Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

HUKUM SHALAT JUM'AT YANG BERTEPATAN DENGAN HARI RAYA

HUKUM SHALAT JUM'AT YANG BERTEPATAN DENGAN HARI RAYA 

Disusun oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

---

 

-----

DAFTAR ISI:

·         PENDAHULUAN

·         KUMPULAN HADITS NABAWI DAN ATSAR SAHABAT TENTANG HARI RAYA BERTEPATAN HARI JUMAT

·         PERBEDAAN PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG WAJIBNYA SHALAT JUMAT DI HARI RAYA 

****

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

===***===

PENDAHULUAN

Dalam penulisan artikel ini: Pertama-pertama penulis akan menyebutkan hadits nabawi dan atsar para sahabat yang berkenaan dengan hari raya bertepatan dengan hari jum'at.

Setelah menyebutkan hadits dan atsar, penulis akan menyebutkan pendapat para ulama tentang gugurnya kewajiban melaksanakan shalat jum'at di hari raya, dan menggantikannya dengan shalat dzuhur.

===***===

KUMPULAN HADITS NABAWI DAN ATSAR SAHABAT TENTANG HARI RAYA BERTEPATAN HARI JUMAT

****

PERTAMA:

Hadits Zaid bin Arqam radhiallahu anhu bahwa Muawiyah bin Abu Sofyan radhiallahu anhu bertanya kepadanya:

“هَلْ ‌شَهِدْتَ ‌مَعَ ‌رَسُولِ ‌اللَّهِ ‌صَلَّى ‌اللَّهُ ‌عَلَيْهِ ‌وَسَلَّمَ ‌عِيدَيْنِ ‌اجْتَمَعَا ‌فِي ‌يَوْمٍ ‌وَاحِدٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَكَيْفَ صَنَعَ قَالَ صَلَّى الْعِيدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِي الْجُمُعَةِ فَقَالَ مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيَصِلْ ".

“Apakah anda menyaksikan bersama Rasulullah dua hari raya bertemu dalam satu hari?"

Dia menjawab: "Ya"

Dia (Muawiyah) berkata: "Apa yang dilakukannya?"

Dia berkata: “Nabi shalat Id kemudian memberikan dispensasi (keringanan) dalam shala Jum'at.

Kemudian beliau bersabda: “Barangsiapa yang ingin shalat (Jum'at) dipersilahkan menunaikannya.”

[HR. Ahmad (19318), Abu Dawud (1070), Nasa’i (1591), Ibnu Majah (1310), Ad-Daarimy 1/378 dan al-Hakim dalam kitab ‘al-Mustadrak’ 1/288].

Dan Al-Hakim berkata:

“هذا حديث صحيح الإسناد والأربعة إلا الترمذي ".

“Ini adalah hadits yang sanadnya shahih dan diriwayatkan oleh empat kitab Sunan kecuali al-Tirmidzi". ‘al-Mustadrak’ 1/288

Ibnu Hajar berkata tentang hadits ini:

(صححه علي بن المديني)

(Ali bin Al-Madini menilainya shahih). [At-Talkhish (3/1098)]

[Lihat pula: Al-Istidzkar karya Ibnu Abdil Barr (7/29)]

Al-Nawawi berkata:

رواه أبو داود، والنسائي، وابن ماجه بإسناد جيد، ولم يضعفه أبو داود)

(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Al-Nasa’i, dan Ibnu Majah dengan sanad yang baik, dan Abu Dawud tidak mendha;ifkan-nya). [Al-Majmu’ (4/250)]

Di shahihkan oleh al-Albaani dalam Shahih Abu Daud no. 1070.

Asy-Syawkaani dalam Neil al-Awthaar 3/347 berkata:

"في إسناده إياس بن أبي رملة وهو مجهول".

“Di dalam sanadnya terdapat Iyas bin Abi Ramlah, dan dia itu majhul [tidak dikenal]".

****

KEDUA:

Hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu sesungguhnya Rasulullah bersabda:

«‌قَدِ ‌اجْتَمَعَ ‌فِي ‌يَوْمِكُمْ ‌هَذَا ‌عِيدَانِ، ‌فَمَنْ ‌شَاءَ ‌أَجْزَأَهُ ‌مِنَ ‌الْجُمُعَةِ، وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ»

“Telah berkumpul dua hari raya pada hari yang kalian alami ini. Maka barangsiapa yang berkehendak [untuk tidak shalat Jum'at], maka dia tidak perlu shalat Jum'at, sedangkan kami tetap akan melaksanakan shalat Jum'at.”

(HR. Al-Hakim 1/425 no. 1063, Abu Daud no. 1073, Ibnu Majah no. 1311, al-Baihaqi no. 6360 dan lainnya)

Al-Hakim berkata:

هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ

"Ini hadits shahih sesuai syarat Muslim ".

Dan adz-Dzahabi berkata dalam at-Talkhish 1/425: "Shahih Ghoriib ". Di Shahihkan pula al-Albaani dalam Shahih Abu Daud no. 1073.

