Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

TAFSIR KATA DUKHON DALAM SURAT AD-DUKHON

Di Susun Oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

 ﴿ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ﴾

﴿ إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ ﴿٣﴾ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴿٤﴾ أمْرًا مِّنْ عِندِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ ﴿٥﴾ رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٦﴾ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ ﴿٧﴾ لَا إِلَـهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ ﴿٨﴾ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ يَلْعَبُونَ ﴿٩﴾ فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُّبِينٍ ﴿١٠﴾ يَغْشَى النَّاسَ هَـذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿١١﴾

Artinya :

Sesungguhnya Kami menurunkannya [al-Qur'an] pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. [3]

Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah [4]

(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul [5]

Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui [6].

Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini. [7].

Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu. [8]

Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan. [9]

Maka tunggulah hari ketika langit membawa DUKHON [kabut] yang nyata [10].

Yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. [ QS. Ad-Dukhoon : 3 – 11 ]

TAFSIR KATA DUKHON DALAM AYAT BERIKUT INI :

Tafsir firman Allah SWT : 

﴿ فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ . يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴾

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa DUKHON (kabut) yang nyata. yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih.” (QS Ad-Dukhoon : 10 – 11).

Imam Al Qurthubi dalam Tafsir-nya menjelaskan tentang makna ad-Dukhon dalam ayat ini:

وَفِي الدُّخَانِ أَقْوَالٌ ثَلَاثَةٌ: الْأَوَّلُ أَنَّهُ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ لَمْ يَجِئْ بَعْدُ . وَمِمَّنْ قَالَ إِنَّ الدُّخَانَ لَمْ يَأْتِ بَعْدُ: عَلِيٌّ وَابْنُ عَبَّاسٍ وَابْنُ عَمْرٍو وَأَبُو هُرَيْرَةَ وَزَيْدُ بْنُ عَلِيٍّ وَالْحَسَنُ وَابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ وَغَيْرُهُمْ

الْقَوْلُ الثَّانِي- ‌أَنَّ ‌الدُّخَانَ ‌هُوَ ‌مَا ‌أَصَابَ ‌قُرَيْشًا ‌مِنَ ‌الْجُوعِ ‌بِدُعَاءِ ‌النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى كَانَ الرَّجُلُ يَرَى بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ دُخَانًا، قَالَهُ ابْنُ مَسْعُودٍ

الْقَوْلُ الثَّالِثُ- إِنَّهُ يَوْمُ فَتْحِ مَكَّةَ لَمَّا حَجَبَتِ السَّمَاءَ الْغَبَرَةُ، قَالَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجُ

“Makna ad-Dukhon ada tiga pendapat:

Pertama :

Ad-Dukhon adalah salah satu tanda hari kiamat yang belum terjadi. Diantara yang berpendapat demikian adalah Ali, Ibnu Abbas, Ibnu ‘Amr, Abu Hurairah, Zaid bin Ali, Al Hasan , Ibnu Abi Mulaikah dan lainya :

Kedua : 

Ad-Dukhon adalah khayalan yang menimpa kaum Quraisy ketika mereka mengalami kelaparan ekstrem atas doa Nabi SAW. Sehingga orang-orang ketika itu seperti melihat dukhan (asap) di antara langit dan bumi. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud.

Ketiga :

Ad-Dukhon adalah debu yang mengepul di hari Fathu Makkah, sehingga menutupi langit. Ini adalah pendapat Abdurrahman Al A’raj”. [ Lihat : Tafsiir al-Qurthubi 16/130 dan 131. Cet. Daar al-Kutub al-Mashriyyah – Kairo ].

IBNU KATSIR berkata dalam tafsirnya Ketika menafsiri ayat-ayat diatas :

Sulaiman ibnu Mahran alias Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abud Duha alias Muslim ibnu Sabiti, dari masruq yang mengatakan :

"bahwa kami memasuki masjid Kufah yang terletak di dekat pintu gerbang masuk ke Kindah. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang sedang menceritakan kepada teman-temannya tentang makna firman-Nya : 

فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُّبِينٍ ﴿١٠﴾

" Hari ketika langit membawa kabut yang nyata". (Ad-Dukhan: 10)

Tahukah kalian apakah yang dimaksud dengan dukhan(kabut) itu? Kabut itu akan datang menjelang hari kiamat, lalu menimpa pendengaran dan penglihatan orang-orang munafik, sedangkan orang-orang mukmin hanya mengalami hal yang seperti pilek saja akibat kabut tersebut. 

