Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

MUKJIZAT ALQURAN TENTANG PERGERAKAN "BENUA", "GUNUNG" DAN "LEMPENG TEKTONIK".

Di Susun Oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

DAFTAR ISI:

  • PERGERAKAN BENUA DAN GUNUNG
  • TEORI PERGERAKAN LEMPENG TEKTONIK
  • PRINSIP UTAMA TEORI LEMPENG TEKTONIK
  • TEORI DASAR LEMPENG BISA MENGUNGKAP KEKAYAAN ALAM DAN BENCANA:

*****

بسم الله الرحمن الرحيم

Allah SWT berfirman :

{ وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ }

" Padahal ia bergerak (seperti) awan bergerak"

Kita akan mengarungi pembahsan sebuah ayat yang agung,ini di mana Allah , Sang Pencipta, Yang Mahakuasa, memberi tahu kita tentang keajaiban kosmik [alam semesta] yang mempesona yang baru terungkap pada abad kedua puluh satu. 

PERGERAKAN BENUA DAN GUNUNG

Allah Tabaroka wa Ta'aala telah berfirman dalam al-Qura'n: 

{ وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَّهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِۗ صُنْعَ اللّٰهِ الَّذِيْٓ اَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍۗ اِنَّهٗ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَفْعَلُوْنَ }

"Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia bergerak (seperti) awan bergerak. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan". [QS. An-Naml: 88]

Dalam ayat yang agung ini, Allah Tabaroka wa Ta'aala memberi tahu kita tentang pergerakan gunung-gunung, yang tidak dapat dilihat manusia, akan tetapi ia benar-benar ada.

Dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini''.

Lempeng bumi dibagi menjadi dua jenis: lempeng samudra dan lempeng benua. Keduanya mengapung di atas mantel bagian bawah, astenosfer, dan inti luar bumi yang berisi batuan pijar dan cair.

 Pertanyaannya adalah:

Apa yang dikatakan para ilmuwan hari ini tentang gerakan tersembunyi yang tidak dapat kita lihat dengan mata, akan tetapi para ilmuwan akhirnya dapat menghitungnya dalam angka?

Para pakar tafsir kami - semoga Allah Yang Maha Kuasa merahmati mereka- memahami ayat ini berbicara tentang pergerakan gunung-gunung pada Hari Kiamat , dan mereka menyimpulkan ini dari firman-Nya Yang Mahakuasa:

{ وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ }

"(Dan ketika gunung-gunung dijadikan berjalan) ". [Al- Takwir: 3].

Dan ini akan terjadi pada Hari Kebangkitan dengan pasti. Namun sekarang-sekarang yang ditemukan oleh beberapa ilmuwan bahwa ayat ini mengacu pada Perputaran bumi pada porosnya.

Maka kita di saat memperhatikan gunung-gunung ; kita melihatnya kaku dan diam ditempatnya. Akan tetapi jika kita pergi keluar dari planet bumi terbang ke luar angkasa , lalu melihat planet bumi ini ; maka kita melihatnya berputar dalam gerakan teratur dan cepat , dan segala sesuatu berputar dengannya termasuk gunung, atmosfer, manusia, air dan segalanya.

Dan pemahaman ini juga benar karena ayat tersebut memiliki banyak arti, dan ini adalah ciri yang membedakan Kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan kitab lainnya.

Akan tetapi ayat di sini berbicara tentang gunung secara khusus dan bukan tentang sesuatu yang lain. Ayat ini tidak berbicara tentang bumi sebagai satu paket.


Tetapi jika kita mempelajari lebih dalam ayat ini, kita akan melihat bahwa ada gerakan gunung yang tersembunyi, tetapi apa sifat dan tabiat dari gerakan ini? 

Bagaimana gunung bisa bergerak tanpa kita melihat pergerakannya ?

Pada tahun 1912, untuk pertama kalinya, salah seorang geofisikawan Alfred Wegener, seorang ilmuwan Jerman, mengemukakan teori ini, dia berkata:

إن القارات على الكرة الأرضية أي اليابسة يقصد بالقارات اليابسة هذه القارات تتحرك حركة خفية ولكنها تتجلى من خلال ملايين السنين

Sesungguhnya benua-benua di permukaan Bola Bumi - yakni daratan - maksudnya benua-benua daratan. Benua-benua ini bergerak dalam gerakan tersembunyi, tetapi akan nampak terlihat perubahannya setelah melewati jutaan tahun ".

