APAKAH BENAR BAHWA BUKA PUASA BERSAMA ITU
HARAM DAN BIDA'H ?
Oleh Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
Ada beberapa ulama kontemporer, ustadz dan da'i yang menghukumi bid'ah sesat dan haram "buka puasa bersama", termasuk buka puasa bersama di Mesjid Haram Mekkah dan Mesjid Nabawi Madinah.
Benarkah itu bid'ah sesat dan haram?
Jawaban nya ; mari kita kaji dan teliti terlebih dahulu !!!
*****
PENDAHULUAN :
Dari
Zaid bin Khalid al-Juhani radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda :
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ
مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa
memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang
berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun
juga.”
(HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5:192. Di Shahihkan al-Albaani dalam Shahih Tirmidzi no. 807]
Allah
SWT berfirman :
﴿لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَأْكُلُوا
جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا﴾
"
Tidak ada keberatan [boleh] bagi kalian makan secara bersama-sama atau
sendiri-sendiri". [QS. An-Nuur : 61]
Dari Umar
bin Al Khaththab, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"كُلُوا جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
فَإِنَّ الْبَرَكَةَ مَعَ الْجَمَاعَةِ".
"Makanlah kalian secara bersama-sama dan janganlah kalian berpencar-pencar, sesungguhnya barakah itu bersama
jama'ah !".
[HR.
Ibnu Majah (3287), Ad-Dailami dalam "Al-Firdaus" (4711) secara
ringkas, dan Al-‘Askari dalam "Al-Mawaidz" sebagaimana dalam
"Al-Jami' As-Saghir" oleh Asy-Suyuti (2/167), dan lafal (teks) itu
adalah miliknya. Dihasankan oleh al-Albaani dalam Shahih al-Jaami’ no. 4501].
Dari Wahsyi
bin Harb dari Ayahnya dari Kakeknya :
أَنَّ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلَا
نَشْبَعُ قَالَ فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ قَالُوا نَعَمْ قَالَ فَاجْتَمِعُوا
عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ
“Bahwa
para sahabat Nabi ﷺ berkata, "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?"
Beliau
bertanya : "Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri." Mereka
menjawab, "Ya."
Beliau
bersabda: "Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama
Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya."
[HR. Abu
Daud no. 3764 dan Ibnu Majah no. 2674 . Di hasankan oleh al-Albani dalamShahih Abu
Daud dan Shahih Ibnu Majah ].
Dari Abdullah bin az-Zubair
– radhiyallahu ‘anhu - dia berkata:
(أَكَلْنَا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- طَعَامًا فِي
الْمَسْجِدِ لَحْمًا قَدْ شُوِيَ فَمَسَحْنَا أَيْدِيَنَا بِالْحَصْبَاءِ ثُمَّ
قُمْنَا نُصَلِّي وَلَمْ نتوضأ)
(Kami makan bersama
Rasulullah ﷺ
makanan di masjid berupa daging yang telah
dipanggang, (setelah selesai makan) lalu kami menyeka tangan kami dengan kerikil, lalu kami bangun
untuk sholat dan tidak berwudhu lagi ).
TAKHRIJ HADITS :
HR. Ibnu Majah -3302- (10/46, Ahmad dalam "Al-Musnad" (17752) dan (17709), Ibnu
Abdil Hakam dalam "Fathu Misr" hal. 299-300, At-Tirmidzi dalam
"Ash-Shamail" (166), Abu Ya'la (1541), Ath-Thahawi dalam "Syarh
Ma'ani al-Athar" 1/66, dan Al-Baghawi dalam "Syarh As-Sunnah"
(2847) dari jalur-jalur yang berasal dari Ibnu Luhay'ah dengan sanad (rantai
perawi) ini.
Hadits ini shahih, Ibnu
Luhay'ah -meskipun dia dianggap lemah- meriwayatkan hadits ini dari Qutaibah
bin Sa'id, dan riwayatnya dari Ibnu Luhay'ah ini bersambung sampai kepadanya.
Dan Al-Albani berkata: (Shahih - tanpa ada lafadz "menyeka tangan") Lihat: Sahih Ibnu Majah (7/311).
Dalam riwayat Qutaibah bin Sa'id , menurut At-Tirmidzi -dan juga Al-Baghawi dari jalur ini - disingkat dengan lafadz :
أَكَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - شَوَاءَ فِي الْمَسْجِدِ
"Kami makan bersama
Rasulullah ﷺ
daging panggang di dalam masjid."
Ahmad juga meriwayatkan
hadits ini (17705) dengan sanad yang berbeda dari jalur Abdullah bin Wahb, dari
Haywah bin Syuraih, dari Uqbah bin Muslim, dari Abdullah bin Al-Harith bin
Jaz'. Sanadnya dianggap sahih.
*****
FATWA PARA ULAMA TENTANG HUKUM BUKA PUASA
BERSAMA
Ada
beberapa ulama kontemporer dan beberapa ustadz di tanah air yang dengan tegas,
keras dan lantang mengatakan bahwa buka puasa bersama di bulan Ramadhan yang
dikenal dengan istilah BUK-BER adalah BID'AH , dan semua bid'ah adalah sesat ,
dan setiap yang sesat adalah haram , dan setiap yang haram pasti ke neraka .
