Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

HUKUM OBAT OBATAN YANG MENGANDUNG LEMAK DAN GELATIN BABI

Disusun Oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

بسم الله الرحمن الرحيم

FATWA SYEIKH IBNU UTSAIMIN

Tentang: Hukum Menggunakan Obat Yang Mengandung Lemak Babi

حكم استخدام الأدوية التي تحتوي على شحوم الخنزير

PERTANYAAN:

في بداية هذا اللقاء نرحب بفضيلة الشيخ محمد بن صالح العثيمين، كما نرحب بكم أيها الإخوة، هذه بنت، تقول البنت الحزينة من الرويس - في الحقيقة هذه لديها مشكلة طويلة، ولعلنا نلخصها تلخيصاً - تذكر: أنها استعملت والدتها بعض الأدوية والعقاقير على رأسها، مما أدى إلى تساقط معظم شعر الرأس. وتقول أنها ترى في ذلك بعض الخجل - أو من هذا القبيل - عندما تجلس مع النساء الأخريات، وتذكر أن شخصاً فيه مثل ما فيها - تساقط معظم شعر رأسه - واستعمل علاجاً، وشفي رأسه ونبت شعر غزير، وأرادت أن تأخذ منه العلاج إلا أنه ذكر أن هذا العلاج - بعدما شفي هو وعرف من أحد الذين يقرءون اللغة الإنجليزية - يحتوي على شحم الخنزير، وعلى شيء من دمه، وهي تريد أن تعرف هل يجوز لها أن تستطب بهذا الطب؟ كما أنها تحرجت من استعمال الباروكة ؛ لأنها ترى أنها محرمة على المرأة المسلمة، وترجو الإفادة من فضيلتكم.

 

Di awal pertemuan ini, kami menyambut Yang Mulia Syekh Muhammad bin Saleh Al-'Utsaimiin, sebagaimana kami menyambut saudara-saudara:

Ini ada seorang anak perempuan dari Ruwais yang salalu nampak sedih - sebenarnya dia ini memiliki masalah yang panjang, dan kami dapat meringkasnya dengan singkat –:

Dia menuturkan: Bahwa ibunya pernah menggunakan obat-obatan yang dioleskan di kepalanya [yakni kepala anak perempuan nya], yang menyebabkan hilangnya sebagian besar rambut kepalanya.

Dia menyatakan: Bahwa dirinya merasa malu dengan keadaan seperti itu - atau sesuatu seperti itu - ketika dia duduk dengan wanita lain. Dan dia teringat bahwa ada seseorang yang memiliki kondisi serupa dengannya – yaitu kehilangan sebagian besar rambutnya - lalu dia menggunakan obat perawatan, dan dengan obat tsb kepalanya jadi sembuh dan rambutnya tumbuh lebat dan subur.

Dia merasa tertarik dan berkeinginan untuk menggunakan pengobatan dengan obat itu, akan tetapi orang yang sudah sembuh itu menjelaskan bahwa obat tersebut - setelah dia sembuh dan dia bertanya temannya yang mengerti bahasa Inggris - mengandung lemak babi dan sebagian dari darahnya.

Dan dia ingin tahu apakah boleh dia menggunakan obat ini? Dia juga malu menggunakan WIG; Karena dia melihat bahwa itu diharamkan bagi wanita muslimah.

Dan dia berharap mendapat manfaat dari kebaikan engkau, Syeikh!.

SYEIKH IBNU UTSAIMIN MENJAWAB:

الحمد لله، هذا السؤال يتضمن في الحقيقة فقرتين:

الأولى استعمال الباروكة بمثل هذا الحال الذي وصفته حيث تساقط شعرها على وجه لا يرجى معه أن يعود.

على هذه الفقرة نقول: إن الباروكة في مثل هذه الحال لا بأس بها؛ لأنها في الحقيقة ليست لإضافة تجميل، ولكنها لإزالة عيب، وعلى هذا فلا تكون من باب الوصل الذي لعن النبي صلي الله عليه وسلم فاعله: « لعن الواصلة والمستوصلة».