Dan dia berkata pula:

إن قارة أمريكا مثلاً كانت ملتحمة مع قارة أوربا وقارة استراليا كانت ملتحمة شمالاً مع الهند وأفريقيا و.. الخ

" Sesunggguhnya benua Amerika, misalnya, dulu menyatu dengan Benua Eropa. Dan benua Australia menyatu ke utara dengan India, Afrika …. dan seterusnya ".

Artinya, daratan itu satu massa, kemudian bagian-bagiannya terpisah dan membentuk benua-benua tersebut. 

Dan perlu diketahui tentang Ilmuwan “Alfred” ini , para ilmuwan lainnya sempat mengira:

إنه مختل عقلياً

"Sesungguhnya dia sakit jiwa".

Akan tetapi sayangnya para ilmuwan ini lupa bahwa Al-Qur'an Agung telah mengetengahkan fakta ini sejak 14 abad yang lalu. Dan anehnya ketika ayat ini diturunkan, orang-orang juga memahaminya dan mengimaninya demikian [yakni bergerak].

Dan para ahli geologi baru memahami kebenaran pernyataan Wegener itu pada 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Dalam tulisannya, Wegener, mengemukankan bahwa sekitar 500 juta tahun lalu, seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Namun, sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

''Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar.''

Dan selama berabad-abad pengetahuan kita tentang ayat diatas - yang menyebutkan tentang bergeraknya gunung - tetap sebagai pengetahuan yang tidak ada kontradiksi apapun.

Dan ini , jika menunjukkan pada sesuatu, maka itu menunjukkan bahwa Al-Qur'an tidak bertentangan dengan sains dan al-Qur'an tidak pernah bertentangan dengannya.

Pada masa itu tidak ada seorang pun yang membayangkan akan adanya benua bergerak , namun setelah ilmu pengetahuan terus berkembang , maka para ilmuwan melihat bahwa bola dunia terdiri dari tujuh lapisan dan kerak bumi tidak stabil, akan tetapi terbagi menjadi beberapa lempeng tektonik [karena nampak terlihat seperti lempengan] , dan di antara lempeng-lempeng tektonik ini terdapat celah-celah [retakan] yang membentang ribuan kilometer, lalu mereka para ilmuwan menemukan bahwa jarak yang memisahkan antar lempengan-lempengan ini satu sama lain bertambah dengan cara bergeser sangat perlahan seiring dengan berjalannya waktu.


Pada tahun 2007, para ilmuwan mampu merekam pergerakan benua-benua tersebut. Mereka mencatat jarak antara benua Eropa dan benua Amerika Utara sebesar 18 mm selama satu tahun penuh.

Tentu saja, ini adalah fakta meyakinkan yang dicatat oleh para ilmuwan dengan angka dan perhitungan, bahkan mereka menggunakan komputer raksasa, atau yang disebut superkomputer, untuk mensimulasikan pergerakan lempeng-lempeng tektonik tersebut.

Tapi apa hubungannya antara gunung-gunung dengan lempeng-lempeng tektonik? 

Sesungguhnya pegunungan-pegunungan itu terbentuk - sebagaimana yang dikatakan para sarjana, dan seperti yang mereka temukan dengan yakin - ketika dua lempeng tektonik saling bertabrakan lalu keduanya membentuk gunung ; karena tabrakan ini akan membuat area yang memisahkan keduanya menjadi padat dan tegak terpancang ke atas. Dan mungkin di sini kita bisa mengingat isyarat Al-Qur'an yang luar biasa tentang mekanisme rekayasa pembentukan gunung-gunung ini ketika Allah SWT berfirman:

{ أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20) }.

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?" [QS. Al-Ghosyiyah: 17-20]

Para ilmuwan mulai mempelajari gunung-gunung ini, dan setelah ilmu pengetahuan mereka berkembang, mereka menemukan bahwa gunung-gunung ini memanjang jauh menancap ke dalam bumi dan kepadatan gunung ini atau berat gunung ini berbeda dari berat tanah di sekitarnya, oleh karena itu mereka mulai mengamati gunung sebagai sesuatu yang berbeda dari bumi atau dari lempeng-lempeng bumi.