****

KETIGA:

Hadits Ibnu Umar radhiallahu anhuma, dia berkata:

اجْتَمَعَ عِيدَانِ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى بِالنَّاسِ، ثُمَّ قَالَ: «‌مَنْ ‌شَاءَ ‌أَنْ ‌يَأْتِيَ ‌الْجُمُعَةَ ‌فَلْيَأْتِهَا، ‌وَمَنْ ‌شَاءَ ‌أَنْ ‌يَتَخَلَّفَ ‌فَلْيَتَخَلَّفْ»

“Pada masa Rasulullah pernah berkumpul dua hari raya, kemudian beliau shalat bersama orang-orang kemudian beliau bersabda:

“Barangsiapa yang ingin datang shalat Jum'at, dipersilahkan untuk menghadirinya. Dan barangsiapa yang ingin tidak menghadiri Jum'at, dipersilahkan untuk tidak menghadirinya.”

[HR. Ibnu Majah no. 1312. Al-Albaani berkata dalam shahih Ibnu Majah no. 1312: Shahih Lighoirihi.].

Dan at-Thabrani dalam Kitab Mu’jamul Kabir no. 13591 dengan redaksi:

“‌اجْتَمَعَ ‌عِيدَانِ ‌عَلَى ‌عَهْدِ ‌رَسُولِ ‌اللهِ ‌صَلَّى ‌اللهُ ‌عَلَيْهِ ‌وَسَلَّمَ ‌يَوْمُ ‌فِطْرٍ، ‌وَجُمْعَهٌ فَصَلَّى بِهِمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْعِيدِ ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ بِوَجْهِهِ فَقَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ قَدْ أَصَبْتُمْ خَيْرًا وَأَجْرًا، وَإِنَّا مُجْمِعُونَ فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يُجْمِعَ مَعَنَا فَلْيُجْمِعْ، وَمَنْ أَرَادَ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى أَهْلِهِ فَلْيَرْجِعْ» ".

“Telah berkumpul dua hari raya pada zaman Rasulullah ; Hari Raya Idul Fitri dan hari Jum'at. Maka Rasulullah shalat Idul Fitri bersama mereka. Kemudian beliau menghadapkan wajahnya kepada mereka dan bersabda:

“Wahai manusia, sesungguhnya kalian telah mendapatkan kebaikan dan pahala. Dan sesungguhnya kami akan melakukan shalat Jum'at. Barangsiapa yang ingin menunaikan shalat Jum'at, maka tunaikanlah shalat Juma'at bersama kami, dan barangsiapa yang ingin pulang ke keluarganya, maka pulanglah."

Al-Haitsami berkata dalam “Al-Majma' (2/195):

"رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الْكَبِيرِ مِنْ رِوَايَةِ إِسْمَاعِيلَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ التُّرْكِيِّ ‌عَنْ ‌زِيَادِ ‌بْنِ ‌رَاشِدٍ ‌أَبِي ‌مُحَمَّدٍ ‌السَّمَّاكِ ‌وَلَمْ ‌أَجِدْ ‌مَنْ ‌تَرْجَمَهُمَا".

"Ath-Thabarani meriwayatkannya di Al-Kabiir dari riwayat Ismail bin Ibrahim Al-Turki, dari Ziyad bin Rasyid Abi Muhammad Al-Sammaak, dan saya tidak menemukan seorang pun yang menulis biografinya".

****

KEEMPAT:

Hadits Ibnu Abbas radhiallahu ahuma sesungguhnya Rasulullah bersabda:

«‌اجْتَمَعَ ‌عِيدَانِ ‌فِي ‌يَوْمِكُمْ ‌هَذَا، ‌فَمَنْ ‌شَاءَ ‌أَجْزَأَهُ ‌مِنَ ‌الْجُمُعَةِ، وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ»

 “Hari ini, kalian menyaksikan berkumpulnya dua hari. Maka ingin, dia boleh tidak shalat Jum'at, sedangkan kami akan menunaikan shalat Jum'at insyaallah." [HR. Ibnu Majah no. 1311].

Al-Bushairi berkata:

هَذَا إِسْنَاد صَحِيح رِجَاله ثِقَات رَوَاهُ أَبُو دَاوُد فِي سنَنه عَن مُحَمَّد بن مصفى بِهَذَا الْإِسْنَاد فَقَالَ عَن أبي هُرَيْرَة بدل ابْن عَبَّاس وَهُوَ الْمَحْفُوظ

“Ini adalah sanad yang shahih, para perawinya dapat dipercaya, diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya dari Muhammad bin Musafi dengan sanad ini, lalu berkata: Dari Abu Hurairah, pengganti Ibnu Abbaas, dan itu yang mahfudz (terjaga)". [Mishbaah az-Zujaajah 1/55 no. 465.

****

KELIMA:

Hadits mursal (tidak menyebutkan nama shahabat) Dzakwan bin Sholeh, dia berkata:

اجْتَمَعَ عِيدَانِ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمُ جُمُعَةِ وَيَوْمُ عِيدٍ ، فَصَلَّى ثُمَّ قَامَ فَخَطَبَ النَّاسَ فَقَالَ: " ‌قَدْ ‌أَصَبْتُمْ ‌ذِكْرًا ‌وَخَيْرًا ، ‌وَإِنَّا ‌مُجَمِّعُونَ ‌فَمَنْ ‌أَحَبَّ ‌أَنْ ‌يَجْلِسَ ‌فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُجَمِّعَ فَلْيُجَمِّعْ "

"Pada zaman Rasulullah telah berkumpul dua hari raya hari Jum'at dan hari raya Id. Kemudian beliau shalat dan berdiri berbicara dihadapan orang-orang dan berkata:

“Sungguh kalian telah mendapatkan zikir dan kebaikan dan kami akan menunaikan shalat Id dan Jum'at. Barangsiapa yang ingin duduk –yakin di rumahnya- maka duduklah. Dan barangsiapa yang ingin shalat Jum'at, maka shalatlah Jum'at."