والواصلة هي التي تصل شعرها بشيء، لكن هذه المرأة في الحقيقة لا تشبه الواصلة؛ لأنها لا تريد أن تضيف تجميلاً، أو زيادة إلى شعرها الذي خلقه الله تبارك وتعالى لها، وإنما تريد أن تزيل عيباً حدث، وهذا لا بأس به؛ لأنه من باب إزالة العيب لا إضافة التجميل، وبين المسألتين فرق.

وأما بالنسبة لاستعمال هذا الدواء الذي فيه شحم الخنزير، إذا ثبت أن فيه شحماً للخنزيز فهذا لا بأس به عند الحاجة؛ لأن المحرم من الخنزير إنما هو أكله ﴿إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الخنزير﴾ [البقرة: 173]. وقال الله تعالى آمراً رسوله صلي الله عليه وسلم: ﴿قُلْ لا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّماً عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَماً مَسْفُوحاً أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ﴾ [الأنعام: 125].

وثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: « إنما حرم من الميتة أكلها ». وأنه أذن في الانتفاع بجلدها بعد الدبغ، وثبت عنه أيضاً أنه قال صلى الله عليه وسلم: « إن الله حرم علي الخمر والميتة والخنزير والأصنام ». فقيل: يا رسول الله، أرأيت شحوم الميتة، فإنه تطلى بها السفن، وتدهن بها الجلود، ويستصبح بها الناس، فقال الرسول صلي الله عليه وسلم: « لا، إنما هو حرام » يعني البيع؛ لأنه هو موضع الحديث، والصحابة رضي الله عنهم أوردوا هذا لا لأجل أن يعرفوا حكم هذه الأشياء، لكن لأجل أن يكون مبرراً للبيع، قالوا: هذه المنافع التي ينتفع بها الناس من شحوم الميتة ألا تبرر بيعها؟ قال النبي صلي الله عليه وسلم: « لا، هو حرام ». وعلى هذا فإذا استعملته فإنها تغسله عند الصلاة - يعني: شحم الخنزير - هذا إذا ثبت أنه نجس.

Terjemahnya:

Alhamdulillah, pertanyaan ini sebenarnya mencakup dua paragraf:

Paragraf pertama:

Adalah menggunakan wig dengan kondisi seperti yang dia jelaskan, dimana rambutnya rontok sedemikian rupa sehingga tidak bisa diharapkan akan kembali.

Mengenai paragraf ini, kami katakan: Tidak ada lah mengapa dengan menggunakan wig dalam kondisi seperti itu. Karena pada kenyataannya itu bukan untuk menambah kecantikan, tetapi untuk menghilangkan cacat, dan oleh karena itu, maka itu tidak termasuk dalam katagori al-Washal [hair extension], yang dilaknat Nabi SAW bagi yang melakukannya:

لَعَنَ اللَّهُ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ

"Allah melaknat orang yang menyambung rambutnya dan yang minta disambung rambutnya." [HR. Bukhori no. 5478]

Al-Waashilah adalah orang yang menghubungkan rambutnya dengan sesuatu, tetapi wanita ini tidak terlalu mirip dengan al-waashilah; Karena dia tidak bermaksud mempercantik atau menambah rambutnya yang telah diciptakan Allah Ta'ala untuknya, melainkan ingin menghilangkan cacat yang telah terjadi, dan ini tidak apa-apa. Karena ini adalah masalah menghilangkan cacat, bukan menambah kecantikan. Dan ada perbedaan diantara kedua masalah tersebut.

Paragraf kedua:

Adapun penggunaan obat yang mengandung lemak babi, jika terbukti mengandung lemak babi, maka tidak mengapa jika ada hajat dan keperluan. Karena babi itu yang diharamkan adalah jika untuk dimakan.

﴿إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الخنزير﴾

" Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi" [QS. Al-Baqarah: 173].

Dan Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW dengan berfirman:

﴿قُلْ لا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّماً عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَماً مَسْفُوحاً أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ﴾

" Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi". [QS. Al-An'aam: 125].

