ الْإِنْسِ بَعْدَ ذَلِكَ فَجَاءَ بَعْدَ ذَلِكَ بِعِدَّةِ أَيَّامٍ
Bahwa Umar mengirim pasukan perang, maka datanglah seseorang ke Madinah membawa kabar bahwa mereka memenangkan peperangan atas musuhnya, dan kabar ini menyebar luas, maka Umar pun menanyakan tentang hal kemenangan itu, maka orang itu menuturkannya padanya, lalu Umar berkata:
“Ini Jin Abu al-Haitsam pengantar berita umat Islam dari bangsa Jin. Dan akan datang pula pengantar berita dari manusia setelah itu”. Dan benar setelah itu ia datang dalam beberapa hari. (Baca: al-Majmuu’ al-Fataawaa 62/19)
Tapi menurut Syeikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimiin atsar ini tidak sahih. Akan tetapi ada jawaban syeikh Taqiyuddin yang dijadikan pegangan oleh syeikh Ibnu Utsaimin, yaitu perkataan Syeikh Taqiyuddin dalam Majmu’ al-Fataawaa 11/307
----
PENDAPAT KEDUA: TIDAK BOLEH KERJASAMA DENGAN JIN MESKI DALAM KEBAIKAN DAN PERKARA MUBAH
Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah ditanya tentang hukum memanfaatkan jin dari kalangan umat Islam dalam pengobatan, jika hal itu diperukan?
Maka beliau menjawab:
"لا ينبغي للمريض استخدام الجن في العلاج، ولا يسألهم ، بل يسأل الأطباء المعروفين ، وأما اللجوء إلى الجن فلا ؛ لأنه وسيلة إلى عبادتهم وتصديقهم ؛ لأن في الجن من هو كافر ، ومن هو مسلم ، ومن هو مبتدع ، ولا تعرَف أحوالُهم ، فلا ينبغي الاعتماد عليهم ، ولا يسألون ، ولو تمثلوا لك ، بل عليك أن تسأل أهل العلم والطب من الإنس.
وقد ذم الله المشركين بقوله تعالى: (وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنْ الإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنْ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا) الجن/6 ؛ ولأنه وسيلة للاعتقاد فيهم والشرك ، وهو وسيلة لطلب النفع منهم والاستعانة بهم ، وذلك كله من الشرك”انتهى
"Orang sakit tidak sepantasnya minta bantuan jin dalam pengobatan dan tidak boleh bertanya kepadanya. Bahkan (seharusnya) bertanya kepada dokter yang terkenal, dan jangan kembali ke jin. Karena dapat menjadi sarana menyembah dan membenarkannya. Karena dikalanga jin ada yang kafir dan ada yang muslim. Ada ahli bid’ah dan tidak diketahui kondisinya. Maka tidak selayaknya bersandar kepadanya, tidak juga bertanya kepadanya. Meskipun mereka berubah bentuk. Anda seharusnya bertanya kepada ahli ilmu dan kedokteran di kalangan manusia.
Allah telah mencela orang-orang musyrik dalam firman-Nya:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنْ الإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنْ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا (سورة الجن: 6)
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungankepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.”(QS. Al-Jin: 6)
Karena hal tersebut menjadi sarana munculnya keyakinan tertentu terhadap mereka dan melahirkan kesyirikan. Yaitu sarana meminta manfaat dan meminta pertolongan kepada mereka. Semua itu adalah jenis kesyirikan."
[Sumber: Majalah Ad-Dakwah, edisi: 1602 Rabiul Awwal 1418 H, hal.34.]
Syekh Shaleh Al-Fauzan berkata:
"لا يستعان بالجان ، لا المسلم منهم ولا الذي يقول إنه مسلم ؛ لأنه قد يقول مسلم وهو كذاب من أجل أن يتدخل مع الإنس ، فيُسد هذا الباب من أصله ، ولا يجوز الاستعانة بالجن ولو قالوا إنهم مسلمون ؛ لأن هذا يفتح الباب.
والاستعانة بالغائب لا تجوز سواء كان جنيّاً أو غير جني ، وسواء كان مسلماً أو غير مسلم ، إنما يستعان بالحاضر الذي يقدر على الإعانة ، كما قال تعالى عن موسى: (... فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ...) القصص/15 ، هذا حاضر ويقدر على الإغاثة، فلا مانع من هذا في الأمور العادية”انتهى من”السحر والشعوذة”(ص 86 ، 87).
"Tidak dibolehkan meminta bantuan kepada jin, baik yang muslim atau yang mengatakan dia muslim. Karena terkadang dia mengatakan muslim, padahal dia pembohong agar dapat merasuk dalam diri seseorang.
Dari sisi inilah merupakan pintu masuk kerusakan. Tidak diperkenankan meminta bantuan jin meskipun mereka mengatakan dia muslim karena hal ini membuka pintu dan meminta bantuan dengan sesuatu yang gaib tidak dibolehkan baik dengan jin atau selain jin. Baik muslim atau non muslim.
Meminta bantuan harus dengan orang yang hadir dan mampu membantunya. Sebagaimana Firman Allah tentang Nabi Musa:
فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ... (سوة القصص: 15)
"Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya.”(QS. Al-Qhashar: 15)
Makah jika orang ada dan mampu membantunya, tidak dilarang dalam masalah-masalah biasa."
