Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

BENARKAH ADA MANHAJ CAMPURADUK [خَلِيْط] YANG BERLABEL SALAFI ?

BENARKAH ADANYA MANHAJ MUSYAKKAL [CAMPURADUK] YANG BERLOGO SALAFI

Di Tulis Abu Haisam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

-----


====

DAFTAR ISI : 

  1. MANHAJ SALAF YANG HAKIKI
  2. STANDAR MANHAJ SALAF :
  3. KEKHAWATIRAN RASULULLAH 
  4. MANHAJ CAMPURADUK [MUSYAKKAL] BERLOGO SALAFI
  5. FITNAH MANHAJ HAJER, TAHDZIR DAN TABDI’ SYEIKH RABI’ AL-MADKHOLY . 
  6. MANHAJ DAKWAH AHLI ISTIQOMAH PENUH RAHMAH.

*****

بسم الله الرحمن الرحيم

===

MANHAJ SALAF YANG HAKIKI

Manhaj salaf adalah manhaj yang sudah ma’ruf yaitu manhaj yang berjalan diatas al-Quran dan Sunnah sesuai dengan pemahaman salaful ummah . Manhaj ini dan orang-orang yang berjalan diatasnya akan terus selalu ada, sebagaimana dalam hadits Tsauban dia berkata, "Rasulullah  bersabda:

" لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ".

"Senantiasa ada sekelompok ummatku yang dimenangkan atas kebenaran, tidak akan membahayakannya orang yang memusuhinya hingga hari Kiamat sedangkan mereka tetap seperti itu." [HR. Muslim no. 1920].

Mereka yang bermanhaj salaf berakhlak mulia dan penebar kedamaian ; karena mereka meneladani akhlak Rasulullah . Diantara akhlaknya adalah : berlemah lembut dan berkasih sayang sesama muslim, akan tetapi keras terhadap orang kafir. Mereka senantiasa membawa kedamaian, kesejukan dan mampu merubah suasana permusuhan menjadi persahabatan dan persaudaraan yang harmonis .

Akhlak Nabi adalah al-Quran . Begitu pula orang-orang yang meneladaninya .  Allah SWT berfirman :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ 

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu". [QS. Ali Imran : 159].

Dan Allah SWT berfirman :

( مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا، سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗ)

"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud". [QS. Al-Fath : 29].

Manhaj dakwah mereka sangat bijak dan santun, sehingga dengan cara dakwahnya itu mampu mengubah dari permusuhan menjadi persahabatan dan persaudaraan yang hangat dan harmonis. Dan ini adalah salah satu ciri dari pada Ahli Istiqomah . Sebagaimana yang digambarkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya .

﴿إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ (30) .....

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33) وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)﴾

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka ber-ISTIQOMAH, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kalian takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah kalian dengan syurga yang telah dijanjikan Allah untuk kalian" (30) .......

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru [berdakwah] kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang muslim [berserah diri]?" (33)

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang terbaik, sehingga tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan berubah seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (34)  

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang SABAR dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang memiliki keberuntungan yang besar. (35).[QS. Fushilat : 33-35]

Mulut mereka senantiasa mengeluarkan kata-kata yang membawa kedamaian dan kesejukan meskipun dicaci maki oleh orang-orang jahil dan dungu.

Dan Allah SWT berfirman tentang para hamba ar-Rahmaan :

﴿وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا﴾

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan [QS. Al-Furqon : 63]

Kami lihat para ulama kontemporer sekarang ini yang benar-benar nampak terlihat berjalan diatas manhaj seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat diatas dan berafiliasi terhadap manhaj salaf yang shahih, itu banyak sekali, diantaranya -wallaahu a'lam- adalah :  

Syeikh Abdurrhaman as-Sa’dy, Syeikh Abdul Aziz bin Baaz, Syeikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin, Syeikh Muhammad Nashiruddiin al-Albaani,  Syeikh Bakr Abu Zaid, Syeikh Abdul Aziz ar-Raajihi, Syeikh Abdul Aziz Ali asy-Syaikh, Syeikh Ubaid al-Jaabiri, Syeikh Shaleh as-Sadlaan, Syeikh Shaleh al-Lahaidaan dan lainnya .

Namun demikian kita tidak boleh mengklaim dan memastikan kesucian seseorang karena ada sebuah hadits yang melarangnya sebagaimana yang diriwayatkan oleh ‘Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapaknya, yang berkata :

أَثْنَى رَجُلٌ عَلَى رَجُلٍ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ وَيْلَكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ مِرَارًا ثُمَّ قَالَ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَادِحًا أَخَاهُ لَا مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ فُلَانًا وَاللَّهُ حَسِيبُهُ وَلَا أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا أَحْسِبُهُ كَذَا وَكَذَا إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَلِكَ مِنْهُ

“Ada seseorang menyanjung orang lain di hadapan Nabi maka Beliau berkata: “Celaka kamu, kamu telah memenggal leher sahabatmu, kamu telah memenggal leher sahabatmu..” kalimat ini diucapkan oleh Beliau berulang kali.

Kemudian Beliau bersabda: “Siapa diantara kalian yang ingin memuji saudaranya hendaklah ia mengucapkan, ‘Aku mengira si fulan demikian, dan Allahlah yang mengetahuinya, dan aku tidak menganggap suci seorangpun di hadapan Allah, aku hanya mengira dia begini-begini..’ jika dia mengetahui tentang diri saudaranya itu..” [HR. Bukhori no. 6061]

Dan Allah SWT juga melarang klaiman tersebut , sebagaimana dalam firman-Nya :

ذٰلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِّنَ الْعِلْمِۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖۙ وَهُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدٰى

"Itulah kadar ilmu mereka. Sungguh, Tuhanmu, Dia lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pula yang mengetahui siapa yang mendapat petunjuk". [QS. An-Najm : 32]

Dan Allah SWT berfirman :

فَلَا تُزَكُّوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى

"Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa". [QS. An-Najm : 32].

Salah satu contoh bahwa mereka adalah berjalan diatas manhaj salaf yang shahih : yaitu manhaj dakwah Syeikh Bin Baaz -rahimahullah- sebagaimana yang disebutkan oleh Syeikh Abdul Muhsin al-Abbaad :

شَيْخُ الْإِسْلَامِ وَمُفَتِّي الدُّنْيَا وَإِمَامُ أَهْلِ السُّنَّةِ فِي زَمَانِهِ، شَيْخُنَا الشَّيْخُ عَبْدُ العَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَازٍ، الْمُتَوَفَّى فِي 27 مِنْ شَهْرِ المحرم عَامَ 1430 هـ، رَحِمَهُ اللَّهُ وَغَفَرَ لَهُ وَأَجْزَلَ لَهُ المَثُوبَةَ، الَّذِي عرفَه الخاص وَالْعَامَّ بِسَعَةِ عِلْمِهِ وَكَثْرَةِ نَفْعِهِ وَصِدْقِهِ وَرِفَقِهِ وَشَفَقَتِهِ وَحِرْصِهِ عَلَى هِدَايَةِ النَّاسِ وَتَسْدِيدِهِمْ، نَحْسِبُهُ كَذَلِكَ ولَا نُزكِّي عَلَى اللهِ أحَدًا ، فَقَدْ كَانَ ذَا مِنْهَجٍ فَذٍّ فِي الدَّعْوَةِ إلَى اللَّهِ وَتَعْلِيمِ النَّاسِ الْخَيْرَ، وَأَمَرَهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيِهِمْ عَنِ الْمُنْكَرِ، يَتَّسِمُ بِالرِّفْقِ وَاللِّينِ فِي نُصِحِهِ وَرُدُودِهِ الْكَثِيرَةِ عَلَى غَيْرِهِ، مَنْهَجٌ يجمع ولم يُفَرِّق ويلم ولا يمزق ، وَيُسَدِّدُ وَلَا يُبَدِّدُ، وَيُيَسِّرُ وَلَا يُعَسِّرُ، وَمَا أَحْوَجَ الْمُشْتَغِلِينَ بِالْعِلْمِ وَطَلَبَتِهِ إلَى سُلُوكِ هَذَا الْمَسْلَكِ الْقَوِيْمِ وَالْمَنْهَجِ الْعَظِيمِ؛ لِمَا فِيهِ مِنْ جَلْبِ الْخَيْرِ لِلْمُسْلِمِينَ وَدَفَعِ الضَّرَرِ عَنْهُمْ

“Syaikhul Islam, Mufti Dunia, dan Imam Ahlus Sunnah pada zamannya, yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, yang meninggal dunia pada tanggal 27 Muharram tahun 1430 H. Semoga Allah merahmatinya, mengampuninya, dan memberinya pahala yang besar.

Beliau dikenal baik oleh kalangan khusus maupun umum karena kedalaman ilmunya, banyak manfaat yang diberikannya, kejujurannya, kelembutannya, kasih sayangnya, dan ketulusannya dalam membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia. Kami memandang beliau sebagai sosok yang unggul dalam dakwah kepada Allah, mengajarkan kebaikan kepada manusia, memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang munkar. Beliau mencirikan nasehatnya dan tanggapannya yang banyak terhadap orang lain dengan kelembutan dan kebaikan.

Manhajnya dalam dakwah bersifat penuh hikmah dan lemah lembut, memberi petunjuk tanpa merusak, menyatukan tanpa memecah belah, dan meluruskan tanpa membabi buta, memudahkan tanpa menyulitkan.

Betapa diperlukannya bagi mereka yang sibuk dengan ilmu dan pencarian ilmu, untuk mengikuti jalan yang lurus dan metode yang agung ini, yang merupakan suatu kebutuhan, karena di dalamnya terkandung kebaikan bagi umat Muslim dan pembelaan dari bahaya yang mungkin menimpa mereka”.

[Baca : artikel “الحثُّ عَلَى اتِّبَاعِ السُّنَّةِ وَالتَّحْذِيرِ مِنَ الْبِدَعِ وَبَيَانِ خَطَرِهَا”].

STANDAR MANHAJ SALAF :

Syeikh Muhammad Hassuunah dalam “تِتِمَّةُ الْبَيَانِ فِي ضَابِطِ الْحُكْمِ عَلَى الْأَعْيَانِ” ketika menggambarkan tentang sikap dan karakter para ulama salafush shaleh dahulu , dia berkata :

كَانُوا – رَحِمَهُمُ اللهُ تَعَالَى - دُعَاةَ صِدْقٍ وَبِرٍّ ، طَاهِرُوا الْجِنَانِ مَعَ الْبُنَانِ، أَعْفَةَ اللِّسَانِ وَالسِّنَانِ، الْأَمْرُ الَّذِي حَجَبَهُمْ عَنِ إِطْلَاقِ الْأَحْكَامِ – كُلَّ الْأَحْكَامِ- عَلَى الْأَنَامِ - كُلَّ الْأَنَامِ- إِلَّا بَعْدَ بَيَانِ تَلْوَ بَيَانٍ.

بَلْ وَعِنْدَ تَيَقُّنِ الْمُخَالَفَةِ كَانُوا صَبْرًا ، فَسَتَرُوا وَتَضَرَّعُوا وَنَصَحُوا ، كَرَّرُوا النُّصْحَ تَكْرِيرًا ، صَبَرُوا عَلَى الْمُخَالِفِ وَصَابَرُوا بَلْ رَابَطُوا بُغْيَةِ التَّجْمِيلا.

Mereka ini ( para Ulama Salaf dulu ) adalah para dai yang jujur dan baik , hati mereka bersama ujung jarinya sama-sama suci bersih , selalu menjaga kehormatan lisan dan ujung tombak , mereka selalu menjaga dalam memvonis hukum terhadap manusia , bahkan seluruh umat manusia . Kecuali setelah ada penjelasan demi penjelasan .

Bahkan ketika mereka tahu persis bahwa orang yang menyelisihinya itu yakin salah , akan tetapi mereka bersabar menghadapinya , maka mereka merahasiakan kesalahannya , dengan cara merendahkan diri sambil menasihatinya , terus mengulang-ulang dalam menasihatinya.

Mereka begitu sangat sabar dalam menghadapi orang yang menyelisihinya [yakni : berbeda pendapat], padahal dia sangat jelas salahnya , mereka akan terus men-sabarkan diri , bahkan mereka mengikat orang yang menyelisihinya dengan ikatan yang sangat indah , bahkan puncaknya keindahan . 

( Baca : تِتِمَّةُ الْبَيَانِ فِي ضَابِطِ الْحُكْمِ عَلَى الْأَعْيَانِ )

Lalu Syeikh Muhammad Hassuunah berkata :

لَمْ يُعْجِلُوا - فِي الْحُكْمِ بِالِابْتِدَاعِ تَعْيِيْنًا وَالسَّبَّ - عَجْلَةَ النَّسْنَا

لَمْ يَتَسَابَقُوا فِيهِ تَسَابُقَ الْفِرَاشِ إِلَى نَارِ إِينَاسٍ

بَلْ كَانُوا سَادَةَ النَّاسِ، وَبِمُقَتَّضَى تِلْكَ السِّيَادَةِ سَادُوا

Mereka para ulama salaf dahulu tidak terburu-buru - dalam menghukimi bid’ah tertentu dan tidak tergesa-gesa mencelanya – apalagi dengan cepat kilat .

Mereka para ulama salaf tidak berlomba-lomba di dalamnya, seperti berpacunya kupu-kupu malam menuju api Inas, tetapi mereka adalah manusia-manusia terhormat, dan dengan standar kehormatan , mereka benar-benar terhormat”.

( Baca : تِتِمَّةُ الْبَيَانِ فِي ضَابِطِ الْحُكْمِ عَلَى الْأَعْيَانِ )

******

KEKHAWATIRAN RASULULLAH 

Dari Huzaifah ibnul Yaman r.a. bahwa Rasulullah  telah bersabda:

"إن مِمَّا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمْ رجُل قَرَأَ الْقُرْآنَ، حَتَّى إِذَا رُؤِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ وَكَانَ رِدْء الْإِسْلَامِ اعْتَرَاهُ إِلَى مَا شَاءَ اللَّهُ، انْسَلَخَ مِنْهُ، وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ". قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ: الْمَرْمِيُّ أَوِ الرَّامِي؟ قَالَ: "بَلِ الرَّامِي".

“Sesungguhnya di antara hal yang saya khawatirkan terhadap kalian ialah seorang lelaki yang pandai membaca Al-Qur’an, hingga manakala keindahan Al-Qur’an telah dapat diresapinya dan Islam adalah sikap dan perbuatannya, lalu ia tertimpa sesuatu yang dikehendaki oleh Allah, maka ia melepaskan diri dari Al-Qur’an. Dan Al-Qur'an ia lemparkan di belakang punggungnya (tidak diamalkannya), lalu ia menyerang tetangganya dengan senjata dan menuduhnya telah musyrik”.

Huzaifah ibnul Yaman bertanya : "Wahai Nabi Allah, manakah di antara keduanya yang lebih musyrik, orang yang dituduhnya ataukah si penuduhnya?"

Rasulullah  menjawab : "Tidak, bahkan si penuduhlah (yang lebih utama untuk dikatakan musyrik)."

[ Abu Ya'la Al-Mausuli dalam Musnad-nya (Tafsir Ibnu Katsir 3/509) dan Al-Bazzar dalam Musnadnya no. (175) .

Al-Haitsami berkata dalam Al-Majma' (1/188): 'Sanadnya hasan.'"

Ibnu Katsir berkata : 

"هَذَا إِسْنَادٌ جَيِّدٌ. وَالصَّلْتُ بْنُ بَهْرَامَ كَانَ مِنْ ثِقَاتِ الْكُوفِيِّينَ، وَلَمْ يُرْمَ بِشَيْءٍ سِوَى الْإِرْجَاءِ، وَقَدْ وَثَّقَهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَيَحْيَى بْنُ مَعِينٍ، وَغَيْرُهُمَا".

Sanad hadis ini berpredikat jayyid. As-Silt ibnu Bahram termasuk ulama siqah dari kalangan penduduk Kufah, dia tidak pernah dituduh melakukan sesuatu hal yang membuatnya cela selain dari Irja (salah satu aliran dalam mazhab tauhid). Imam Ahmad ibnu Hambal menilainya siqah, demikian pula Yahya ibnu Mu'in dan lain-lainnya. (Tafsir Ibnu Katsir 3/509)

******

MANHAJ CAMPURADUK BERLOGO SALAFI

======

BENARKAH TELAH MUNCUL MANHAJ CAMPUR ADUK & PEMECAH BELAH UMAT YANG BERLOGO SALAFI ?

Ada sebuah artikel berbahasa arab dalam akun FaceBook “السَّلَفِيَّة المُبْتَدَعة” tanggal share 3 Juli 2018 & akun FaceBook “بَصَائِرُ سَلَفِيَّة مُعَاصَرَة” tanggal share 19 september 2023 yang diberi judul

مَنْ هُمْ أَدْعِيَاءُ السَّلَفِيَّةِ وَمَا هِيَ خُلاصَةُ مَنْهَجِهِمْ؟

SIAPAKAH MEREKA YANG MENGAKU-NGAKU SALAFI ? DAN APA INTISARI MANHAJ MEREKA?