Dan telah ada ketetapan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« إِنَّمَا حَرُمَ مِنَ المَيْتَة أَكْلُهَا »

"Yang diharamkan dari bangkai hanyalah memakannya." [HR. Muslim no. 543]

Dan bahwa beliau mengizinkan penggunaan kulitnya setelah penyamakan, dan juga telah ada keketapan darinya bahwa beliau SAW bersabda:

" إِنَّ اَللَّهَ وَرَسُولَهُ حَرَّمَ بَيْعَ اَلْخَمْرِ، وَالْمَيْتَةِ، وَالْخِنْزِيرِ، وَالْأَصْنَام " ، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! أَرَأَيْتَ شُحُومَ اَلْمَيْتَةِ، فَإِنَّهُ تُطْلَى بِهَا اَلسُّفُنُ، وَتُدْهَنُ بِهَا اَلْجُلُودُ، وَيَسْتَصْبِحُ بِهَا اَلنَّاسُ? فَقَالَ: " لَا ، إِنَّمَا هُوَ حَرَامٌ ".

"Sesungguhnya Allah melarang jual-beli minuman keras, bangkai, babi dan berhala."

Ada orang bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat baginda tentang lemak bangkai karena ia digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit dan orang-orang menggunakannya untuk menyalakan lampu?.

Beliau bersabda: "Tidak, ia tetap haram." [Muttafaqun alaihi].

Yakni: haram menjualnya; Karena masalah penjualan ini merupakan pokok hadits, maka para sahabat radhiyallahu ‘anhu menyebutkan hal-hal tersebut bukan untuk mengetahui hukumnya, tetapi untuk dijadikan alasan jual beli, mereka berkata:

"Ini adalah manfaat-manfaat yang orang-orang mendapat manfaat dari lemak bangkai, tidakkah dengan semua ini membolehkan mereka untuk menjualnya?".

Nabi SAW menjawab: " Tidak, ia adalah haram ".

Berdasarkan hal ini, jika dia menggunakannya, maka dia harus mencucinya - artinya: lemak babi - saat hendak sholat jika terbukti bahwa itu adalah najis.

PENANYA:

أحسنتم، إذاً نقول للتي رمزت إلى نفسها بالبنت الحزينة: أنها إن شاء الله تعالى البنت السعيدة من الرويس؛ لأنها تسعد إن شاء الله بسماحة الإسلام ويسره، وأن لها أن تستعمل الباروكة؛ لأنها ليست من التي تريد أن تزود شعرها، ولها أن تستعمله في العلاج، وإنما تغسله عند الصلاة.

Anda telah memberikan jawaban yang bagus, maka akan kami katakan kepada anak perempuan yang nampak pada dirinya sebagai anak yang selalu sedih:

Insya Allah, dia akan berubah menjadi anak gadis bahagia dari Ruwais; Karena dia menjadi senang, insya Allah, dengan adanya toleransi hukum dan kemudahan Islam, dan dia bisa menggunakan rambut palsu. Karena dia bukan termasuk orang yang berkinginan menyambung rambutnya, dan dia menggunakannya hanya untuk pengobatan, tetapi dia harus mencucinya saat hendak sholat.

[SUMBER: "فتاوى نور على الدرب" oleh Ibnu Utsaimin, nomor pita (3) Klasifikasi Hukum Fiqih: kedokteran dan pengobatan / Penyakit organ tubuh].

FATWA AL-AZHAR INTERNATIONAL CENTER FOR ELECTRONIC FATWA

مركز الازهر العالمي لالفتوى الالكترونية

Sebuah pertanyaan diterima oleh Al-Azhar International Center for Electronic fatwa, yang isinya mengatakan:

"Apakah boleh berobat dengan lemak babi atau dengan obat yang terbuat dari lemak babi?"


Sheikh al-Amiir Abdul-'Aal, salah satu ulama Al-Azhar Asy-Syarif, menjawab, dengan mengatakan:

إذا كان دهن الخنزير أضيف اليه مواد كيميائية وتحول الى نوع من الدواء فإنه في هذه الحالة يجوز استخدام هذا الدواء لأن هذا الدهن فقد خصائصه باختلاطه بالمواد الكيميائية.

Jika lemak babi ditambahkan bahan kimia dan berubah menjadi sejenis obat, maka dalam hal ini diperbolehkan menggunakan obat ini; karena lemak ini sudah kehilangan ciri-ciri khasnya bila bercampur dengan bahan kimia.