Mereka juga menemukan bahwa gunung-gunung ini menetap di tempat-tempat tertentu di bumi sehingga menstabilkan dan mengokohkan kerak bumi ini agar tidak labil , tidak menggoyang kita dan tidak bergetar. 

Di sini, juga, kita menemukan isyarat Al-Qur’an yang luar biasa yang dimanifestasikan dalam firmana Allah Azza wa Jalla yang Hak:

{ وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ }.

"Dan Dia menancapkan gunung-gunung [رَوَاسِيَ] di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk". [QS. Al-Nahl: 15]

[[Makna رَوَاسِيَ: jamak dari رَاسِي artinya yang kokoh berlabuh di pelabuhan. Makna رَسَى - يَرْسًو: tetap , kokoh , berlabuh dan mendarat. Makna أَرْسَى حَجَرَ الأَسَاس: menancapkan batu pondasi. Makna أَرْسَى الوَتَدَ في الأَرْضِ: memasang pasak. Makna الرَّسِيّ: Tiang di tengah tenda. Dan makna المِرْسَاة: Sauh dan Jangkar. Jamaknya مَرَاسِي]].

Para ilmuwan melakukan banyak penelitian pada gunung-gunung ini, khususnya pada akar-akar pegunungan, dan menemukan bahwa – contohnya – gunung Himalaya ini adalah rangkaian yang mewakili puncak-puncak tertinggi di dunia ini, yang menjulang lebih dari 8.800 meter di atas permukaan laut, menancap panjang ke dalam tanah sepanjang 70 km,

Jadi ada akar yang sangat dalam bagi setiap gunung yang memanjang ke bawah kira-kira seukuran delapan kali tinggi gunung di atas permukaan bumi. Dan ini persis menyerupai pasak yang ditanam di tanah. Dan dari sini kita juga mengingat isyarat Al-Qur'an tentang hal ini ketika Allah SWT berfirman:

{ وَالْجِبَالَ أَوْتَاداً }

“dan gunung-gunung sebagai pasak.” (QS An-Naba’: 7)

Kata أَوْتَاداً dalam bahasa arab adalah bentuk jamak (plural) dari الوَتَدُ yang artinya adalah pasak. Jika kita ingin mendirikan kemah, maka kita perlu menancapkan semacam paku baik dari besi maupun dari kayu.

Gunung itu diibaratkan pasak, dan memang sebagian besar material gunung adalah tertanam di bawah permukaan bumi, dan tidak muncul dipermukaan kecuali sebagian kecil saja, 10 atau 15 persen dari panjang gunung yang kami menemukannya menonjol, sedangkan bagian yang terbesarnya ada di dalam tanah.

Tentu saja gunung-gunung ini , mereka para ilmuwan menemukan bahwa gunung-gunung ini juga bergerak dengan gerakan tersembunyi yang berbeda dari gerakan lempeng-lempeng yang mengelilingi kita. Maka Gunung, sebagai akibat dari tekanan dahsyat yang ada di bawahnya - yakni pada kedalaman 70, 80, atau 100 km jika kita turun ke bawah permukaan bumi - kita perhatikan bahwa di hadapan kita terdapat lapisan kedua yang berbeda dari kerak bumi, yaitu lapisan bebatuan yang berkobar dan lengket, seolah-olah gunung ini seperti papan kayu yang mengapung di atas air, atau seperti sepotong es yang mengapung di atas air.


Oleh karena itu, Allah SWT ketika Dia mengibaratkan gunung-gunung dengan " رَوَاسِيَ" [[Makna رَوَاسِيَ: jamak dari رَاسِي artinya yang kokoh berlabuh di pelabuhan]].

Dan kita tahu bahwa kapal laut itu dalam mendesain kapal agar bisa berlabuh dan tetap kokoh dalam pekerjaannya, maka sebagian besar badan kapal tsb harus tenggelam di bawah permukaan air dan disana harus ada beban di bawahnya.

Itulah sebabnya Allah SWT menyerupakan cara kerja gunung-gunung ini dengan kapal-kapal yang berlabuh itu , maka Allah SWT berfirman:

{ وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ }.