Masruq melanjutkan kisahnya :

Lalu ia menemui Ibnu Mas'ud ra dan menceritakan kepadanya kata-kata lelaki itu. Saat itu Ibnu Mas'ud dalam keadaan berbaring, lalu ia terkejut dan duduk, kemudian berkata :

Bahwa sesungguhnya Allah Swt telah berfirman kepada nabi kalian: 

قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ

" Katakanlah (hai Muhammad), "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan."(Shad: 86)

 Sejujurnya termasuk pengetahuan itu ialah bila seseorang mengatakan terhadap apa yang tidak diketahuinya, bahwa hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Aku akan menceritakan hal tersebut kepada kalian. Sesungguhnya orang-orang Quraisy itu ketika menghambat agama Islam dan durhaka kepada Rasulullah Saw, maka Rasulullah Saw. berdoa untuk memberi pelajaran kepada mereka agar mereka ditimpa paceklik seperti paceklik yang terjadi di masa Nabi Yusuf. Maka mereka pun tertimpa kepayahan dan kelaparan sehingga terpaksa mereka memakan tulang belulang dan bangkai. Dan mereka menengadahkan pandangannya ke langit, maka tidak ada yang mereka lihat kecuali hanya KABUT [ dukhon].

Menurut riwayat lain, seseorang dari mereka bila melihat pandangannya ke langit (mengharapkan hujan), maka dia melihat antara dia dan langit sesuatu yang seperti kabut [dukhon] karena kepayahan yang dialaminya akibat kelaparan. 

Allah SWT. berfirman: 

فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُّبِينٍ ﴿١٠﴾ يَغْشَى النَّاسَ هَـذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿١١﴾

Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (Ad-Dukhan: 10-11)

Maka Rasulullah Saw. di datangi dan berkata kepadanya, "Ya Rasulullah, mohonkanlah hujan kepada Allah buat Mudar, karena sesungguhnya mereka telah binasa (akibat paceklik ini)." 

Maka Rosululloh Saw. memohon hujan untuk mereka, dan mereka pun hujan, lalu turunlah firman-Nya: 

إِنَّا كَاشِفُوا۟ ٱلْعَذَابِ قَلِيلًا ۚ إِنَّكُمْ عَآئِدُونَ

Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (Ad-Dukhan: 15)

Ibnu Mas'ud ra mengatakan :

Bahwa lalu azab itu dilenyapkan dari mereka; dan ketika keadaannya sudah pulih menjadi makmur, maka mereka kembali ke keadaannya yang semula, yaitu mengingkari kebenaran. Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya:

يَوْمَ نَبْطِشُ ٱلْبَطْشَةَ ٱلْكُبْرَىٰٓ إِنَّا مُنتَقِمُونَ

(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghancurkan mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan (Ad-Dukhan: 16)

Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa hal ini terjadi dalam Perang Badar. Selanjutnya Ibnu Mas'ud ra mengatakan :

خَمْسٌ قَدْ مَضَيْنَ الدُّخَانُ وَاللِّزَامُ وَالرُّومُ وَالْبَطْشَةُ وَالْقَمَرُ

Lima (tanda-tanda) Telah terjadi: kabut, kematian, (kemenangan) Romawi, hantaman keras dan (terbelahnya) bulan. [HR. Muslim no. 5008]

Hadits ini diketengahkan di dalam kitab sahhihain [ Bukhori dan Muslim ].

Iman Ahmad meriwayatkan Hadits ini di dalam kitab musnadnya, dan Hadits ini pada Imam Turmuzi dan Imam Nasai tertera pada kitab tafsir masing-masing. Dan Jarir serta Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui berbagai jalur dari Al-A'masy dengan sanad yang semisal.