Dan al-Amir menambahkan:

أما إذا كان دهن الخنزير هذا لم تضف اليه مواد كيميائية ولا يوجد دواء للشفاء غير ذلك فيجوز استخدامه تطبيقا للقاعدة الفقهية " الضرورات تبيح المحظورات".

Tetapi jika lemak babi ini belum ditambahkan ke bahan kimia dan tidak ada obat untuk penyembuhan selain itu, maka diperbolehkan untuk menggunakannya berdasarkan Qaidah Fiqih yang mengatakan:

" الضرورات تبيح المحظورات"

“Darurat bisa menghalalkan mahdzurat [yang dilarang].”


Ia melanjutkan:

حتى ولو كان يوجد علاج بديل غير دهن الخنزير ولكن غير متوافر بالاسواق نهائيا فيجوز ايضا استخدام دهن الخنزير في التداوي.

Kalaupun ada pengobatan alternatif selain lemak babi, tetapi sama sekali tidak tersedia di pasaran, penggunaan lemak babi juga diperbolehkan untuk pengobatan.


HUKUM MINUM OBAT YANG TERBUAT DARI LEMAK BABI:


Sementara itu, DR. Ahmad Mamduh, Sekretaris Fatwa di Dar Al Iftaa - MESIR, mengatakan:

إنه يجوز للمريض تناول الدواء المصنع من دهن خنزير، لأنه لم يعد دهن خنزير من الأساس بل تحول الى مادة كيميائية أخرى بعد إضافة اليه بعض العناصر، فهو تطهر بالتحول.

Sesubgguhnya pasien diperbolehkan minum obat yang terbuat dari lemak babi, karena bukan lagi terhitung sebagai lemak babi dari aslinya, akan tetapi sudah diubah menjadi zat kimia lain setelah menambahkan beberapa unsur ke dalamnya, sehingga merubahnya menjadi suci dengan transformasi [al-Istihaalah / perubahan senyawa].



Dan Sekretaris Fatwa menambahkan saat menjawab pertanyaan para pemirsa TV dalam siaran langsung acara Shofhah Dar Al-Iftaa, mengatakan:

" خصائص الشيء عند التحول تطهر عند اندماجها مع عناصر أخرى ، فمثلا الماس وهو معدن نفيس هو في الأصل فحم، وكذلك البترول عبارة عن حيوانات ميتة متحللة منذ آلاف السنين.

“Sifat-sifat benda setelah transformasi menjadi suci ketika menyatu dengan unsur-unsur lain, misalnya berlian, yang adalah logam mulia yang asalnya batu bara, demikian pula minyak bumi adalah bangkai-bangkai hewan yang telah membusuk selama ribuan tahun.”

[SUMBER:

حكم استخدام دهن الخنزير في العلاج | الأزهر يوضح - صدى البلد

https://www.elbalad.news ›...]

======

HUKUM OBAT-OBATAN YANG MENGANDUNG GELATIN

حكم الأدوية المشتملة على الجيلاتين

Dalam artikel yang berjudul " حكم الأدوية المشتملة على الجيلاتين[Hukum Obat-Obatan Yang Mengandung Gelatin] yang dipublikasikan oleh Fiqh.Islamonline.Net disebutkan:

معاجين الأسنان ، ومرطبات الشفاة والأدوية لا بأس باستخدامها حتى لو دخل في تركيبها بعض مكونات الكحول أو مخلفات الخنزير ، أومخلفات ودهون ما يذبح على غير الطريقة الإسلامية ، والسبب في ذلك أن هذه المواد لا تدخل في هذه المستحضرات إلا بعد استحالتها ، أي تغيرها من مادتها النجسة إلى مواد أخرى طاهرة ،

على أن عددا من المحققين رأى أن الكحول ليس نجسا ، ولكنه حرام إذا اتخذ للشرب ، ويغنينا عن هذا قضية الاستحالة هذه. ولكن لابد من التأكد من أن المواد النجسة يتم استحالتها إلى مواد أخرى غير الأولى، وهذا يسأل فيه أهل الاختصاص.