الجَوَابُ : هُمْ خَلِيطٌ وَمَزِجٌ، وَأَمْرٌ مَرِيجٌ، مِنَ الْأَفْكَارِ الْوَافِدَةِ، مِنَ الْفِرَقِ الضَّالَّةِ، وَالْمَنَاهِجِ الْمَنْحَرِفَةِ، وَالْآرَاءِ الشَّاذَّةِ حَتَّى تُكَوِّنَتْ فِي عُقُولِهِمْ خِطَّةً وَمَنْهَجًا مُسْتَقِلًّا عَنْ غَيْرِهِمْ، فَشَابَهُوا الْفِرَقَ مَعَ الْفِرَقِ فَهُمْ:

JAWAB :

Mereka adalah yang bermanhaj campuran dan kombinasi, serta urusan yang tercampur aduk, yang mewakili pemikiran-pemikiran yang datang dari kelompok-kelompok sesat, manhaj-manhaj yang menyimpang, dan pandangan-pandangan melenceng, sehingga terbentuk dalam pikiran mereka methode dan manhaj yang independen berbeda dari yang lain. Mereka memadukan antar beberapa kelompok dengan beberapa kelompok lain, karena manhaj mereka itu terbentuk seperti berikut ini :

PERTAMA : CAMPURAN MANHAJ KHAWARIJ :

أَخَذُوا مِنَ الْخَوَارِجِ مَبْدَأَ الْخُرُوجِ، فَخَرَجُوا عَلَى الدُّعَاةِ وَالْعُلَمَاءِ الَّذِينَ لَا يُوَافِقُونَهُمْ عَلَى أَهْوَائِهِمْ، وَلَا يَنْزِلُونَ عِنْدَ مَرَادِهِمْ بِالْحَطِّ مِنْ قَدَرِهِمْ، وَرَمَيْهِمْ بِقِذَائِفِ مِنَ الْأَلْقَابِ الْقَبِيحَةِ فِي أَشْخَاصِهِمْ. فَتَارَةً يَقُولُونَ: (هَذَا ضَالٌ، وَذَاكَ مُبْتَدِعٌ، وَالْآخَرُ عِنْدَهُ شِرْكِيَّاتٌ وَكُفْرِيَّاتٌ) حَتَّى فَاهُو بِكَلِمَةٍ: (أَضَرَّ عَلَيْنَا مِنَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى)، وَإِنْ خَفَّفُوا قَالُوا: (هَذَا غَامِضٌ، أَوْ مُتَلَوِّنٌ، أَوْ مُمَيِّعٌ لِمِنْهَجِ السَّلَفِ، أَوْ غَيْرُ وَاضِحٍ، أَوْ سَلَفِيٌّ الظَّاهِرِ مُبْتَدِعُ الْبَاطِنِ) فَبِئْسَ مَا قَالُوا وَمَا فَعَلُوا.

Mereka mengambil dari Khawarij manhaj keluar [memisahkan diri dari jemaah kaum muslimin] , maka mereka keluar dengan cara menghajer serta mentahdzir para dai dan ulama yang tidak sejalan dengan hawa nafsu mereka, dan yang tidak merujuk pada pemahaman yang sesuai keinginan mereka. Mereka sibuk mencela dan merendahkan martabat para dai yang tidak semanhaj dengan mereka . Mereka gemar melempar berbagai gelar jelek pada pribadi-pribadi selain golongan mereka.

Terkadang mereka berkata:

(هَذَا ضَالٌ، وَذَاكَ مُبْتَدِعٌ، وَالْآخَرُ عِنْدَهُ شِرْكِيَّاتٌ وَكُفْرِيَّاتٌ)

“Ini sesat, dan itu bid’ah, atau selain kelompoknya memiliki keyakinan syirik dan kekafiran”.

Hingga sampai pada kalimat:

(أَضَرَّ عَلَيْنَا مِنَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى)

“Mereka lebih berbahaya bagi kami daripada Yahudi dan Nasrani.”

Kadang mereka menggunakan kata-kata yang lebih reda , yaitu dengan mengatakan :

(هَذَا غَامِضٌ، أَوْ مُتَلَوِّنٌ، أَوْ مُمَيِّعٌ لِمِنْهَجِ السَّلَفِ، أَوْ غَيْرُ وَاضِحٍ، أَوْ سَلَفِيٌّ الظَّاهِرِ مُبْتَدِعُ الْبَاطِنِ)

“Ini samar, atau ambigu dan warna warni atau membingungkan terhadap manhaj Salaf, atau tidak jelas, atau yang nampak adalah Salafi tapi batinnya ahli bid’ah.”

Sungguh buruk apa yang mereka katakan dan perbuat.

KEDUA : CAMPURAN MANHAJ ASY’ARI :

وَأَخَذُوا عَنِ الْأَشْعَرِةِ طَرِيقَةَ التَّأْوِيلِ، فَذَهَبُوا إِلَى لُوَيْ أَعْنَاقِ النُّصُوصِ، حَتَّى تَعَانَقَ أَهْدَافُهُمُ الدُّنْيَئَةِ، وَقَامُوا بِتَأْوِيلِ فَتَاوَى الْعُلَمَاءِ حَتَّى تُوَافِقَ مَقَاصِدَهُمْ وَمَرَادَهُمْ، وَنَفَوْا عَنْ كُلِّ فَضْلٍ فَضْلَهُ.

Mereka mengambil dari manhaj Asy’ariyah metode takwil (penafsiran alegoris), sehingga mereka mencari cari lekukan-lekukan leher [takwil] nash-nash dalil hingga lekukan-lelukan itu bisa saling menguatkan tujuan-tujuan mereka yang rendah dan hina . Mereka melakukan pentakwilan terhadap fatwa para ulama agar sesuai dengan tujuan dan maksud mereka, akan tetapi disaat yang sama mereka juga menolak segala keutamaan dan keunggulan para ulama. [Contohnya : mereka mengutip takwilan al-Hafidz Ibnu Hajar atau Imam an-Nawawi untuk menguatkan pendapatnya, namun mereka sama sekali tidak mengakui keutamaan dua imam tersebut, bahkan menganggap keduanya sesat dan ahli bid’ah]

KETIGA : CAMPURAN DARI MANHAJ MURJI’AH

وَأَخَذُوا عَنِ الْمُرَجِّئَةِ الَّذِينَ قَالُوا: "أَنَّهُ لَا يَضُرُّ مَعَ الْإِيمَانِ مَعْصِيَةٌ" السُّكُوتُ عَنِ الْمُنْكَرَاتِ جُبْنًا، وَخِيَانَةً لِأَمَانَةِ النُّصِيحَةِ، فَلَمْ يَنْكُرُوا الْمُنْكَرَاتِ الْعَظِيمَةِ، وَلَمْ يُؤَدُّوا حَقَّ النُّصِيحَةِ الَّذِي أَوْجَبَهُ اللَّهُ عَلَى الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً.

Mereka juga mengambil dari kalangan Murji’ah yang mengatakan bahwa dosa tidak membahayakan keimanan.

Terbukti bahwa mereka itu kelompok pengecut, diam terhadap kemungkaran yang besar. Akan tetapi mereka sibuk dengan kemungkaran kecil versi mereka , seperti memperuncing masalah khilafiyah yang berpotensi memecah belah] . Mereka pengkhianat terhadap amanah nasihat, sehingga mereka tidak mau bergerak menghilangkan kemungkaran yang besar [seperti berjihad membela kaum muslimin yang tertindas, memperkokoh persatuan umat dan membangun kekuatan jihad]. Dan mereka tidak memenuhi hak nasihat yang diwajibkan Allah bagi umat Islam secara umum [Mereka hanya sibuk menasihati kelompoknya dan menggonggongkan pendapatnya kepada kaum muslimin yang menyelisihinya dengan memperuncing perbedaan serta menghajer dan mentahdzir mereka].

KEEMPAT : CAMPURAN MANHAJ SHUFI EXTRIM : 

وَمِنْ غُلَاةِ الصُّوفِيَّةِ أَخَذُوا طَرِيقَةَ التَّقْدِيسِ لِلسَّادَاتِ، فَهُوَ الْمَصِيبُ وَغَيْرُهُ الضَّالُّ، فَلَا يُرَدُّ عَلَيْهِ، وَلَا يُنْتَقَدُ لَهُ مَقَالٌ، وَرَفَعُوهُمْ فَوْقَ مَنْزِلَتِهِمْ، وَكَذَا الْحَالُ عِنْدَ هَؤُلَاءِ الْأَدْعِيَاءِ الَّذِينَ سَكَتُوا عَنْ مَعَايِبَ وَمَثَالِبِ شُيُوخِهِمْ فِي الْوَقْتِ الَّذِي يَبْحَثُونَ فِيهِ عَنِ الْهَفَوَاتِ، وَالزَّلَلَاتِ، وَيَتَصَيَّدُونَ الْأَخْطَاءَ لِغَيْرِهِمْ.

وَمَعَ بَطْشِ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى بِالْمُسْلِمِينَ فَلِسَانُ الْحَالِ وَالْمَقَالِ: هَذَا قَدَرُ اللَّهِ، وَمَشِيئَةُ اللَّهِ، لَا نَسْتَطِيعُ رَدَّ هَذَا الصَّنِيعِ، فَهُمْ لَا يُقَدِّمُونَ لِنَصْرَةِ الدِّينِ، وَالْأُمَّةِ شَيْئًا وَلَا يُحَرِّكُونَ سَاكِنًا، فِي الْوَقْتِ الَّذِي لَا يَدَعُونَ دَاعِيًا فِي دَعْوَتِهِ آمِنًا.

Mereka mengambil cara pengkultusan terhadap para syeikh tertinggi mereka. Yaitu mereka berkeyakinan bahwa semua pendapat syeikhnya pasti benar , sementara yang lainnya pasti sesat, sehingga tidak boleh menolak pendapat syeikhnya, dan tidak boleh mengkritik makalahnya . Mereka meninggikan derajat para syeikhnya setinggi-tingginya melebihi yang seharusnya.

Begitu pula halnya dengan para pendukungnya, mereka diam terhadap aib dan kekurangan yang ada pada para syeikh mereka, sementara mereka sendiri sibuk meneliti dan mencari aib dan kekurangan para syeikh lainnya, serta berburu mencari kesalahan mereka.

Ketika umat Islam mengalami tekanan dan kedzaliman dari pihak Yahudi dan Nasrani, maka ungkapan dan pemikiran yang sering diutarakan meraka adalah:

هَذَا قَدَرُ اللَّهِ، وَمَشِيئَةُ اللَّهِ، لَا نَسْتَطِيعُ رَدَّ هَذَا الصَّنِيعِ

“Ini adalah takdir dan kehendak Allah, kita tidak bisa menghindari tindakan ini”.

Mereka tidak mau berjuang untuk membela agama dan umat, dan tidak menggerakkan apa pun. Sudah begitu mereka tidak membiarkan aman bagi seorang da’i yang mengajak-ajak agar membantu umat yang tertindas , melainkan mereka pasti mencelanya dan menggonggongnya .”

DALAM BAB NASIHAT, MEREKA CAMPUR ADUK ANTARA EXTRIM DAN ACUH TAK ACUH

وَفِي بَابِ النَّصِيحَةِ غُلَاةٌ وَجَفَاةٌ، فَمَعَ أَخْطَاءِ الدُّعَاةِ وَالْعُلَمَاءِ يَغْلُونَ فِي حَقِّ النَّصِيحَةِ لَهُمْ، حَتَّى يُقَلِّبُوا النَّصِيحَةَ إِلَى فَضِيحَةٍ، وَمَعَ أَخْطَاءِ غَيْرِهِمْ مِمَّنْ شَاكَلَهُمْ جَفَاةٌ عَنِ الْقِيَامِ بِوَاجِبِ النَّصِيحَةِ. وَالْحَقُّ وَالْعَدْلُ فِي ذَلِكَ أَنَّ الْمُصِيبَ مَنْ يَسْلُكُ طَرِيقَ الْوَسْطِيَّةِ فِي النَّصِيحَةِ وَغَيْرِهَا بَيْنَ الْغَالِي فِيهَا وَالْجَافِي عَنْهَا. فَالْوَسْطِيَّةُ مَطْلَبٌ شَرْعِيٌّ يَجِبُ الْأَخْذُ بِهِ، حَتَّى لَا نَقَعَ فِي إِحْدَى السُّوءَتَيْنِ، إِمَّا الْإِفْرَاطِ أَوِ التَّفْرِيطِ. قَالَ تَعَالَى: "وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا...".

Dalam bab nasihat, terdapat kedua ekstremisme, yaitu fanatisme berlebihan dan sikap acuh tak acuh yang berlebihan .

Ketika ada kesalahan versi mereka dari para da’i dan para ulama, maka mereka terlalu berlebihan dalam memberikan nasihat kepada mereka, sehingga mereka mengubah nasihatnya itu menjadi penyebaran aib seseorang . Di sisi lain, ketika terdapat kesalahan dari pihak lain dari kelompok yang sama dengan mereka, maka mereka bersikap acuh tak acuh terhadap kewajiban memberikan nasihat.

Kebenaran dan keadilan dalam hal ini adalah bahwa yang benar dan tepat adalah orang yang menempuh jalan tengah dan bijak dalam memberikan nasihat dan kewajiban lainnya, antara yang berlebihan dan yang tidak peduli. Sikap bijak adalah tuntutan syariat yang harus diikuti, agar kita tidak jatuh ke salah satu dari dua keburukan, baik itu berlebihan atau kurang. Allah berfirman :

"وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا..."

“Dan demikianlah Kami jadikan kalian umat yang adil.” (QS. Al-Baqarah: 143)

SALAH SATU MANHAJ MEREKA ADALAH BERBURU KESALAHAN ORANG LAIN

إنَّهُمْ دُعَاةُ الْفِتْنَةِ الَّذِينَ يَتَصَيَّدُونَ الْعُثُرَاتِ وَسِيمَاهُمْ جَعَلَ الدُّعَاةَ تَحْتَ مَطَارِقِ النَّقْدِ، وَقَوَارِعِ التَّصْنِيفِ، مُوَظَّفِينَ لِذَلِكَ:

الْحَرْصُ عَلَى تَصَيُّدِ الْأَخْطَاءِ، وَحَمْلُ الْمُحْتَمَلَاتِ عَلَى الْمُؤَاخَذَاتِ، وَالْفَرْحُ بِالزَّلاَتِ وَالْعُثُرَاتِ، لِيُمْسِكُوا بِهَا بِالْحَسَدِ، وَالثَّلْبِ وَاتِّخَاذِهَا دِينًا. وَهَذَا مِنْ أَعْظَمِ التَّجَنِّي عَلَى أَعْرَاضِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً وَعَلَى الدُّعَاةِ مِنْهُمْ خَاصَّةً. وَسِيمَاهُمْ أَيْضًا: تَوْظِيفُ النُّصُوصِ فِي غَيْرِ مَجَالِهَا، وَإِخْرَاجُهَا فِي غَيْرِ بُرَاقِعِهَا، لِتَكْثِيرِ الْجَمَعِ، وَالْبَحْثِ عَنِ الْأَنْصَارِ، وَتَغْرِيرِ النَّاسِ بِذَلِكَ.

Mereka adalah para da’i penebar fitnah yang senantiasa berburu mencari kesalahan-kesalahan orang lain , terutama untuk menjatuhkan nama baik para da’i lainnya di bawah palu kritik dan tindakan klasifikasi.

Mereka bekerja dengan penuh semangat dalam berburu kesalahan orang lain, menyalah-nyalahkannya pada setiap kesempatan, dan bersuka cita atas kesalahan dan kekhilafan para da’i lain, semata-mata untuk menerkamnya karena iri dan dengki serta semangat ingin mencemarkan, bahkan menjadikan tindakan tersebut sebagai agama baginya .

Hal ini merupakan salah satu bentuk kriminal celaan paling besar terhadap martabat umat Islam secara umum, dan terutama menyerang para da’i di antara mereka.

Ciri dan tanda mereka juga adalah : menempatkan hukum yang terdapat dalam nash-nash dalil di luar konteksnya, mengeluarkannya dari kerangkanya, semata-mata untuk meningkatkan jumlah pengikut dan mencari dukungan, serta untuk menipu orang-orang dengan cara tersebut.

BARANG DAGANGAN TERBANYAK MEREKA ADALAH HAJER, TAHDZIR & TANFIIR

وَ بَعْضُ هُؤْلاءَ الْأَدْعِيَاءَ الَّذِينَ اشْتَغَلُوا بِضَلَالَةِ التَّصْنِيفِ وَقَعُوا فِي مُخَالِفَةِ السَّلَفِ، وَابْتَعَدُوا عَنِ الْمِنْهَجِ الْقَوِيمِ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا فِي هَذَا عَنِ الْحَقِّ وَالصَّوَابِ، فَكَانَ هَمُّ أَحَدِهِمْ وَجُلُّ بَضَاعَتِهِ التَّحْذِيرُ وَالتَّنْفِيرُ مِنَ الْعُلَمَاءِ الرَّبَّانِيِّينَ، وَالدُّعَاةِ الْمُخْلِصِينَ، بِحُجَّةِ الدِّفَاعِ عَنِ الْحَقِّ وَالْعَقِيدَةِ، وَمَا عَلِمُوا أَنَّهُ ضَيَاعٌ لِلْحَقِّ وَخِدَاعٌ لِلْخَلْقِ، وَإِشَاعَةٌ لِلْفَاحِشَةِ بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ، وَأَذًى لَهُمْ، وَهُمْ بِهَذَا قُطَّاعُ طُرُقِ الْإِفَادَةِ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالدُّعَاةِ، وَهُمْ غَزَاةُ الْأَعْرَاضِ بِالْأَمْرَاضِ.

Sebagian dari mereka ada yang sibuk dengan kesesatan pengkelompokan sehingga mereka terjerumus menyelisihi ajaran salaf dan menjauhi manhaj yang lurus.

Mereka sesat dan menyesatkan dalam hal ini dari kebenaran dan keadilan.

Salah satu perhatian utama mereka dan barang dagangan terbanyak mereka adalah TAHDZIR [peringatan] dan TANFIIR [menjauhkan umat ] dari ulama yang bertaqwa dan para da’i yang tulus dan ikhlas , dengan dalih membela kebenaran dan akidah.

Mereka tidak menyadari bahwa tindakan ini mengakibatkan kehilangan kebenaran, penipuan terhadap manusia, penyebaran kefasikan di antara kaum mukminin, dan menyakiti mereka. Dengan demikian, mereka menjadi penghalang bagi umat untuk mendapatkan manfaat dari para ulama dan para da’i, serta mereka memerangi kehormatan mereka dengan menyebarkan penyakit moral.