(Sumber: As-Sihr Wasy-sya’wadzah, hal. 86-87)
FATWA PARA ULAMA AL-LAJNAH AD-DAAIMAH - SAUDI ARABIA
Dalam menanggapi maraknya perbuatan yang bertentangan dengan syariat yang dilakukan oleh sebagian orang yang mengobati penyakit dengan ruqyah, meskipun mereka adalah orang-orang yang saleh. Setan menemukan cara untuk membingungkan mereka dan membuat mereka melakukan dan mengatakan hal-hal yang haram.
Salah satu hal yang bertentangan dengan syariat adalah meminta bantuan jin, baik itu meminta bantuan qarin atau yang lainnya. Semua itu adalah tipu daya setan dan cara-caranya menipu orang-orang itu.
Para ulama dari al-Lajnah ad-Daaimah pern ditanya dengan pertanyaan berikut ini:
PERTANYAAN:
... وفي بعض الحالات المرضية التي يستعصي علاجها عند الأطباء: نقرأ عليهم آيات الرقية ، ولمرات عديدة ، دون ظهور أي تأثير عليهم ، فاكتشفنا طريقة لمخاطبة القرين قرينَ الشخص المريض! ومن خلالها يتم معرفة المرض ، وقد تم علاج حالات كثيرة بهذه الطريقة ، وهي: نطلب من المريض أن يردد: بسم الله أوله وآخره ، مع الشهيق ، ثم بعد مدة نكلم القرين ونحاوره
سؤالي هو: إن معلوماتنا عن القرين قليلة جدا لعدم وجود الأثر الكافي الذي يتحدث عنه ، فمثلا: هل هو داخل الجسد أم خارجه ، وما هي مدة بقائه مع المريض (الإنسان) ، وهل لكل إنسان قرين واحد أم إنه ممكن أن يتبدل في فترة من الفترات ، وهل يبقى ملازم مع الإنسان أم أنه يتركه في أحيان ويعود إليه ؟ وفي مرات عديدة جدّاً يذكر أن عمره (القرين) أصغر من عمر المريض.
فرجائي الكبير من سماحة الشيخ الوالد أن يرد على هذه الأسئلة كتابة لينفع الله به المسلمين ، فأفيدونا وأفتونا.
" .... Dalam beberapa kasus ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh para dokter, maka kami pun membacakan ayat-ayat ruqyah kepada mereka beberapa kali, namun tetap saja tidak terlihat efeknya pada mereka.
Lalu kami menemukan cara lain yaitu berdialog dengan QORIN, maka kami berbicara dengan qarin orang yang sakit!
Dengan cara ini kita dapat mengetahui karakter penyakitnya, dan banyak kasus telah diperlakukan dengan cara ini, dimana kita meminta orang yang sakit untuk mengulangi kalimat:”Bismillah awwalahu wa aakhirahu”sambil menarik napas, kemudian setelah beberapa saat, kita berbicara dengan qarin.
Pertanyaan saya adalah:
Sesungguhnya pengetahuan kami tentang qarin sangatlah sedikit karena sangat terbatasnya atsar yang membicarakannya. Misalnya:
apakah qorin itu di dalam tubuh atau di luar, berapa lama dia tinggal dengan orang sakit (manusia)?
Apakah ada satu qarin dengan setiap manusia, atau mungkinkah mereka bergantian sesekali?
Apakah dia tinggal bersama manusia terus-menerus atau apakah dia kadang-kadang meninggalkannya dan kembali kepadanya?
Dalam banyak kesempatan, dia (para qarin) menyatakan bahwa dia lebih muda dari orang sakit.
Aku sangat berharap bahwa Syekh akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini secara tertulis, sehingga Allah dapat memberikan manfaat bagi umat Islam dengan demikian.
Kami mohon saran.
MEREKA MENJAWAB:
....”الرقية الشرعية تكون بسورة الفاتحة ، وآية الكرسي ، وسورة الإخلاص ، والمعوذتين ، والآيات القرآنية ، والأدعية النبوية الثابتة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم.
ولا تجوز الاستعانة بالجن الذي تسمونه”القرين”، وسؤاله عن نوع مرض المريض ؛ لأن الاستعانة بالجن: شرك بالله عز وجل ، فالواجب عليكم: التوبة إلى الله من ذلك ، وترك هذه الطريقة ، والاقتصار على الرقية الشرعية ، وفق الله الجميع لما فيه رضاه.
وبالله التوفيق ، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم”انتهى.
الشيخ عبد العزيز بن باز ، الشيخ عبد العزيز آل الشيخ ، الشيخ عبد الله بن غديان ، الشيخ صالح الفوزان ، الشيخ بكر أبو زيد.”فتاوى اللجنة الدائمة”(24/287– 289).
Ruqyah yang disyariatkan Islam adalah membaca surat al-Faatihah, Aayat al-Kursiy, Surat al-Ikhlaas,, al-Mi'wadhatyan, ayat-ayat Al-Qur'an, dan do'a Nabi yang terbukti diriwayatkan dari Rasulullah (shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepadanya).
Tidak halal meminta bantuan jin yang kamu panggil qarin untuk menanyakan jenis penyakit yang diderita oleh orang yang sakit itu, karena meminta bantuan jin itu menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Yang harus Anda lakukan adalah bertobat kepada Allah dari itu dan meninggalkan metode ini, dan membatasinya pada ruqyah yang ditentukan dalam syariat.
Semoga Allah membantu kita semua untuk melakukan apa yang diridhai-Nya.
Dan Allah adalah sumber kekuatan. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya. [Akhiri kutipan].