Ibnu Mas'ud ra dalam tafsirnya hubungannya dengan ayat ini yang mengatakan bahwa PERISTIWA DUKHON TELAH BERLALU, sependapat dengan pendapat yang dikemukakan segolongan ulama Salaf, seperti Mujahid, Abul Aliyah, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak dan Atiyyah Al-Aufi pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Abdur Rahman Al-A'raj menyatakan tentang dengan makna firman-Nya : " Hari ketika langit membawa kabut yang nyata". (Ad-Dukhan: 10) : Bahwa peristiwa ini terjadi pada HARI PENAKLUKAN KOTA MEKKAH. Pendapat ini gharib sekali, bahkan munkar.

Ulama lainnya mengatakan bahwa PERISTIWA DUKHON MASIH BELUM TERJADI, bahkan Dukhan merupakan salah satu pertanda hari kiamat, sebagai mana yang disebutkan sebelumnya melalui Hadits Abu Sarihah alias Huzaifah ibnul Usaid Al-Gifari ra yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. muncul menuju ke arah kami dari 'Arafah, sedangkan kami saat itu sedang membicarakan tentang hari kiamat. 

Maka dia merindukan:

"لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَرَوْا عَشْرَ آيَاتٍ: طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَالدُّخَانُ، وَالدَّابَّةُ، وَخُرُوجُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَخُرُوجُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، وَالدَّجَّالُ، وَثَلَاثَةُ خُسُوفٍ: خَسْفٌ بِالْمُشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنَ تَسُوقُ النَّاسَ - أَوْ: تَحْشُرُ النَّاسَ-: تَبِيتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوا وَتَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ قَالُوا"

Hari kiamat akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh tanda (yang mendahuluinya), yaitu :

[1] terbitnya matahari dari arah barat,

[2] Dukhan (kabut), 

[3] Dabbah (binatang melata), 

[4] Keluarnya ya-juj dan Ma-juj,

[5] Munculnya Isa putra Maryam

[6] Dajjal

[7] Kejadian tiga kali gempa hebat, satu kali gempa di timur, [8] satu kali gempa di Barat, [9] dan satu kali lagi gempa di Jazirah Arabia .

[10] Munculnya api dari daerah pedalaman 'Adn yang menggiring manusia —atau menghimpunkan manusia— api itu ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap, dan ikut istirahat bersama mereka di tempat mereka istirahat. (HR. Muslim no.2901).

Hadits ini diketengahkan oleh Imam Muslim secara tunggal di dalam kitab sahihnya. 

Dan di dalam kitab shahihain [Bukhori dan Muslim] disebutkan bahwa Rasulullah Saw. berkata kepada Ibnu Shoyyad:

"إِنِّي خَبَأْتُ لَكَ خَبْأ" قَالَ : هُوَ الدُّخ. فَقَالَ لَهُ : "اخْسَأْ فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ" قَالَ : وخبأ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : {فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ}".

“Sesungguhnya aku sekarang menyembunyikan sesuatu terhadapmu”.

Ibnu Sayyad menjawab, “Itu adalah Ad-Dukh,” (Belum lagi Ibnu Sayyad merampungkan ucapannya) Rasulullah Saw. memotongnya , "Terhinalah kamu, kamu tidak akan dapat melampaui takdirmu (kedudukanmu).

Rasulullah Saw. menyembunyikan terhadapnya firman Allah Swt.: 

{فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ}

"Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata (Ad-Dukhan: 10)".

[ Lihat : Sahih Al-Bukhari No. (3055) dan Sahih Muslim No. (2930) dari hadits Abdullah bin 'Umar, semoga Allah meridhoi mereka]

Di dalam Hadits ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa peristiwa yang dimaksud masih dinanti-nantikan kedatangannya. 

Ibnu Sayyad mengetahui peristiwa itu melalui cara tenung dan mengatakannya melalui lisan Jin . 

Jadi jinlah yang melarang dia kalimat itu, karena itulah Ibnu Sayyad mengatakannya bahwa peristiwa tersebut adalah Ad-Dukh, yakni Dukhan. 