"Dan Dia melabuhkan gunung-gunung [رَوَاسِيَ] di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu". [QS. Al-Nahl: 15]

Dan dari sini, para ilmuwan menyelidiki lebih dalam pergerakan gunung-gunung ini dan menemukan bahwa hawa panas yang ada di bagian dalam bumi memengaruhi gunung-gunung ini, maka menggerakkannya ke atas dan ke bawah, dan juga menggerakkannya lagi gerakan kedua kalinya ke empat arah. 

Jadi, kesimpulan pasti yang dicapai oleh para ilmuwan adalah bahwa gunung-gunung ini bergerak dengan gerakan yang sangat ringan yang tidak dapat dilihat oleh mata, tetapi dapat dilihat oleh perangkat alat yang betul-betul jeli dan teliti.

Para ilmuwan menemukan bahwa gunung-gunung di dasar lautan juga bergerak, misalnya: tahun lalu [2006] para ilmuwan memantau pergerakan dasar Samudra Pasifik yang bergerak sekitar jarak 90 mm. Tentu saja, gerakan ini tidak disadari, akan tetapi itu benar-benar ada dan telah diukur secara akurat. Maka Dasar Samudra Pasifik juga ikut bergerak bersama gunung-gunung yang dibawanya.

Di sini, kita bertambah dalam pemahaman dan pendalaman ayat ini, yakni ketika Allah SWT berfirman:

{ وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَّهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِۗ صُنْعَ اللّٰهِ الَّذِيْٓ اَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍۗ اِنَّهٗ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَفْعَلُوْنَ}

" Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia bergerak (seperti) awan bergerak. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan". [QS. An-Naml: 88]

Ayat ini berbicara tentang semua gunung yang ada di dunia, dan bukan tentang gunung yang ada di darat , melainkan tentang gunung-gunung es di Antartika di benua selatan yang membeku , yang juga terus bergerak secara berkesinambungan , dan bergerak dari 10 meter hingga 1000 meter setiap tahunnya. 

Gunung-gunung ini bergerak dengan gerakan yang kita tidak melihatnya , akan tetapi sangat jelas dan akurat bagi kita melalui alat pengukuran.


Hari ini, para ilmuwan NASA berbicara juga tentang pergerakan gunung-gunung ini , yang juga dipantau oleh satelit, di mana mereka menemukan sebuah hasil penemuan jarak antar benua bahwa bentuk bumi, atau bahkan diameter bumi, setiap kali diukur, hasilnya selalu lebih kecil beberapa milimeter, artinya: setiap kali diameter bumi diukur, mereka menemukan bahwa diameter ini sedikit lebih kecil dari sebelumnya.

Mungkin di sini kita menemukan isyarat Alquran untuk masalah ini ketika Allah SWT berfirman:

{ أَفَلَا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِي الْأَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا أَفَهُمُ الْغَالِبُونَ }

“Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. Maka apakah mereka yang menang?”. (QS. Al Anbiya’: 44)

Ayat yang agung ini menunjukkan bahwa ada penurunan terus menerus dalam diameter bumi. Jika kita telusuri diameter Bumi, yang panjang nya sekitar kurang dari 13.000 km, kita menemukan bahwa diameter ini telah mengalami pengurangan selama jutaan tahun.

Oleh karena itu, Allah SWT dalam sebuah ayat yang agung mengacu juga pada pergerakan lempeng-lempeng, pembentukan gunung-gunung, dan pembentukan sungai-sungai.

Ketika para ilmuwan mempelajari sejarah alam semesta dan ilmu bumi , mereka menemukan bahwa lempeng-lempeng bumi ini memanjang dan mengembang terus menerus hingga saling bertabrakan dan membentuk pegunungan, dan setelah itu juga terbentuklah lembah-lembah, karena lempeng-lempeng itu ketika saling mendekat maka di sana ada lempeng-lempeng lain yang saling menjauh , memberi ruang untuk membentuk sungai-sungai dan danau-danau.