Maka buka bersama menurut mereka adalah kumpulan kerjasa sama dalam perbuatan dosa.
Dan dosa bid’ah lebih besar dari pada dosa perbuatan maksiat apapun . Karena dosa
bid’ah dampaknya pada agama dan umat , sementara dosa maksiat dampaknya pada
individu pelaku maksiat .
Untuk
perbandingan , maka penulis di sini akan mencoba menyebutkan beberapa Fatwa
Para Ulama Kontemporer yang membolehkannya dan juga fatwa ulama yang membid'ahkannya
:
PERTAMA : FATWA PARA ULAMA AL-LAJNAH
AD-DAA'IMAH SAUDI ARABIA
[FATWA NO. 15616 ]:
PERTANYAAN
: Al-Lajnah
ad-Daaimah pernah di tanya sbb :
سَمِعتُ مِن بَعْضِ الإِخْوَةِ أَنَّ
الإِفْطَارَ الجَمَاعِيَّ – أَكَانَ ذَلِكَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ فِي صِيَامِ
النَّافِلَةِ – بِدْعَةٌ. فَهَلْ هَذَا صَحِيحٌ؟
Saya
mendengar dari sebagian ikhwan bahwa berbuka puasa bersama [berjemaah], baik di
bulan Ramadhan maupun puasa sunnah, adalah bid’ah. Apakah ini benar?
JAWABAN
:
"لا بَأْسَ بِالإفْطَارِ جَمَاعِيًا فِي
رَمَضَانَ وَفِي غَيْرِه، مَا لَمْ يُعْتَقَدْ هَذَا الِاجْتِمَاعُ عِبَادَة؛ لِقَوْلِهِ
تَعَالَى: ﴿لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَأْكُلُوا جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا﴾ [النور:
61] لَكِنْ إِنْ خِيفَ بِالْإِفْطَارِ جَمَاعِيًا فِي النَّافِلَةِ الرِّيَاءَ وَالسَّمْعَةِ،
لِتَمِيزِ الصَّائِمِينَ عَنْ غَيْرِهِم؛ كُرْهًا لَهُم بِذَلِكَ. وَبِاللهِ التَّوْفِيقِ،
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ."
"
Tidak mengapa berbuka puasa berjamaah di bulan Ramadhan dan di waktu lainnya,
selama pertemuan ini tidak dianggap sebagai ibadah. Karena Allah SWT berfirman
:
﴿لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَأْكُلُوا
جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا﴾
"
Tidak ada halangan [boleh] bagi kalian makan secara bersama-sama atau
sendiri-sendiri". [QS. An-Nuur : 61]
Namun
jika dikhawatirkan berbuka puasa berjamaah dalam puasa sunnah itu, menimbulkan
rasa riya dan ingin dikenal bahwa diri mereka adalah orang-orang ahli puasa
[ahli tirakat] yang sangat berbeda dengan kebanyakan orang ; maka ini
dimakruhkan atas mereka .....".
Para
anggota Lajnah Terdiri dari :
Bakr Abu Zaid... Anggota
Abdul Aziz Al-Sheikh... Anggota
Shaleh Al-Fawzan... Anggota
Abdullah Bin Ghadian... Anggota
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz ... Ketua .
SUMBER
:
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية
والإفتاء(9/34-35) المجموعة الثانية :
Komisi Tetap Riset Ilmiah dan Pengeluaran
Fatwa (34-35/9), kelompok kedua:
*****
KEDUA : FATWA SYEIKH BASYIIR FARHAN AL-'ANZII :
Syeikh
Basyir Farhan al-'Anziy dalam Tulisannya "المسجد
في رمضان"
menyebutkan tanya jawab tentang buka bersama puasa Ramadhan di Masjid , dia
berkata :
فإنَّ ممَّا يَهْتَمُّ بِهِ المُسْلِمُونَ
فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِقَامَةُ الإِفْطَارِ الجَمَاعِيِّ فِي الْمَسَاجِدِ، حَيْثُ
يُشَارِكُ فِيهَا أَهْلُ هَذَا الْحَيِّ وَذَاكَ، وَذَلِكَ بِإِعْدَادِ الْوَجِبَاتِ
خَلَالَ لَيَالِي هَذَا الشَّهْرِ الْكَرِيمِ؛ وَهَذَا الْعَمَلُ بِدَورِهِ يُؤْدِي
إِلَى زِيَادَةِ الْأَلَفَةِ وَالتَّرَابُطِ بَيْنَ أَهْلِ الْحَيِّ، وَيُسَاعِدُ عَلَى
التَّعَارُفِ بَيْنَهُمْ مِمَّا لَا يَجْعَلُ لِلشَّخْصِ مَسْوَغًا لِلتَّخَلُّفِ عَنْ
صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ، وَنَشِيرُ إِلَى أَنَّهُ قَدِ اتَّخَذَ إِعْدَادُ الإِفْطَارِ
الجَمَاعِيِّ وَسَائِلَ مِنْهَا جَمْعَ التَّبَرُّعَاتِ وَإِيصَالِهَا إِلَى الْمُؤَسَّسَاتِ
الَّتِي تَدِيرُ مِثْلَ هَذِهِ الْمَشَارِيعِ، وَمِنْهَا جَمْعُ الطَّعَامِ مِنْ مَجْمُوعَةِ
الْبُيُوتِ بِشَكْلٍ يَوْمِيٍّ وَهَذَا يَكُونُ غَالِبًا فِي الْقُرَى، وَلَكِنْ قَدْ
يَتَسَاؤَلُ الْبَعْضُ عَنْ حُكْمِ إِفْطَارِ جَمَاعَةِ الْمَسْجِدِ فِيهِ قَبْلَ الصَّلَاةِ
وَإِتْمَامِ ذَلِكَ بَعْدَهَا؟!"