Tidak apa-apa menggunakan pasta gigi, lipbalm dan obat-obatan, meskipun mengandung bahan alkohol atau jeroan babi, atau jeroan dan lemak dari daging yang disembelih dengan cara selain syariat.

Ada sebagian peneliti berpendapat bahwa al-Kohol itu tidak najis, tetapi diharamkan jika diminum, dan untuk yang ini kita tidak perlu masalah al-Istihaalah [transformasi ini].

Namun kita harus memastikan bahwa bahan yang najis tersebut berubah menjadi bahan selain yang pertama, dan inilah yang ditanyakan oleh para spesialis.

FATWA DR. YUSUF AL-QARADHAWI

Dr. Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan:

هناك شيء يغفل عنه الكثيرون وهي قضية الاستحالة، نقول إذا استحالت النجاسة طَهُرت، يعني ممكن الشيء يكون أصله خنـزير ثم استحال أصبح مادة أخرى، أصله خنـزير ولكن أخذ منه وتحول إلى شيء آخر وصار صابون.

الفقهاء قالوا مثلاً الأشياء مثل الروث ونحو ذلك حينما تؤخذ وتدخل النار وتحترق، فرمادها حلال لأنه صار شيء آخر، قالوا لو دخل كلب في مملحة ومات في المملحة وأكله الملح وإذا بحثت عنه فلن تجده، أصبح الكلب ملحا، فممكن أن تستعمله في الأكل والشرب وكل شيء، لأنه تحولت العين، الحكم يدور مع عِلِّته وجوداً وعدماً، فالعِلَّة لم تعد موجودة

Ada sesuatu yang diabaikan oleh banyak orang, dan itu adalah masalah transformasi. Kami mengatakan bahwa kenajisan itu jika berubah menjadi senyawa lain, itu menjadi suci.

Maksudnya, mungkin benda itu awalnya babi dan kemudian berubah menjadi zat lain. Asal muasalnya adalah babi, tetapi diambil darinya dan diubah menjadi sesuatu yang lain, dan menjadi sabun.

Para fuqohaa mengatakan: Misalnya, barang-barang seperti kotoran hewan dan sejenisnya, ketika diambil dan dimasukkan ke dalam api dan dibakar, maka abunya halal [suci] karena telah menjadi sesuatu yang lain.

Mereka mengatakan: Jika seekor anjing memasuki ladang garam dan mati di ladang garam dan garam menyerapnya, dan jika Anda mencarinya Anda tidak akan menemukannya, anjing itu telah menjadi garam, maka Anda boleh menggunakannya untuk makan, minum dan segalanya. selain itu, karena objeknya telah berubah, sementara hukum itu berkisar pada illatnya [penyebabnya], ada atau tidaknya. Dan illatnya [penyebabnya] sudah tidak ada lagi.

ولذلك إذا لحم الخنـزير أو عظام الخنـزير تحولت وأنا سمعت من أخونا الدكتور محمد الهواري وهو من الدكاترة العلميين الذين يعيشون في ألمانيا من سنين طويلة وله بحث جيد في هذه القضايا، قال لك: معظم هذه الأشياء ممكن تؤخذ ويُعمل منه معجون أسنان، وتعمل منه صابون وتعمل منه جلي هو أصله خنـزير إنما صار مركباً كيماوياً جديداً فأخذ حكماً آخر.

Dan oleh karena itu jika daging babi atau tulang babi diubah, dan saya mendengar dari saudara kita Dr. Muhammad al-Hawaari, yang merupakan salah satu dokter ilmiah yang telah tinggal di Jerman selama bertahun-tahun dan memiliki pembahasan dan penelitian yang bagus tentang masalah-masalah ini, dia memberi tahu Anda:

Sebagian besar dari ini semua dapat diambil dan dibuat menjadi pasta gigi darinya. Dan dibuat sabun darinya dan dibuat jeli, yang berasal dari babi, tetapi setelah menjadi bahan kimia senyawa baru, lalu hukum nya berubah menjadi hukum yang lain.