MEREKA TIDAK PEKA TERHADAP KONDISI UMAT DAN TIDAK WASPADA TERHADAP MUSUH UMAT YANG SEBENARNYA

أَدْعِيَاءُ بَعْضِ السَّلَفِيَّةِ وَتَحْرِيمُ النَّظَرِ فِي أَحْوَالِ الْأُمَّةِ وَمَعْرِفَةُ أَعْدَائِهَا وَفِكْرُهُمْ مُحَرَّمًا شَرْعًا كَالنَّظَرِ فِي التَّوْرَاةِ الْمُحَرَّفَةِ:

جَعَلَ هَؤُلَاءِ النَّظَرَ فِي أَحْوَالِ أُمَّةِ الْإِسْلَامِ وَمَعْرِفَةَ مَخَطَّطَاتِ أَعْدَائِهَا وَفَضْحَ أَسْالِيبِ مَكْرِهِمْ بِهَا أَمْرًا مُحَرَّمًا فِي الدِّينِ إِلَّا مِنْ خِلَالِ الْإِعْلَامِ الْمَرْضِيِّ عَنْهُ وَالْخَاضِعِ لِلْحُكُومَاتِ الْغَرْبِيَّةِ، وَقَاسُوا ذَلِكَ عَلَى النَّظَرِ فِي التَّوْرَاةِ الْمُحَرَّفَةِ وَأَنَّ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غَضِبَ عَلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ لَمَّا رَأَاهُ يَنْظُرُ فِي وَرَقَةٍ مِنَ التَّوْرَاةِ، وَالْحَالُ أَنَّ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غَضِبَ عَلَى عُمَرَ وَأَنَّهُ رَأَاهُ قَدِ اسْتَحْسَنَ مَا فِي التَّوْرَاةِ فَقَالَ لَهُ: "لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً وَاللَّهُ لَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا لَمَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي" الدَّارِمِيُّ 441.

Ada sebagian orang-orang yang mengaku dirinya Salafi melarang memperhatikan kondisi umat Islam serta melarang mengawasi gerak-gerik musuh-musuhnya, serta mengungkapkan pemikiran mereka, alasanya menurut mereka : bahwa itu diharamkan secara syariat, sama seperti haramnya melihat kitab Taurat yang telah dirubah isinya.

Mereka menjadikan perbuatan memperhatikan kondisi umat Islam serta mengawasi rencana musuh-musuhnya, serta membongkar tipu daya mereka, sebagai sesuatu yang terlarang dalam agama, kecuali melalui media yang disetujui dan tunduk pada pemerintah-pemerintah Barat.

Mereka membandingkannya dengan melihat Taurat yang telah rubah isinya , dan bahwa Rasulullah marah kepada Umar bin Khattab ketika melihatnya memperhatikan lembaran Taurat.

Padahal, kenyataannya adalah bahwa Rasulullah marah pada Umar karena melihatnya menyukai isi Taurat tersebut, lalu beliau berkata kepadanya :

"لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً وَاللَّهُ لَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا لَمَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي"

“Sungguh, aku datang kepada kalian dengan (wahyu) yang putih bersih. Demi Allah, jika Musa masih hidup, maka tidak ada pilihan baginya kecuali mengikuti aku.”

(Hadis riwayat Ad-Darimi 441. Di shahihkan oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah 1/185)

SYIAR MEREKA ADALAH TIDAK PERNAH PUNYA ANDIL UNTUK KEJAYAAN ISLAM

شِعَارُ بَعْضِ أَدْعِيَاءِ السَّلَفِيَّةِ لَا عَمَلَ لِنَصْرِ الْإِسْلَامِ:

الدَّعْوَةُ الَّتِي خَصَّصَ هَؤُلَاءِ أَنْفُسَهُمْ لَهَا وَفَرَّغُوا أَعْمَالَهُم مِنْ أَجْلِهَا هِيَ أَنْ يُهْدِمُوا الدُّعَاةَ إِلَى اللَّهِ وَيَشِينُوهُمْ وَيَسُبُّوهُمْ وَيَجْرَحُوهُمْ... هَذَا هُوَ جِهَادُهُمْ وَعَمَلُهُمْ لِنَصْرِ الدِّينِ وَإِعْلَاءِ كَلِمَتِهِ فِي الْعَالَمِينَ. وَلَا أُخَالِي مُخْطِئًا إِنْ قُلْتُ أَنَّ الْحَسَدَ الدَّفِينَ هُوَ دَافِعُهُمْ لِذَلِكَ كُلِّهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ بِرِيقُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ.

Syiar dari sebagian orang-orang yang ngaku-ngaku Salafi adalah tanpa tindakan untuk kemenangan dan kejayaan Islam:

Dakwah yang mereka peruntukkan dan segala usaha yang mereka luangkan untuknya adalah untuk meruntuhkan dan menumbangkan para da’i kepada Allah, mencemarkan nama baik mereka, mencela mereka, dan melukai hati mereka. Inilah model jihad dan tindakan mereka dalam menolong agama dan meninggikan kalimat-Nya di dunia ini.

Saya tidak akan salah jika saya mengatakan bahwa rasa iri dengki yang terpendam di dada mereka adalah dorongan utama mereka untuk semua itu, jika bukan karena kilau dinar dan dirham”.

MEREKA SUKA MENGADU KE PENGUASA UNTUK MENGHABISI SELAIN GOLONGANNYA.

النَّمِيمَةُ لِلسُّلْطَانِ أَصْلٌ مِنْ أَصُولِ بَعْضِ أَدْعِيَاءِ السَّلَفِيَّةِ:

فَتَرَاهُمْ يَسْتَعِينُونَ بِسَوْطِ السُّلْطَانِ لِإِسْكَاتِ مُخَالِفِيهِمْ بَدَلًا مِنَ الْحُجَّةِ وَالْبُرْهَانِ. لَا يَتَوَرَّعُ الْقَوْمُ عَنْ تَأْلِيبِ السُّلْطَانِ عَلَى مُخَالِفِيهِمْ فِي الْقَضَايَا الِاجْتِهَادِيَّةِ، وَذَلِكَ مِنْ خَلَالِ تَصْوِيرِ هَؤُلَاءِ الْمُخَالِفِينَ بِأَنَّهُمْ خَطَرٌ عَلَى الدَّوْلَةِ وَبَالتَّالِي يَجِبُ اقْتِلاعُهُمْ، وَمِنْ هَؤُلَاءِ مَنْ كَتَبَ مُؤَلِّبًا فِي صَفْحَاتِ الْجَرَائِدِ الْعَامَّةِ. وَمَنْهُجُ السَّلَفِ مَعَ السَّلَاطِينِ مَعْرُوفٌ، فَهُمْ يَتَجَنَّبُونَ أَبْوَابَ السُّلْطَانِ، وَإِنْ كَانَ عَادِلًا مُقِسْطًا اتِّبَاعًا لِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَتَى أَبْوَابَ السُّلْطَانِ افْتَتَنَ"، فَكَيْفَ إِذَا كَانَ يَعْمَلُ بِالنَّمِيمَةِ وَيُرْسِلُ التَّقَارِيرَ وَالْأَشْرِطَةَ الْمُسَجَّلَةَ، لِيَصْطَادَ عِبَارَةً مُوهِمَةً، أَوْ يَتَجَسَّسَ عَلَى شَيْخٍ لِيَتَقَرَّبَ بِدَمِهِ عِنْدَ السُّلْطَانِ. وَقَالَ الثَّوْرِيُّ: "إِذَا رَأَيْتَ الْعَالِمَ يَكْثُرُ الدُّخُولُ عَلَى الْأَمِرَاءِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ لِصٌ". وَهَؤُلَاءِ لَا سَلَفَ لَهُمْ فِي أُسْلُوبِهِمُ التَّحْرِيضِيِّ إلَّا المُعْتَزِلَةِ أَيَّامَ الْمَأْمُونِ وَالْمُعْتَصِمِ حِينَ اسْتَعَانُوا بِسَوْطِ السُّلْطَانِ عَلَى أَهْلِ السُّنَّةِ، وَحِكَايَتُهُمْ مَعَ الْإِمَامِ أَحْمَدَ مَشْهُورَةٌ مَعْلُومَةٌ.

Mengadukan fitnah kepada penguasa adalah salah satu asas dari asas sebagian kelompok yang ngaku-ngaku Salafi:

Anda bisa melihat, bagaimana mereka meminta bantuan dengan cambuk penguasa untuk membungkam suara-suara yang menyelisihi mereka, bukan dengan menggunakan hujjah dan bukti. Mereka tidak segan-segan membuat penguasa memusuhi orang-orang yang menyelisihi mereka dalam masalah-masalah ijtihadiyah furu’iyyah, dengan cara menggambarkan bahwa mereka merupakan ancaman bagi negara dan oleh karena itu harus dicabut hingga akarnya.

Beberapa di antara mereka bahkan menulis tulisan fitnah di halaman-halaman surat kabar umum.

Manhaj Salaf yang benar terhadap para penguasa itu sudah ma’ruf [dikenal], yaitu mereka menjauhi pintu-pintu kekuasaan, meskipun penguasa itu adil dan bijak, sesuai dengan sabda Nabi :

(ومَن اتَّبَعَ السلطانَ افْتُتِنَ)

“Barangsiapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa, maka dia akan diuji.”

[Hadith ini diriwayatkan oleh Abu Dawud (2859), at-Tirmidzi (2256), an-Nasa’i (4309) dengan lafazh ini, dan Ahmad (3362). Di shahikan al-Albani dalam shahih an-Nasaa’i]

Bagaimana jika mereka berperan dalam fitnah dan mengirimkan laporan serta rekaman suara untuk menangkap perkataan yang menyesatkan, atau bahkan melakukan spionase terhadap seorang ulama agar dapat mendekati penguasa dengan darahnya.

Ats-Tsawri pernah mengatakan:

( إِذَا رَأَيْتَ الْعَالِمَ يَكْثُرُ الدُّخُولُ عَلَى الْأُمَرَاءِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ لِصٌ )

“Jika engkau melihat seorang alim sering masuk ke istana, ketahuilah bahwa dia adalah seorang pencuri.”

Mereka tidak memiliki dasar  manhaj Salafi dalam manhaj provokatif mereka kecuali manhaj para Mu’tazilah pada masa al-Ma’mun dan al-Mu’tasim ketika mereka mengandalkan kekuasaan penguasa untuk menentang Ahlul Sunnah. Kisah mereka dengan Imam Ahmad terkenal dan sudah maklum.

MEREKA MENJADIKAN CELA MENCELA SEBAGAI AGAMA DAN LEBIH SUKA MENYERANG PARA DA’I SUNNAH DARI PADA SEKTE-SEKTE LAINNYA .

تَقْدِيمُ هَدْمِ دُعَاةِ السُّنَّةِ عَلَى أَهْلِ الْفُرَقِ. لِلطَّائِفَةِ الَّتِي اتَّخَذَتْ سَبَّ الدُّعَاةِ إِلَى اللهِ دِينًا: أَنَّ أَهْلَ الْبِدَعِ الْكُبْرَى كَالرَّفْضِ وَالتَّجْهِمِ وَالْإِرْجَاءِ وَاللَّادِينِيِّينَ، يَقُولُونَ عَنْهُمْ: هَؤُلَاءَ مَعْرُوفُ أَمْرُهُمْ، ظَاهِرُ فِعْلِهِمْ وَلِذَلِكَ فَلَا يَجُوزُ أَنْ نَنْشَغَلَ بِهِمْ بَلْ يَجِبُ أَنْ نَنْشَغِلَ بِالدُّعَاةِ إِلَى اللهِ لِنُبَيِّنَ أَخْطَائَهُمْ لِأَنَّهَا تُخْفَى عَلَى النَّاسِ. فَنَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الْخِذْلَانِ عَنْ طَرِيقِ الْحَقِّ، نَسْأَلُهُ جَلَّ وَعَلَا أَلَا يَزِيغَ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا. فَانْظُرْ كَيْفَ عَمِيَ هَؤُلَاءِ عَنْ حَرْبِ الْمُحَارِبِينَ لِلْإِسْلَامِ وَانْشَغَلُوا بِحَرْبِ أَوْلِيَاءِ الرَّحْمَنِ وَالدُّعَاةِ إِلَى اللهِ!! وَنَهَشُ لَحْوَمَهُمْ وَتَفْضِيلُ جِهَادِهِمْ بَدَلًا مِنْ مُؤَازَرَتِهِمْ وَالنَّصْحِ لَهُمْ، وَتَسْدِيدُ أَخْطَائِهِمْ.. فَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ.

Mereka lebih mengutamakan penyerangan terhadap para da’i Sunnah dari pada para ahli firqoh lainnya.

Alasan bagi kelompok yang menjadikan caci maki terhadap para da’i kepada Allah sebagai agama adalah :

Mereka mengatakan bahwa orang-orang yang terlibat dalam bid’ah besar seperti Rafidhah, Tajahhum, Irjaa’, dan orang-orang yang tidak berpegang pada agama, maka mereka menyatakan bahwa masalah kesesatan mereka sudah jelas, perbuatan sesat mereka terang benderang , dan oleh karena itu tidak boleh kita sibuk dengan mereka.

Sebaliknya, kita harus menyibukkan diri kita dengan para da’i Allah dari ahlus-Sunnah, agar kami bisa menjelaskan kesalahan mereka karena kesalahan mereka itu tersembunyi bagi orang-orang.

[Kami berlindung kepada Allah dari kegagalan mengikuti jalan yang benar, kami memohon kepada-Nya, Yang Maha Tinggi dan Maha Agung, agar tidak menyimpangkan hati kami setelah memberikan petunjuk kepada kami].

Lihatlah bagaimana mereka buta terhadap perang yang dilancarkan oleh orang-orang yang memerangi Islam, dan sebaliknya mereka sibuk dengan perang terhadap para wali ar-Rahman dan para da’i Allah!

Mereka lebih suka merobek daging wali-wali ar-Rahman dan lebih suka berjihad menyerang para da’i Allah dari pada memberikan dukungan dan memberikan nasehat kepada mereka, serta membimbing mereka dari kesalahan mereka.

Sungguh, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

MEREKA SUKA MELONTARKAN LABEL "SESAT MENYESATKAN" KEPADA PARA DA’I HIDAYAH .

إِطْلَاقُ وَصْفِ الضَّالِ الْمَضِلِ عَلَى دُعَاةِ هُدًى:

اِسْتَسْهَلَ هَؤُلَاءِ إِطْلَاقَ الْأَلْفَاظِ الْكَبِيرَةِ الْعَظِيمَةِ وَمِنْ أَلْفَاظِهِمُ الَّتِي تَسْهُلُ عَلَى أَلْسِنَتِهِمْ إِطْلَاقَ وَصْفِ "الضَّالِ الْمُضِلّ" وَ "الْخَبِيثِ" عَلَى دُعَاةِ الْهُدَى وَالْخَيْرِ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَإِطْلَاقُ هَذَا الْوَصْفِ عَلَى مَنْ لَا يَسْتَحِقُهُ كَبِيرَةٌ مِنَ الْكَبَائِرِ، وَلَا شَكَّ أَنَّ مِثْلَهُ يَعُودُ عَلَى قَائِلِهِ نَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الْخِذْلَانِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ.

Mereka dengan mudah melepaskan kata-kata yang mengandung dosa besar dan dahsyat dampak negatifnya , dan di antara kata-kata yang dengan mudah mereka lontarkan adalah deskripsi “SESAT MENYESATKAN” dan “BUSUK” terhadap para da’i yang mengajak pada hidayah dan kebaikan dari kalangan Ahlussunnah wal Jamaah.

Penggunaan deskripsi ini terhadap mereka yang tidak pantas , itu benar-benar merupakan dosa besar, dan tidak diragukan bahwa hal seperti itu akan kembali kepada pembicaranya.

Kami berlindung kepada Allah dari kehinaan ini, dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

MENURUT MEREKA : MENCACI MAKI PARA DA’I ADALAH IBADAH YANG LEBIH AFDHOL DARIPADA SHALAT DAN PUASA. 

سَبُّ الدُّعَاةِ قُرْبَةٌ إِلَى اللهِ وَعَمَلٌ صَالِحٌ أَفْضَلُ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّوْمِ:

الْأَصْلُ التَّاسِعُ وَالْعِشْرُونَ مِنْ أَصُولِ هَذَا الْفِكْرِ هُوَ التَّعْبُدُ لِلَّهِ بِسَبِّ الصَّالِحِينَ وَشَتْمِهِمْ وَلَعْنِهِمْ. فَالْمُسْلِمُ الدَّاعِي الَّذِي يُمْكِنُ أَنْ يَكُونَ قَدْ أَخْطَأَ تَأْوِيلًا أَوْ جَهْلًا يَصْبَحُ وُقُوعُهُ فِي هَذَا الْخَطَأِ الِاجْتِهَادِيِّ سَبَبًا فِي اسْتِحْلَالِ عَرْضِهِ بَلْ دَمِهِ. وَقَائِمَةُ السَّبَابِ عِنْدَ هَؤُلَاءِ الْجُرَاحِينَ طَوِيلَةٌ فَـ "الْخَبِيثِ"، وَ"الْخَنِيثِ"، وَ"الزَّنْدِيقِ"، وَ"الْمُبْتَدِعِ" وَأَوْصَافُ سَهْلَةٌ عَلَى أَلْسِنَةِ هَؤُلَاءِ الْجُرَاحِينَ يَقُولُونَهَا فِي كُلِّ مُنَاسَبَةٍ، وَيُطْلَقُونَهَا عَلَى الصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِ اللهِ دُونَ أَيِّ تَأْثِيمٍ أَوْ مُرَاجَعَةٍ لِلنَّفْسِ، بَلْ بِصَدْرٍ مُنْشَرِحٍ، وَيَظُنُّونَ أَنَّ هَذَا أَرْجَى أَعْمَالِهِمْ عِنْدَ أَعْمَالِهِمْ عِنْدَ اللهِ: (إِذْ تَلْقَوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللهِ عَظِيمٌ) [النور : 15]

Menurut kelompok bermanhaj tahdzir ini : Menghina dan mencaci para Da’i Allah adalah merupakan ibadah qurbah kepada Allah dan amal shalih yang Lebih Baik dari pada Shalat dan Puasa:

Asas yang kesembilan puluh dari prinsip-prinsip pemikiran kelompok ini adalah :

Beribadah kepada Allah dengan mencela dan mencaci maki orang-orang shaleh, menjelek-jelekkan mereka, dan melaknat mereka. Menurut mereka : jika ada seorang Muslim yang berdakwah yang mungkin saja dia melakukan kesalahan dalam penafsiran atau kekurangan ilmu, maka apabila dia terjatuh dalam kesalahan ijtihadi ini, bisa menjadi sebab diperbolehkannya untuk merusak nama baiknya dan bahkan menghilangkan nyawanya.