Salah satu hal yang
dipedulikan umat Islam selama bulan Ramadhan adalah mengadakan buka puasa
bersama di masjid-masjid, di mana orang-orang di lingkungan ini dan lingkungan
itu.
Dan itu membantu untuk saling
mengenal diantara mereka, yang tidak membuat orang tersebut menjadi pembenaran
untuk tidak shalat berjamaah, dan kami mengisyaratkan tentang strategi dan cara
agar bisa menyiapkan buka puasa bersama , diantaranya :
Dengan cara mengumpulkan
donasi dan mengantarkannya ke lembaga yang menjalankan proyek tersebut
Dan mengumpulkan makanan
dari sekelompok rumah setiap hari, dan ini sering terjadi di desa-desa.
PERTANYAAN : Namun ada yang bertanya tentang hukum berbuka puasa para
jemaah masjid di dalamnya sebelum sholat dan melanjutkannya setelah shalat ?!.
JAWABAN : Syeikh al-'Anziy berkata :
والحقيقة أن الأكل في المسجد ما دام
لا يلوثه ويحافظ على فرشه ولا يهان بفعل ذلك، فإنه لا بأس به لما فيه من التعاون
على البر والتقوى إذ أن ذلك سبب لجمع الناس على صلاة الجماعة في المسجد, وفيه
إطعام للفقراء والمساكين الذين يشاركون الصائمين وجبة إفطارهم في هذا المسجد وذاك،
ويضاف إلى ذلك من الإيجابيات أن فيه إطعاماً لابن السبيل الذي يمر من هذا الحي
وتلك القرية فيفطر مع إخوانه, وقد ثبت من الوقائع التي تدل على أن الأصل إباحة
ذلك.
ومن تلك الوقائع والأحداث سكن أهل
الصفة في المسجد، الثابت في البخاري وغيره ؛ فإن كونهم لا مسكن لهم سواه يستلزم
أكلهم الطعام فيه.
ومنها حديث ربط الرجل الأسير بسارية
من سواري المسجد وفي بعض طرقه أنه استمر مربوطاً ثلاثة أيام.
ومنها ضرب الخيام في المسجد لسعد بن معاذ
–رضي الله عنه-. والسوداء التي كانت تقم المسجد -كما في الصحيحين-.
ومنها إنزال وفد ثقيف المسجد وغيرهم,
والأحاديث الدالة على جواز الأكل في المسجد متكاثرة.
يقول النووي رحمه الله: ولا بأس
بالأكل والشرب في المسجد ووضع المائدة فيه.
ومما يشهد لذلك أيضاً ما كان يفعله
بعض الصحابة -رضي الله عنهم- من أكلهم في المسجد من ذلك ما رواه الطبراني في
الكبير عن عبد الله بن الزبير – رضي الله عنه – قال: (أَكَلْنَا مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- طَعَامًا فِي الْمَسْجِدِ لَحْمًا
قَدْ شُوِيَ فَمَسَحْنَا أَيْدِيَنَا بِالْحَصْبَاءِ ثُمَّ قُمْنَا نُصَلِّي
وَلَمْ نتوضأ).
إلا أنه ينبغي التنبه لعيوب موجودة
وظاهرة سلبية في بعض الصائمين في المساجد، من ذلك:
الأكل في المسجد من الطعام ذي
الرائحة الكريهة فيكرهه الداخلون إليه والمتعبدون فيه، ومن العيوب أن بعض المساجد
طغت على مهمتها -في الحقيقة- كثرة الطعام وجعل الأكل في المسجد ظاهرة متفشية.
ومن ذلك: إهانة المسجد وعدم العناية
بنظافته أو توسيخه ببعض مخلفات الأكل.
وإليك أخي الصائم والمحسن الكريم بعض
المقترحات بشأن تفطير الصائمين في المساجد:
أولاً: أن يكون الإفطار خارج المسجد
-إن تيسر- أو بجواره في مخيم مناسب حتى يتسنّى إقامة الصلاة في المسجد في وقتها
دون مشقة.
ثانياً: أن يسند الإشراف على تفطير
الصائمين في المساجد إلى أئمة المساجد وصالحي الحي أو مؤسسة خيرية بحسب ظروف وبيئة
المسجد.
ثالثاً: أن يكلف خدم المسجد بسرعة التنظيف
مكان الإفطار, ولا مانع من مساعدة من حضر للإفطار فهو من التعاون على البر.
رابعاً: يقترح أن يكون الإفطار على
التمر واللبن والكيك والقهوة لا على اللحوم الدسمة؛ لأنه يكلف في التنظيف للمكان
الذي أكل فيه، وإن كان ولا بد من الأطعمة الدسمة فيمكن الاتفاق مع مطاعم معينة
يستلم الصائم كرتاً لتناول وجبته فيها في الوقت المناسب.