Dan DR. Yusuf al-Qaradhawi mengatakan dalam kesempatan lain:

ومن أهم المطهرات التي قد يجهلها كثير من الناس: الاستحالة، أي استحالة النجاسة إلى شيء آخر، بمعنى أن يتغير الشيء النجس تغيرا كيميائيا، وهذا أمر مهم جدا في عصرنا. وأذكر أني عندما بدأت زيارتي لبلاد الغرب ولأمريكا خاصة في أوائل السبعينيات من القرن العشرين، وجدت بعض الإخوة من العلميين، قد وضعوا قوائم بالأشياء المحرمة، لأنها مصنوعة من الخنزير، ومنها أنواع من الصابون، ومعجون الأسنان، و(الجلي) وغيرها،

وقد سألت بعض الإخوة الخبراء بهذه المواد: هل هذه الأشياء بقيت على أصلها أو تغيرت تغيرا كيميائيا؟

فأجابوني بأنها تغيرت تغيرا كيماويا، أي استحالت من مركب إلى مركب آخر. فقلت لهم: إن الاستحالة ـ في القول الراجح ـ تطهر الشيء النجس، وتحل الشيء الحرام، لأنه أصبح شيئا آخر بخصائص أخرى، وهذا ما ذكره كثير من الفقهاء الحنفية والمالكية، حتى قالوا: لو أن كلبا أو خنزيرا دخل ملاحة، ومات فيها، فأكله الملح، ولم يعد للكلب ولا للخنزير أثر، فإن هذا الملح يجوز الانتفاع به، لأنه لم يعد كلبا ولا خنزيرا، وإنما أصبح ملحا، ولا عبرة بأصله، لأننا نحكم على الشيء بوصفه الحالي، وليس بأصله، فالخمر أصلها عِنَب فلما تخمَّر وتحول إلى مادة مُسْكِرة صار خمرا محرمة، فإذا صارت الخمر خَلا صارت حلالا، وهكذا.

جاء في (البحر الرائق) من كتب الحنفية: من الأمور التي يكون بها التطهير: انقلاب العين. ومضى إلى أن قال: وإن كان في غيره ـ أي الخمر ـ كالخنزير والميتة تقع في المملحة فتصير ملحا: يؤكل.

ويذكر ابن تيمية، ما مفاده أن الخمر إذا انقلبت بنفسها حلّت باتفاق المسلمين، فغيرها من النجاسات أولى، أن تطهر بالانقلاب، إذا قدر أن قطرة خمر وقعت في خل مسلم بغير اختياره فاستحالت، كانت أولى بالطهارة، وقال:

إن جميع النجاسات نجست بالاستحالة، فإن الإنسان يأكل الطعام ويشرب الشراب، وهي طاهرة، ثم تستحيل دما وبولا وغائطا فتنجس، وكذلك الحيوان يكون طاهرا، فإذا مات احتبست فيه الفضلات، وصار حاله بعد الموت خلاف حاله في الحياة فتنجس، ولهذا يطهر الجلد بعد الدباغ عند الجمهور، وقيل: إن الدباغ كالحياة أو إنه كالذكاة، فإن في ذلك قولين مشهورين للعلماء، والسنة تدل على أن الدباغ كالذكاة أي الذبح."

Salah satu pensucian yang terpenting yang mungkin tidak disadari oleh banyak orang adalah: al-Istihaalah [perubahan senyawa], yaitu pengubahan najis menjadi sesuatu yang lain, yang artinya najis berubah secara kimiawi, dan ini adalah hal yang sangat penting di zaman kita.

Dan saya ingat bahwa ketika saya memulai kunjungan saya ke negara-negara Barat dan Amerika, terutama di awal tahun tujuh puluhan abad kedua puluh, saya menemukan beberapa ikhwan dari kalangan para peneliti ilmiah, yang telah menyusun daftar hal-hal yang diharamkan, karena bahan-bahan terbuat dari babi, antara lain jenis sabun, pasta gigi, (jelly) dan lain-lain.

Dan saya bertanya kepada beberapa ikhwan yang ahli dalam bahan-bahan tersebut: Apakah bahan-bahan ini tetap sama atau sudah berubah secara kimiawi?

Mereka memberikan jawaban pada saya: bahwa itu berubah secara kimiawi, yaitu berubah dari satu senyawa ke senyawa lainnya.