[HR. Al-Baihaqi dalam sunan Al-Kubra 3/444 no. 6289. Dan al-Baihaqi berkata:

"وَفِي إِسْنَادِهِ ضَعْفٌ ، وَرُوِيَ ذَلِكَ عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُقَيَّدًا بِأَهْلِ الْعَالِيَةِ إِلا أَنَّهُ مُنْقَطِعٌ".

“Di dalam sanadnya ada kelemahan. Ini diriwayatkan dari Umar bin Abd al-Aziz, dari Nabi yang dikaitkan dengan penduduk al-'Aaliyah, akan tetapi sanadnya terputus".

****

KEENAM:

Dari Atha bin Abi Rabah, dia berkata:

‌"صَلَّى ‌بِنَا ‌ابْنُ ‌الزُّبَيْرِ ‌فِي ‌يَوْمِ ‌عِيدٍ، ‌فِي ‌يَوْمِ ‌جُمُعَةٍ ‌أَوَّلَ ‌النَّهَارِ، ‌ثُمَّ ‌رُحْنَا إِلَى الْجُمُعَةِ، فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْنَا فَصَلَّيْنَا وُحْدَانًا، وَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ بِالطَّائِفِ، فَلَمَّا قَدِمَ ذَكَرْنَا ذَلِكَ لَهُ، فَقَالَ: «أَصَابَ السُّنَّةَ»".

Ibnu az-Zubair shalat bersama kami pada hari Ied di hari Jum'at di permulaan siang. Kemudian kami pergi untuk shalat Jum'at, (namun Ibnu az-Zubair) tidak keluar kepada kami. Maka kami pun shalat sendiri-sendiri.

Pada waktu itu Ibnu Abbas sedang berada di Thaif. Ketika Dia datang, maka kami ceritakan hal itu kepadanya, lalu Dia berkata: “Perbuatannya sesuai dengan sunnah.”

[HR. Abu Dawud no. 1071. Di Shahihkan oleh al-Albaani dalam Shahih Abu Daud no. 1071].

Dan dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dengan redaksi lain yang terdapat tambahan diakhirnya. Ibnu az-Zubair berkata:

«‌رَأَيْتُ ‌عُمَرَ ‌بْنَ ‌الْخَطَّابِ ‌إِذَا ‌اجْتَمَعَ ‌عِيدَانِ ‌صَنَعَ ‌مِثْلَ ‌هَذَا»

“Saya melihat Umar bin Khottab ketika dua hari raya berkumpul melakukan seperti ini."

Dan diriwayatkan pula oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak no. 1094. Lalu al-Hakim berkata:

هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ

Hadits ini shahih, sesuai syarat kedua syekh [Bukhori dan Muslim], dan mereka tidak meriwayatkannya". Dan di setujui oleh adz-Dzahabi dalam at-Talkhish 1/435 no. 1094.

****

KETUJUH:

Dalam shahih Bukhari rahimahullah ta’ala dan Muwaththo Imam Malik rahimahullah dari Abu Ubaid maula Ibnu Azhar. Abu Ubaid berkata:

“شَهِدْتُ العِيدَ مَعَ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ، فَكَانَ ذَلِكَ يَوْمَ الجُمُعَةِ، فَصَلَّى قَبْلَ الخُطْبَةِ، ثُمَّ خَطَبَ فَقَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ هَذَا يَوْمٌ قَدِ اجْتَمَعَ لَكُمْ فِيهِ عِيدَانِ، فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْتَظِرَ الجُمُعَةَ مِنْ أَهْلِ العَوَالِي فَلْيَنْتَظِرْ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَرْجِعَ فَقَدْ أَذِنْتُ لَهُ»

“Saya menyaksikan dua hari raya bersama Utsman bin Affan. Hal itu terjadi pada hari Jum'at. Kemudian Dia shalat sebelum berkhutbah, lalu Dia khutbah dan berkata:

“Wahai manusia, sesungguhnya hari ini berkumpul dua hari raya pada kalian. Maka barangsiapa yang ingin menunggu shalat Jum'at dari penduduk Awali, maka dipersilahkan untuk menunggu. Dan barangsiapa yang ingin pulang, maka sungguh saya telah mengizinkannya. " [HR. Bukhori no. 5572 dan al-Baihaqi dalam al-Kubro 6/626 no. 6364].

*****

DELAPAN:

Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu ketika dua hari raya berkumpul dalam satu hari Dia berkata:

«‌مَنْ ‌أَرَادَ ‌أَنْ ‌يُجَمِّعَ ‌فَلْيُجَمِّعْ، ‌وَمَنْ ‌أَرَادَ ‌أَنْ ‌يَجْلِسَ ‌فَلْيَجْلِسْ». ‌قَالَ ‌سُفْيَانُ: يَعْنِي يَجْلِسُ فِي بَيْتِهِ

“Barangsiapa yang ingin menunaikan shalat Jum'at, maka tunaikanlah. Dan barangsiapa yang ingin duduk (tidak menunaikan shalat Jum'at), maka duduklah."

Sofyan berkata: maksudnya duduk di rumahnya."