Dan di sini kita menemukan sebuah ayat yang mulia di mana Allah SWT berfirman:

{ وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا }

" Dan Dia lah yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya". [QS. Al-Ra’d: 3]

Dan kalian renungkanlah urutan tahapan-tahapan secara ilmiah dan secara Al-Qur’an:

{ وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ }

(Dan Dialah Yang membentangkan bumi)

Yakni: Dia lah yang menggerakkan lempengan-lempengan ini. Yakni: merentangkannya, sampai-sampai para ilmuwan NASA menggunakan kata “SPREAD [menyebarkan]" yakni: membentangkan” atau perluasan bumi, yang merupakan kata Ayat Al-Qur’an yang sama persis:

{وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا }

" Dan Dia lah yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya". [QS. Al-Ra’d: 3]

Sekarang kita memiliki tiga tahap: perluasan bumi terlebih dahulu. Kemudian pembentukan pegunungan. Kemudian pembentukan sungai-sungai. 

Dan ini sesuai dan cocok dengan fakta-fakta yang meyakinkan yang diperoleh para ilmuwan saat ini. Dan di sini jika kita mempelajari lebih dalam ayat ini, kita melihat bahwa Allah Ta'ala menyamakan pergerakan gunung-gunung ini dengan pergerakan awan, mengapa?


Pergerakan gunung dan pergerakan lempeng bumi, seperti yang dikatakan para ilmuwan, dan semuanya menegaskan bahwa itu adalah akibat dari daya dan arus suhu panas yang ada di bawah kerak bumi.

Di sana Bumi memiliki tujuh lapisan yang dimulai dengan kerak bumi dan berakhir di inti di tengah [pusat].

Lapisan-lapisan ini, saat kita melewati tangganya, kita menemukan bahwa kepadatannya meningkat dan suhunya juga meningkat, dan kerak bumi hanya mewakili kurang dari 1% diameter bumi. Oleh karena itu, yang menggerakkan lempeng-lempeng ini dan gunung-gunung ini selama jutaan tahun adalah arus suhu panas di bawah gunung-gunung ini.

Jika kita merenungkan pergerakan awan di langit, kami perhatikan bahwa arus termal [arus suhu panas] juga yang menggerakkan awan ini karena angin akan muncul, seperti yang dikatakan para ilmuwan, sebagai akibat dari perbedaan derajat suhu.

Di sini kita perhatikan bahwa Al-Qur'an dalam perumpamaan-perumpamaannya sangat akurat dari sudut pandang ilmiah. Pergerakan gunung bukanlah gerakan itu sendiri, melainkan gerakan impulsif karena arus gelombang suhu panas yang disebabkan oleh lapisan berikutnya dari bumi. Demikian pula pergerakan awan juga merupakan pergerakan yang bukan merupakan pergerakan diri melainkan pergerakan impulsif akibat arus udara dan gelombang angin.

Apa gunanya menyebutkan fakta kosmik [alam semesta] yang menakjubkan ini di dalam Al-Qur'an?

Mari kita membaca ulang ayat:

{ وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ }

" Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia bergerak (seperti) awan bergerak. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan". [QS. An-Naml: 88]

Inilah tujuannya, seolah-olah Allah SWT melalui ayat ini, ingin memberikan isyarat atau pesan kepada kita:

Sama seperti halnya Allah SWT memindahkan gunung-gunung ini, dan Dia juga Maha Mengetahui pergerakannya dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan begitu pula Allah SWT maha mengetahui terhadap apa yang kalian lakukan.

Anda harus percaya bahwa pikiran apa pun yang muncul di benak Anda, atau kata yang Anda ucapkan, atau gerakan apa pun yang Anda lakukan, Allah SWT mengetahuinya. 

Sama seperti halnya Allah maha tahu tentang gerakan tersembunyi dari gunung-gunung. Dan Dia memberitahukan kepada Anda tentang hal itu empat belas abad yang lalu.

Dia maha tahu tentang perbuatan Anda dan untuk itu ayat ini diakhiri dengan firman-Nya:

{ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ }

" Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan". [QS. An-Naml: 88]

Di sini kita menemukan sebuah ayat yang agung yang dimanifestasikan dalam situasi ini. Dan Allah SWT telah memerintahkan kita untuk mentadabburi , mengamati dan merenungkan Al- Qur'an ini. Allah SWT berfirman:

{ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا }

" Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an? Sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya". [QS. An-Nisaa: 82].

Artinya, jika itu dari selain Allah, kita akan menemukannya pasti bertentangan dengan ilmu pengetahuan , persis seperti buku-buku yang beredar pada zaman itu.