Mereka adalah: Syekh 'Abdul-'Aziz bin Baaz, Syekh 'Abdul-'Azeez Aal al-Syaikh, Syekh 'Abdullaah ibn Ghadyaan, Syekh Salih al-Fawzaan, Syekh Bakr Abu Zayd
[Baca: Fataawa al-Lajnah al-Daa'imah (24/287-289)]
DAN MEREKA PARA ULAMA AL-LAJNAH AD-DAAIMAH PERNAH DI TANYA JUGA TENTANG:
الاستعانة بالجان في معرفة العين ، أو السحر ، وكذلك تصديق الجني المتلبس بالمريض بدعوى السحر والعين ، والبناء على دعواه.
eminta bantuan jin untuk mencari tahu sumber datangnya al-'Ain atau sihir, dan juga tentang mempercayai jin yang merasuki orang sakit karena sihir dan al-'Ain, dan mengandalkan apa yang dia katakan.
MEREKA MENJAWAB:
“لا تجوز الاستعانة بالجن في معرفة نوع الإصابة ونوع علاجها ؛ لأن الاستعانة بالجن شرك ، قال تعالى: (وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا) ، وقال تعالى: (وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَامَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الْإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الْإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ) ، ومعنى استمتاع بعضهم ببعض: أن الإنس عظموا الجن ، وخضعوا لهم ، واستعاذوا بهم ، والجن خدموهم بما يريدون ، وأحضروا لهم ما يطلبون ، ومن ذلك: إخبارهم بنوع المرض وأسبابه مما يطلع عليه الجن دون الإنس، وقد يكذبون ، فإنهم لا يؤمنون ولا يجوز تصديقهم.
وبالله التوفيق ، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم”انتهى.
الشيخ عبد العزيز بن باز ، الشيخ عبد العزيز آل الشيخ ، الشيخ صالح الفوزان ، الشيخ بكر أبو زيد.
"فتاوى اللجنة الدائمة المجموعة الثانية”(1/92 – 93).
Tidak boleh meminta bantuan jin untuk mengetahui sifat masalah dan jenis obat untuk mengobatinya, karena meminta bantuan jin adalah syirik.
Allah SWT berfirman:
(وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا)
“Dan sesungguhnya di antara manusia ada laki-laki yang berlindung pada laki-laki di antara jin, tetapi mereka (jin) itu menambah mereka (manusia) dalam dosa dan pelanggaran”
[al-jin 72:6]
Dan Allah SWT berfirman:
{ وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ. ِإِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ}
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman):”Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kalian telah banyak (menyesatkan) manusia”.
Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia:”Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”.
Allah berfirman:”Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu itu Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui”. [QS. al-An'aam128]
Yang dimaksud dengan saling menguntungkan adalah bahwa manusia memuliakan jin, tunduk kepada mereka dan berlindung kepada mereka, dan jin melayani mereka dengan melakukan apa yang mereka inginkan dan membawa kepada mereka apa yang mereka minta, termasuk memberitahu mereka tentang jenisnya. penyakit dan penyebabnya, hal-hal yang dapat dilihat oleh jin tetapi tidak dapat dilihat oleh manusia.
Akan tetapi mereka mungkin berbohong, karena mereka tidak dapat dipercaya dan tidak diperbolehkan untuk mempercayai mereka.
Dan Allah adalah sumber segala kekuatan.
Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya. Akhiri kutipan.
Anggota: Syekh 'Abdul-'Aziz bin Baaz, Syekh 'Abdul-'Azeez Aal al-Syaikh, Syekh 'Abdullaah ibn Ghadyaan, Syekh Salih al-Fawzaan, Syekh Bakr Abu Zayd
[[Fataawa al-Lajnah al-Daa'imah (1/92-93)]]
FATWA SYEIKH SHALEH 'AALI ASY-SYEIKH
Syeikh Shaleh bin Abdul Aziz 'Aali Asy-Syeikh pernah ditanya:
“هل يجوز الذهاب للعلاج عند من يزعم أنه يعالج بمساعدة جن مسلمين؟ وهل هذه المساعدة من الجن للقارئ من الاستعانة الجائزة أو المحرمة؟
Apakah boleh berobat kepada orang yang mengaku bahwa dia bisa mengobati dengan bantuan jin muslim? Apakah bantuan dari jin bagi seorang peruqyah itu termasuk dalam katagori minta bantuan yang diperbolehkan atau yang di haramkan?
JAWABANNYA :
"الاستعانة بالجن سواء أكانوا مسلمين أم غير مسلمين وسيلة من وسائل الشرك، والاستعانة معناها: طلب الإعانة؛ ولهذا فمن المتقرر عند أهل العلم أنه لا يجوز طلب الإعانة من مسلمي الجن؛ لأن الصحابة - رضوان الله عليهم - لم يطلبوا ذلك منهم، وهم أولى أن تخدمهم الجن، وأن تعينهم.
وأصل الاستعانة بالجن: من أسباب إغراء الإنسي بالتوسل إلى الجني، وبرفعة مقامه، وبالاستمتاع به، وقد قال - جل وعلا -:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الْإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الْإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا [الأنعام: 128] [الأنعام: 128] ،
فحصل الاستمتاع - كما قال المفسرون - من الجني بالإنسي: بأن الإنسي يتقرب إليه، ويخضع له، ويذل، ويكون في حاجته، ويحصل الاستمتاع من الإنسي بالجني بأن يخدمه الجني، وقد يكون مع ذلك الاستمتاع ذبح من الإنسي للجني، وتقرب بأنواع العبادات، أو بالكفر بالله - جل وعلا - والعياذ بالله، بإهانة المصحف، أو بامتهانه أو نحو ذلك.