(HR. Abdur Razzaq di dalam al-Mushonnaf 3/305 no. 5731, Ibnu Abi Shaybah (2/7), dan Ibnu al-Mundzir (4/290).

Di shahihkan sanadnya oleh Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqh as-Sunnah 1/596.

Syekh Khalid asy-Syallaahi berkata dalam at-Tibyaan 5/168:

“قُلْتُ: إسْنَادُه قَوِيّ، ورِجَالُه رجَالُ الصَّحِيْحِ ".

"Saya katakan: Sanadnya kuat, dan para perawinya adalah para perawi ash-Shahih"..

===****===

PERBEDAAN PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG WAJIBNYA SHALAT JUMAT DI HARI RAYA

para ulama Perbedaan pendapat tentang gugurnya kewajiban melaksanakan shalat Jum'at yang bertepatan dengan hari Raya bagi orang yang telah menunaikan shalat Ied di pagi harinya.

Ada beberapa pendapat. Utamanya ada tiga pendapat:

  1. Pendapat Pertama: Gugur kewajiban shalat Jumat bagi yang telah menunaikan shalat Ied.
  2. Pendapat Kedua: Gugur bagi yang tinggal di desa-desa, tapi tidak gugur bagi yang tinggal di kota.
  3. Pendapat Ketiga: Tidak gugur kewajiban shalat Jum'atnya.

*****

URAIAN MASING-MASING PENDAPAT ADALAH SBB:

=====

PENDAPAT PERTAMA: 
GUGUR KEWAJIBAN SHALAT JUM'AT BAGI YANG MENUNAIKAN SHALAT IED

Ini adalah pendapat madzhab Hanbali, asy-Sya'bi, An-Nakho'i, dan Al-Awza'i. Dan ada yang mengatakan: bahwa ini adalah madzhab Umar, 'Utsman, Ali, Sa'iid, Ibnu 'Umar, Ibnu 'Abbaas, dan Ibnu Az-Zubayr radhiyallahu 'anhum.

Ibnu Quddaamah dalam al-Mughni 3/242 [Tahqiq At-Turkiy] berkata:

“مذهب الإمام أحمد: إن اتَّفَقَ عِيدٌ في يَوْمِ جُمُعَةٍ، سَقَطَ حُضُورُ الجُمُعَةِ عَمَّنْ صَلَّى العِيدَ، إلَّا الإِمامَ، فإنَّها لا تَسْقُطُ عنه إلَّا أن لا يَجْتَمِعَ له من يُصَلِّي به الجُمُعَةَ. وممَّن قال بِسُقُوطِها الشَّعْبِيُّ، والنَّخَعِيُّ، والأوْزَاعِيُّ. وقيل: هذا مذهبُ عمرَ، وعثمانَ، وعليٍّ، وسَعِيدٍ، وابنِ عمرَ، وابنِ عَبَّاسٍ، وابنِ الزُّبَيْرِ

وقيل: في وُجُوبِها على الإِمامِ رِوَايَتَان ".

“Madzhab Imam Ahmad: Jika hari raya itu jatuh pada hari Jumat, maka kewajiabn shalat Jumat menjadi gugur bagi yang menghadiri shalat Ied, kecuali imam, kewajiban atas dirinya tidak hilang kecuali jika tidak ada orang yang datang berkumpul bersamanya untuk shalat Jum'at.

Di antara mereka yang mengatakan hilangnya kewajiban sholat Jum'at adalah asy-Sya'bi, An-Nakho'i, dan Al-Awza'i. Ada yang mengatakan: bahwa ini adalah madzhab Umar, 'Utsman, Ali, Sa'iid, Ibnu 'Umar, Ibnu 'Abbaas, dan Ibnu Az-Zubayr.

Dan ada yang mengatakan: Tentang kewajiban imam ada dua riwayat [dari Imam Ahmad]". [al-Mughni 3/242 [T. At-Turkiy]

Dan Ibnu Quddaamah berkata:

وروي عنه أيضاً أنه إذا صليت الجمعة في وقت العيد أجزأت صلاة الجمعة عن صلاة العيد وذلك مبني على رأيه في جواز تقديم الجمعة قبل الزوال "

Dan juga diriwayatkan darinya bahwa jika shalat Jumat dilakukan pada waktu Idul Fitri, maka kewajiban shalat Jumat bisa menggantikan shalat Idul Fitri. Yang demikian itu berdasarkan pendapatnya bahwa shalat Jum'at boleh diajukan sebelum Matahari tergelincir ke Barat [waktu Dzuhur].

[al-Mughni 3/239 [Tahqiq. At-Turkiy]. Di kutip pula dari فَتَاوَى الشَّبَكَةِ الإِسْلَامِيَّةِ  (11/10009 no. 15442)].

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

" وَهُوَ الصَّحِيحُ ‌أَنَّ ‌مَنْ ‌شَهِدَ ‌الْعِيدَ ‌سَقَطَتْ ‌عَنْهُ ‌الْجُمُعَةُ ‌لَكِنْ ‌عَلَى ‌الْإِمَامِ ‌أَنْ ‌يُقِيمَ ‌الْجُمُعَةَ لِيَشْهَدَهَا مَنْ شَاءَ شُهُودَهَا وَمَنْ لَمْ يَشْهَدْ الْعِيدَ. وَهَذَا هُوَ الْمَأْثُورُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابِهِ: كَعُمَرِ وَعُثْمَانَ وَابْنِ مَسْعُودٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَابْنِ الزُّبَيْرِ وَغَيْرِهِمْ. وَلَا يُعْرَفُ عَنْ الصَّحَابَةِ فِي ذَلِكَ خِلَافٌ ".