Dan pada saat itu juga Rasulullah Saw. segera mengetahui cara yang dipakai oleh Ibnu Sayyad, bahwa ia memakai cara setan. Maka beliau Saw. segera memotongnya melalui sabdanya: 

"اخْسَأْ فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ"

Terhinalah engkau, engkau tidak akan dapat melampaui kedudukanmu.

Kemudian Ibnu Jarir berkata:

" Telah menceritakan kisah Isam ibnu Rawwad ibnul Jarrah, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Abu Sa'id As-Sauri, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Mu'tamir, dari Rab'i ibnu Hirasy yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Huzaifah ibnul Yaman ra mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda : 

"إِنَّ أَوَّلَ الْآيَاتِ الدَّجَّالُ، وَنُزُولُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنَ أَبْيَنُ، تَسُوقُ النَّاسَ إِلَى الْمَحْشَرِ، تَقِيلُ مَعَهُمْ إِذَا قَالُوا، وَالدُّخَانُ-

قَالَ حُذَيْفَةُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الدُّخَانُ؟

فَتَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ : {فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ} -يَمْلَأُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، يَمْكُثُ أَرْبَعِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً، أَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيُصِيبُهُ مِنْهُ كَهَيْئَةِ الزُّكْمَةِ ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيَكُونُ بِمَنْزِلَةِ السَّكْرَانِ، يَخْرُجُ مِنْ مَنْخِرَيْهِ وَأُذُنَيْهِ وَدُبُرِهِ"

Sesungguhnya mula-mula pertanda (kiamat) ialah Dajjal, turunnya Isa Putra Maryam as, api yang keluar dari pedalaman 'Adn, yang tampak jelas; api itu menggiring manusia ke tempat Mahsyar dan ikut istirahat bersama mereka di tempat mereka beristirahat, dan munculnya Dukhan (kabut) .

Huzaifah ra bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan Dukhanitu?"

Rasulullah Saw. menjawab dengan membacakan firman-Nya: 

{فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ}

Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih (Ad-Dukhan: 10-11) 

Kabut tersebut memenuhi semua kawasan yang ada di belahan timur dan belahan barat; tinggal selama empat puluh hari empat puluh malam.

Adapun orang mukmin hanya mengalami seperti terserang pilek akibat pengaruh kabut itu. Sedangkan orang kafir mengalami seperti orang yang mabuk; kabut itu keluar dari lubang hidungnya, kedua telinganya, dan dubur (liang anus ) nya".

[Lihat : Tafsir al-Thabari (25/68) , dan dari jalurnya diriwayatkan oleh al-Thalabi dalam tafsirnya, sebagaimana dalam Yakhriij Ahaadits al-Kasysyaaf oleh al-Zailai (1174) dan al-Baghawi dalam Ma'alim al-Tanzil (7/230)]

Ibnu Jarir mengatakan : bahwa sekiranya Hadits ini sahih, tentulah menjadi dalil yang menyelesaikan perbedaan pendapat dan sesungguhnya ia tidak mau menjadi saksi atas kesahihannya karena Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani telah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Rawwad mengenai Hadits ini :

" هَلْ سَمِعَهُ مِنْ سُفْيَانَ؟ فَقَالَ لَهُ : لَا . قَالَ : فَقُلْتُ : أَقَرَأْتَهُ عَلَيْهِ؟ قَالَ : لَا . قَالَ : فَقُلْتُ لَهُ : فَقُرِئَ عَلَيْهِ وَأَنْتَ حَاضِرٌ فَأَقَرَّ بِهِ؟ فَقَالَ : لَا فَقُلْتُ لَهُ : فَمِنْ أَيْنَ جِئْتَ بِهِ؟ فَقَالَ : جَاءَنِي بِهِ قَوْمٌ فَعَرَضُوهُ عَلَيَّ، وَقَالُوا لِي : اسْمَعْهُ مِنَّا. فَقَرَءُوهُ عليَّ ثُمَّ ذَهَبُوا بِهِ، فَحَدَّثُوا بِهِ عَنِّي، أَوْ كَمَا قَالَ ".

"Apakah kamu mendengar dari Sufyan?"