وفق الله الجميع لما يحب ويرضى,
والله أعلم, وصلى الله على نبينا محمد ، وعلى آله وصحبه وسلم, والحمد لله رب
العالمين.
" Pada
hakikatnya makan di masjid selama tidak mengotori dan bisa menjaga kebersihan
karpetnya dan tidak melecehkannya, tidaklah mengapa. Karena itu termasuk tolong
menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, karena ini adalah sebab dan wasilah
untuk mengumpulkan orang-orang shalat berjamaah di mesjid, termasuk memberi
makan fakir dan miskin yang ikut serta menikmati hidangan buka puasa dengan
orang-orang yang berpuasa, di mesjid ini dan itu, dan selain itu salah satu
kelebihannya adalah bahwa di dalamnya ada makanan bagi para musafir yang
melewati lingkungan ini dan desa itu lalu berbuka puasa bersama
saudara-saudaranya.
Dan telah ada ketetapan
yang shahih dari fakta-fakta yang menunjukkan bahwa hukum asalnya adalah halal.
Di antara fakta dan
peristiwa tersebut adalah tempat tinggal Ahli ash-Shuffah di masjid, yang terdapat
dalam Shahih al-Bukhari dan lain-lain ; Fakta bahwa mereka tidak memiliki rumah
selain itu yang mengharuskan mereka makan makanan di dalamnya. [Sahih Al-Bukhari-567- (2/460)]
Dan diantara lainya adalah
: hadits tentang mengikat tawanan ke tiang dari tiang-tiang masjid, dan di
sebagian jalan-jalan ke arahnya , dia tetap terikat selama tiga hari. [HR.
Al-Bukhari -2244- (8/272), Muslim -3310- (9/216), Abu Dawud -2304- (7/286), dan
Ahmad -9457- (19/500).].
Dan diantara lainya adalah
mendirikan tenda di mesjid untuk Saad bin Mu'adz -radhiyallahu 'anhu .
[HR. Ahmad -23945- (51/102), dan Ibnu Hibban -7154- (29/96) dan digolongkan
sebagai hasan oleh Al-Albani dalam Al-Silsilah Al-Shahihah -67- (1/143).]
Dan wanita kulit hitam
yang biasa mengurus masjid - seperti dalam Dua Kitab Sahih. [HR.
Al-Bukhari-440- (2/257) dan Muslim-1588- (5/59).]
Dan bermalamnya delegasi
Thaqif di masjid dan delegasi lainnya, serta hadits-hadits yang menunjukkan
kebolehan makan di masjid itu banyak melimpah. [ Baca : Nail
al-Awthar (3/236)]
Imam An-Nawawi rahimaullah
mengatakan :
ولا بأس بالأكل والشرب في المسجد ووضع المائدة فيه
" Tidak ada
salahnya makan dan minum di masjid dan meletakkan meja makan di sana".
[Raudhatuth Tholibiin 1/109 dan al-Majmu' 2/174]
Dan juga termasuk yang
membuktikan hal ini adalah apa yang biasa dilakukan oleh sebagian para Sahabat,
semoga Allah meridhoi mereka, ketika mereka makan di masjid, diantaranya apa
yang diriwayatkan al-Tabarani dalam al-Mu'jam al-Kabiir dari Abdullah bin az-Zubair
- semoga Tuhan meridhoi dia - dia berkata:
(أَكَلْنَا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- طَعَامًا فِي
الْمَسْجِدِ لَحْمًا قَدْ شُوِيَ فَمَسَحْنَا أَيْدِيَنَا بِالْحَصْبَاءِ ثُمَّ
قُمْنَا نُصَلِّي وَلَمْ نتوضأ)
(Kami makan bersama
Rasulullah ﷺ
makanan di masjid , daging yang telah
dipanggang, lalu kami menyeka tangan kami dengan kerikil, lalu kami bangun
untuk sholat dan tidak berwudhu lagi ). [ HR. Ibnu Majah -3302- (10/46)
Dan Al-Albani berkata: (Shahih - tanpa ada lafadz "menyeka tangan")
Lihat: Sahih Ibn Majah(7/311)]
Namun perlu diwaspadai kecacatan
yang ada dan fenomena negatif pada sebagian orang yang berpuasa di masjid,
antara lain:
Makan di mesjid adalah
makanan yang berbau tidak sedap, sehingga membuat orang-orang yang masuk maupun
yang beribadah tidak menyukainya.
Dan sebagian dari kecacatannya
adalah ada beberapa masjid melampaui kepentingan nya – pada kentayataannya – dengan
melimpahnya makanan sehingga membuat makanan di mesjid nampak berserakan .
Dan termasuk itu adalah :
menghinakan masjid dan tidak menjaga kebersihannya atau mengotorinya dengan
sisa makanan.
Berikut ini wahai
saudaraku yang berpuasa dan yang dermawan yang mulia , ada beberapa usulan
terkait penyediaan makanan di masjid untuk orang-orang yang buka puasa:
Pertama:
Buka puasanya di luar
masjid - jika memungkinkan - atau di sebelahnya di kemah yang sesuai sehingga
memungkinkan untuk menunaikan sholat di masjid tepat waktu tanpa ada kesulitan.
Kedua:
Pengawasan berbuka puasa
bagi orang yang berpuasa di masjid harus dipercayakan kepada imam masjid dan
orang-orang shalih dari lingkungan atau lembaga amal, sesuai dengan keadaan dan
lingkungan masjid.