Maka saya katakan kepada mereka: " Sesungguhnya al-Istihalah [perubahan senyawa] - menurut pendapat yang rajih [paling benar] - mensucikan yang najis, dan menghalalkan yang haram, karena telah menjadi sesuatu yang lain dengan ciri-ciri lain.

Dan inilah yang disebutkan oleh banyak ulama ahli Fiqih Madzhab Hanafi dan Madzhab Maliki, hingga mereka berkata: Jika seekor anjing atau babi memasuki ladang garam dan mati di dalamnya, lalu garam itu meresapnya, dan tidak ada lagi jejak anjing atau babi, maka garam ini boleh digunakan, karena anjing atau babi tersebut sudah tidak ada lagi., melainkan telah menjadi garam, dan sudah tidak perlu lagi mempertimbangkan asal muasalnya, karena kita menilai benda itu dari deskripsinya saat ini, bukan dari asal muasalnya, sama seperti khamr [miras] berasal dari buah anggur, maka ketika berubah menjadi khamr [miras]dan berubah menjadi zat yang memabukkan; maka jadilah khamr yang diharamkan, krmudian jika khamr [miras] berubah menjadi cuka maka menjadi halal, dan seterusnya.

Telah ada keterangan dalam kitab (Al-Bahr Al-Ra'iq), salah satu kitab Madzhab Hanafi:

من الأمور التي يكون بها التطهير: انقلاب العين. ومضى إلى أن قال: وإن كان في غيره ـ أي الخمر ـ كالخنزير والميتة تقع في المملحة فتصير ملحا: يؤكل.

"Di antara hal-hal yang mensucikan adalah: perubahan objek ". Dan dia melanjutkan dengan mengatakan: "Dan jika di dalamnya ada sesuatu yang lain - yaitu selain khamr [miras] - seperti babi, dan bangkai hewan itu jatuh ke ladang garam dan menjadi garam: maka itu boleh dimakan".

Ibnu Taimiyyah menyebutkan apa yang dimaksud dengan khamr jika berubah dengan sendirinya menjadi cuka makan menjadi halal menurut kesepakatan kaum muslimin, maka najis lainnya yang lebih utama menjadi suci dengan cara perubahan senyawa.

Jika ditakdirkan setetes anggur jatuh ke dalam cuka seorang Muslim tanpa pilihannya, lalu ia berubah senyawa [transformasi], maka itu lebih pantas dianggap suci, dan dia Ibnu Taimiyah berkata:

إن جميع النجاسات نجست بالاستحالة، فإن الإنسان يأكل الطعام ويشرب الشراب، وهي طاهرة، ثم تستحيل دما وبولا وغائطا فتنجس، وكذلك الحيوان يكون طاهرا، فإذا مات احتبست فيه الفضلات، وصار حاله بعد الموت خلاف حاله في الحياة فتنجس، ولهذا يطهر الجلد بعد الدباغ عند الجمهور، وقيل: إن الدباغ كالحياة أو إنه كالذكاة، فإن في ذلك قولين مشهورين للعلماء، والسنة تدل على أن الدباغ كالذكاة أي الذبح.

Semua kotoran najis bisanya menjadi najis karena melalui proses al-istihaalah [transformasi], awalnya adalah seseorang makan makanan dan minuman minuman, dan itu suci, kemudian berubah menjadi darah, urin, dan kotoran tinja, dan kemudian menjadi najis.

Demikian juga hewan, itu awalnya suci, jika ia mati, maka kotorannya tetap tertahan di dalamnya, dan kondisinya setelah mati menjadi berbeda dari kondisinya ketika masih hidup, sehingga menjadi najis. Inilah mengapa kulit bangkai hewan bisa disucikan dengan penyamakan menurut mayoritas para ulama, dan dikatakan: Penyamakan itu seperti hidup. Atau seperti penyembelihan syar'i, karena ada dua perkataan ulama yang terkenal, dan sunnah menunjukkan bahwa penyamakan itu seperti menyembelih, yaitu adz-Dzabh ".