Daftar kata cacian dan celaan dari pihak-pihak yang memiliki pemikiran ini sangat panjang dan banyak, diantaranya adalah seperti berikut ini :

“Khobiits [yang busuk]”, “Khoniits [yang licik]”, Zindiq [yang sesat], “Mubtadi’ [ahli bid’ah]”, dan kata-kata lain yang mudah dilontarkan oleh lisan-lisan mereka setiap kesempatan, diberikan kepada orang-orang yang saleh di antara hamba-hamba Allah tanpa memikirkan dosa atau introspeksi diri, bahkan dengan bangga dan dada yang terbuka lebar. Mereka mengira bahwa perbuatan ini lebih baik di sisi Allah:

إِذْ تَلَقَّوْنَهُۥ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَّا لَيْسَ لَكُم بِهِۦ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُۥ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمٌ

(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar. (QS. An-Nur: 15)”.

[[Hati nurani dan rasa kemanusian kelompok ini sudah bebal dan tertutup rapat, mereka tidak merasakan betapa besarnya sakit hati orang lain akibat kebusukan kata-kata yang keluar dari mulutnya . Mereka berjalan dimuka bumi penuh dengan rasa congkak, sombong dan rasa takjub pada dirinya karena merasa dirinya paling shaleh dan Ahdaa, yang dikemas dengan kemasan manhaj khawarij pemecah belah umat. Pen]].

AYAT-AYAT AL-QUR’AN UNTUK KAUM KAFIR , MEREKA SASARKAN KEPADA KAUM MUSLIMIN.

إِنْزَالُهُمُ الْآيَاتِ النَّازِلَةِ فِي الْكُفَّارِ عَلَى الْمُسْلِمِينَ:

هَذِهِ الْفِئَةُ الَّتِي اتَّخَذَتْ سَبَّ الْمُسْلِمِينَ دِينًا أَرَادَتْ أَنْ تَسْتَدِلَّ لِمَنْهَاجِهَا فِي تَجْرِيحِ أَهْلِ الْإِسْلَامِ وَتَبْدِيعِهِمْ وَتَفْسِيقِهِمْ وَاسْتِبَاحَةِ أَعْرَاضِهِمْ، وَوُجُوبِ مُفَارَقَةِ الصَّالِحِينَ مِنْهُمْ وَهَجْرِهِمْ، وَتَعْطِيلِ دَعْوَتِهِمْ، أَرَادَتْ أَنْ تَسْتَدِلَّ لِهَذَا الْمَنْهَجِ الْفَاسِدِ مِنَ الْقُرْآنِ، فَاِسْتَدَلَّتْ بِالْآيَاتِ النَّازِلَةِ فِي الْكُفَّارِ، وَأَنَّ الرُّسُلَ جَاءُوا لِلتَّفْرِيقِ بَيْنَ الْأَبِ وَأَبِيهِ وَالزَّوْجِ وَزَوْجِتِهِ، وَالْأَخِ وَأَخِيهِ، وَيَسْتَدِلُ بَعْضُهُمْ فِي دُرُوسِهِ بِأَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَاءَ فَرْقًا بَيْنَ النَّاسِ أَوْ قَدْ فَرَّقَ بَيْنَ النَّاسِ، وَيَجْعَلُونَ هَذَا الْحَدِيثَ دَلِيلاً عَلَى وُجُوبِ التَّفْرِيقِ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ، فَالسَّلَفِيُّ غَيْرُ الْإِخْوَانِيِّ غَيْرُ التَّبْلِيغِيِّ... وَيُعَقِّدُونَ الْوَلَاءَ وَالْبَرَاءَ بَيْنَ السَّلَفِيِّينَ وَهَؤُلَاءِ، كَمَا هُوَ الْوَلَاءُ وَالْبَرَاءُ مَعَ الْكُفَّارِ..!! فَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. وَالْحَدِيثُ فِي التَّفْرِيقِ بَيْنَ الْمُؤْمِنِ وَالْكَافِرِ يَحْمِلُونَهُ عَلَى وُجُوبِ التَّفْرِيقِ بَيْنَ مُسْلِمٍ وَآخَرَ، وَيُسْتَدَلُ بَعْضُهُمْ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: "وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ" [النمل 45] أَنَّ صَالِحًا جَاءَ لِيُفَرِّقَ بَيْنَ قَوْمِهِ. وَيَرَى هَذَا الْمُسْتَدِلُ بِهَذِهِ الْآيَةِ أَنَّهُ عِنْدَمَا يُفَرِّقُ بَيْنَ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمٍ!! فَهُوَ تَابِعٌ لِصَالِحٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي تَفْرِيقِهِ بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْكَافِرِينَ. فَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ

“Ayat-ayat yang diturunkan kepada orang kafir, mereka arahkan kepada kaum Muslimin:

Kelompok ini yang menganggap mencela umat Islam sebagai agama, ingin menunjukkan dalil manhaj mereka dalam mencacimaki orang Islam, menyatakan ahli bid’ah pada mereka, menganggap kaum fasiq pada mereka, serta menghalalkan pencemaran nama baik mereka. Mereka menganggap wajib untuk keluar memisahkan dari orang-orang saleh di antara mereka, meninggalkan mereka, dan menghalangi dakwah mereka.

Mereka ingin membuktikan dalil manhaj yang rusak ini dari Al-Qur’an, dengan menggunakan ayat-ayat yang diturunkan untuk orang kafir. Mereka mengklaim bahwa para rasul datang untuk memecah belah dan memisahkan antara ayah dan anak, suami dan istri, saudara dan saudaranya.

Sebagian dari mereka dalam kajian-kajiannya berdalil dengan mengatakan bahwa Muhammad datang untuk memisahkan antara manusia, dan mereka menjadikan hadits ini sebagai bukti wajibnya memisahkan antara kaum Muslimin, maka yang beraliran Salafi , bukanlah Ikhwani dan bukan pula tablighi.

Mereka menetapkan perbandingan al-walaa [kesetiaan] dan al-baroo [pembebasan diri] antara Salafi dan kelompok-kelompok tersebut, sama seperti menetapkan al-walaa wal baroo antara salafi dengan orang kafir.

Laa Haula walaa Quwwata Illa Billah [Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah].

Hadits tentang pemisahan antara mukmin dan kafir mereka gunakan untuk menunjukkan wajibnya memisahkan antara seorang Muslim dan yang lainnya.

Ada sebagian dari mereka yang merujuk pada firman Allah Ta’ala:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ

‘Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kaum Tsamud saudaranya Shaleh, (dengan memerintahkan kepada mereka): ‘Sembahlah Allah.’ Maka tiba-tiba mereka terpecah menjadi dua golongan yang bermusuhan.’” [Q.S. An-Naml: 45].

Mereka menyimpulkan bahwa Shaleh datang untuk memecah belah dan memisahkan antara kaumnya. Mereka berpendapat bahwa ketika seseorang memisahkan antara seorang muslim dengan muslim lainnya, maka ia telah mengikuti sunnah Nabi Shaleh ‘alaihissalam dalam memisahkan antara kaum mukminin dan kaum kafir.

Laa Haula walaa Quwwata Illa Billah al-‘Aliyyi al-‘Adziim [Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung].”

[[ TAMBAHAN DARI PENULIS (Abu Haitsam) :

DALIL MEREKA YANG LAIN NYA :

Mereka juga berdalil dengan ayat al-Qur’an yang melarang duduk-duduk bersama orang kafir dan musyrik . Dan menurut mereka bahwa kaum muslimin selain golongannya sama hukumnya dengan orang kafir dan musyrik ; maka tidak boleh duduk-duduk pula bersama nya . Mereka berdalil dengan firman Allah SWT :

﴿وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَىٰ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ﴾

Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika tidak , maka syaitan akan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), oleh karena itu janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). [QS. Al-An’am : 68].

BANTAHAN :

Bantahan terhadap pemahaman khawarij tentang ayat ini adalah sbb :

Pertama : ayat tersebut di tujukan pada orang kafir yang mengolok-olokkan agama dan melecehkannya . Sebagaimana dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

{ وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتابِ أَنْ إِذا سَمِعْتُمْ آياتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِها وَيُسْتَهْزَأُ بِها فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذاً مِثْلُهُمْ }.

Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kalian di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah dikufuri (diingkari) dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kalian duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian) tentulah kalian serupa dengan mereka. (An-Nisa: 140)

Dan adapun firman-Nya : “ Sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian) tentulah kalian serupa dengan mereka. (An-Nisa: 140)” , maka Muqatil ibnu Hayyan mengatakan :

نَسَخَت هَذِهِ الْآيَةُ الَّتِي فِي الْأَنْعَامِ. يَعْنِي نُسخَ قَوْلُهُ: {إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ} لِقَوْلِهِ {وَمَا عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَلَكِنْ ذِكْرَى لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ} .

 Bahwa ayat surat Al-An’am ini menasakh [meghapus] firman-Nya: {tentulah kalian serupa dengan mereka}. (An-Nisa: 140). Karena ada dalil firman Allah yang mengatakan:

وَما عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَلكِنْ ذِكْرى لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun atas orang-orang yang memelihara dirinya terhadap dosa mereka (yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah); tetapi (kewajibannya ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa. (Al-An’am: 69) . [Tafsir Ibnu Katsir : 2/435].

Kedua : larangan duduk-duduk bersama dengan orang-orang kafir itu terbatas pada saat pembicaraannya mengolok-olok ayat-ayat Allah dan menistakannya , namun jika mereka telah merubah pembicaraannya ke arah yang lain , maka larangan tersebut tidak berlaku .

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata :

قَالَ: ﴿وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا﴾ أَيْ: بِالتَّكْذِيبِ وَالِاسْتِهْزَاءِ ﴿فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ﴾ أَيْ: حَتَّى يَأْخُذُوا فِي كَلَامٍ آخَرَ غَيْرِ مَا كَانُوا فِيهِ مِنَ التَّكْذِيبِ، ﴿وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ﴾ وَالْمُرَادُ بِهَذَا كُلُّ فَرْدٍ، فَرْدٌ مِنْ آحَادِ الْأُمَّةِ، أَلَّا يَجْلِسَ مَعَ الْمُكَذِّبِينَ الَّذِينَ يُحَرِّفُونَ آيَاتِ اللَّهِ وَيَضَعُونَهَا عَلَى غَيْرِ مَوَاضِعِهَا، فَإِنْ جَلَسَ أَحَدٌ مَعَهُمْ نَاسِيًا ﴿فَلا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى﴾ بَعْدَ التَّذَكُّرِ ﴿مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ﴾

وَلِهَذَا وَرَدَ فِي الْحَدِيثِ: "رُفِعَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ.

وَقَالَ السُّدِّي، عَنْ أَبِي مَالِكٍ وَسَعِيدِ بْنِ جُبَيْر فِي قَوْلِهِ: ﴿وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ﴾ قَالَ: إِنْ نَسِيتَ فَذَكَرْتَ، فَلَا تَجْلِسْ مَعَهُمْ. وَكَذَا قَالَ مُقَاتِلُ بْنُ حَيَّانَ.

Ibnu Abbas berkata, “Allah berfirman, ‘Dan apabila kamu melihat orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami...’ yaitu dengan mendustakan dan mencemoohnya. ‘Maka berpalinglah dari mereka hingga mereka merubah pembicaraanya dan masuk ke dalam pembicaraan selain itu yang ada pendustaan ‘. { Dan jika tidak , maka syaitan akan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini)} .

Dan yang dimaksud dengan ini adalah setiap individu, individu dari umat yang tidak duduk bersama para penista yang memutarbalikkan ayat-ayat Allah dan menempatkannya di tempat-tempat yang salah. Jika kamu duduk bersama mereka karena lupa, ‘maka setelah teringat janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang dzalim’.”

Dan oleh karena itu telah ada dalam hadis : “Kesalahan tanpa sengaja dan kelupaan dari umatku diampuni dan apa yang mereka lakukan karena dipaksa padanya.”

[HR. Ibnu Majah no.(2043) , Al-Tabarani dalam ((al-Mu’jam al-Kabir)) (8273), dan Al-Bayhaqi (11787) dari Abu Dzar al-Ghifari (ra). Di shahihkan al-Albani dalam Sahih al-Jami’ no. 1836].

Dan al-Suddi mengatakan, dari Abu Malik dan Sa’id bin Jubair tentang firman Allah : { Dan jika tidak , maka syaitan akan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini)}, dia berkata : “Jika kamu lupa, lalu kamu ingat, maka janganlah duduk bersama mereka.” Demikian pula Mukatil bin Hayyan mengatakan. [Tafsir Ibnu Katsir 3/278]

Dalam sebuah hadis di katakan :

«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلَا يَجْلِسْ عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا الْخَمْرُ»

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka janganlah ia duduk-duduk di meja makan di mana minuman keras disajikan [diedarkan]”.

[HR. At-Tirmidzi (2801) dan redaksi ini miliknya , Al-Nasa’I (401) dengan singkat, dan Ahmad (14651) dengan sedikit perbedaan] . Di Hasankan Ibnu Katsir dalam Musnad al-Faaruq 1/411 dan dishahihkan al-Albaani dalam Hidayatur Ruwaah no. 4403].

CIRI KHAS KHAWARIJ : MENIMPAKAN AYAT UNTUK ORANG KAFIR KEPADA ORANG BERIMAN:

Ciri ini telah diungkapkan pula oleh Abdullah bin Umar radhiallahu anhu sebagaimana disebutkan oleh Bukhari tanpa sanad adalah sebagai berikut:

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَرَاهُمْ شِرَارَ خَلْقِ اللَّهِ ، وَقَالَ : إِنَّهُمُ انْطَلَقُوا إِلَى آيَاتٍ نَزَلَتْ فِي الكُفَّارِ ، فَجَعَلُوهَا عَلَى المُؤْمِنِينَ

“Ibnu Umar menilai mereka sebagai seburuk-buruk makhluk Allah. Dia berkata, ‘Mereka mencari-cari ayat-ayat yang turun terhadap orang-orang kafir lalu mereka timpakan kepada orang-orang beriman.”(Fathul Bari, 12/282)

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata :

"وَصَلَهُ الطَّبَرِيُّ فِي مُسْنَدِ عَلِيٍّ مِنْ تَهْذِيبِ الْآثَارِ مِنْ طَرِيقِ بَكِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْأَشَجِّ أَنَّهُ سَأَلَ نَافِعًا كَيْفَ كَانَ رَأْيُ ابْنِ عُمَرَ فِي الْحَرُورِيَّةِ – وَهُوَ أَحَدُ أَسْمَاءِ الْخَوَارِجِ - ؟ قَالَ: ( كَانَ يَرَاهُمْ شَرَارَ خَلْقِ اللَّهِ ، انْطَلَقُوا إِلَى آيَاتِ الْكُفَّارِ فَجَعَلُوهَا فِي الْمُؤْمِنِينَ ) . قُلْتُ: وَسَنَدُهُ صَحِيحٌ."

Ath-Thabary menyambungnya sanadnya dalam musnad Ali min Tahzib Al-Atsar dari jalur Bakir bin Abdillah bin Al-Asyaj, bahwa dia bertanya kepada Nafi, tentang bagaimana pandangan Ibnu Umar terhadap kelompok Haruriyah (nama lain untuk kelompok Khawarij)? Dia berkata, “Beliau berpendapat bahwa mereka adalah seburuk-buruk makhluk Allah, mereka mencari-mencari ayat tentang orang-orang kafir lalu mereka timpakan kepada orang-orang beriman.” Saya katakan, ‘Sanadnya shahih’” (Fathul Bari, 12/286)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata :

"وَالْمَقْصُودُ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (إِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ: كِتَابَ اللَّهِ)، فَحَضَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ ثُمَّ قَالَ: (وَعِتْرَتِي، أَهْلَ بَيْتِي؛ أُذَكِّرُكُمُ اللَّهُ فِي أَهْلِ بَيْتِي، ثَلَاثًا)؛ فَوَصَّى الْمُسْلِمِينَ بِهِمْ، لَمْ يَجْعَلْهُمْ أَئِمَّةً يَرْجِعُ الْمُسْلِمُونَ إِلَيْهِمْ، فَانْتَحَلَتِ الْخَوَارِجُ كِتَابَ اللَّهِ، وَانْتَحَلَتِ الشِّيَعَةُ أَهْلَ الْبَيْتِ، وَكِلَاهُمَا غَيْرُ مُتَّبِعٍ لِمَا انْتَحَلَهُ.