ولهذا نقول: إن تلك الاستعانة بجميع أنواعها لا تجوز، فمنها ما هو شرك - كالاستعانة بشياطين الجن- يعني: الكفار - ومنها ما هو وسيلة إلى الشرك، كالاستعانة بمسلمي الجن......
فالحاصل: أن المقام فيه تفصيل:
فإذا كان الاستخدام بطلب الخدمة من الجني المسلم، فهذا وسيلة إلى الشرك، ولا يجوز أن يعالج عند أحد يعرف منه أنه يستخدم الجن المسلمين.
وإذا كانت الجن تخدم بعض الناس بدون طلبه، فإن هذا قد يحصل، لكن لم يكن هذا من خلق أولياء الله، ولا مما سخره الله - جل وعلا - لخاصة عباده، فلا يسلم من هذا حاله من نوع خلل جعلت الجن تكثر من خدمته، وإخباره بالأمور، ونحو ذلك.
فالحاصل: أن هذه الخدمة إذا كانت بطلب منه، فإنها لا تجوز، وهي نوع من أنواع المحرمات؛ لأنها نوع استمتاع، وإذا كانت بغير طلب منه، فينبغي له أن يستعيذ بالله من الشياطين، ويستعيذ بالله من شر مردة الجن؛ لأنه قد يؤدي قبول خبرهم، واعتماده، إلى حصول الأنس بهم، وقد يقوده ذلك الاستخدام إلى التوسل بهم والتوجه إليهم - والعياذ بالله -.”انتهى”التمهيد لشرح كتاب التوحيد”(1/ 615).
Meminta bantuan kepada jin, baik itu Jin Muslim maupun non-Muslim, merupakan salah satu wasilah dari wasilah-wasilah yang mengantarkan pada kemusyrikan.
Dan al-Isti'aanah, maknanya adalah: meminta pertolongan; Oleh karena itu, telah menjadi ketetapan di kalangan para ulama bahwa meminta bantuan dari jin Muslim itu tidak diperbolehkan; Karena para sahabat – semoga Allah meridhoi mereka – tidak ada yang meminta bantuan dari mereka. Padahal mereka ini lebih utama dan lebih berhak bagi jin untuk melayani dan membantu mereka.
Dan pada dasarnya meminta pertolongan kepada jin itu adalah salah satu sebab yang menggoda manusia untuk berperantara [bertawassul] kepada jin, meninggikan derajatnya [maqomnya], dan saling memberikan kesenangan dengannya.
Dan Allah SWT telah berfirman:
{ وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ. ِإِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ}
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman):”Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kalian telah banyak (menyesatkan) manusia”.
Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia:”Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”.
Allah berfirman:”Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu itu Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui”. [QS. al-An'aam128]
Maka terjadi lah al-Istimtaa' [saling memberikan kesenangan[antara Jun dan Manusia - seperti yang dikatakan oleh para ahli Tafsir -, diantara nya yaitu:
Bahwa manusia tersebut bertaqorrub [mendekatkan diri] kepadanya, tunduk padanya, menghinakan diri padanya, dan senantiasa membutuhkannya.
Dan termasuk seorang manusia ber istimta' dengan jin adalah menjadikan jin sebagai khodam [pelayan[yang melayaninya, dan terkadang bersamaan dengan al-istimta' itu di iringi pula dengan berkurban sembelihan yang dipersembahkan kepada jin, dan mendekatkan diri pada jin dengan berbagai macam jenis ibadah. Atau dengan cara kafir kepada Allah – Azza wa Jalla – nau'udzu billah, diantaranya dengan cara menghina Al-Qur'an, atau melecehkannya, atau sejenisnya.
Oleh karena itu kami katakan: Bahwa meminta pertolongan pada Jin dalam bentuk apapun itu tidak boleh.
Karena sebagian dari nya adalah kemusyrikan - seperti meminta bantuan dari para jin syeitan – yakni: jin kafir.
Dan sebagian di antaranya adalah wasilah [perantara] yang mengantarkan pada kemusyrikan, seperti meminta bantuan dari Muslim jin.
KESIMPUALNNYA: dalam masalah ini terdapa rincian:
Jika meminta bantuan [Khodam] dengan cara meminta pelayanan [khidmah] kepada jin muslim, maka ini merupakan wasilah yang mengantarkan pada kemusyrikan, dan tidak boleh berobat kepada seseorang yang diketahui bahwa ia memanfaatkan pelayanan jin muslim [Yakni: menjadikan Jin Muslim sebagai Khodam].
Dan jika jin tersebut melayani [khidmat] sebagian orang tanpa adanya permintaan, maka ini mungkin bisa terjadi, tetapi ini bukanlah dari akhlak dan karakter para wali Allah, juga bukan dari sesuatu yang Allah Ta'aala kendalikan sebagai kekhususan bagi hamba-hamba-Nya.
Maka dia tidak aman dari keadaan ini, seperti cacat yang membuat jin semakin meningkatkan pelayanan nya, memberitahunya tentang hal-hal, dan sejenisnya.
RINGKASNYA:
Jika pelayanan Jin ini karena atas permintaannya, maka itu tidak boleh, dan itu adalah bagian dari hal-hal yang diharamkan; Karena itu adalah semacam al-istimta' [saling mendapat kesenangan dari sebagian yang lain].