“Dan yang shahih adalah: bahwa siapa pun yang menunaikan shalat hari raya itu maka telah gugur baginya kewajiban shalat jum'at, akan tetapi imam harus menyelenggarakan shalat Jumat agar bisa memberikan kesempatan bagi orang yang hendak menunaikan shalat Jum'at dan bagi orang yang tidak ikut serta shalat Ied. Dan inilah yang diriwayatkan dari Nabi dan para sahabatnya: seperti 'Umar, 'Utsman, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, dan Ibnu Zubair dan lain-lain. Dan tidak diketahui adanya perbedaan pendapat antar para sahabat dalam hal ini ". [Majmu' al-Fataawaa 24/211].

Dan Syekh Bin Baz rahimahullah berkata:

وَإِذَا وَافَقَ الْعِيدُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ جَازَ لِمَنْ حَضَرَ الْعِيدَ أَنْ يُصَلِّيَ جُمُعَةً وَأَنْ يُصَلِّيَ ظُهْرًا، لِمَا ثَبَتَ عَنْهُ ﷺ فِي هَذَا...... وَلَكِنْ لَا يَدَعْ صَلَاةَ الظُّهْرِ، وَالْأَفْضَلُ أَنْ يُصَلِّيَ مَعَ النَّاسِ جُمُعَةً، فَإِنْ لَمْ يُصَلِّ الْجُمُعَةَ صَلَّى ظُهْرًا، أَمَّا الْإِمَامُ فَيُصَلِّي بِمَنْ حَضَرَ الْجُمُعَةَ إِذَا كَانُوا ثَلَاثَةً فَأَكْثَرَ مِنْهُمْ الْإِمَامُ، فَإِنْ لَمْ يَحْضُرْ مَعَهُ إِلَّا وَاحِدٌ صَلَّيَا ظُهْرًا.

"Jika Idul Fitri bertepatan dengan hari Jumat, maka boleh bagi mereka yang menghadiri Idul Fitri untuk shalat Jum'at atau shalat dzuhur.......

Tetapi dia tidak boleh meninggalkan sholat dzuhur, dan lebih baik baginya untuk sholat Jum'at bersama orang-orang. Jika dia tidak sholat Jum'at, maka dia sholat Zuhur. Adapun imam, maka dia harus sholat jum'at untuk mereka yang ingin menghadiri Jum'at, jika mereka bertiga atau lebih. Dan jika yang hadir bersamanya cuma satu orang, maka mereka berdua shalat dzuhur".

[Sunber: Dari program (Nur 'Alaa ad-Darb), rekaman No. (69), (Kumpulan Fatwa dan Artikel Syekh Bin Baaz 13/12)]

FATWA AL-LAJNAH AD-DAIMAH. FATWA NO. (21162) 7/166:

Banyak pertanyaan terkait jika hari raya jatuh pada hari jum'at, sehingga terkumpul dua hari raya; Idul Fitri atau Idul Adha dengan hari raya Jum'at. Yang termasuk hari raya pekanan.

Apakah shalat Jum'at diwajibkan bagi orang yang hadir pada shalat Id, ataukah cukup baginya shalat Id dan shalat Zuhur sebagai pengganti shalat Jum'at.

Apakah dianjurkan azan untuk shalat Zuhur di masjid atau tidak? Dan pertanyaan lainnya.

Sehingga Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta memandang perlu mengeluarkan fatawa berikut ini:

بِنَاءً عَلَى هَذِهِ الْأَحَادِيثِ الْمَرْفُوعَةِ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ، وَعَلَى هَذِهِ الْآثَارِ الْمَوْقُوفَةِ عَنْ عَدَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، وَعَلَى مَا قَرَّرَهُ جُمْهُورُ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي فِقْهِهَا، فَإِنَّ اللَّجْنَةَ تُبَيِّنُ الْأَحْكَامَ الْآتِيَةَ:

١- مَنْ حَضَرَ صَلَاةَ الْعِيدِ فَيُرَخَّصُ لَهُ فِي عَدَمِ حُضُورِ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ، وَيُصَلِّيهَا ظُهْرًا فِي وَقْتِ الظُّهْرِ، وَإِنْ أَخَذَ بِالْعَزِيمَةِ فَصَلَّى مَعَ النَّاسِ الْجُمُعَةَ فَهُوَ أَفْضَلُ.

٢- مَنْ لَمْ يَحْضُرْ صَلَاةَ الْعِيدِ فَلَا تَشْمَلُهُ الرُّخْصَةُ، وَلِذَا فَلَا يَسْقُطُ عَنْهُ وُجُوبُ الْجُمُعَةِ، فَيَجِبُ عَلَيْهِ السَّعْيُ إِلَى الْمَسْجِدِ لِصَلَاةِ الْجُمُعَةِ، فَإِنْ لَمْ يُوجَدْ عَدَدٌ تُنْعَقَدُ بِهِ صَلَاةُ الْجُمُعَةِ صَلَّاهَا ظُهْرًا.