Ketiga: Para pelayan masjid harus ditugaskan untuk bertindak cepat
dalam membersihkan tempat berbuka puasa .
Keempat: Disarankan berbuka puasa dengan kurma, susu, kue dan qahwah
[kopi arab], bukan daging berlemak ; karena susah untuk membersihkan tempat makannya.
Dan jika perlu makan makanan berlemak, maka dimungkinkan untuk bikin
kesepakatan dengan restoran tertentu di mana orang yang berpuasa menerima kartu
untuk makan pada waktu yang tepat.
Semoga Allah memberikan taufiiq
bagi semua orang untuk mendapatkan apa yang Allah cintai dan ridhoi. Wallahu
a'lam .
Dan semoga sholawat dan
salam Allah dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, atas keluarganya dan para sahabatnya.
Dan segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam.
*****
KETIGA : FATWA PARA ULAMA ISLAM.WEB
Tanggal
terbit: Kamis 25 Syaban 1423 H - 31/10/2002 M . Nomor fatwa: 24425
PERTANYAAN
:
ما حكم الفطور الجماعي في رمضان؟ وما
حكمه في غير رمضان؟
Apa
hukum buka bersama di bulan Ramadhan? Dan apa hukumnya di selain Ramadhan?
JAWABAN
:
فلا بأس بالفطور الجماعي في رمضان،
أو في غيره.
فإن الإسلام يدعو إلى الإلفة
والمحبة، وتوثيق الصلات بين المسلمين، فإذا كان الإفطار الجماعي بدعوة من أحد
الأشخاص لتفطير الجميع، ففي هذا من الخير ما لا يخفى على المسلم، فقد قال النبي
صلى الله عليه وسلم: "من فطر صائماً
كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئاً" رواه الترمذي عن زيد
بن خالد رضي الله عنه.
وقال صلى الله عليه وسلم: "يا
أيها الناس: أفشوا السلام، وأطعموا الطعام" رواه الترمذي عن عبد
الله بن سلام.
وسواء كان ذلك من أحد الحاضرين أو من
غيرهم، فهذا كله مما يوجب الوئام والمحبة بين المسلمين، ويدعو إلى التنافس في
الخير، وهذه مقاصد شرعية كبرى.
Tidak
mengapa berbuka puasa bersama di bulan Ramadhan atau di waktu lainnya.
Islam
menyerukan untuk mempererat persahabatan dan kasih sayang , serta memperkokoh
ikatan tali silaturrahim antara sesama Muslim.
Nabi ﷺ bersabda :
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ
مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa
memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang
berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun
juga.”
(HR.
Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5:192. Di Shahihkan al-Albaani
dalam Shahih Tirmidzi no. 807]
Dan
Rosulullah ﷺ bersabda :
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا
الأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ
بِسَلامٍ
'Wahai
sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim,
shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk
Surga dengan selamat.'” (HR.at-Tirmidzi dan Ibnu Majah no. 2648 . Di Shahihkan
al-Albaani dalam Shahih Ibnu Majah )
Dan
apakah makanan itu dari salah satu dari mereka yang hadir atau dari yang lain,
maka semua ini adalah sesuatu yang mengantarkan pada keharmonisan dan cinta di
antara umat Islam, dan menyerukan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, dan ini
adalah maksud tujuan syari'ah yang paling utama dan terbesar . [ Kutipan
Selesai]
*****
KEEMPAT : DR. MASYHUR FAWWAAZ [PALESTINA]
Tanggal: 7/26/13 Nomor Pertanyaan: 13461
المجلس
الإسلامي للإفتاء – الداخل الفسلطيني 48
Majlis Islami Untuk Fatwa – Palestina
PERTANYAAN
:
ما حكم الافطار الجماعي ؟
Apa hukum Buka Puasa bersama?
JAWABAN
:
يجوز الإفطار الجماعي بشرط عدم
الإختلاط بين الرّجال والنساء الأجنبيات - غير المحارم - فإن كان هنالك اختلاط بين
الرّجال والنساء فيحرم المشاركة في مثل هذه الإفطارات .
والله تعالى اعلم
د. مشهور فوّاز
Boleh
berbuka puasa secara berjamaah [BUK-BER] , asalkan tidak bercampur antara
laki-laki dan perempuan non mahram. Jika terjadi campur aduk antara laki-laki
dan perempuan, maka dilarang ikut buka puasa tersebut.
DR. Masyhur
Fawwaaz .
*****
KELIMA : FATWA SYEIKH BIN BAAZ :
الإفطار الجماعي في صيام التطوع
Buka puasa bersama dalam puasa sunnah
PERTANYAAN
:
هناك جماعة من الجماعات العاملين في
حقل الدعوة في معظم الجامعات الجزائرية يقومون بالإعلان كل يوم أحد على أنه سيكون
إفطار جماعي، وهم يصومون الإثنين ثم يجتمعون في قاعة من القاعات ويفطرون معًا.
فلما استفسرنا عن هذا العمل ، قيل
لنا : إنه لصالح الدعوة، ونحن نريد أن نجمع صفوف المسلمين.