فَإِنَّ الْخَوَارِجَ خَالَفُوا السُّنَّةَ الَّتِي أَمَرَ الْقُرْآنُ بِاتِّبَاعِهَا، وَكَفَرُوا الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ أَمَرَ الْقُرْآنُ بِمُوَالَاتِهِمْ. وَلِهَذَا تَأَوَّلَ سَعِيدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ فِيهِمْ هَذِهِ الآيَةَ (وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ * الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ)، وَصَارُوا يَتَتَبَّعُونَ الْمُتَشَابِهَ مِنَ الْقُرْآنِ فَيَتَأَوَّلُونَهُ عَلَى غَيْرِ تَأْوِيلِهِ، مِنْ غَيْرِ مَعْرِفَةٍ مِنْهُمْ بِمَعْنَاهُ، وَلَا رُسُوخٍ فِي الْعِلْمِ، وَلَا اتِّبَاعٍ لِلسُّنَّةِ، وَلَا مُرَاجَعَةٍ لِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ الَّذِينَ يَفْهَمُونَ الْقُرْآنَ.

وَأَمَّا مُخَالَفَةُ الشِّيْعَةِ لِأَهْلِ الْبَيْتِ فَكَثِيرَةٌ جِدًّا قَدْ بُسِّطَتْ فِي مَوَاضِعَ."

“Maksudnya adalah bahwa sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata, ‘Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara berharga; Kitabullah, beliau mendorong berpegang teguh terhadap Kitabullah. Lalu beliau bersabda, ‘Dan keluargaku, ahli baitku. Aku ingatkan kalian terhadap ahli baitku. Diucapkan sebanyak tiga kali.”

Maka beliau berwasiat kepada kaum muslimin untuk memperhatikan mereka. Beliau tidak menyuruh menjadikan mereka sebagai imam yang harus menjadi rujukan kaum muslimin. Maka kaum khawarij mengambil Kitabullah, sedangkan kaum syiah mengambil Ahlul Bait, tapi keduanya tidak komitmen terhadap apa yang mereka ambil.

Karena kaum khawarij menyelisihi sunah yang telah diperintahkan Al-Quran untuk diikuti. Mereka mengkafirkan orang-orang beriman yang Allah perintahkan untuk menyayanginya. Karena itu, Saad bin Abi Waqash menafsirkan ayat berikut ditujukan untuk mereka;

﴿وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ. الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ ﴾

“Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi.” [QS. Al-Baqarah: 26-27].

Mereka mencari-cari ayat yang samar untuk mereka tafsirkan tidak sebagaimana mestinya dan tanpa memahami maknanya serta tidak berdasarkan kemapanan ilmu, juga tidak mengikuti sunah dan merujuk kepada jamaah kaum muslimin yang memahami Al-Quran. (Majmu Fatawa, 7/481-482)

Sesungguhnya kaum khawarij memiliki ciri jiwa yang kuat, berani dan militan sehingga orang yang melihatnya menjadi tertarik dan terpesona, sehingga Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

"يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلاَتَهُ مَعَ صَلاَتِهِمْ ، وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِ".

“Seseorang akan merasa hina shalatnya dibanding shalat mereka, merasa hina puasanya dibanding puasa mereka.” (HR. Bukhari, no. 3610 dan Muslim, no. 1064).

[SAMPAI DI SINI TAMBAHAN PENULIS (Abu Haitsam)].

LANJUTAN ARTIKEL :

PERHATIAN UTAMA KELOMPOK INI MENDATA & MENGUMPULKAN KESALAHAN ORANG LAIN :

الْهَمُّ الْأَوَّلُ لِأَدْعِيَاءِ السَّلَفِيَّةِ جَمْعُ مَثَالِبِ الدُّعَاةِ مِنْ أَجْلِ التَّنْفِيرِ النَّاسِ مِنْهُمْ:

Perhatian utama dari para da’i yang ngaku-ngaku aliran Salafi adalah mencari dan mengumpulkan aib dan kelemahan para da’i selain golongannya agar orang-orang lari dari mereka dan menghajernya:

جَعَلَ هَؤُلَاءِ الْجَرَّاحُونَ هُمَّهُمُ الْأَوَّلَ فِي الدَّعْوَةِ إِلَى اللَّهِ هُوَ الْوُقُوفُ عَلَى أَخْطَاءِ الدُّعَاةِ، وَجَمْعِ مَثَالِبِهِمْ، وَحِفْظِ سَقَطَاتِهِمْ بِرَقْمِ الصَّفْحَةِ، وَنَصِّ كَلَامِهِمْ وَالِاهْتِمَامِ بِنَشْرِ هَذِهِ المَثَالِبِ وَالسَّقَطَاتِ بِقَصْدِ تَنْفِيرِ النَّاسِ مِنْهُمْ لَا بِقَصْدِ تَحْذِيرِ النَّاسِ مِنَ الْوُقُوعِ فِيهَا، أَوِ النُّصْحِ لِمَنْ وَقَعُوا فِيهَا، وَإِنَّمَا بِقَصْدِ أَنْ يُّنَفِّرُوا النَّاسَ عَنِ الدَّاعِي إِلَى اللَّهِ وَيُبْطِلُوا جَمِيعَ جِهَادِهِ وَكُلِّ حَسَنَاتِهِ، وَيَهْدِمُوا كُلَّ مَا بَنَوْاهُ، وَيُحَرِّمُوا الْمُسْلِمِينَ مِنْ جَمِيعِ مُؤَلَّفَاتِهِ وَعِلْمِهِ وَلَوْ كَانَ نَافِعًا صَالِحًا. وَهُذَا تَخْرِيبٌ عَظِيمٌ وَسَعْيٌ لِلْإِفْسَادِ فِي الْأَرْضِ، فَلَوْ أَنَّ سَاعِيًا سَعَى فِي جَمِيعِ مَثَالِبِ الْأَئِمَّةِ وَالْفُقَهَاءِ لَوَجَدَ الْكَثِيرَ، وَلَوْ أَنَّ جَامِعًا جَمَعَ سُقُوطَاتِ الْفُقَهَاءِ لَجَمَعَ شَيْئًا لَا يُحْصَى.

Mereka para tukang jarh [pencela] ini menjadikan perhatian utama mereka dalam berdakwah kepada Allah adalah menyibukkan diri dengan mencari kesalahan para da’i selain golongannya , mengumpulkan aib dan cela mereka, mencatat kekurangan mereka dengan nomor halaman, dan menyimpan perkataan mereka yang salah dalam buku catatan, serta besar perhatiannya untuk menyebarkan luaskan aib dan cela mereka serta kekurangannya dengan tujuan agar orang-orang lari dari mereka, bukan bermaksud memberi peringatan kepada orang agar tidak terjerumus ke dalamnya atau memberikan nasehat kepada mereka yang telah terjerumus. Melainkan maksudnya adalah untuk membuat orang menjauhi para da’i kepada Allah, dan menghancurkan semua usaha dan amal kebaikan mereka, serta merobohkan semua yang telah mereka bangun.

Dan mereka juga mengharamkan umat Islam untuk membaca semua karya tulis dan ilmu pengetahuan mereka, meskipun isinya itu banyak manfaat dan kebaikan.

Ini adalah tindakan yang menyebabkan keporak poranda yang besar dan upaya yang akan menyebabkan kerusakan di muka bumi. Jika seseorang berusaha mengumpulkan aib dan kesalahan dari semua orang berimam dan para fuqaha, maka dia akan menemukan jumlah yang banyak. Dan jika seseorang mengumpulkan kekurangan dan kesalahan para fuqaha, maka dia akan mengumpulkan sesuatu yang tak terhitung banyaknya.

YANG BENAR ADALAH TIDAK ADA ULAMA YANG TIDAK PERNAH SALAH

وَقَدْ قَالَ سُلَيْمَانُ التَّيْمِيُّ: " (لَوْ أَخَذْتَ بِرُخْصَةِ كُلِّ عَالِمٍ اجْتَمَعَ فِيكَ الشَّرُّ كُلُّهُ) . قَالَ ابْنُ عَبْدِ البرِّ مُعَقِّبًا: " (هَذَا إِجْمَاعٌ لَا أَعْلَمُ فِيهِ خِلَافًا) [جَامِعُ بَيَانِ الْعِلْمِ وَفَضْلِهِ 291-92]

وَلَا يُوجَدُ عَالِمٌ لَمْ يُتَكَلَّمْ فِيهِ، وَلَا تُذْكُرُ لَهُ جُرْحَةٌ أَوْ سَقْطَةٌ إِلَّا مِنْ رَحْمِ اللَّهِ!! وَهَؤُلَاءِ الْجُرَاحُونَ أَنْفُسُهُمْ لَوِ جَمَعَ جَامِعُ بَعْضِ سَقَطَاتِهِمْ وَزَلَاتِهِمْ مِنْ شَرِيطٍ أَوْ شَرِيطَيْنِ أَوْ كِتَابٍ أَوْ كِتَابَيْنِ أَوْ مُحَاضَرَةٍ أَوْ مُحَاضَرَتَيْنِ لَكَفَّتْ فِي إِسْقَاطِ عَدَالَتِهِمْ، وَتَبْدِيعِهِمْ وَتَكْفِيرِهِمْ عَلَى حَسَبِ أُصُولِهِمْ الْفَاسِدَةِ فِي التَّبْدِيعِ وَالتَّفْسِيقِ وَالتَّجْهِيلِ وَالتَّكْفِيرِ.

Dan telah berkata Sulaiman at-Taimi:

(لَوْ أَخَذْتَ بِرُخْصَةِ كُلِّ عَالِمٍ اجْتَمَعَ فِيكَ الشَّرُّ كُلُّهُ)

“(Jika kamu mengambil rukhshoh [kesalahan yang dimaafkan] dari setiapseorang  alim ulama, maka semua keburukan akan berkumpul padamu).”

Ibnu Abdul Barr berkomentar :

(هَذَا إِجْمَاعٌ لَا أَعْلَمُ فِيهِ خِلَافًا)

“Ini adalah ijma’, yang setahu saya tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini.” [Jami’ Bayan al-Ilm wa Fadhlihi 291-92]

Tidak ada seorang alim pun yang tidak memiliki kekurangan yang diperbincangkan tentangnya. Dan tidak memiliki cacat atau kesalahan, kecuali dengan rahmat Allah!!

Para tukang jarh [pencela] sendiri, jika ada orang yang mau mengumpulkan cacat dan kesalahan mereka dalam sebuah rekaman satu kaset atau dua kaset, atau dalam sebuah buku atau dua buku, atau dalam satu materi ceramah atau dua materi ceramah, maka akan cukup untuk menjatuhkan kredibilitsanya, mengkatagorikannya sebagai ahli bid’ah, dan mengkafirkan mereka, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar mereka yang rusak dalam pembid’ahan, menilai fasiq orang lain, menganggap bodoh orang lain, dan pengkafiran.

MEREKA INI SELALU MENGKLAIM BAHWA SIAPAPUN YANG BERBEDA DENGANNYA LEBIH BERBAHAYA DARI PADA YAHUDI DAN KRISTEN.

وَهُمْ يَدَّعُونَ أَنَّ الْخَطَرَ الَّذِي يَتَهَدَّدُ الْوُجُودَ الْإِسْلَامِيَّ فِي الْأَرْضِ الْيَوْمَ عَلَى أَيْدِي هَذِهِ الْفِرَقِ وَالطَّوَائِفِ الضَّالَّةِ أَشَدُّ بِكَثِيرٍ جِدًّا مِنَ الْخَطَرِ الَّذِي يَتَهَدَّدُهُ عَلَى أَيْدِي الْأَعْدَاءِ الصَّرَحَاءِ مِنْ أَهْلِ الشِّرْكِ وَالْمَذَاهِبِ الْمَادِيَّةِ، إِذْ أَنَّ هَذِهِ الْفِرَقَ وَالطَّوَائِفَ تَدَّعِي الْإِسْلَامَ، وَيَحْسَبُهَا غَيْرُ الْمُسْلِمِينَ عَلَى الْإِسْلَامِ وَهِيَ فِي حَقِيقَتِهَا سوس مَكِينٌ يسري في جُذُوعِ الْإِسْلَامِ وَفُروعِهِ، فِي الْوَقْتِ الَّذِي يَتَغَافَلُونَ فِيهِ عَنْ أَهْلِ الْكُفْرِ وَالْبِدَعَ الظَّاهِرَةِ لِعَجْزِهِمْ عَنْ مُوَاجَهَتِهِمْ.

اعْتَبَارُ الدُعَاةِ أَخطَرَ عَلَى الإِسلامِ مِنَ اليَهُودِ وَالنَّصَارَى وَاللَّادِينِيِّينَ ۔ هَذَا وَهُوَ الوَصفُ الَّذِي يُطْلِقُهُ أَصحَابُ هَذَا الفِكرِ عَلَى الدُعَاةِ إِلَى اللَّهِ، وَجَمَاعَاتِ الدَّعوَةِ وَالقَائِمِينَ بِالأَمْرِ بِالمَعْرُوفِ وَالنَّهِيِ عَنِ المُنكَرِ، وَالَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالقِسْطِ مِنَ النَّاسِ. فَهُؤلَاءِ المُصلِحُونَ المُجتَهِدُونَ فِي إِصْلَاحِ أَحْوَالِ هَذِهِ الأُمَّةِ يَصِفُهُمْ هَؤُلَاءِ بِأَنَّ دَعْوَتَهُمْ وَأَمْرَهُمْ بِالمَعْرُوفِ وَقِيَامَهُمْ بِالحَقِّ أَخطَرَ عَلَى أُمَّةِ الإِسْلَامِ مِنَ اليَهُودِ وَالنَّصَارَى.

فَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، وَإِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ.

Mereka mengklaim bahwa bahaya yang mengancam eksistensi Islam di dunia saat ini yang disebabkan oleh firqoh-firqoh dan sekte-sekte mereka anggap sesat ini, jauh lebih berbahaya daripada bahaya yang ditimbukan oleh musuh-musuh yang jelas dan terang dari kalangan para penyembah berhala dan madzhab-madzhab materialis . Karena firqoh-firqoh dan sekte-sekte ini mengaku-ngaku sebagai umat Islam, sehingga orang-orang non-muslim pun mengiranya sebagai bagian dari Islam, padahal sebenarnya mereka itu adalah serangga perusak, yang merambat di batang-batang Islam dan cabang-cabangnya.

Pada saat yang sama, mereka para tukang jareh [cela] ini mengabaikan musuh-musuh kafir dan ahli bid’ah yang tampak jelas karena kelemahan mereka dan ketidak berdayaan mereka dalam menghadapinya.

Anggapan mereka bahwa para da’i itu lebih berbahaya bagi Islam daripada Yahudi, Nasrani, dan sekulerisme.

Ini adalah deskripsi yang diberikan oleh para penganut pemikiran [tukang jarh] ini terhadap para da’i kepada Allah, jema’ah-jemaah yang berkecimpung dalam dunia dakwah, dan mereka yang aktif menegakkan amar ma’ruf dan nahyi munkar. Mereka yang menyuruh penegakkan keadilan di antara manusia, para pembenah yang tekun dalam memperbaiki kondisi umat ini, namun oleh para tukang jarh ini digambarkan sebagai orang-orang yang lebih berbahaya terhadap umat Islam daripada Yahudi dan Nasrani.

Laa haula walaa quwwata illaa billah . Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun.

MENURUT MEREKA : WAJIB MENGUTAMAKAN PERANG TERHADAP PARA DA’I DARI PADA YAHUDI

"يَجِبُ تَقْدِيمُ حَرْبِ الدُعَاةِ إِلَى اللَّهِ عَلَى حَرْبِ الْيَهُودِ : لما كَانَ هؤلاء يُرَدِّدُونَ وَيَعْتَقِدُونَ أَنَّ الدُّعَاةَ إِلَى اللَّهِ هُمْ أَخْطَرُ عَلَى الْإِسْلَامِ مِنَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى فَإِنَّهُم مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ قَدَّمُوا حَرْبَهُمْ عَلَى حَرْبِ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى وَقَالُوا إِنَّ الْوَاجِبَ كَشْفُ عَوَارِ هَذِهِ الْفِرَقِ – الْجَمَاعَاتِ – وَبَيَانُ ضَلَالِهَا وَالتَّحْذِيرُ مِنْ آثَامِهَا وَخَطَرِهَا، وَتَعْرِيَةِ دُعَاتِهَا وَرُؤُوسِهَا، وَصَرْفِ قُلُوبِ النَّاسِ وَعُقُولِهِمْ عَنْهَا، بَلْ رَأَوْا أَنَّ التَّصَدِّي لِجَمَاعَاتِ الدَّعْوَةِ مُقَدَّمٌ عَلَى التَّصَدِّي لِلْكُفَّارِ وَالْمُنَافِقِينَ وَالْعِلْمَانِيِّينَ وَالْيَسَارِيِّينَ، بِجَمِيعِ أَشْكَالِهِمْ. وَهُوَ عِلَّةُ الْخَوَارِجِ قَدِيمًا وَحَدِيثًا كَمَا وَصَفَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ) الْبُخَارِيُّ 3344."

“Menurut mereka Wajib mendahulukan perang terhadap para da’i kepada Allah daripada perang terhadap Yahudi.

Karena mereka selalu mengulang-ngulang perkataannya dan meyakini bahwa para da’i kepada Allah lebih berbahaya bagi Islam daripada Yahudi dan Nasrani, mereka telah mengutamakan perang terhadap mereka dari pada perang melawan Yahudi dan Nasrani.

Mereka menyatakan bahwa wajib hukumnya mengungkap aurat [aib] dari firqah-firqah ini, menjelaskan kesesatannya, memperingatkan tentang dosa-dosanya dan bahayanya, menelanjangi para da’inya dan para pemimpinnya, dan mengalihkan perhatian hati dan pikiran manusia dari mereka.

Mereka bahkan berpandangan bahwa menjegal dakwah kelompok-kelompok tersebut lebih penting daripada menghadapi dakwah orang-orang kafir, munafik, sekuler, dan sayap kiri, dalam semua bentuknya.