٣- يَجِبُ عَلَى إِمَامِ مَسْجِدِ الْجُمُعَةِ إِقَامَةُ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ ذَلِكَ الْيَوْمِ لِيَشْهَدَهَا مَنْ شَاءَ شُهُودَهَا وَمَنْ لَمْ يَشْهَدِ الْعِيدَ، إِنْ حَضَرَ الْعَدَدُ الَّذِي تُنْعَقَدُ بِهِ صَلَاةُ الْجُمُعَةِ وَإِلَّا فَتُصَلَّى ظُهْرًا.

٤- مَنْ حَضَرَ صَلَاةَ الْعِيدِ وَتَرَخَّصَ بِعَدَمِ حُضُورِ الْجُمُعَةِ فَإِنَّهُ يُصَلِّيهَا ظُهْرًا بَعْدَ دُخُولِ وَقْتِ الظُّهْرِ.

٥- لَا يُشْرَعُ فِي هَذَا الْوَقْتِ الْأَذَانُ إِلَّا فِي الْمَسَاجِدِ الَّتِي تُقَامُ فِيهَا صَلَاةُ الْجُمُعَةِ، فَلَا يُشْرَعُ الْأَذَانُ لِصَلَاةِ الظُّهْرِ ذَلِكَ الْيَوْمِ.

٦- الْقَوْلُ بِأَنَّ مَنْ حَضَرَ صَلَاةَ الْعِيدِ تَسْقُطُ عَنْهُ صَلَاةُ الْجُمُعَةِ وَصَلَاةُ الظُّهْرِ ذَلِكَ الْيَوْمِ قَوْلٌ غَيْرُ صَحِيحٍ، وَلِذَا هَجَرَهُ الْعُلَمَاءُ وَحَكَمُوا بِخَطَئِهِ وَغَرَابَتِهِ، لِمُخَالَفَتِهِ السُّنَّةَ وَإِسْقَاطِهِ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ بِلَا دَلِيلٍ، وَلَعَلَّ قَائِلَهُ لَمْ يَبْلُغْهُ مَا فِي الْمَسْأَلَةِ مِنَ السُّنَنِ وَالْآثَارِ الَّتِي رَخَّصَتْ لِمَنْ حَضَرَ صَلَاةَ الْعِيدِ بِعَدَمِ حُضُورِ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ، وَأَنَّهُ يَجِبُ عَلَيْهِ صَلَاتُهَا ظُهْرًا.

وَاللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ. وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ لِلْبُحُوثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْإِفْتَاءِ

الشَّيْخُ عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ آلُ الشَّيْخِ

الشَّيْخُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْغُدَيَانِ

الشَّيْخُ بَكْرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَبُو زَيْدٍ

الشَّيْخُ صَالِحُ بْنُ فَوْزَانَ الْفَوْزَان

Berdasarkan hadits-hadits yang datang dari Nabi ,  dan atsar (berita) mauquf dari para shahabat radhiallahu anhum dan berdasrkan apa yang telah ditetapkan oleh mayoritas ulama dalam masalah fiqih, maka Al-Lajnah (lembaga ini) menjelaskan hukum-hukum berikut ini:

1.   Barangsiapa yang hadir dalam shalat Id, maka dia diberi keringanan (dispensasi) untuk tidak menghadiri shalat Jum'at. Maka dia hanya shalat Zuhur pada waktu Zuhur. Kalau dia melakukan shalat Jum'at bersama orang-orang, maka hal itu lebih baik.

2.   Barangsiapa yang tidak menghadiri shalat Id, maka tidak termasuk yang mendapatkan dispensasi (keringanan). Oleh karena itu, kewajiban Jum'at tidak gugur atasnya. Maka dia harus bersegera menunaikan shalat Jum'at. Kalau sekiranya (yang hadir) tidak memenuhi bilangan untuk melakukan shalat Jum'at, maka dia shalat Zuhur.

3.   Imam masjid diharuskan mendirikan shalat Jum'at pada hari itu, agar orang yang ingin melakukannya dapat hadir. Begitu juga orang yang tidak hadir shalat Id (dapat mengikutinya). Kalau bilangan yang hadir memenuhi untuk melakukan shalat Jum'at, kalau tidak memenuhi bilangannya, maka dia shalat Zuhur.

4.   Barangsiapa yang menghadiri shalat Id dan mendapatkan keringanan tidak menghadiri shalat Jum'at, maka dia harus shalat zuhur ketika waktu zuhur telah masuk.

5.   Tidak disyariatkan azan pada waktu seperti ini kecuali di masjid yang akan ditunaikan shalat Jum'at. Maka tidak diperkenankan azan untuk shalat Zuhur pada hari itu.

6.   Pendapat yang mengatakan bahwa orang yang menghadiri shalat Id, maka gugur baginya shalat Zuhur pada hari itu adalah pendapat yang tidak benar.

Oleh karena itu para ulama menjauhinya dan mereka menghukumi bahwa pendapat ini keliru dan asing. Karena menyalahi sunnah dan menggugurkan kewajiban diantara kewajiban agama tanpa ada dalil.

Boleh jadi orang yang mengatakan dalam masalah ini, belum sampai kepadanya hadits dan atsar (berita) yang (menjelaskan) bahwa orang yang hadir shalat Id mendapatkan keringanan tidak menghadiri shalat Jum'at, namun dia tetap diwajibkan menunaikan shalat Zuhur.

Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Mumammad ,  keluarga dan para shahabatnya.

Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts AL-Ilmiyah Wal Ifta (Lembaga Independen Untuk Riset Keilmuan dan Fatwa)

Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Ali Syekh, Syekh Abdullah bin Abdurrahman AL-Godyan, Syekh Bakr bin Abdullah Abu Zaid, Syekh Sholeh bin Fauzan AL-Fauzan.

====

PENDAPAT KEDUA:
GUGUR KEWAJIBAN JUM'AT BAGI PENDUDUK DESA TAPI TIDAK GUGUR BAGI PENDUDUK KOTA

Ini adalah pendapat madzhab Syafi'i. Mereka mengatakan:

Wajib melaksanakan shalat Jum'at bagi penduduk negeri, kecuali penduduk desa dan kampung yang menunaikan shalat Ied meskipun mereka mendengar adzan ; bagi mereka diperbolehkan untuk tidak menghadiri shalat Jumat.

Imam an-Nawawi berkata:

(مذهبنا وجوبُ الجمعة على أهل البلد، وسقوطُها عن أهل القرى، وبه قال عثمانُ بنُ عفَّان، وعمرُ بن عبد العزيز، وجمهورُ العلماء)

“Madzhab kami adalah bahwa shalat Jumat adalah wajib bagi penduduk negeri, dan dibebaskan bagi penduduk desa. Ini adalah pendapat 'Utsman bin Affan, Umar bin Abdul Aziz, dan mayoritas para ulama".

[((Al-Majmuu)) (4/491, 492), ((Mughni Al-Muhtaaj)) oleh Asy-Syarbiny (1/278)]

DALIL-NYA:

Dalam shahih Bukhari rahimahullah ta’ala dan Muwaththo Imam Malik rahimahullah dari Abu Ubaid maula Ibnu Azhar. Abu Ubaid berkata:

“شَهِدْتُ العِيدَ مَعَ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ، فَكَانَ ذَلِكَ يَوْمَ الجُمُعَةِ، فَصَلَّى قَبْلَ الخُطْبَةِ، ثُمَّ خَطَبَ فَقَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ هَذَا يَوْمٌ قَدِ اجْتَمَعَ لَكُمْ فِيهِ عِيدَانِ، فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْتَظِرَ الجُمُعَةَ مِنْ أَهْلِ العَوَالِي فَلْيَنْتَظِرْ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَرْجِعَ فَقَدْ أَذِنْتُ لَهُ»

“Saya menyaksikan dua hari raya bersama Utsman bin Affan. Hal itu terjadi pada hari Jum'at. Kemudian Dia shalat sebelum berkhutbah, lalu Dia khutbah dan berkata:

“Wahai manusia, sesungguhnya hari ini berkumpul dua hari raya pada kalian. Maka barangsiapa yang ingin menunggu shalat Jum'at dari penduduk Awali, maka dipersilahkan untuk menunggu. Dan barangsiapa yang ingin pulang, maka sungguh saya telah mengizinkannya. "

[HR. Bukhori no. 5572 dan al-Baihaqi dalam al-Kubro 6/626 no. 6364].

Al-Mundziri dalam al-Awsaath 4/291 no. 2185 ketika mensyarahi atsar 'Utsman diatas berkata:

"وَقَالَ الشَّافِعِيُّ مِثْلَهُ، وَقَالَ: لَا يَجُوزُ هَذَا لِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْمِصْرِ أَنْ يَدْعُوا أَنْ يُجَمِّعُوا إِلَّا مِنْ عُذْرٍ".

“Asy-Syafi'i mengatakan hal yang semisal itu, dan dia berkata: Ini tidak diperbolehkan bagi setiap orang kota untuk meninggalkan shalat jum'at kecuali dengan adanya 'udzur".

====

PENDAPAT KETIGA:
TIDAK GUGUR KEWAJIBAN SHALAT JUM'ATNYA:

Ini adalah Mazhab Hanafi dan Maaliki.: bahwa jika hari raya Idul Fitri dan Jumat bertemu, maka salah satu dari dua shalat tidak bisa mencukupi untuk yang lain.

Ini adalah Madzhab Jumhur: Hanafi, Maliki, dan Syafi'i, dan ini pendapat sebagian besar ahli fiqih, dan dipilih oleh Ibnu al-Mundzir, Ibnu Hazm, dan Ibnu Abd al-Barr

[Referensi:

Hanafi: ((Al-Durr Al-Mukhtar oleh Al-Haskafi dan Hasyiyah Ibnu Abidin)) (2/166), dan lihat: ((Mukhtashor Ikhtilaf al-'Ulamaa')) oleh Al-Tahawi (1/346)

Maliki: ((Minahul-Jalil)) oleh 'Ulaisy (1/ 453), dan lihat: ((Syarah Mukhtasar Khalil)) oleh Al-Khurosyi (2/92), ((Az-Dzakhirah)) oleh Al-Qorofi (2 /355)].

Ibnu Hazm berkata:

(إذا اجتمَع عيدٌ في يوم جُمُعة: صُلِّي للعيد, ثم للجمعة، ولا بدَّ, ولا يصحُّ أثرٌ بخلاف ذلك)

(Jika Idul Fitri bertemu pada hari Jumat: maka shalat untuk Idul Fitri, lalu shalat untuk Jumat, dan itu tidak boleh tidak, dan tidak ada atsar yang shahih selain itu). ((Al-Muhalla)) (3/303).