Dan jika tidak diminta olehnya, maka dia sebaiknya dia memohon perlindungan kepada Allah dari syeitan-syeitan, dan memohon perlindungan kepada Allah dari marodatul Jin [para jin pembangkang dan jahat]; Karena bisa menyebabkan seseorang mau menerima kabar berita dari mereka dan mengandalkannya, serta membuatnya merasa familiyar dan simpati dengan mereka, juga dengan menjadikan jin sebagai khodam dapat mengantarkan seseorang bertwassul dengan mereka dan menghadapkan dirinya pada mereka.
[Baca: Kitab”التمهيد لشرح كتاب التوحيد”1/615]
===***===
CARA-CARA JIN ATAU SYEITAN MENGELABUI ORANG-ORANG BERIMAN
Diantaranya adalah sbb:
CARA KE 1: JIN BERDUSTA DENGAN MEMBISIKAN BAHWA DIRINYA ADALAH MALAIKAT
Diantara Cara Para jin menyesatkan manusia adalah dengan cara berdusta mengaku-ngaku dirinya adalah malaikat, lalu membisikkannya pada manusia. Maka kelak Para malaikat sendiri akan menyangkal jika dirinya melakukan kerjasama dengan manusia agar mereka menyembahnya, bahkan mereka para malaikat menegaskan di hadapan Allah SWT bahwa jin-jin atau syeitan-syeitan lah yang menyuruh manusia menyembah para malaikat yang kemudian diberi nama dewi-dewi dan mereka pulalah yang sebenarnya di sembah, bukan malaikat.
Allah SWT berfirman:
{ وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلائِكَةِ أَهَؤُلاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ }.
Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat:”Apakah mereka ini dahulu menyembah kalian?". Malaikat-malaikat itu menjawab:”Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung (wali) kami, bukanlah mereka (menyembah kami): akan tetapi mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu". (QS. Saba: 40-41).
Imam at-Thobary dalam tafsirnya meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata;
((كَانَ قَبَائِل مِنْ الْعَرَب يَعْبُدُونَ صِنْفًا مِنْ الْمَلَائِكَة يُقَال لَهُمْ الْجِنّ, وَيَقُولُونَ: هُمْ بَنَات اللَّه ، فَأَنْزَلَ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ: { أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ - [مَعْشَر الْعَرَب] - يَبْتَغُونَ إِلَى رَبّهمْ الْوَسِيلَة})).
“Dulu kabilah-kabilah arab menyembah segolongan malaikat, yang di sebut JIN, dan mereka berkata: ‘ mereka itu putri-putri Allah (dewi – dewi) ‘.
Maka Allah SWTmenurunkan (ayat): ‘Sesembahan-sembahan yang mereka seru itu (wahai khalayak bangsa arab) mereka sendiri mencari wasiilah / jalan menuju Tuhan mereka, siapa diantara mereka yang paling dekat (kepada Allah) ‘“.
(Lihat: Tafsir At-Thobary, tafsir ayat 57:al-Isra, no. Hadist 16893).
Dalam kitab Talbis Iblis karya Ibul Jauzi 1/57 di sebutkan:
“Bahwa Iblis yang terkutuk telah mengelabui sebagian manusia untuk menyembah para malaikat, dan mereka mengatakan: malaikat-malikat itu adalah anak-anak perempuan Allah [dewi-dewi]. (Maha suci Allah dari apa yang mereka tuduhkan)”.
Dalam hal ini Allah SWT mengecamnya dan akan meminta pertanggung jawaban pada mereka atas anggapan itu:
{ وَجَعَلُوا الْمَلائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ}.
Artinya: Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan (dewi-dewi). Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. (QS. Zukhruf: 19).
Dan mereka juga memberi nama para malaikat dengan nama-nama perempuan, seperti yang di ceritakan dalam Al-Qur'an:
{ إِنَّ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ لَيُسَمُّونَ الْمَلائِكَةَ تَسْمِيَةَ الأنْثَى. وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا }
Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran”. (QS. An-Najm: 27-28).
Oleh sebab tipu daya demikian; maka kaum musyrikin arab terkelabui dan tidak menyadari jika dirinya telah menyekutukan Allah dengan para Dewa-Dewi:
Berikut ini keterangan dari para ulama ahli tafsir dalam menafsiri firman Allah SWT:
{ إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا إِنَاثًا }
“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah perempuan-perempuan sesembahan (dewi-dewi)”. (QS. An-Nisaa: 117).
Dalam hal ini Juwaibir telah meriwayatkan dari Adl-Dlahak, bahwa dia telah menafsiri ayat ini dengan mengatakan:
قال المشركون: إن الملائكة بنات الله ، وإنما نعبدهم ليقربونا إلى الله زلفى ، قال: اتخذوها أربابا وصوروهن صور الجواري ، فحكموا وقلدوا ، وقالوا: هؤلاء يُشْبهن بنات الله الذي نعبده ، يعنون الملائكة.
Adh-Dhahak berkata:”Kaum musyrikin berkata: Sesungguhnya para malaikat itu adalah putri-putri Allah (dewi – dewi), dan sesungguhnya kami tidak sekali-kali menyembahnya melainkan supaya kami mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.
Lalu Adl-Dlahak berkata:”Mereka menjadikan putri-putri itu sebagai rabb-rabb (tuhan-tuhan), dan mereka menggambarnya dengan gambar putri-putri, kemudian mereka menetapkannya sebagai bentuknya dan mereka tiru secara turun temurun, dan mereka seraya berkata: 'Mereka benar-benar sangat mirip dengan putri-putri Allah yang yang kami sembah ', yang mereka maksud adalah para malaikat”. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 2/414).