 Akan tetapi jika kita menemukan itu sesuai dengan sains dan sesuai dengan fakta ilmiah, betapapun majunya sains, ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an ini adalah kitab dari Allah SWT.

Dan tidak pilihan bagi kita kecuali kita harus mengatakan:

{ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ }

" Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya". [QS. Qaaf: 37]. 

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kerendahan hati, dan lidah yang senantias zikir, dan doa terakhir kami adalah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

REFERENSI:

  • 1) [[" وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ" artikel berbahasa arab karya Abdud Daem Al-Kahil. Di terjemahkan oleh Abu Haitsam Fakhry]].2) [[(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)]]

HANYA ORANG YANG TERKUNCI HATINYA YANG TIDAK BERUSAHA MENTADABBURI AL-QUR'AN:

Allah SWT berfirman:

﴿ اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبٍ اَقْفَالُهَا ﴾

"Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an ataukah hati mereka sudah terkunci?" (QS. Muhammad: 24)

TEORI PERGERAKAN LEMPENG TEKTONIK

Ayat tentang lempeng tektonik adalah firman Allah SWT:

{ وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَّهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِۗ صُنْعَ اللّٰهِ الَّذِيْٓ اَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍۗ اِنَّهٗ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَفْعَلُوْنَ}

Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia bergerak (seperti) awan bergerak. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan. [QS. An-Naml: 88]

Ayat ini memberi isyarat bahwa gunung yang terlihat tetap itu ternyata bergerak. Lewat berbagai penelitian ilmiah didapati bahwa gunung- gunung atau lempeng-lempeng itu bergerak milimeter demi milimeter.

Dan dalam Surat As Syura ayat 32 , Allah SWT berfirman:

{وَمِنْ اٰيٰتِهِ الْجَوَارِ فِى الْبَحْرِ كَالْاَعْلَامِ ۗ}

" Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung ". [QS. As Syura ayat 32]

Ayat ini memberi isyarat adanya peristiwa endogen dan eksogen pada permukaan bumi. Tenaga endogen merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi. Sementara itu tenaga eksogen merupakan tenaga pembentuk muka bumi yang berasal dari luar tubuh bumi. Tenaga eksogen terdiri dari pelapukan, pengikisan (erosi), dan sedimentasi.

Dan dalam Surat At Thur ayat 6 , Allah SWT berfirman:

{ وَالْبَحْرِ الْمَسْجُوْرِۙ }

Artinya: " Demi lautan yang penuh gelombang ". Atau artinya: " Demi lautan yang di dalamnya terdapat api”

Sebagian ulama menafsirkan Surat At Thur ayat enam dengan “Demi lautan yang di dalamnya ada api”. Adalah sangat sulit memahami bagaimana dalam air terdapat api hingga akhirnya ditemukanlah bukti-bukti geologi di dasar Lautan Pasifik dan Atlantik pasca-Perang Dunia II.

Batasan lempeng tektonik


Sebagaimana yang telah di sebutkan bahwa: pada tahun 1912, seorang geofisikawan Alfred Wegener mengemukakan ide tentang benua yang bergerak. Ide ini sangat radikal dan sulit untuk dicari buktinya pada masa itu.

Namun, 50 tahun kemudian, dengan semakin majunya teknologi ilmu pengetahuan, teori lempeng tektonik mampu menjelaskan berbagai fenomena geologi, seperti vulkanisme lantai samudra, arus konveksi pada mantel bumi, dan batuan pijar cair pada mantel bumi yang menyebabkan pengapungan benua pembentuk muka bumi pada masa kini.


Lempeng bumi dibagi menjadi dua jenis: lempeng samudra dan lempeng benua. Keduanya mengapung di atas mantel bagian bawah, astenosfer, dan inti luar bumi yang berisi batuan pijar dan cair.

Lempeng samudra memiliki densitas tinggi karena dominan tersusun oleh unsur silika dan magnesium (sima), sedangkan lempeng benua (kontinen) memiliki densitas lebih rendah karena dominan tersusun oleh silika dan alumina (sial).

Perbedaan densitas ini akan memengaruhi karakter lempeng saat lempeng-lempeng yang mengapung di atas mantel bumi saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Lempeng samudra akan cenderung tenggelam, sedangkan lempeng benua akan cenderung di permukaan.