FATWA SYEIKH FAISHAL MAWLAWI:

Sheikh Faisal Mawlawi, Wakil Ketua Dewan Eropa untuk Fatwa dan Riset mengatakan:

حرَّم الله -عز وجل- أكل الخنزير، وقرَّر أنه رجس، وهو ما جعل العلماء يعتقدون بنجاسته نجاسة مغلَّظة، وبالتالي لم يجيزوا الانتفاع به؛ بسبب هذه النجاسة.

ومن المعروف أيضًا أن الخمر نجسة عند جمهور الفقهاء، لكنها إذا انقلبت خلاًّ أصبحت حلالاً وجاز الانتفاع بها، ولم تَعُد نجسة. وقياسًا على ذلك فإن الجيلاتين المستخرج من الخنزير قد تحول إلى شيء آخر غير الخنزير، بالاسم وبالصفات؛ لذلك لا يصح أن يطلق عليه حكم التحريم أو النجاسة، فكلاهما زال بمقتضى عملية التحول الكيميائي.

Allah Azza wa Jalla mengharamka makan daging babi, dan menetapkan bahwa itu adalah kekejian [رِجْسٌ], yang membuat para ulama meyakini bahwa itu adalah najis mugholladzoh, dan karena itu mereka tidak membolehkan untuk memanfaatkannya; dengan sebab karena kenajisan ini.

Juga yang sudah maklum bahwa khamr itu najis menurut mayoritas ahli hukum, tetapi jika berubah menjadi cuka, maka menjadi halal dan boleh dimanfaatkan, dan tidak najis lagi. Dengan analogi terhadap ini, maka Gelatin yang diekstraksi dari babi telah berubah menjadi sesuatu selain babi, dengan nama lain dan sifat-sifat yang berbeda. Oleh karena itu, tidak tepat penerapan padanya hukum haram atau najis, yang mana keduanya telah hilang setelah melalui proses transformasi kimiawi.

SUMBER:

حكم الأدوية المشتملة على الجيلاتين - فقه المسلم - إسلام أون لاين

https://fiqh.islamonline.net › 

FATWA DR. ABDUL AZIZ FARAJ:

Adapun Dr. Abdel Aziz Faraj, seorang profesor dalam Ilmu Fiqih Perbandingan di Fakultas Syariah dan Hukum di Universitas Al-Azhar, maka beliau berpendapat:

جواز استخدام الجيلاتين المستخرج من عظام الخنزير كدواء يمكن للمسلم تناوله لعدم وجود بديل له

" Bahwa penggunaan gelatin yang diekstrak dari tulang babi diperbolehkan sebagai obat yang dapat diminum oleh seorang Muslim karena ada tidak ada alternatif untuk itu ".

Beliau berkata:

إن الفقهاء والمسلمين قالوا بجواز استخدام بعض أعضاء الخنزير كخيوط للجراحة وهذا من باب المصلحة التي اقتضتها حالة الضرورة، بمعنى انه اذا وجدت خيوط جراحية مستخلصة من غير الخنزير فلا يجوز استخدام الخيوط المستخلصة من الخنزير لان الله تعالى حرم لحوم وشحوم الخنزير بنص القرآن الكريم وحديث النبي صلى الله عليه وسلم فعند ما رأى النبي صلى الله عليه وسلم بعض اصحابه يقدمون شحوم الخنزير في طلاء السفن حرمها.

" Bahwa para ahli fikih dan kaum muslimin mengatakan bahwa diperbolehkan menggunakan sebagian dari babi sebagai benang jahitan untuk operasi, dan ini masuk dalam katagori / bab mashlahat yang diharuskan oleh keadaan darurat, artinya: jika ada benang jahitan operasi pengganti yang diambil dari selain dari babi, maka tidak boleh menggunakan jahitan yang diambil dari babi, karena Allah SWT telah melarang daging babi dan lemak nya dalam nash Al-Qur'an dan hadits Nabi SAW, ketika Nabi SAW melihat sebagian para sahabatnya menggunakan lemak babi untuk memoles perahu-perahunya, beliau SAW melarangnya".

[SUMBER: فتوى المنظمة الإسلامية للعلوم الطبية في الكويت حول جيلاتين الخنزير تثير جدلا خلافيا في مصر oleh Muhammad Khalil: Kairo].


 

Posting Komentar

0 Komentar