Dan Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 7/83-84 menukil kata-kata Qotadah dalam menafsiri ayat 3 dari surat Az-Zumar:
“Allah Ta'ala mengkabarkan tentang para penyembah berhala dari kaum musyrikin bahwa mereka mengatakan:
{ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى }
“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".
Lalu Qotadah berkata tentang tafsirnya:
“Maksudnya: Sesungguhnya yang mengantarkan dan menggiring mereka (kaum musyrikin) kepada penyembahan berhala adalah mereka pada awalnya sengaja membikin patung-patung dalam bentuk dan rupa para malaikat yang paling terdekat (kedudukannya di sisi Allah) menurut prasangka mereka, kemudian mereka menyembah patung-patung itu sebagai bentuk penyembahan terhadap para malaikat agar para malaikat itu memberi syafaat untuk mereka di sisi Allah Ta'ala agar berkenan menolong mereka, memberi rizki pada mereka, dan memenuhi segala kepentingan mereka yang bersifat duniawi, adapun yang berkaitan dengan urusan akhirat mereka menentangnya dan mengingkarinya."
CARA KE 2: JIN BERDUSTA DENGAN MEMBISIKAN BAHWA DIRINYA ADALAH WALIYULLAH YANG TELAH MATI ATAU KYAI ATAU ORANG SHALIH.
Pada awalnya umat manusia semenjak Nabi Adam 'alaihis salaam hingga menjelang Nabi Nuh 'alaihis salaam diutus adalah satu umat, satu agama, mereka hanya menyembah Allah yang maha tunggal. Kemudian pada akhirnya mereka menyembah sesembahan-sesembahan selain Allah.
Sesembahan-sesembahan itu pada awalnya adalah kuburan-kuburan orang shaleh yang mereka bikinkan gambar-gambar, lalu mereka mengi'tikafinya atau nyepi di sana, yang kemudian syeithan mengelabuinya dengan bisikan dan membalutnya dengan kemasan yang nampak syar'i yang membuat mereka pada akhirnya menyembahnya.
Allah SWT berfirman:
{ كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنزلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ }
“Telah ada manusia itu adalah umat yang satu, (setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah di datangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena rasa dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendaknya.
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus”. (QS. Al-Baqorah: 213).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya 1/569 berkata mengenai tafsir ayat ini:
عن ابن عباس أصح سندًا ومعنى؛ لأن الناس كانوا على ملة آدم، عليه السلام، حتى عبدوا الأصنام، فبعث الله إليهم نوحًا، عليه السلام، فكان أول رسول بعثه الله إلى أهل الأرض. ولهذا قال: { وَأَنزلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ }.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas – yang sanad dan maknanya lebih sahih -: Sesungguhnya para manusia dulunya dalam satu millah [agama] Adam 'alaihis salaam, sehingga ketika mereka menyembah berhala-berhala, maka Allah SWT mengutus kepada mereka Nuh 'alaihis salaam, maka dia adalah Rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi.
Oleh karena itu Allah SWT berfirman:”Dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan kebenaran.....". (QS. Al-Baqoroh: 213).
Berhala-berhala yang di sembah oleh kaum Nabi Nuh 'alaihis salaam adalah orang-orang saleh yang sudah meninggal dunia. Allah SWT berfirman tentang mereka:
{ وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا. وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا ضَلَالًا}.
“Dan mereka berkata: Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian, dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa', Yaghuts, Ya'uuq dan Nasr.
Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia) dan janganlah engkau tambahkan bagi orang-orang yang dzalim itu selain kesesatan”. (QS. Nuh: 23).
Telah ada ketetapan riwayat dalam shahih Bukhori no. 4920, serta dalam kitab-kitab tafsir, kisah-kisah para nabi dan lainnya dari Ibnu Abbas dan lainnya dari ulama salaf, mereka berkata tentang tafsir ayat di atas:
هَذِهِ أَسْمَاءُ قَوْمٍ صَالِحِينَ كَانُوا فِي قَوْمِ نُوحٍ فَلَمَّا مَاتُوا عَكَفُوا عَلَى قُبُورِهِمْ ثُمَّ صَوَّرُوا تَمَاثِيلَهُم ، ثُمَّ طَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَعَبَدُوهُمْ، وَأَنَّ هَذِهِ الْأَصْنَامَ بِعَيْنِهَا صَارَتْ إِلَى قَبَائِلِ الْعَرَبِ، ذَكَرَهَا ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَبِيلَةً قَبِيلَةً.
“Nama-nama tsb adalah orang-orang shaleh dari kaum Nuh 'alaihis salaam, ketika orang-orang tsb mati, mereka melakukan i'tikaf (nyepi) terhadap kuburan-kuburannya, kemudian lama kelamaan mereka menyembahnya.
Dan berhala-berhala tsb kemudian tersebar ke kabilah-kabilah arab”. Ibnu Abbas dengan terperinci menyebutkan kabilah-kabilah tsb satu persatu”.
(Lihat: Majmu Fatawa karya Syeikh Ibnu Taymiyah 14/363, Syarah Aqidah Thohawiyah 1/14 dan Juhud Ulama hanafiyah fi Ibtholil 'aqooidil Quburiyah 1/408).
Dalam surat An-Najm Allah 'Azza wa Jallaamenyebutkannya dalam firman-Nya:
{ أَفَرَأَيْتُمُ اللاتَ وَالْعُزَّى. وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأخْرَى. أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى. تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى. إِنْ هِيَ إِلا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ }.
“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza. dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?.
Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?. Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka.
Dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. (QS. An-Najm 19-23)".