Contoh batas lempeng ini ada di selatan Pulau Jawa, yang merupakan lokasi penunjaman lempeng Samudra Hindia di bawah lempeng Kontinen Sundaland, atau di Pulau Halmahera di mana lempeng Samudra Pasifik menunjam di bawah lempeng Filipina.

Lokasi interaksi lempeng bumi juga dapat berupa gesekan antara dua lempeng (tidak ada tumbukan) seperti yang terjadi pada lempeng Sundaland yang membentuk sesar Semangko di Pulau Sumatra, atau pada sesar Palu-Kora di Pulau Sulawesi.

Apa yang menyebabkan lempeng bergerak?

Adalah arus konveksi akibat perbedaan suhu pada mantel bagian bawah, astenosfer, dan inti luar bumi. Inti bumi memiliki temperatur 4.700 celsius, yang lebih panas dibandingkan suhu mantel bawah yang suhunya bervariasi 1.000-4.500 celsius.

Dalam hukum termodinamika, fluida yang panas, dalam hal ini batuan pijar, akan cenderung bergerak ke atas, sedangkan fluida yang lebih dingin bergerak ke dasar sistem, sehingga tercipta arus konveksi di dalam perut bumi.

Konsekuensi arus konveksi ini adalah peristiwa naiknya batuan pijar ke permukaan yang terjadi pada pematang tengah laut yang menghasilkan lempeng samudra, atau terciptanya hotspot seperti di Hawaii. Sementara itu, lempeng samudra tua akan mengalami penunjaman dan melebur menjadi batuan pijar kembali pada mantel bumi bagian bawah.


Ilustrasi arus konveksi bumi yang menyebabkan interaksi pada lempeng-lempeng bumi yang berada di permukaannya. Foto: Ensiklopedia Britannica

Lalu, bagaimana jika lempeng saling bertabrakan? Lempeng samudra yang lebih berat akan tenggelam dan hasil lelehannya akan menghasilkan magma yang menyuplai dapur magma pada gunung api yang dijumpai pada batas lempeng, seperti pada jalur cincin gunung api di Indonesia.

Lempeng tektonik terus bergerak. Bahkan dalam bukti paleontologi, Sumatera Timur adalah bagian dari Australia, dan India pun dulu pernah bersatu dengan Australia, sedangkan Amerika Selatan dulunya bergabung dengan Afrika dan Antartika. Bukti lain bergeraknya lempeng adalah jejak gunung api hotspot Hawaii yang semakin bergeser ke arah barat laut.

Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman tentang hal ini. Sebagaimana tertuang dalam Alquran Surah An Naml ayat 88:

{ وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَّهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِۗ صُنْعَ اللّٰهِ الَّذِيْٓ اَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍۗ اِنَّهٗ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَفْعَلُوْنَ }

"Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha Teliti apa yang kamu kerjakan."

Teori lempeng tektonik telah dicetuskan Alfred Wegener pada satu abad yang lalu. Namun, pada 14 abad yang lalu, Alquran telah menjelaskan secara tersirat soal penyebab fenomena kebumian yang kini disebut Teori Lempeng Tektonik.

PRINSIP UTAMA TEORI LEMPENG TEKTONIK

Prinsip utama dari Teori Lempeng Tektonik adalah bahwa Bumi ini tersusun oleh lempeng-lempeng yang bergerak. Suatu lempeng dapat berupa kerak samudera, kerak benua, atau gabungan dari kedua kerak tersebut. Adanya pergerakan lempeng ini disebabkan oleh adanya arus konveksi, yaitu berupa perpindahan energi panas yang terjadi di lapisan astenosfer.

Karena semua lempeng-lempeng tersebut bergerak, maka terjadilah interaksi antara satu lempeng dengan lempeng lainnya, interaksi tersebut berpusat di sepanjang batas dari lempeng-lempeng itu. Ada yang berbenturan, ada yang saling menjauh dan ada yang bergeser (Gambar 8). Setiap interaksi antar lempeng itulah yang kemudian menimbulkan dinamika di Bumi ini, baik perubahan morfologi, aktivitas vulkanisme, gempa bumi, tsunami dan sebagainya.