Inilah penyakit kaum Khawarij baik dahulu maupun sekarang, sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah :

(يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ)

‘Mereka memerangi orang-orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala.’ (HR. Bukhari 3344).”

MEREKA MENUDUH ORANG-ORANG BERNIAT BURUK TANPA BUKTI

أَتْهَامُ النِّيَّاتِ بِلَا دَلِيلٍ:

“Menuduh jelek niat-niat hati manusia tanpa bukti:

عِنْدَ هَؤُلَاءِ أَنَّهُمْ لَا يَكْتَفُونَ بِالْحُكْمِ عَلَى الظَّاهِرِ، فَلَقَدْ أَحْرَجَهُمُ الَّذِينَ ظَاهِرُهُمُ الصَّلَاحُ وَالدَّعْوَةُ إِلَى السُّنَّةِ وَالْخَيْرِ، وَلَمَّا اجْتَهَدُوا فَلَمْ يَجِدُوا جَرْحَةً كَبِيرَةً يُهْدِمُونَ بِهَا مَنْ يُرِيدُونَ هَدْمَهُ، فَإِنَّهُمْ اتَّهَمُوا نِيَاتِهِمْ وَقَالُوا "مَا دَعَوْا إِلَى السُّنَّةِ إِلَّا لِهَدْمِهَا" وَ"مَا التَّزَمُوا بِالسَّلَفِيَّةِ إِلَّا لِحَرْبِهَا". وَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَانَ أَخْذُ النَّاسِ بِالظَّنَّةِ. وَاتِّهَامُهُم بِلَا بَيِّنَةٍ رَاجِحَةٍ سِمَةٌ مِنْ سِمَاتِ مَنْهَجِهِمْ الْكَاسِدِ.

Bagi mereka, mereka tidak puas dengan hanya menghakimi dari tampilan luar. Para da’i yang nampaknya baik dalam kesalehan dan berdakwah kepada Sunnah serta kebaikan, telah membuat mereka [para tukang hajr] terdesak dan kesusahan. Ketika mereka telah berusaha keras namun tidak berhasil menemukan cacat besar untuk meruntuhkan orang yang ingin mereka runtuhkan, maka mereka menuduh niat mereka, dengan mengatakan :

‘Mereka tidak mengajak kepada Sunnah kecuali untuk meruntuhkannya’

dan

‘Mereka tidak berpegang pada Salafiyah kecuali untuk berperang melawannya.’

Oleh karena itu, perbuatan mereka, suka mengklaim orang-orang hanya dengan asumsi, dan menuduh manusia tanpa bukti yang meyakinkan, adalah salah satu ciri dari cara manhaj mereka yang rusak dan tidak laku.”

MEREKA MENGANGGAP KESALAHAN ILMIAH LEBIH BESAR DARI PADA AMALIYAH

الأصل الخامس والثلاثون: جَعْلُهُمُ الْخَطَأَ فِي الْمَسَائِلِ الْعِلْمِيَّةِ التِّي يَقَعُ بِهَا بَعْضُ الدُّعَاةِ أَعْظَمَ مِنْهُ فِي الْمَسَائِلِ الْعَمَلِيَّةِ مُطْلَقًا.

“Prinsip yang ke-35: Mereka menjadikan kesalahan dalam masalah-masalah ilmiah, di mana sebagian para da’i kepada Allah melakukan kesalahan, dianggap lebih besar daripada kesalahan mereka dalam masalah-masalah amaliyah secara mutlak.”

"لقد جَعَلَ هؤلاء الجَرَّاحُون الخَطَأ في المَسائِل العِلميّة التي يقعُ بها بَعض الدُعاة أَعظَمَ مِنَ الخَطَأ في المَسائِل العِلميّة مُطلَقًا. وَلِهَذا فإِنَّهُم لا يُعِدُّونَ جرائِمَ الحُكَّامِ الطُّغاةِ في الشُّعُوب الإِسلاميّة، وَما يَقْتَرِفُونَهُ مِن فَسادٍ وَإفْسادٍ وَصَدٍّ عَن سَبِيلِ اللّه، لا يُعَدُّونَ ذلِكَ شَيئًا لِظَنِّهِم أَنَّهُ لا يُعَدُّ أَن يَكُونَ فِسقًا عَمَلِيًّا، بَينَما يُعَظِّمُونَ الشَّنَعَةَ عَلى داعِية وَقَعَ في خَطَأٍ في مَسأَلَةٍ عِلمِيَّةٍ وَيَملؤُونَ الدُّنيا عَوْيًا وَتَشْهِيرًا."

“Mereka telah menjadikan kesalahan dalam masalah-masalah ilmiah, di mana ada sebagian para da’i kepada Allah melakukan kesalahan, dianggap lebih besar daripada kesalahan dalam masalah-masalah amaliyah secara mutlak. Oleh karena itu, mereka tidak menganggap tindakan kejam para penguasa otoriter terhadap umat Islam sebagai suatu kejahatan. Perbuatan mereka yang penuh dengan kefasikan, kerusakan, dan menghalangi jalan Allah, menurut mereka, bukanlah suatu perbuatan maksiat yang nyata. Sementara itu, mereka dengan bengisnya membesarkan-besarkan terhadap seorang dai yang melakukan kesalahan dalam masalah ilmiah, dan memenuhi dunia dengan perbincangan yang menghinakan dan memviralkannya”.

MEREKA BILANG : SECARA MUTLAK BID’AH LEBIH BURUK DARI PADA MAKSIAT.

"وَرُبَّمَا اسْتَدْلُوا بِقَوْلِ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ (الْبِدْعَةُ شَرٌّ مِنَ الْمَعْصِيَةِ) وَهُوَ لَيْسَ عَلَى إطْلَاقِهِ، فَإِنَّ الْخَطَأَ قَدْ يَكُونُ نِسْبِيًّا بِحَسَبِ اخْتِلَافِ الِاجْتِهَادِ، وَقَدْ يَكُونُ فَاعِلُهُ مُثَابًا وَإِن كَانَ مُجْتَهِدًا وَإِن ظَنَّهُ غَيْرُهُ بِدْعَةً، وَقَدْ يَكُونُ مُتَأَوِّلًا. فَلا يَكُونُ الدَّاعِي إِلَى إِفْسَادِ الْمُسْلِمِينَ وَنَشْرِ الرِّبَا وَالزِّنَا وَغَيْرِهَا مِنْ كَبَائِرِ الْفَوَاحِشِ وَالْعَظَائِمِ بَيْنَهُم بِالدَّعْوَةِ إِلَى ذَلِكَ بِالْوَسَائِلِ الْمُرْءِيَّةِ وَالْمُسَمَّعَةِ فَضْلاً عَنِ السَّمَاحِ بِنَشْرِ بِدَعِ الْإِلْحَادِ وَالضَّلَالِ وَالْمَذَاهِبِ الْهَدَّامَةِ عَبْرَ الصَّحَافَةِ وَغَيْرِهَا، أَهْوَنَ ذَنْبًا مِنْ دَاعٍ صَالِحٍ وَقَعَ مُتَأَوِّلًا فِيمَا يُعَدُّ بِدْعَةً عِنْدَ غَيْرِهِ."

“Dan terkadang mereka berdalil dengan perkataan sebagian para ulama yang mengatakan :

(الْبِدْعَةُ شَرٌّ مِنَ الْمَعْصِيَةِ)

Bahwa ‘bid’ah lebih buruk daripada maksiat.’

Ini tidak bersifat mutlak, karena kesalahan dapat bersifat relatif tergantung pada perbedaan penilaian. Kesalahan dapat juga dianggap sebagai amalan yang ber-pahala jika pelakunya bersungguh-sungguh dalam berijtihad, meskipun orang lain menganggapnya bid’ah. Bisa jadi hasil ijtihadnya berdasarkan adanya penafsiran lain .

Oleh karena itu, tidak bisa dikatakan : bahwa seorang da’i yang mengajak pada kerusakan bagi umat Islam, seperti menyebarkan riba, zina, dan dosa besar lainnya dengan menggunakan media visual dan audio, apalagi seorang da’i yang memperbolehkan penyebaran bid’ah kekufuran [mengingkari adanya tuhan] dan kesesatan, serta madzhab-madzhab yang meruntuhkan umat, melalui media pers dan lainnya, itu lebih ringan dosanya dibandingkan dengan seorang dai yang shaleh tetapi terperosok dalam sesuatu yang dianggap bid’ah oleh orang lain”.

MEREKA HANYA MENYEBUTKAN KEBURUKAN PARA DA’I, TANPA MENYEBUT KABAIKANNYA.

لَا يُذْكَرُ لِلدُّعَاةِ وَالْمُصْلِحِينَ إِلَّا سَيِّئَاتِهِمْ

الأَصْلُ السَّابِعُ وَالثَّلَاثُونَ مِنْ أَصُولِ الْبِدْعَةِ عِنْدَ هَؤُلَاءِ هُوَ أَنَّهُمْ لَا يَذْكُرُونَ لِلدُّعَاةِ وَالْمُصْلِحِينَ وَمَنْ يُرِيدُونَ هَدْمَهُمْ مِنْ أَهْلِ الْخَيْرِ إِلَّا سَيِّئَاتِهِمْ فَقَطْ، وَذَلِكَ بِهَدَفِ التَّنْفِيرِ مِنْهُمْ وَإِبْعَادِ النَّاسِ عَنْهُمْ وَتَحْذِيرِ طُلَّابِ الْعِلْمِ مِنْهُمْ وَالْمُلْتَزِمِينَ وَالْعَوَّامِ مِنَ الِاسْتِمَاعِ إِلَيْهِمْ، وَيُسَمُّونَ مَنْهُجَهُمْ هَذَا مَنْهَجِ أَهْلِ السُّنَّةِ فِي النَّقْدِ. وَهَذَا عَلَى الْحَقِيقَةِ هُوَ مَنْهَجُ الْمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةِ الَّذِينَ لَا يُذْكَرُونَ إِلَّا مَا يَظُنُّونَهُ مِنْ أَخْطَاءِ الصَّحَابَةِ أَوْ مَثَالِبِهِمْ وَيَتَعَامَوْنَ عَنْ حَسَنَاتِهِمْ وَبَلَائِهِمْ وَجِهَادِهِمْ، وَلَا يَذْكُرُونَ لِأَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ إِلَّا أَخْطَائِهِمْ لِقَصْدِ تَنْفِيرِ النَّاسِ عَنْهُمْ،

وَهَؤُلَاءِ أَخَذُوا مَنْهُجَ الرَّوَافِضِ وَشَرَّعُوا يُحَذِّرُونَ النَّاسَ مِنَ الدُّعَاةِ إِلَى اللَّهِ وَالْمُصْلِحِينَ وَأَهْلِ الْخَيْرِ لِتَلُمَّسِ أَخْطَائِهِمْ وَالْبَحْثِ عَنْ هَفَوَاتِهِمْ وَتَصِيدِ زَلَاتِهِمْ، وَمِنْ ثَمَّ تَحْذِيرُ النَّاسِ مِنْهُمْ بَدَلًا مِنَ النَّصِحِ لَهُمْ وَالدُّعَاءِ لَهُمْ بِالْخَيْرِ وَتَنْبِيهِهِمْ إِلَى مَا أَخْطَأُوا فِيهِ لِيَحْذَرُوهُ وَيَبْتَعِدُوا عَنْهُ وَتَأْيِيدِهِمْ فِيمَا قَامُوا بِهِ مِنْ نَصْرَةِ الْحَقِّ وَعِزَّةِ الدِّينِ وَنَشْرِ الْإِسْلَامِ. بَلْ هَؤُلَاءِ الْجَرَّاحُونَ يُبْطِلُونَ جَمِيعَ حَسَنَاتِ الدُّعَاةِ حَتَّى وَإِنْ كَانَتْ جِهَادًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَيَرَوْنَ أَنَّ صَلَاتَهُمْ وَصِيَامَهُمْ وَحَجَّهُمْ وَعِبَادَتَهُمْ لَا تُنْفِعُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ لَوُقُوعِهِمْ فِي هَذِهِ الْأَخْطَاءِ الْقَلِيلَةِ التِّي لَا تَخْرُجُ مِنَ الْإِسْلَامِ وَلَا تَدْخُلُ فِي بِدْعَةٍ فَإِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ.

“Mereka hanya menyebutkan keburukan-keburukan para da’i dan para penyeru ishlah”.

“Pokok yang 37 dari prinsip-prinsip bid’ah : menurut kelompok ini adalah bahwa mereka hanya menyebutkan keburukan-keburukan para da’i, penyeru ishlah, dan siapa pun yang ingin mereka hancurkan dari kalangan ahlul khoir, dengan tujuan menggiring opini negatif terhadap mereka, menjauhkan orang-orang dari mereka, memberi peringatan [tahdzir] kepada para pelajar ilmu agar menjauhi mereka, serta orang-orang yang multazim [istiqomah] dan masyarakat umum untuk tidak mendengarkan mereka.

Mereka menamkan manhajnya ini sebagai manhaj Ahlul Sunnah dalam kritikan. Namun, sejatinya ini adalah manhaj para ahli bid’ah dan kelompok syiah Rafidhah yang hanya menyebutkan apa yang mereka anggap sebagai kesalahan dari para Sahabat atau celaan terhadap mereka. Mereka mengabaikan kebaikan-kebaikan mereka, ujian-ujian keimanan mereka, dan jihad mereka. Mereka [syiah rafidhah] hanya menyebutkan kesalahan-kesalahan Ahlul Sunnah wal Jamaah dengan tujuan menghasut ketidaksukaan manusia terhadap mereka.”

Mereka mengikuti manhaj golongan syiah Rafidhah dan menciptakan syariat tahdzir [memberi peringatan] kepada orang-orang terhadap para da’i kepada Allah, para da’i ishlah, dan ahlul khoir, agar dapat menemukan kekeliruan dan mencari kekurangan mereka serta menangkap kesalahan mereka. Kemudian, mereka mentahdzir [memberi peringatan] kepada orang-orang agar menjauhi mereka, bukan memberi nasihat atau berdoa untuk kebaikan mereka, serta memberi tahu mereka tentang kesalahan yang mereka lakukan agar mereka berwaspada dan bisa menghindarinya . Dan mestinya mereka mendukung mereka dalam menegakkan kebenaran, kehormatan agama, dan penyebaran Islam. Sebaliknya, mereka ini malah menghilangkan semua amal baik para da’i, bahkan jika itu adalah jihad fi sabilillah. Mereka berpandangan bahwa shalat, puasa, haji, dan ibadah mereka tidak bermanfaat di hadapan Allah karena kesalahan kecil yang tidak membuat seseorang keluar dari Islam dan tidak masuk dalam bid’ah.

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun [Sesungguhnya, kita milik Allah dan hanya kepada-Nya kita akan kembali].

SLOGAN MEREKA KEPADA LAWANNYA : “ BUKAN DIATAS MANHAJ SALAF”.

اختراعُهُم قَوْلُ "لَيْسَ عَلَى مِنْهَجِ السَّلَفِ" أَوْ "لَيْسَ عَلَى مِنْهَجِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ" وَكَأَنَّهُمْ وَرِثُوا عَرْشَ السَّلَفِيَّةِ دُونَ غَيْرِهِمْ:

Mereka menciptakan slogan “Bukan di atas manhaj Salaf” atau “Bukan di atas manhaj Ahlul Sunnah wal Jama’ah” seolah-olah hanya mereka yang mewarisi takhta salafiyah tanpa yang lain:

اخْتَرَعَ هَؤُلاء الجَرَّاحُوْن هذه العِبَارة "لَيْسَ مِنْ مَنْهَجِ السَّلَف" وهي عبارة مُجْمَلَةٌ تَرْقَى عَنْهُمْ إلَى التَّكْفِيرِ وَالإِخْرَاجِ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَالْفِرْقَةِ النَّاجِيَةِ. وَيُطْلِقُونَ هذه الكَلِمَةَ عَلَى مُجَرَّدِ مُخَالَفَةٍ يَسِيرَةٍ فِي أَمْرِ اجْتِهَادِيٍّ يَسُوغُ فِيهِ الْخِلَافُ، كَالْمُشَارِكَةِ فِي الْمَجَالِسِ النِّيَابِيَّةِ، بِقَصْدِ الإِصْلَاحِ وَدَفْعِ الشَّرِّ، وَكَالْقَوْلِ بِأَنَّ وَسَائِلَ الدَّعْوَةِ لَيْسَتْ تَوْقِيفِيَّةً.

وَهَذِهِ الْكَلِمَةُ كَلِمَةٌ كَبِيرَةٌ، وَاِصْطِلَاحٌ خَطِيرٌ لِأَنَّهُ أَدَّى بِكَثِيرٍ مِنْ هَؤُلَاءِ الْجُرَاحِينَ إلَى التَّكْفِيرِ بِغَيْرِ مُكَفِّرٍ، وَالتَّبْدِيعِ بِغَيْرِ مُبَدِّعٍ لِلْمُسْلِمِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ وَلَا يَخْرُجُونَ عَلَى إِجْمَاعِ الْأُمَّةِ وَيُعْتَقَدُونَ عَقِيدَةَ السَّلَفِ فِي الْإِيمَانِ بِالْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ وَسَائِرِ أُمُورِ الْغَيْبِ وَلَا يُقَدِّمُونَ قَوْلَ أَحَدٍ عَلَى قَوْلِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَلَكِنَّهُمْ قَدْ يُخَالِفُونَ هَؤُلَاءِ فِي أَمْرٍ فَرْعِيٍّ اجْتِهَادِيٍّ يَسُوغُ فِيهِ الْخِلَافُ. فَيُطْلِقُ عَلَيْهِمْ هَؤُلَاءِ هَذِهِ الْكَلِمَةَ الْكَبِيرَةَ "لَيْسَ مِنْ مَنْهَجِ السَّلَفِ" وَ"لَيْسَ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ".