Dalam ayat ini di sebutkan tiga nama sesembahan kaum musyrikin, yaitu: Al-Lata, Al-Uzza dan Manah.
Masing-masing nama tsb merepresentasikan jenis dan katagori sesembahan pada masa itu.
Pertama: Dewi Laata, merepresentasikan batu tapakan dan kuburan orang shaleh.
Kedua : Dewi Uzza merepresentasikan berhala berbentuk 3 Pohon.
Ketiga : Dewi Manah, merepresentasikan berhala yang berbentuk Patung. Berikut ini rincian pembahasannya:
Imam Bukhory dalam sahihnya no. 4859, Ibnu Jarir ath-Thobary dalam tafsirnya 22/523, Ibnu Humeid, Ibnu Mandah, Ibnu Mardawaih dan Ibnu Katsir dalam tafsirnay 7/455 menyebutkan tentang tafsir Al-Laata dari Ibnu 'Abbas:
« أنه كان رجلا يَلُتُّ للحجيج في الجاهلية السويق، فلما مات عكفوا على قبره فعبدوه ».
“Dulunya dia adalah seorang penumbuk Sawiq (tepung) untuk jemaah haji, maka ketika dia meninggal mereka ber i'tikaf (nyepi) di kuburannya, lalu mereka menyembahnya”.
Tafsir ini di riwayatkan pula oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya 7/455 dari Robi' bin Anas. Dan juga di riwayatkan Ibnu Jarir dalam tafsirnya 22/523 dengan sanadnya dari Mujahid.
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma juga berkata:
“Dulunya dia adalah penjual Sawiiq (tepung atau makanan yang terbuat dari tepung) dan minyak samin di samping batu besar. Maka ketika dia meninggal, penduduk Tsaqif menyembah nya dengan maksud sebagai penghormatan dan pengagungan kepada penjual sawiiq itu”.
Keterangan ini sama seperti yang di riwayatkan Mujahid dan Said bin Mansur. Dan juga seperti riwayat Ibnu Abi Hatim dari Ibnu 'Abbas. Di dukung pula oleh sekelompok pendapat Ahli Ilmu. (Lihat: Tafsir Thobari 22/523 dan Ibnu Katsir 7/455).
Ibnu Kalbi dalam Al-Ashnam menyebutkan bahwa:”Al-Laata itu adalah batu besar segi empat, dulunya tempat seorang yahudi menumbuk tepung”.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya 7/455 berkata:
“Laata adalah batu besar berwarna putih berukir, dalam sebuah rumah (pesarean) di Thaif, di kelilingi kelambu / tirai dan terdapat para pengabdi / pelayan / kuncen. Di sekelilingnya terdapat halaman yang diagungkan dan dikultuskan bagi penduduk Thaif – mereka adalah kabilah Tsaqif dan para pengikutnya – mereka sangat membanggakan dan mengandalkan nya terhadap suku-suku lainnya di penjuru jazirah arab, selain kepada Qureish”.
Sungguh ada banyak riwayat mengenai hal Laata ini:
Salah satunya seperti yang diriwayatkan oleh al-Azroqi:”Orang yang membuat adonan roti dahulu berasal dari Tsaqif. Ketika orang itu meninggal, Amr (bin Luhay) mengatakan kepada orang-orang Quraisy:”Sesungguhnya orang tersebut belum mati, akan tetapi ia masuk ke dalam batu”.
Kemudian ia memerintahkan mereka untuk menyembahnya, dan membangun rumah di atas batu itu. Dinamakan Laatta…
Ketika orang itu mati dinamakan batu tersebut dengan Laat dengan ta’ yang ringan. Dan dijadikan sebagai berhala yang disembah”.
(Baca As-Suhaili dalam ar-Raudhul Unuf: 1/102 dan al-Azraqi dalam Akhbaru Makkah: 1/125-126)
Maksud perkataan al-Azraqi ini: menjelaskan bahwa Amr bin Luhai adalah orang yang menyuruh masyarakat Arab untuk menyembah Laata.
Ibnu al-Kalbi mengatakan dan dinukil oleh Imam Ibnul Qoyyim:
“Kemudian orang-orang musyrik meletakkan Laata di Thaif. Dan ia lebih baru dibandingkan Manat. Bentuknya adalah batu persegi. Juru kuncinya berasal dari Tsaqif. Orang-orang musyrik membangun rumah di atasnya. Orang-orang Quraisy dan seluruh masyarakat Arab mengagungkan berhala tersebut. Dengannya orang-orang Arab menamakan Zaid al-Laata, dan Taim al-Laata. Berada di menara Masjid Thaif sebelah kiri pada saat sekarang. Senantiasa seperti itu sampai suku Tsaqif memeluk Islam. Maka Rasulullah SAW mengutus al-Mughirah bin Syu’bah, kemudian di hancurkan lalu di bakar”.
(Ibnu al-Kalbi: al-Ashnam: 16,17. Ibnul Qayyim: Ighatsatul Lahafan: 2/626-627).
Berbeda dengan as-Suhaily, dia mengatakan:”Amr bin Luhai adalah Latta yang membuat adonan roti untuk jama’ah haji, di atas sebuah batu yang dikenal dengan batu Latta”. (Baca As-Suhaili dalam ar-Raudhul Unuf: 1/105)
Ada pula yang mengatakan:”Latta, merupakan”dewi dunia bawah”yang disembah kaum pagan di jazirah Arab sebelum Islam. Dewi ini merupakan tradisi pagan, bercampurnya agama asli Arab dengan dewa-dewi dari Yunani dan Romawi serta dari negeri lain melalui berbagai cara.