Ibnu Rawwad menjawab, “Tidak.” 

Muhammad ibnu Khalaf bertanya lagi : "Apakah Anda membacakan Hadits itu terhadapnya"

Dia menjawab : "Tidak." 

Aku bertanya lagi padanya "Apakah membacakan Hadits ini, sedangkan kamu menghadirinya, lalu dia mengakui Hadits itu?

Dia menjawab, "Tidak."

Aku bertanya : "Lalu dari manakah engkau mendapatkan Hadits ini?" .

Beberapa orang membawakannya kepada saya lalu mereka memperlihatkannya kepada saya . Dan mereka berkata kepada saya : Dengarkan dari kami. Maka mereka pun membacakannya untuk saya. Kemudian mereka pergi dengan membawa hadits itu dan mereka meriwayatkannya dengan mengatas namakan dari saya, atau seperti yang dia katakan".

Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, atau hal yang semakna dengan kisah ini.

Ibnu Jarir dalam analisisnya terhadap Hadits ini cukup jeli dan baik, karena sesungguhnya dengan sanad seperti ini, berarti Hadits ini adalah Hadits maudu' (PALSU). 

Dan Ibnu Jarir banyak menyerang dan mengecam konteks-konteks yang telah dikemukakan olehnya (Ibnu Rawwad) di berbagai tempat sehubungan dengan tafsir ini , di dalamnya terdapat banyak hal yang mungkar (diingkari), terlebih lagi dalam tafsir surat Bani Israil dan riwayat mengenai Masjidil Aqsa. Wallahu a'lam .

Ibnu Abi Hatim berkata: Abu Zar'ah memberi tahu kami, Safwan memberi tahu kami, Al-Walid memberi tahu kami, Khalil memberi tahu kami, dari Al-Hassan, dari Abu Saeed Al-Khudri - semoga Allah meridhoinya - bahwa Rasulullah - SAW – bersabda :

يَهِيجُ الدُّخانُ بِالنّاسِ؛ فَأمّا المُؤْمِنُ فَيَأْخُذُهُ كَهَيْئَةِ الزَّكْمَةِ، وأمّا الكافِرُ فَيَنْفُخُهُ حَتّى يَخْرُجَ مِن كُلِّ مِسْمَعٍ مِنهُ.

" Dukhan (kabut) menggemparkan manusia, tetapi bagi orang mukmim hanya mengalami hal seperti penyakit pilek, sedangkan orang kafir menjadi kembung karenanya sehingga kabut [dukhon] keluar dari semua lubang yang ada pada tubuhnya.”

Diriwayatkan oleh Sa'iid bin Abi 'Aruubah, dari Qatadah, dari Al-Hassan, dari Abi Saeed Al-Khudri, dalam sebuah riwayat mawquf. Diriwayatkan oleh 'Awf, dari Al-Hasan sebagai ucapannya .

Ibnu Jarir juga berkata: Muhammad bin Auf memberitahuku, Muhammad bin Ismael bin Ayyash memberitahu kami, ayahku memberitahuku, Damdam bin Zara'a memberitahuku, dari Shuraih bin Ubaid, dari Abi Malik Al-Ash'ari, dia berkata: Rasulullah - SAW- bersabda :

" إنْ رَبَّكم أنْذَرَكم ثَلاثًا؛ الدُّخانُ يَأْخُذُ المُؤْمِنَ مِنهُ كالزَّكْمَةِ ويَأْخُذُ الكافِرَ فَيَنْتَفِخُ حَتّى يَخْرُجَ مِن كُلِّ مِسْمَعٍ مِنهُ والثّانِيَةُ الدّابَّةُ والثّالِثَةُ الدَّجّالُ".

Sungguh, Tuhan kalian memperingatkan kalian tentang tiga hal: Dukhon [asap] , orang mukmim hanya mengalami hal seperti penyakit pilek , sedangkan orang kafir menjadi kembung karenanya sehingga kabut [dukhon] keluar dari semua lubang yang ada pada tubuhnya . Yang kedua : Daabbah . Dan yang ke tiga : Dajjaal ".