وَهَذِهِ الْكَلِمَةُ لَا تُطْلَقُ إلَّا عَلَى مَنْ وَضَعَ أَصُولًا تُخَالِفُ أَصُولَ أَهْلِ السُّنَّةِ كَإِنْكَارِ السُّنَّةِ أَصْلًا أَوِ الدُّخُولِ فِي بِدْعَةٍ عَقَائِدِيَّةٍ كَالْخُرُوجِ وَالرَّفْضِ وَالْإِرْجَاءِ وَالتَّجَهُّمِ وَالْقَدَرِ، أَوِ تَقْدِيمِ الْعَقْلِ وَالْهَوَى عَلَى النُّصُوصِ مِنَ الْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ، أَوِ الْفَصْلِ بَيْنَ الدِّينِ وَالسِّيَاسَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ مِنَ الْبِدْعِ الْعَقَائِدِيَّةِ الَّتِي تُهَدِّمُ الدِّينَ أَوْ جُزْءًا مِنْهُ.

Mereka membuat ungkapan “Bukan dari manhaj Salaf,” yang merupakan ungkapan umum yang bisa meningkat hingga pada tuduhan takfir dan keluar dari kalangan Ahlul Sunnah wal Jama’ah, yakni : firqoh najiyah [kelompok yang selamat].

Mereka menggunakan istilah ini bahkan untuk perbedaan pendapat kecil yang bersifat ijtihadi, di mana perbedaan tersebut diperbolehkan, seperti berpartisipasi dalam majelis legislatif dengan niat memperbaiki dan mencegah kejahatan, atau berpendapat bahwa metode dakwah tidak bersifat mengikat [tawqiifi].

Dan kalimat ini adalah kalimat yang besar, bukan sepele, istilah yang berbahaya karena banyak dari para tukang jarh ini telah mengarah pada tuduhan takfir tanpa dasar, dan penyalahartian bid’ah tanpa adanya sesuatu yang membid’ahkan bagi kaum Muslim yang beriman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang tidak keluar dari ijma’ (kesepakatan) umat, dan meyakini aqidah Salaf dalam iman terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah, serta seluruh perkara yang ghaib, dan mereka tidak mengutamakan perkataan siapa pun di atas perkataan Allah dan Rasul-Nya. Namun, mereka mungkin berbeda pendapat dalam masalah ijtihadi cabang yang memungkinkan perbedaan pendapat. Akan tetapi oleh mereka disebut dengan istilah besar ini, yaitu : “Bukan dari manhaj Salaf,” dan “Bukan dari Ahlul Sunnah wal Jama’ah.”

Dan kalimat ini tidal boleh digunakan kecuali untuk orang yang menetapkan prinsip-prinsip yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Ahlul Sunnah, seperti pengingkaran terhadap Sunnah secara keseluruhan atau terlibat dalam bid’ah aqidah [keyakinan] seperti kelompok khawarij (keluar memisahkan diri dari jemaah kaum muslimin), syiah rafidhah, irja’ [murji’ah], jahamiyyah dan qodariyyah atau memberikan prioritas pada akal dan hawa nafsu di atas teks-teks Al-Qur’an dan As-Sunnah. Atau memisahkan antara agama dan politik, dan sejenisnya, yang termasuk dalam bid’ah keyakinan yang meruntuhkan agama atau sebagian dari agama tersebut.

SENJATA MEREKA : “ HAJERLAH AHLI BID’AH !” UNTUK MENYERANG PARA DA’I

اِسْتِخْدَامُهُمْ سِلَاحُ هَجْرِ الْمُبْتَدِعِ ضِدَّ الْمُسْلِمِينَ الْمُصْلِحِينَ:

هَجْرُ الْمُبْتَدِعِ وَسِيْلَةٌ شَرْعِيَّةٌ لِلْإِصْلَاحِ تَخْضَعُ لِلْمَصَالِحِ وَالْمَفَاسِدِ وَهُوَ مِنْ أُصُوْلِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَقَدْ اسْتَخْدَمَهُ أَهْلُ السُّنَّةِ لِمُحَارَبَةِ الْبِدْعَةِ وَتَقْلِيْلِ ضَرَرِهَا وَشَرِّهَا وَالتَّحْذِيْرِ مِنْ أَهْلِهَا، وَقَدْ وَضَعَ أَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ ضُوَابِطَ لِذَلِكَ وَمِنْهَا: أَنَّ الْحُكْمَ عَلَى الْمُبْتَدِعِ مَتْرُوكٌ لِلْأُمَّةِ الْأَعْلَامِ الَّذِيْنَ يُمِيْزُوْنَ بَيْنَ السُّنَّةِ وَالْبِدْعَةِ

فَقَدْ كَانَ الصَّحَابَةُ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ – أَنْفُسَهُمْ يَرْجِعُوْنَ إِلَى الْعُلَمَاءِ مِنْهُمْ قَبْلَ الْحُكْمِ عَلَى أَمْرٍ جَدِيْدٍ، كَمَا رَجَعَ أَبُو مُوْسَى الْأَشْعَرِيُّ إِلَى ابْنِ مَسْعُوْدٍ لَمَّا رَأَى فِي الْمَسْجِدِ أَنَّاسًا مُتَحَلِّقِيْنَ وَفِي وَسَطِ كُلِّ حَلْقَةٍ كَوْمٌ مِنَ الْحَصَى، وَعَلَى رَأْسِ كُلِّ حَلْقَةٍ رَجُلٌ يَقُوْلُ لَهُمْ سُبْحُوْا مِائَةً فيُسَبِّحُوْنَ كَبِّرُوْا مِائَةً فيُكَبِّرُوْنَ، فَلَمْ يَتَعَجَّلْ أَبُو مُوْسَى الْحُكْمَ عَلَيْهِمْ حَتَّى سَأَلَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ فِي ذَلِكَ. [رَوَاهُ الدَّارِمِيُّ 208].

وَكَذَلِكَ رَجَعَ النَّاسُ إِلَى ابْنِ عُمَرَ لَمَّا نَشَأَ الْقَدَرُ، وَرَجَعُوا إِلَى عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ لَمَّا ظَهَرَ الْخَوَارِجُ وَهَكَذَا.

وَمِنْ أَصُوْلِ أَهْلِ السُّنَّةِ أَنَّ الْهَجْرَ لِلتَّأَدِّبِ وَأَنَّهُ يَخْتَلِفُ بِحَسَبِ قُوَّةِ الْهَاجِرِ وَضَعْفِهِ وَأَنَّهُ لِتَحْقِيْقِ مَصَالِحَ شَرْعِيَّةٍ وَأَنَّ الْمَصْلَحَةَ الشَّرْعِيَّةَ إِنْ كَانَتْ فِي الْمُخَالَطَةِ وَجَبَ الْمَصِيْرُ إِلَيْهَا.

وَبِالْجُمَلَةِ فَالْهَجْرُ الشَّرْعِيُّ لَا يَكُونُ إِلَّا لِتَحْقِيْقِ مَصَالِحَ شَرْعِيَّةٍ عَظِيْمَةٍ.

Penggunaan mereka senjata HAJER AHLI BID’AH terhadap kaum Muslim yang berusaha melakukan ishlah [perbaikan kondisi umat]:

HAJER YANG BENAR :

HAJER AHLI BID’AH adalah wasilah yang disyari’atkan untuk perbaikan yang tunduk pada maslahat dan mafsadat . Ini adalah bagian dari prinsip Ahlul Sunnah wal Jama’ah. Mereka telah menggunakan Hajer ini untuk memerangi bid’ah, mengurangi madhorotnya dan bahayanya, serta memberi tahdzir [peringatan] terhadap para pengikutnya.

Ahlul Sunnah wal Jama’ah menetapkan aturan-aturan untuk itu, daintaranya : bahwa penilaian terhadap ahli bid’ah itu diberikan kepada para ulama yang diakui oleh umat bahwa ulama tersebut dapat membedakan antara Sunnah dan bid’ah.

Para Sahabat – semoga Allah meridhai mereka – sendiri seringkali merujuk kepada ulama dari kalangan sahabat sebelum memberikan hukum terhadap suatu hal baru. Sebagai contoh, Abu Musa al-Asy’ari pernah merujuk kepada Ibnu Mas’ud ketika ia melihat orang-orang bikin halaqah-halaqah. Di tengah setiap halaqah terdapat gundukan batu kerikil. Dan pada setiap halaqh terdapat seoaran pria , yang berkata pada mereka : “ bertasbihlah kalian 100 kali  “, maka mereka pun bertasbih . “ Bertakbirlah 100 kali”, maka mereka pun bertakbir .

Abu Musa tidak langsung menghukumi mereka, melainkan ia menanyakan kepada Ibnu Mas’ud mengenai hal tersebut. [Diriwayatkan oleh Ad-Darimi 208].

Dan begitu pula orang-orang merujuk kepada Ibnu Umar ketika masalah takdir muncul, dan mereka juga merujuk kepada Ali bin Abi Thalib ketika kelompok Khawarij muncul, dan sebagainya.

Salah satu prinsip Ahlul Sunnah wal Jama’ah adalah bahwa HAJER itu dilakukan untuk mendidik, dan itu bervariasi tergantung pada kekuatan dan kelemahan penghajer itu sendiri.

HAJER dilakukan untuk mencapai maslahat-maslahat syar’i, dan jika maslahat syar’i menuntut untuk bergaul dengannya, maka wajib melakukan ke arah sana.

Secara keseluruhan, hajer yang benar dilakukan semata-mata untuk mencapai maslahat syar’i yang besar.

HAJER YANG SALAH

وَهُؤْلَاءِ الْجَرَّاحُونَ اسْتَخْدَمُوا الْهَجْرَ سِلَاحًا لِقَتْلِ الْإِسْلَامِ، وَتَفْرِيقِ الْمُسْلِمِينَ، فَجَعَلُوا كُلَّ صَغِيرٍ لَمْ يَصِلْ الْحِلْمَ جَرَّاحًا وَحَاكِمًا عَلَى النَّاسِ بِالْبِدْعَةِ وَالسُّنَّةِ، وَأَمَرُوا بِهَجْرِ كُلِّ الدُّعَاةِ وَالْجَمَاعَاتِ، وَكُلِّ مَنْ أَخْطَأَ خَطَأَ فِي نَظَرِهِمْ... فَلَمْ يَبْقَ أَحَدٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ – إِلَّا مَنْ رَحِمَ اللَّهُ – إِلَّا اسْتَحَقَّ عِنْدَهُمُ الْهَجْرُ. ثُمَّ كَرُّوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ فَابْتَدَعَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا وَهَجَرَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا وَهَكَذَا ارْتَدَّ سِلَاحُهُمْ عَلَيْهِمْ... وَبِهَذَا حَوَّلَ هُؤُلَاءِ الْجَرَّاحُونَ سِلَاحَ هَجْرِ الْمُبْتَدِعِ الَّذِي اسْتَعْمَلَهُ أَهْلُ السُّنَّةِ فِي مُحَارَبَةِ الْبِدْعَةِ إِلَى سِلَاحٍ يُحَارِبُونَ بِهِ الْإِسْلَامَ وَالسُّنَّةَ، فَإِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ.

Dan para tukang jarh [cela] ini telah menggunakan HAJER sebagai senjata untuk membunuh Islam dan memecah belah umat Muslim.

Mereka menjadikan setiap anak kecil belum sampai usia dewasa sebagai tukang jarh [cela] dan sebagai penentu hukum terhadap manusia dengan menghukuminya sebagai ahli bid’ah atau ahli sunnah. Mereka memerintahkan untuk menghajer semua da’i dan jemaah-jemaah, serta setiap orang yang dianggap salah menurut pandangan mereka.

Maka tidak ada yang tersisa dari kaum muslimin yang berasal dari Ahlussunnah wal Jamaah – [ kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah] – kecuali dia dianggap layak untuk dihajer oleh mereka.

Kemudian, mereka sendiri kena imbasnya , yaitu terjerumus ke dalam kesalahan, saling membid’ahkan satu sama lain, dan akhirnya senjata hujatan mereka berbalik menghantam mereka sendiri.

Dengan demikian, para tukang jarh [cela] ini telah mengubah senjata HAJER AHLI BID’AH nya, yang sebelumnya digunakan oleh Ahlussunnah dalam melawan bid’ah, menjadi senjata untuk melawan Islam dan sunnah.

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi ro’ji’un. Laa haula walaa quwwata illaa billahil ‘Aliyyil ‘Adziim [Sesungguhnya, kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung].

MEREKA MENGUTIP PERKATAAN PARA ULAMA SALAF UNTUK MENTADZIR PARA DA’I.

حَمَلَهُمْ أَقْوَالَ السَّلَفِ فِي التَّحْذِيْرِ مِنْ أَهْلِ الْبِدْعَ عَلَى الدُّعَاةِ الْمُنْتَسِبِيْنَ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ:

Mereka menimpakan ucapan-ucapan para salaf dahulu dalam hal tahdzir Ahli Bid’ah kepada para da’i yang berafiliasi kepada Ahli Sunnah wal Jamaah sekarang:

مِنْ عَظَائِمِ هَؤُلَاءِ أَنَّهُمْ أَخَذُوْا نَصُوْصَ السَّلَفِ فِي التَّحْذِيْرِ مِنْ أَهْلِ الْبِدْعَ وَوَضَعُوْهَا فِي غَيْرِ مَوَاضِعِهَا، فَقَدْ أَطْلَقُوْهَا عَلَى أَنَاسٍ صَالِحِيْنَ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَعَلَى أَسَاسِ مَنْهَجِهِمْ الْفَاسِدِ فِي أَنَّ (كُلَّ مَنْ وَقَعَ فِي الْبِدْعَةِ فَهُوَ مُبْتَدِعٌ) فَإِنَّهُمْ أَخْرَجُوْا أَنَاسًا كَثِيْرِيْنَ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ لَمْ يَكُوْنُوْا دُعَاةً لِبِدْعَةٍ وَإِنْ كَانُوْا قَدْ تَلَبَّسَ بَعْضُهُم خَطَأً، وَتَأَوَّلَوْا كَالْحَافِظِ ابْنِ حَجَرٍ وَالإِمَامِ النَّوَوِيِّ مِنْ الأَئِمَّةِ الأَعْلَامِ رَحِمَهُمَا اللهُ، وَغَيْرِهِمَا.

وَلَمَّا رَأَى بَعْضُهُمْ خُطَوَرَةَ ذَلِكَ وَأَنَّهُمْ رُبَّمَا يُبَدِّعُوْنَ بِذَلِكَ عَدَدًا كَبِيْرًا مِنْ عُلَمَاءِ الْأُمَّةِ رَجَعُوْا عَنْ تَبْدِيْعِ هَؤُلَاءِ الْأَقْدَمِيْنَ، وَاستَمَرُّوْا فِي تَبْدِيْعِ الدُّعَاةِ الْمُعَاصِرِيْنَ، عِلْمًا أَنَّ هَؤُلَاءِ الدُّعَاةِ وَقَعُوْا فِي بَعْضِ الْأَخْطَاءِ الَّتِي لَا تُخْرِجُهُمْ مِنْ عُمُوْمِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَهِيَ أَهْوَنُ مِمَّا وَقَعَ فِيهِ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ وَالْإِمَامُ النَّوَوِيُّ رَحِمَهُمَا اللهُ. وَمِنْهُمْ مَنِ اتَّخَذَ التَّقِيَّةَ، دِيْنًا فَكَانَ يُبْدِعُ هَؤُلَاءِ الْأَقْدَمِيْنَ سِرًّا أَوْ أَمَامَ خَاصَّتِهِ، وَيُنَفِّيْ عَنْهُمُ الْبِدْعَةَ عَلَنًا.

فَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الْخِذْلَانِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِالرَّحْمَٰنِ.

فَهَلَا اتَّبَعَ هَؤُلَاءِ قَوَاعِدَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ فِي التَّبْدِيْعِ بَدَلًا مِنْ اعْتِنَاقِهِمْ قَوَاعِدَ تَصِلُ بِهِمْ أَنْ يُبَدِّعُوْا سَلَفَ الْأُمَّةِ جَمِيْعًا، بَلْ لَوْ طَبَّقُوْا هُمْ قَوَاعِدَ التَّبْدِيْعِ الَّتِي اخْتَرَعُوْهَا عَلَى أَنْفُسِهِمْ حَسَبَ مَوَازِيْنِهِمْ لَكَانُوْا مِنْ شَرِّ أَهْلِ الْبِدْعِ!!!

Mereka menimpakan ucapan-ucapan para salaf dahulu dalam hal tahdzir Ahli Bid’ah kepada para da’i yang berafiliasi kepada Ahli Sunnah wal Jamaah sekarang:

Salah satu kehebatan para tukang hajer ini adalah mereka mengambil nash-nash tahdzir dari para salaf dalam  hal tahdzir Ahli bid’ah , kemudian mereka meletakkannya pada tempat yang salah, mereka terapkan pada orang-orang shaleh dari kalangan Ahli Sunnah wal Jamaah.

Atas dasar manhaj mereka yang rusak ini dinyatakan bahwa “setiap orang yang terjerumus ke dalam bid’ah adalah ahli bid’ah” .

Mereka mengeluarkan banyak orang , dengan menuduhnya bukan dari kalangan Ahli Sunnah wal Jamaah, padahal mereka bukan para da’i yang menyeru kepada bid’ah, meskipun sebagian dari mereka ada yang terjerumus dalam kesalahan karena salah ijtihad dalam penafsiran, seperti Al-Hafidz Ibnu Hajar, Imam Al-Nawawi dan lainnya semoga Allah merahmati mereka.