Bagi orang Nabatea di Petra, yang tinggal di utara semenanjung Arabia tepatnya di daerah Yordania sekarang, dewi Latta ini merepresentasikan Athena, Tyche atau Minerva. Herodotus juga menyebutkan tentang”Al-ilah”yang merupakan penyebutan Arab terhadap Aphrodite”.
Kaum musyrikin para penyembah Laata, Uzza dan Manah mereka tidak merasa jika dirinya telah menyekutukan Allah dengan berhala-berhala tadi, mereka menganggapnya sebagai wasilah dan sarana bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah.
Hal ini seperti yang diungkapkan dalam surat Az-Zumar ayat 3, Allah 'Azza wa Jallaaberfirman:
{أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى}.
Artinya: Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil wali-wali (pelindung / penolong / kekasih) selain Allah (berkata):”Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". (QS. Zumar: 3).
Dalam menafsiri firman Allah 'Azza wa Jallaa:”melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”Imam Malik, Qotadah dan Suday dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid berkata:
((أي: ليشفعوا لنا، ويقربونا عنده منزلة))
“Maksudnya adalah: agar wali-wali itu mensyafaati kami dan mendekatkan kedudukan kami di sisi Allah”. (Tafsir Ibnu Katsir 7/85).
Ibnu Hisyam berkata:”Maka Rosulullah SAW mengutus Mughiroh bin Syu'bah (ra), maka beliau menghancurkannya serta membakarnya”.
Imam As-Sayuthi Asy-Syafii berkata:
"Dan juga sesungguhnya sebab peribadatan terhadap Laata adalah pengagungan terhadap orang sholeh….
Dahulu Laatta adalah pembuat adonan makanan di yaman untuk diberikan kepada para jama'ah haji. Tatkala ia meninggal maka mereka I'tikaf di kuburannya.
Para ulama juga menyebutkan bahwasanya Wad, Suwaa', Yaghuuts, Ya'uuq, dan Nasr adalah nama-nama orang-orang sholeh yang ada antara zaman Nabi Adam dan zaman Nabi Nuh 'alaihimas salam. Mereka memiliki para pengikut yang senantiasa meneladani mereka. Tatkala mereka meninggal maka para pengikut mereka berkata:
"Seandainya kita membuat patung-patung mereka".
Tatkala para pengikut tersebut meninggal dan datang kaum yang lain setelah mereka maka datanglah Iblis kepada mereka dan berkata:
"Mereka dahulu menyembah patung-patung tersebut, dan dengan sebab mereka turunlah hujan".
Maka merekapun menyembah patung-patung tersebut. Hal ini telah disebutkan oleh Muhammad bin Jarir dengan sanadnya.
Dan karena sebab inilah Nabi SAW melarang, dan sebab inilah yang menjerumuskan banyak umat-umat kepada syirik akbar atau yang dibawahnya. Karenanya engkau dapati banyak kaum dari kalangan orang-orang sesat yang mereka merendahkan diri di kuburan orang-orang sholeh, mereka khusyu' dan merendah.
Mereka menyembah orang-orang sholeh tersebut dengan hati-hati mereka dengan suatu ibadah yang tidak mereka lakukan tatkala mereka di rumah-rumah Allah, yaitu masjid-masjid. Bahkan tidak mereka lakukan tatkala di waktu sahur di hadapan Allah ta'aala.
Dan mereka berharap dengan sholat dan doa di sisi kuburan apa-apa yang mereka tidak harapkan tatkala mereka di masjid-masjid yang boleh bersafar ke mesjid-mesjid tersebut (yaitu masjidil haram, masjid nabawi, dan masjid aqso-pen).
Ini adalah kerusakan yang Nabi SAW berkinginan untuk menghilangkannya secara total, bahkan sampai-sampai Nabi melarang untuk sholat di kuburan secara mutlak, meskipun orang yang sholat tidak bermaksud untuk mencari keberkahan kuburan atau keberkahan tempat, dalam rangka menutup perkara yang bisa mengantarkan kepada kerusakan/mafsadah tersebut, yang menyebabkan disembahnya berhala-berhala”
(Baca: Al-Amru bil ittibaa' 138-139 karya Imam as-Suyuuthi)
CARA KE 3: JIN BERDUSTA DENGAN MENGEMAS PENYEMBAHAN BENDA PUSAKA ATAU POHON KRAMAT DENGAN ISTILAH NGALAP BERKAH DAN TAWASSUL.
Syariat Islam tidak menafikan adanya barokah, dalam Al-Quran dan hadits-hadits nabawi banyak sekali bebicara masalah barokah dan menyebutkan sesuatu yang diberkahi oleh Allah Azza wa Jallaa, namun kalau kita telusuri dan kita kaji secara seksama akan kita temui ada tiga syarat mutlak agar kita boleh bertabarruk kepada sesuatu, yaitu:
Pertama: harus ada keterangan dari Allah dan Rosulnya bahwa sesuatu yang hendak di tabarrukinya itu ada barokahnya.
Kedua: harus ada keterangan dari Allah dan Rosul-Nya yang membolehkan atau menganjurkan ngalap barokah dari sesuatu tsb dengan cara-cara yang di syariatkan pula.
Ketiga: harus berkeyakinan bahwa sesuatu yang di tabarruki tsb hanya sebatas sebab atau wasilah yang di syariatkan, yang pada hakikatnya adalah hanya Allah SWT yang melimpahkan keberkahan itu.
0 Komentar