Gambar 8. Tipe Interaksi Antar Lempeng. Convergent (Gerak lempeng saling mendekat), Divergent (Gerak lempeng saling menjauh), Transform (Gerak lempeng bergesekan secara horizontal). (Sumber: Duarte, 2016)

Menurut Teori ini, terdapat 13 lempeng besar dan kecil yang membentuk Bumi ini yaitu:

Gambar 9. Peta Lempeng Dunia (Sumber: USGS)


TEORI DASAR LEMPENG BISA MENGUNGKAP KEKAYAAN ALAM DAN BENCANA:

Teori Lempeng Tektonik Telah Menjadi Teori Dasar Dalam Menentukan Potensi Kekayaan Alam dan Bencana

Walupun baru, namun Teori Lempeng Tektonik merupakan salah satu penemuan yang amat penting pada abad ini. Dengan lahirnya teori ini, para ilmuan telah mampu menafsirkan proses-proses geologi dan perkembangan bumi secara holistic, salah satunya karena teori ini mampu menghubungkan cabang-cabang ilmu kebumian tanpa menimbulkan kontradiksi satu sama lainnya.

Penerapan Teori Lempeng Tektonik yang salah satunya diaplikasikan melalui model-model Lempeng Tektonik , walaupun sederhana, tetapi telah mampu memecahkan banyak masalah geologi yang semula sulit dipecahkan, salah satunya yaitu dalam bidang eksplorasi dan bencana alam.

Model Lempeng Tektonik mampu mengidentifikasi kemungkinan keterdapatan bahan galian pada suatu tempat. Indonesia contohnya, Endapan emas di Indonesia banyak berasosiasi dengan model tektonik tipe konvergen (Magmatic Arc), sedangkan timah, khusunya daerah gugusan kepulauan Riau hingga Bangka Belitung dan sekitarnya banyak berasosiasi dengan zona Kolisi Lempeng Benua (Continental Collision).

 Gambar 10. Penampang Lempeng Tektonik sebagai dasar teori dalam eksplorasi bahan galian.

Dalam bidang kebencanaan, model Lempeng Tektonik juga mampu mempredeksi potensi terjadinya bencana geologi secara regional, sehingga dapat dilakukan usaha untuk mengurangi akibat dari bencana tersebut atau disebut dengan mitigasi bencana. Teori Lempeng Tektonik salah satunya melahirkan istilah “Ring Of Fire” atau Negara yang dilalui oleh pertemuan dua lempeng yang saling bertubrukan sehingga berpotensi terjadinya letusan gunung api dan gempa bumi (Gambar 11). Daerah-daerah di Indonesia yang dilalui jalur ini diantaranya Sisi Barat Pulau Sumatra, dan Sisi Selatan Pulau Jawa. Pemerintah Indonesia pun sampai saat ini masih menjadikan teori Lempeng Tektonik sebagai panduan utama dalam menentukan perencanaan dan arah kebijakan mitigasi bencana. Dengan demikian jelaslah bahwa dengan lahirnya teori ini, kita patut bersyukur mampu menentukan lokasi-lokasi yang rawan akan bencana.

Gambar 11. Ilustrasi Ring Of Fire (Sumber: USGS)

Teori Lempeng Tektonik memang semakin berkembang dan mendapat perhatian yang luas di antara para ahli kebumian, teori ini benar-benar telah memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam bidang keilmuan, lebih jauh terhadap perkembangan peradaban manusia, salah satunya negara kita Indonesia. Para ahli kebumian kitapun juga akhirnya mengetahui bahwa Gugusan Kepulaun Indonesia sendiri terbentuk oleh proses-proses pergerakan lempeng, dengan kata lain, melalui pemahaman yang baik akan teori ini, kita dapat memprediksi potensi sumber daya mineral dan kebencanaan di Indonesia yang pada akhirnya bertujuan untuk kesejahteraan bangsa.

REFERENSI

  1. Duarte, dkk. Introduction to Plate Boundaries and Natural Hazards. 2016. USA: John Wiley & Sons, Inc.
  2. Harta Bumi Indonesia Bigrafi J.A. Katili. 2007. Jakarta: Grasindo
  3. Hess, Harry. History of Ocean Basin. 1962. USA: Princeton University
  4. Speculations on the Consequences and Causes of Plate Motions. 1969.
  5. Noor, Djauhari. Geologi Untuk Perencanaan, 2011. Jogjakarta: Graha Ilmu

Posting Komentar

0 Komentar