والسؤال هو حكم الشرع حول ذلك؛ هل هو
من محدثات الأمور أم لا؟
Di
sebagian besar universitas-universitas di Al-Jazaa'ir, ada sekelompok dari
kelompok-kelompok yang aktif di medan dakwah. Mereka pada setiap hari Ahad mengumumkan
: bahwa besok akan ada buka puasa bersama . Lalu mereka berpuasa pada hari
Senin, kemudian mereka berkumpul di salah satu aula dan berbuka puasa bersama.
Ketika
kami bertanya tentang amalan ini, lalu kami diberitahu : Ini untuk kepentingan
dakwah, dan kami ingin menyatukan barisan kaum muslimin.
Pertanyaannya
adalah hukum Syariah tentang itu; Apakah itu salah satu hal yang baru dalam
agama [bid'ah] atau bukan ?
JAWABAN
SYEIKH BIN BAAZ :
إذا كان الأمر كما ذكر في السؤال فلا
حرج في الاجتماع المذكور والإعلان عنه. وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد
وآله وصحبه وسلم.
Jika
masalahnya seperti yang disebutkan dalam pertanyaan, maka itu tidaklah mengapa
dengan buka puasa bersama tersebut dan mengumumkannya.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا
محمد وآله وصحبه وسلم.
[ Tautan
artikel: http://iswy.co/e13c25 ]
*****
KEENAM : FAYWA SYEIKH IBNU UTSAIMIN
----
FATWA KE 1 :
إقامة إفطار جماعي لتشجيع الناس على
صيام التطوع
Mengorganisir buka puasa bersama untuk
memberi semangat orang berpuasa sunnah
PERTANYAAN
:
ما رأيكم في تشجيع عامة الناس على
صيام النافلة وإقامة الفطور الجماعي؟
Apa
pendapat Anda tentang memberi semangat masyarakat umum untuk berpuasa sunnah
dan mengadakan buka puasa bersama?
JAWABAN
:
الحمد لله . أرى أنه لا بأس به، لكن
الأولى تركه، لأن الصحابة رضي الله عنهم ما كانوا يسلكون هذه الأساليب، فإذا رُغب
الناس في صيام النافلة بالقول، فهو كاف عن ترغيبهم بالفعل.
Al-hamdulillah
. Saya lihat bahwa itu tidak ada yang salah dengannya, tetapi lebih baik
meninggalkannya, karena para sahabat radhiyallahu 'anhum tidak melakukan
cara-cara seperti ini. Jika dia mengajak seseorang untuk berpuasa sunnah dengan
kata-kata, maka itu sudah cukup , tidak perlu mengajak mereka dengan perbuatan.
[SUMBER
: لقاء الباب المفتوح oleh Ibnu al-'Utsaimiin 247
].
*****
FATWA IBNU UTSAIMIN KE 2 :
الإعلان عن إفطار جماعي في المسجد
لمن صام
Pengumuman Buka Puasa Bersama Di Masjid Bagi
Yang Berpuasa
PERTANYAAN
:
أعلن في أحد المساجد أنه يوجد إفطار
لكل من يريد الصيام في كل يوم خميس فما حكم ذلك ؟
Di
sebuah masjid diumumkan penyelenggaraan buka puasa bersama bagi yang hendak
berpuasa pada setiap hari kamis, bagaimanakah hukumnya?
JAWABAN
:
الحمد لله رب العالمين و صلى الله و
سلم على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين ، هذا الإعلان لا بأس به لأنه إعلان
فيه دعوة للخير و ليس المقصود به بيعا و لا شراء ، المحرم أن يعلن عن البيع و شراء
أو تأجير و استئجار مما لم تبن المساجد من أجله و أما الدعوة إلى الخير و إطعام
الطعام و الصدقة فلا بأس به .
وأمّا بالنسبة لكونه هل هو اجتماع
غير مشروع على العبادة ، ( فإنهم في الحقيقة ) لم يعلنوا عن الصيام الجماعي و إنما
أعلنوا عن الإفطار فقط فلا بأس به .. والله أعلم .
Segala
puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi besar
Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam, kepada keluarga serta segenap sahabat
beliau.
Pengumuman
seperti ini boleh-boleh saja. Sebab di dalamnya berisi seruan berbuat kebaikan
bukan bertujuan melakukan transaksi jual beli.
Yang
dilarang adalah mengumumkan transaksi jual beli, transaksi persewaan atau
transaksi-transaksi lainnya yang bukan merupakan tujuan dibangunnya sebuah
masjid.
Adapun
seruan kepada kebaikan, pemberian makan, sedekah dan amal-amal kebaikan lainnya
tidaklah terlarang dilakukan di masjid.
Menyangkut
persoalan apakah cara seperti itu dibenarkan ataukah tidak, maka menurut
sepengetahuan saya yang mereka umumkan bukanlah puasa bersama, namun yang
diumumkan hanyalah buka puasa bersama. Hal seperti itu boleh-boleh saja.
wallahu A'lam.
[ SUMBER
: ISALMQA No. Fatwa 3468 - Tanggal Tayang : 10-04-2002]
*****
KETUJUH : FATWA SYEIKH ABDULLAH AL-JIBRIIN
الإفطار في المسجد سلباً وإيجاباً
Buka puasa di masjid , sisi positif dan
negatif-nya
PERTANYAAN
:
ما تعليقكم على إفطار جماعة المسجد
فيه قبل الصلاة وإتمام ذلك بعدها؟
Apa komentar Anda tentang
berbuka puasa jamaah masjid sebelum shalat dan menyelesaikannya setelah shalat ?