Ibnu Quddaamah berkata:

“قال أكْثَرُ الفُقَهَاءِ تَجِبُ الجُمُعَةُ؛ لِعُمُومِ الآيَةِ، والأخْبَارِ الدَّالَّةِ على وُجُوبِها، ولأنَّهما صلاتانِ واجِبتانِ، فلم تَسْقُطْ إحْدَاهُما بالأُخْرَى، كالظُّهْرِ مع العِيدِ".

Sebagian besar para ulama ahli fiqih mengatakan bahwa shalat Jumat itu wajib, berdasarkan keumuman ayat, dan riwayat yang menunjukkan kewajibannya, dan karena keduanya itu adalah dua shalat wajib, dan yang satu tidak digugurkan oleh yang lain, seperti shalat dzuhur dengan shalat Ied. [al-Mughni: 3/242].

Ibnu Al-Mundzir mengatakan:

أَجْمَعَ أَهْلُ الْعِلْمِ عَلَى وُجُوبِ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ، وَدَلَّتِ الْأَخْبَارُ الثَّابِتَةُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنَّ فَرَائِضَ الصَّلَوَاتِ خَمْسٌ، وَصَلَاةُ الْعِيدَيْنِ لَيْسَ مِنَ الْخَمْسِ، وَإِذَا دَلَّ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَالِاتِّفَاقُ عَلَى وُجُوبِ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ، وَدَلَّتِ الْأَخْبَارُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنَّ فَرَائِضَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، وَصَلَاةَ الْعِيدَيْنِ لَيْسَ مِنَ الْخَمْسِ، وَإِذَا دَلَّ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَالِاتِّفَاقُ عَلَى وُجُوبِ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ وَدَلَّتِ الْأَخْبَارُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌عَلَى ‌أَنَّ ‌صَلَاةَ ‌الْعِيدِ ‌تَطَوُّعٌ، ‌لَمْ ‌يَجُزْ ‌تَرْكُ ‌فَرْضٍ ‌بِتَطَوُّعٍ

"Para ahli ilmu telah ber-ijma' [sepakat] bahwa shalat Jumat adalah wajib, dan hadits-hadits Rasulullah menunjukkan bahwa shalat fardhu adalah lima, sementara dua shalat hari raya [Idul Fitri dan Idul Adlha] tidak termasuk yang lima.

Dan jika al-Qur'an, as-Sunnah, dan kesepakatan para ulama menunjukkan bahwa shalat Jum'at itu wajib, dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, menunjukkan bahwa shalat wajib lima waktu itu adalah wajib, dan dua shalat Ied tidak termasuk dari lima, dan jika al-Qur'an, as-Sunnah, dan kesepakatan para ulama menunjukkan bahwa shalat Jumat adalah wajib, dan hadits-hadits Rasulullah menunjukkan bahwa shalat dua hari raya itu sunnah; maka tidak boleh meninggalkan yang wajib, lalu diganti dengan yang sunnah ".

[Al-Awsaath 4/291 dalam syarah atsar 'Utsman no. 2185]

Ibnu Abdil-Barr berkata:

“وَإِذَا احْتَمَلَتْ هَذِهِ الْآثَارُ مِنَ التَّأْوِيلِ مَا ذَكَرْنَا لَمْ يَجُزْ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَذْهَبَ إِلَى سُقُوطِ فَرْضِ الْجُمُعَةِ عَمَّنْ وَجَبَتْ عَلَيْهِ لِأَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يا أيها الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ‌وَلَمْ ‌يَخُصَّ ‌اللَّهُ ‌وَرَسُولُهُ ‌يَوْمَ ‌عِيدٍ ‌مِنْ ‌غَيْرِهِ ‌مِنْ ‌وَجْهٍ ‌تَجِبُ ‌حُجَّتُهُ فَكَيْفَ بِمَنْ ذَهَبَ إِلَى سُقُوطِ الْجُمُعَةِ وَالظُّهْرِ الْمُجْتَمَعِ عَلَيْهِمَا فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَالْإِجْمَاعِ بِأَحَادِيثَ لَيْسَ مِنْهَا حَدِيثٌ إِلَّا وَفِيهِ مَطْعَنٌ لِأَهْلِ الْعِلْمِ بِالْحَدِيثِ.... وَإِنْ كَانَ الْإِجْمَاعُ فِي فَرْضِهَا يُغْنِي عَمَّا سِوَاهُ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ".

(Jika riwayat atsar-atsar ini mengandung interpretasi dari apa yang kami sebutkan, tidak diperbolehkan bagi seorang Muslim berpendapat gugurnya kewajiban shalat Jumat bagi orang yang diwajibkan atasnya, karena Allah SWT berfirman:

{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ }

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah" [QS. Al-Jumu'ah: 9]

Allah dan Rasul-Nya tidak mengkhususkan hari raya dari orang lain, dalam sisi yang mengharuskan ber-argumen dengannya. Lalu bagaimana dengan orang yang berpendapat gugurnya kewajiban shalat Jum’at dan Dzuhur yang disepakati dalam kitab dan sunnah serta ijma’ hanya oleh karena adanya hadits-hadits yang tidak ada satupun darinya yang lolos dari celaan [cacat] berdasarkan kritikan dari kalangan para pakar hadits.......?

Dan mestinya dalil ijma saja atas fardhunya shalat jum'at, itu sudah cukup sebagai dalil dari pada yang lainnya, alhamdulillah". [at-Tamhiid karya Ibnu Abdil Barr 10/277-278]

 

 

 

إرسال تعليق

0 تعليقات