Al-Tabarani meriwayatkannya dari Hasyim bin Yazid, dari Muhammad bin Ismail bin Ayash, dengan itu, dan ini adalah SANAD yang BAIK [ Jayyid] .

Ibnu Jarir meriwayatkan melalui Al-Walid ibnu Jami', dari Abdul Malik ibnu Mugirah, Abdur Rahman ibnus Sulaimani, dari Ibnu Umar ra yang mengatakan :

يَخْرُجُ الدُّخانُ فَيَأْخُذُ المُؤْمِنَ كَهَيْئَةِ الزَّكْمَةِ ويَدْخُلُ في مَسامِعِ الكافِرِ والمُنافِقِ حَتّى يَكُونَ كالرَّأْسِ الحَنِيذِ.

" Bahwa (kelak sebelum kiamat) muncul Dukhan (kabut) dan melanda orang mukmin bagaikan penyakit pilek, dan kabut itu memasuki semua lubang tubuh orang kafir dan orang munafik sehingga seperti kepala yang dipanggang di atas bara yang panas ".

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepribadian Ya'kub telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Ibnu Juraij, dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah yang mengatakan :

دَخَلْتُ عَلى ابْنِ عَبّاسٍ فَقالَ: لَمْ أنَمْ هَذِهِ اللَّيْلَةَ فَقُلْتُ: لِمَ؟ قالَ: طَلَعَ الكَوْكَبُ ذُو الذَّنَبِ فَخَشِيتُ أنْ يَطْرُقَ الدُّخانُ.

Bahwa pada suatu hari ia pergi mengunjungi Ibnu Abbas ra Maka Ibnu Abbas berkata :

"Tadi malam aku tidak dapat tidur sampai pagi hari." 

Saya bertanya : "Mengapa?" 

Ibnu Abbas menjawab : “Telah muncul bintang yang berekor, maka saya merasa khawatir bila itu pertanda munculnya Dukhan (kabut), hingga saya tidak bisa tidur semalaman sampai pagi hari.”

[ As-Suyuuthi berkata : Dan Abd Ibnu Humaid, Ibn Jarir, Ibnu Al-Mundzir, Ibnu Abi Hatim, dan Al-Hakim meriwayatkannya dengan SANAD YANG SHAHIH dari Ibnu Abi Mulaykah].

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari ayahnya, dari Ibnu Umar, dari Sufyan, dari Abdullah binu Abu Yazid, dari Abdullah binu Abu Mulaikah, dari Ibnu Abbas, lalu disebutkan hal yang semisal. Sanad riwayat ini memang sahih sampai kepada Ibnu Abbas ra ulama umat ini dan penerjemah Al-Qur'an.

Hal yang sama telah dikatakan oleh orang-orang yang sependapat dengan Ibnu Abbas dari kalangan sahabat dan tabiin, juga Hadits-Hadits marfu' dalam kitab-kitab sahih dan hasan serta Hadits lainnya yang diketengahkan oleh mereka. Di dalamnya terkandung dalil yang jelas dan dapat diterima, menyatakan :

Bahwa Dukhan merupakan salah satu pertanda yang masih ditunggu-tunggu kedatangannya. Selain itu pengertian lahiriah ayat sependapat dengan ini, karena Allah Swt. telah berfirman:

{فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ}

Maka tunggulah ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10)

Yakni kabut yang nyata lagi jelas dapat dilihat oleh setiap orang. 

Tetapi menurut tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud ra, sesungguhnya kabut itu berasal hanyalah dari ilusi, yang terlihat oleh mereka akibat kelaparan dan kepayahan yang menimpa mereka. Demikian pula apa yang disebutkan dalam firman berikutnya:

{يَغْشَى النَّاسَ}

" Yang meliputi manusia. (Ad-Dukhan: 11)

Maksudnya, menutupi semuanya secara merata. Seandainya kabut itu merupakan ilusi, tentulah yang mengalaminya hanyalah penduduk Mekah yang musyrik saja, dan tidak akan disebutkan oleh firman-Nya: yang meliputi manusia. (Ad-Dukhan: 11)

[Baca : Tafsir Ibnu Katsiir : 7/248]



Posting Komentar

0 Komentar