JAWABAN :
(يجوز ذلك في المسجد الحرام والمسجد النبوي
اغتناماً للوقت وللمسجد لضيق الأماكن، ولا بأس في غيره عند الحاجة، كمن ليس له
منزل، وإلا فيكره، فالأصل تناول طعام الإفطار في المنزل) ا-هـ.
(Diperbolehkan
melakukan ini di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi untuk memanfaatkan waktu dan
masjid karena kekurangan tempat, dan tidak ada salahnya di selain masjid ketika
dibutuhkan , seperti seseorang yang tidak memiliki rumah, jika tidak maka itu
dimakruhkan , karena hukum asalnya buka puasa itu di rumah) [Selesai
]
[ Baca :
كتاب فتاوى الشيخ ابن جبرين – المكتبة
الشاملة
24/54 ]
*****
KEDELAPAN : FATWA BUKA PUASA BERSAMA DI
MASJID ITU TIDAK DI SYARIATKAN
FATWA SYEIKH SHOLEH AL-FAUZAN
حكم الإفطار الجماعي في رمضان وغيره
للفوزان؟
Hukum buka puasa bersama di bulan Ramadhan
dan lainnya oleh Syeikh Al-Fauzan ?
PERTANYAAN
:
هذا سائل يقول : يقوم بعض الجيران في
أثناء رمضان بالإفطار الجماعي في المسجد بقصد التواصل وتقوية الرابطة بينهم فما
رأي فضيلتكم ؟
Penanya
ini mengatakan : Ada sebagian para tetangga pada bulan Ramadhan berbuka puasa
bersama di masjid dengan maksud agar bisa saling berkomunikasi dan mempererat
tali silaturrahmi di antara mereka.
JAWABAN
:
هذا شيء لم يعمله السلف، أنهم كانوا
يتقصدون الإجتماع على الإفطار في رمضان و لا في غيره .
أما إذا كان الغرض من هذا هو من أجل
أن يفطر عنده الفقراء و المحتاجون، يعرضون الإفطار في المسجد من أجل المحتاجين و
الفقراء؛ فلا بأس.
أما إذا كانوا يجتمعون هم وحدهم، و
يقولون هذا فيه فضيلة، هذا ليس من عمل السلف.
فإذا كانوا معتكفين في المسجد،إذا
كانوا معتكفين في المسجد فلا بأس أنهم يجتمعون على الإفطار أو على العشاء، لا بأس
.
أما أنهم يجيؤون للمسجد على شان (لأجل)
الإفطار فقط ، و ليس هذا لغرض إطعام المساكين؛ فهذا الشيء غير مشروع.
اهـ
Ini
adalah sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh para Salaf , bahwa mereka biasa
berkumpul untuk berbuka puasa di bulan Ramadhan dan tidak pula puasa di
waktu-waktu lainnya.
Tetapi
jika tujuannya adalah agar orang miskin dan yang membutuhkan bisa berbuka puasa
dengannya, lalu mereka menawarkan berbuka puasa di masjid demi untuk
orang-orang yang membutuhkan dan para fakir miskin; maka itu tidak apa-apa.
Adapun
jika mereka buka puasa bersama untuk kelompok mereka sendiri , dan mengatakan :
"ini memiliki fadhilah dan keutamaan"; maka ini bukanlah amalan para
Salaf .
Jika
mereka ber-i'tikaf di masjid, maka jika ber-i'tikaf di masjid ; tidaklah
mengapa untuk buka puasa bersama atau makan malam bersama , tidak ada masalah.
Adapun
jika mereka datang ke mesjid hanya untuk berbuka puasa saja , dan ini bukan
untuk memberi makan fakir miskin; maka ini adalah sesuatu yang tidak di
syariatkan .
[ SUMBER
: حكم الإفطار الجماعي في رمضان وغيره
للفوزان؟ / ajurry.com
[https://www.ajurry.com › 35...]
*****
KE SEMBILAN : FATWA HARAM BUKA PUASA BERSAMA DI
MASJID
FATWA SYEIKH AL-ALBAANI
هل يجوز الأكل في المسجد وهل يجوز
صنع الإفطار الجماعي في المسجد؟
Apakah boleh makan di masjid, dan apakah
boleh berbuka puasa bersama di masjid?
السائل : يجوز الأكل في
المسجد وصنع إفطار جماعي في المسجد؟ .
الشيخ : إي نعم اتخاذ
الطعام في المسجد وجعل ذلك عادة هذا لا يجوز لأن المساجد لم تبن لهذا كما جاء في
الحديث الصحيح لكن إذا يعني دفت دافة ونزلت جماعة كثيرة وهم فقراء وبحاجة إلى طعام
وشراب ولا يمكن إنزالهم لسبب أو آخر في دار لضيق الدور يومئذ أو في الصحراء أو في
العراء فيدخلون المسجد ويأكلون لهذا الأمر العارض .
أما أن يصير المسجد كمطعم ولو في بعض
الأشهر كرمضان ومثلا وكما يفعلون في بعض المساجد فهذا مما لم يكن عليه عمل السلف
أولا ثم هو ينافي مبدأ قوله عليه السلام ( إن المساجد لم تبن لهذا ) .
السائل : شيخنا هو في
رمضان في المدينة ومكة.
الشيخ : وهذا قلنا
خليها مستورة يا أستاذ.
الشيخ والحضور يضحكون
السائل : السفرة الطويلة
العريضة.
PENANYA : Bolehkah makan di mesjid ? Dan berbuka
puasa bersama di mesjid ?.
SYEIKH
AL-ABAANI :
Ya,
membawa makanan ke masjid untuk makan-makan di dalamnya dan menjadikannya
sebagai kebiasaan ; maka itu tidak diperbolehkan karena masjid tidak dibangun
untuk itu, seperti yang disebutkan dalam hadits shahih.
Tetapi
jika itu bertujuan untuk memberi kehangatan [dimusim dingin] dan ada banyak
orang menginap dan mereka mereka adalah orang-orang miskin yang membutuhkan
makanan dan minuman, dan tidak mungkin bagi mereka untuk menginap di selain
masjid karena satu dan lain hal , seperti karena di penginapan yang sempit pada
hari itu , atau di padang pasir atau di tempat terbuka, kemudian mereka masuk
masjid dan makan karena hal yang mendadak.
Adapun
menjadikan masjid seperti restoran, meskipun di beberapa bulan seperti Ramadhan
dan yang semisalnya, seperti yang mereka lakukan di beberapa masjid, maka ini
adalah sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh para Salaf , ini yang pertama ,
kemudian ini bertentangan dengan prinsip sabda Nabi ﷺ :
( إن المساجد لم تبن لهذا )
(Sesungguhnya masjid-masjid itu tidak dibangun untuk ini).
PENANYA : Syekh kami , tapi itu terjadi pada
bulan Ramadhan di Madinah [Mesjid Nabawi] dan Mekkah [Mesjid al-Haram] .
SYEIKH
AL-ABAANI : Dan ini kami katakan [pesan]: biarkan
masalah ini dirahasiakan , hai Ustadz !
[Beliau
bermaksud menyindir para pelaku BUK-BER di masjid Nabawi dan Mesjidil Haram
Mekkah, sehingga orang-orang yang hadir ikut serta mentertawakannya. Mungkin
dalam hati mereka tersirat : betapa dungunya orang-orang yang bukber di mesjid
Nabawi dan Mesjidil Haram Mekkah ini , sehingga membuat mereka terbahak-bahak]
.
SYEIKH
AL-ABAANI : Rupanya
para hadirin tertawa semua [ mendengar jawaban ku ini . ha ha ha ....]
PENANYA : Shufrahnya panjaaang dan lebaaar. [ Kutipan
Selesai ]
[ SUMBER : بوابة تراث الإمام الألباني / سلسلة الهدى والنور no. 1071]
NOTE
:
As-Sufrah
[السُّفْرَة] adalah : plastik tempat makanan yang digelar untuk makan
bersama .
Dan Hadits yang dimaksud oleh Syeikh al-Albaani diatas adalah hadits tentang larangan menjadikan masjid sebagai sarana pengumuman barang hilang dan larangan jual beli di masjid, yaitu hadits berikut ini :
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda :
" مَن سَمِعَ رَجُلًا يَنْشُدُ ضالَّةً
في المَسْجِدِ فَلْيَقُلْ لا رَدَّها اللَّهُ عَلَيْكَ فإنَّ المَساجِدَ لَمْ
تُبْنَ لِهذا".
"Barang
siapa yang mendengar seseorang mengumumkan barangnya yang hilang di dalam
masjid, maka doakanlah, 'Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu.' Karena
sesungguhnya masjid-masjid itu tidaklah dibangun untuk ini." (HR. Muslim,
no. 568).
Dan
hadits lain yang semakna dengannya :
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda :
إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ أَوْ
يَبْتَاعُ فِي الْمَسْجِدِ فَقُولُوا لَا أَرْبَحَ اللَّهُ تِجَارَتَكَ وَإِذَا
رَأَيْتُمْ مَنْ يَنْشُدُ فِيهِ ضَالَّةً فَقُولُوا لَا رَدَّ اللَّهُ عَلَيْكَ
"Jika
kalian melihat orang menjual atau membeli di dalam masjid, maka katakanlah;
Semoga Allah tidak memberi keuntungan kepada barang daganganmu. Jika kalian
melihat orang yang mengumumkan sesuatu yang hilang di dalamnya maka katakanlah;
Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu."
[ HR.
Tirmidzi no. (1321), al-Darimi no. (1401), dan al-Nasa’i in ((as-Sunan al-Kubra
)) no. (10004)]. Di Shahihkan oleh al-Albaani dalam Shahih Tirmidzi no. 1321 ].
Abu Isa
Tirmidzi berkata :
حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ .
وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ كَرِهُوا الْبَيْعَ
وَالشِّرَاءَ فِي الْمَسْجِدِ وَهُوَ قَوْلُ أَحْمَدَ وَإِسْحَقَ وَقَدْ رَخَّصَ
فِيهِ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي الْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ فِي الْمَسْجِدِ
"
Hadits HASAN ghariib . Dalam pengamalan hadits ini : ada sebagian para ahli
ilmu yang menganggap makruh jual beli di masjid, dan itu adalah perkataan Imam
Ahmad dan Isahq . Namun ada sebagian para ulama yang membolehkan jual beli di
masjid".
0 Komentar