Ketika sebagian dari mereka [tukang hajer] melihat bahaya tersebut dan menyadari bahwa kemungkinan besar banyak ulama umat ini yang akan mereka cap ahli bid’ah dengan hal itu, maka sebagian besar dari mereka menarik diri dari penge-cap-an ahli bid’ah pada para pendahulu tersebut. Namun mereka terus melekatkan cap ahli bid’ah kepada para da’i kontemporer, karena mereka tahu bahwa para da’i ini terkadang terperosok dalam beberapa kesalahan yang tidak mengeluarkan mereka dari kerangka umum Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Kesalahannya itu jauh lebih ringan dibandingkan dengan kesalahan yang dilakukan oleh al-Hafidz Ibn Hajar dan Imam an-Nawawi, semoga Allah merahmati keduanya.

Sebagian dari mereka [para tukang hajer] mengadopsi sikap taqiyyah (berpura-pura) sebagai agama, sehingga mereka melekatkan cap ahli bid’ah kepada para pendahulu ini secara rahasia atau hanya khusus di hadapan kelompok nya sendiri , sambil meniadakan adanya bid’ah pada mereka di hadapan umum.

“Dan kami berlindung kepada Allah dari penelantaran. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Pemurah.

Maka, tidakkah sebaiknya mereka itu mengikuti kaidah-kaidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam hal pembid’ahan, sebagai pengganti dari kaidah-kaidah yang mereka anut yang mengantarkan mereka pada pembid’ahan para salaful ummah secara keseluruhan? Bahkan, jika mereka menerapkan pada mereka kaidah-kaidah bid’ah yang mereka ciptakan berdasarkan standar mereka sendiri, maka para salaful ummah akan menjadi lebih buruk daripada sekadar sebagai ahli bid’ah!”

MEREKA MENGUJI SIKAP PARA DA’I TERHADAP SEBAGIAN PARA ULAMA

امْتِحَانُ الدُّعَاةِ إِلَى اللَّهِ بِالْمَوْقِفِ مِن بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ:

Test atau uji tanggapan para da’i kepada Allah tentang sebagian para ulama

لَمَّا بَدَّعَ هَؤُلَاءِ جَمَاعَةٌ مِنَ الدُّعَاةِ وَأَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ غَيْرِ مُبَدِّعٍ حَقِيقِي، اضْطَرُّوا بَعْدَ ذَلِكَ إِلَى إِمْتِحَانِ النَّاسِ بِتَحْدِيدِ الْمَوْقِفِ مَمَّن بَدَّعُوهُ، فَمَن لَمْ يَقُلْ بِقَوْلِهِمْ أُخْرِجُوهُ مِنَ السَّلَفِيَّةِ، وَمَن قَالَ بِقَوْلِهِمْ فَهُوَ السَّلَفِيُّ الْحَقِيقِيُّ عِنْدَ هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ. وَبِذَلِكَ أَصْبَحَتْ لِلسَّلَفِيَّةِ مَقَايِيسُ خَاصَّةً عِنْدَ هَذِهِ الطَّائِفَةِ، مَعَ الْعِلْمِ أَنَّ شَيْخَ الْإِسْلَامِ قَدْ حَذَّرَ فِي رِسَالَتِهِ لأَهْلِ الْبَحْرَيْنِ مِنْ اتِّخَاذِ بَعْضِ الْمَسَائِلِ – عَنْ رُؤْيَةِ الْكُفَّارِ لِرَبِّهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ – مِحْنَةً وَشِعَارًا، حِيثُ قَالَ فِي رِسَالَتِهِ: "وَمِنْهَا أَنَّهُ لَا يَنْبَغِي لأَهْلِ الْعِلْمِ أَنْ يَجْعَلُوا هَذِهِ الْمَسْأَلَةَ مِحْنَةً وَشِعَارًا يُفْصَلُونَ بِهَا بَيْنَ إِخْوَانِهِمْ وَأَضْدَادِهِمْ، فَإِنَّ مِثْلَ هَذَا مِمَّا يَكْرَهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ."

Ketika para tukang hajer ini  melekatkan cap ahli bid’ah terhadap jemaah dari kalangan para atau para ulama tanpa bukti nyata akan kebid’ahannya, maka mereka kemudian terpaksa menguji orang-orang dengan menentukan sikap terhadap orang yang mereka anggap ahli bid’ah.

Barangsiapa yang tidak sejalan dengan pendapat mereka [tukang jarh ini] , maka mereka segera mengeluarkannya dari golongan Salafi.

Namun, barangsiapa yang sejalan dengan pandangan mereka maka dianggap sebagai Salafi sejati oleh kelompok ini.

Dengan demikian, bagi kelompok ini, Salafiyyah memiliki standar khusus, meskipun diketahui bahwa Syaikhul Islam telah memperingatkan dalam risalahnya kepada masyarakat Bahrain agar tidak menjadikan beberapa masalah – seperti masalah tentang orang kafir melihat Tuhannya di Hari Kiamat – sebagai ujian dan simbol. Beliau berkata dalam risalahnya:

Dan termasuk di antaranya adalah bahwa tidak seharusnya bagi ahli ilmu menjadikan masalah ini sebagai ujian dan semboyan yang digunakan untuk memisahkan antara saudara-saudara mereka dan lawan-lawan mereka, karena hal seperti ini termasuk hal yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya.”

TUDUHAN MEREKA TERHADAP PARA DA’I YANG MENYELESIHINYA DENGAN AHLI BID’AH DAN TAKFIR.

إتهامُهُم مُخَالِفِيهِم مِنَ الدُّعَاةِ بِالتَّبْديعِ وَالتَّكْفِيرِ:

Mereka menuduh para da’i yang tidak sejalan dengan mereka dengan tudingan ahli bid’ah dan kafir:

هَذَا الْأَصْلُ يَسْتَخْدِمُهُ أَتْبَاعُ هَذِهِ الطَّائِفَةِ سِلَاحًا فِي مُحَارَبَةِ مَن يُخَالِفُهُم مِنَ الدُّعَاةِ وَالْمُصْلِحِينَ. فَيَتَّهِمُونَ الدُّعَاةَ بِالْفِئَةِ الضَّحْضَاحَةِ الَّتِي لَا تَجِدُ رَاحَةَ صُدُورِهَا فِي إِطْلَاقِ لِقَبِ الْجَاهِلِيَّةِ أَوْ كَلِمَةِ الْكُفْرِ عَلَى أَلْسِنَتِهَا، تَحْكُمُ بِهَذِهِ أَوْ بِتِلْكَ عَلَى مَجْتَمَعِ كُلِّ مَلَايِيْنِهِ مُسْلِمُوْن. وَيَتَّهِمُونَ أَتْبَاعَهُم بِالتَّعَطُّشِ لِلْحُكْمِ عَلَى النَّاسِ بِالتَّكْفِيرِ وَالنِّفَاقِ، وَوَصْفِ الْمُجْتَمَعَاتِ الْإِسْلَامِيَّةِ بِالْمُجْتَمَعَاتِ الْجَاهِلِيَّةِ وَبِالِانْسِلَاخِ الْكَامِلِ مِنَ الدِّينِ.

Prinsip ini digunakan oleh pengikut kelompok tukang jarh ini sebagai senjata dalam memerangi mereka yang tidak sejalan dengan mereka di kalangan para da’i dan para pejuang ishlah. Mereka menuduh para da’i sebagai kelompok yang hina . Dan mereka melekat gelar-gelar yang membuat dada-dadanya tidak tenteram karenanya , seperti melamparkan gelar jahiliyah atau kalimat kafir dari lidah-lidah mereka, menghukumi ini atau itu pada masyarakat yang jutaan anggotanya adalah Muslim. Mereka juga menuduh para pengikut mereka haus akan kekuasaan atas manusia dengan kekafiran dan kemunafikan, serta menggambarkan masyarakat Islam sebagai masyarakat jahiliyah yang telah sepenuhnya terlepas dari agama.

MEREKA MENOLAK KEBENARAN JIKA DATANGNYA DARI ORANG YANG MENYELISIHINYA

تَرْكُهُمُ الحَقَّ إِذَا جَاءَ مِمَّنْ خَالَفَهُمْ:

Mereka meninggalkan kebenaran jika datangnya dari orang yang menyelisihi mereka:

وَمِنْ أُصُولِهِمُ الفَاسِدَةِ تَرْكُهُمُ الحَقَّ، لِأَنَّ مَنْ يُخَالِفُهُمْ يَقُولُ بِهِ أَوْ يَفْعَلُهُ، وَيَجْعَلُونَ ذَلِكَ دَلِيلاً عَلَى مَعْرِفَةِ الحَقِّ، وَلِهَذَا يَحْكُمُونَ عَلَى القَوْلِ أَوِ الفِعْلِ بِأَنَّهُ باطِلٌ لِأَنَّ "الأَخْوَانَ الْمُسْلِمُونَ" يَفْعَلُونَهُ أَوْ يَقُولُونَهُ أَوْ "جَمَاعَةُ التَّبْلِيغِ" أَوْ غَيْرِهِمْ. وَلِهَذَا يَقُولُ قَائِلُهُمْ هَذَا "مَنْهَجُ الأَخْوَانِ" أَوْ هَذَا "مَنْهَجُ التَّبْلِيغِ" إِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْتَدِلَّ عَلَى الخَطَأِ فِي مَسْأَلَةٍ مَا، وَهَذَا نَظِيرُ فِعْلِ الرَّافِضَةِ مَعَ أَهْلِ السُّنَّةِ، فَإِنَّهُمْ يَقُولُونَ (إِذَا لَمْ تَعْرِفْ دَلِيلاً عَلَى مَسْأَلَةٍ مَا فَاخَالِفْ أَهْلَ السُّنَّةِ تَصْبُ الحَقَّ فِيهَا)، وَفِعْلُهُمْ هَذَا يُدِلُّ عَلَى أَنَّ غَيْرَهُمْ لَا يَكُونُ فِيهِ خَيْرٌ، وَالحَقُّ لَا يَكُونُ إِلَّا مَعَهُمْ، فَكَأَنَّهُمْ هُمْ فَقَطْ الَّذِينَ جُمِعَتْ فِيهِمْ خِصَالُ الخَيْرِ وَعِلْمُ الحَقِّ كُلَّهُ.

Salah satu prinsip dasar mereka yang rusak adalah meninggalkan kebenaran, dengan alasan bahwa orang yang menyelisihi mereka juga mengatakan demikian atau mengamalkannya . Dan itu dijadikan dalil bagi mereka untuk mengetahui sebuah kebenaran dan kebatilan .

Oleh karena itu, mereka menghukumi terhadap suatu perkataan atau amalan bahwa itu kebatilan, berdasarkan karena “Ikhwanul Muslimin” juga melakukannya atau mengatakannya, atau “Jamaah at-Tabligh” juga demikian atau yang lainnya.

Oleh sebab itu,  juru bicara mereka akan mengatakan : “Ini adalah manhaj Ikhwanul Muslimin “ atau “Ini adalah manhaj Jemaah-Tabligh” ketika mereka ingin menunjukkan kesalahan dalam suatu masalah. Ini mirip dan sebanding dengan perbuatan orang syiah Rafidhah terhadap Ahlul Sunnah, karena kaidah mereka menyatakan :

“Jika anda tidak mengetahui dalil untuk suatu masalah sama sekali, maka selisihi-lah Ahlul Sunnah, maka anda akan mendapatkan kebenaran di dalamnya.”

Tindakan mereka ini menunjukkan bahwa orang lain tidak memiliki kebaikan sama sekali. Dan kebenaran itu hanya bersama mereka saja . Seolah-olah hanya mereka yang memiliki semua sifat kebaikan dan pengetahuan akan kebenaran sepenuhnya.

SIKAP MEREKA YANG BERTENTANGAN DENGAN FATWA PARA ULAMA AHLUS SUNNAH

مَوْقِفُهُمُ الْمُتَنَاقِضُ مِنْ فَتَاوَى أُئِمَّةِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ:

Sikap mereka yang bertentangan terhadap fatwa para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah:

إِذَا وَجَدَ هَؤُلَاءِ فَتْوَى لِأَحَدٍ مِنْ عُلَمَاءِ السُّنَّةِ – قَدِيمًا وَحَدِيثًا – يَشْتَمُّ مِنْهَا رَائِحَةَ الْمُوَافَقَةِ لِبَعْضِ آرَائِهِمْ طَارُوا بِهَا فَرْحًا، وَأَلْزَمُوا النَّاسَ بِهَا مِنْ بَابِ تَوْقِيرِ أَهْلِ الْعِلْمِ وَالرُّجُوعِ إِلَى أَقْوَالِهِمْ، وَرُبَّمَا ظَهَرَتْ فَتْوَى لِبَعْضِ الْعُلَمَاءِ تَخِيءُ اجْتِهَادَ بَعْضِ الْمَشَايِخِ فِي مَسْأَلَةٍ مَا لَا تَتَفَقُّ مَعَ مَذْهَبِهِمْ، وَفِي هَذِهِ الْحَالِ يَلْزَمُونَ ذَلِكَ الشَّيْخَ بِالنُّزُولِ عَنْ رَأْيِهِ وَالرُّجُوعِ إِلَى رَأْيِ الْعُلَمَاءِ دُونَمَا نَظَرٍ لِأَدِلَّةِ الطَّرَفَيْنِ وَحُجُجِهِمْ وَمَا يَجِبُ صَنْعُهُ فِي مِثْلِ هَذِهِ الِاخْتِلَافَاتِ. أَمَّا إِذَا جَاءَتِ الْفَتْوَى نَاسِفَةً لِأُصُولِهِمُ الْكَاسِدَةِ كَمَشْرُوعِيَّةِ الْعَمَلِ الْجَمَاعِيِّ، أَوِ الْمُشَارِكَةِ بِالْبَرْلَمَانَاتِ النِّيَابِيَّةِ، فَإِنَّهُمْ يَرُدُّونَهَا وَلَوْ كَانَتْ مِنْ نَفْسِ الْعَالِمِ الَّذِي طَبَلُوا مِنْ قَبْلُ لِفَتَاوِيهِ الْأُخْرَى. وَيَظْهَرُونَ فِي هَذَا الْمَوْقِفِ بِوَجْهِ سَلَفِيٍّ أَثَرِيٍّ يَدْعُو إِلَى نَبْذِ التَّقْلِيدِ، وَعَدَمِ الْجُمُودِ عَلَى أَقْوَالِ الْعُلَمَاءِ وَيُحَدِّثُونَكَ عَنْ مَنْهَجِ الِاسْتِدْلَالِ عِنْدَ السَّلَفِ.. الْخُ مِنْ كَلَامِهِمُ الْمَعْهُودِ، فَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ اتِّبَاعِ الْهَوَى.

Jika mereka menemukan fatwa dari salah satu ulama Ahlus Sunnah, baik itu fatwa klasik maupun kontemporer, yang tercium kesetujuan terhadap beberapa pendapat mereka, maka mereka langsung bersuka cita dengannya. Mereka kemudian mengharuskan orang-orang untuk mengikuti fatwa tersebut dengan alasan menghormati ahli ilmu dan wajib merujuk kepada perkataan mereka.

Terkadang terdapat fatwa dari sebagian para ulama salaf yang sejalan dengan ijtihad sebagian para syaikh dalam suatu masalah, namun fatwa tersebut tidak sejalan dengan mazhab mereka ; maka dalam situasi ini, mereka memaksa syaikh tersebut untuk mengubah pendapatnya dan merujuk kepada pendapat ulama yang sejalan dengan mereka tanpa memperhatikan dalil dan hujjah dari kedua belah pihak serta langkah-langkah yang seharusnya diambil dalam perbedaan pendapat seperti ini.

Namun, jika fatwa tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar mereka, seperti disyariatkannya amal jama’i [gotong royong atau berdonasi] atau berpartisipasi dalam parlemen, maka mereka menolaknya meskipun berasal dari ulama yang sama yang sebelumnya mereka meminta fatwa darinya dalam masalah-masalah lainnya .

Dalam situasi ini, mereka menunjukkan sikap Salafi yang kental, mengajak untuk menolak taklid, tidak boleh terlalu fanatik terhadap pendapat ulama, dan mereka akan berbicara kepada anda tentang manhaj istidlal (pembuktian hukum) yang dianut oleh Salaf, dan sebagainya. Semua ini merupakan perkataan yang biasa dari mereka.

Kami berlindung kepada Allah dari mengikuti hawa nafsu.

PENDIDIKAN ANAK-ANAK AGAR MENJADI PENCELA DAN PENCEMAR

تَرْبِيَةُ الصُّغَارِ عَلَى الثَّلْبِ وَالشَّتْمِ وَالتَّجْرِيحِ:

Pendidikan anak-anak untuk mencela, mencaci, dan mencemarkan:

الأَصْلُ السَّادِسُ وَالْأَرْبَعُونَ مِنْ أَصُولِ الابْتِدَاعِ عِنْدَ هَؤُلَاءِ هُوَ تَعْلِيمُ صِغَارِ طُلَّابِ العِلْمِ وَالْمُبْتَدِئِينَ سَبَّ النَّاسِ وَتَجْرِيحِهِمْ قَبْلَ أَنْ يَعْرِفَ الشَّابُّ الْمُبْتَدِئُ أَرْكَانَ الْإِيمَانِ، وَأُصُولَ الْأَخْلَاقِ، وَأَحْكَامَ الْعِبَادَاتِ... فَهُمْ يَبْدَأُونَ مَعَ الشَّابِّ الَّذِي بَدَأَ فِي الِالْتِزَامِ وَالْهِدَايَةِ فَيُعَلِّمُونَهُ أَنَّ فُلَانًا أَخْطَأَ فِي كَذَا، وَابْتَدَعَ كَذَا، وَهَذَا الْعَالِمُ زِنْدِيْقٌ لِأَنَّهُ قَالَ كَذَا، وَذَاكَ ضَالٌّ لِأَنَّهُ فَعَلَ كَذَا.

وَهَذِهِ أَمُوْرٌ تَضُرُّهُ فِي دِينِهِ وَتُقَسِّي قَلْبَهُ، وَهُمْ مَعَ ذَلِكَ يُوْهِمُونَهُ أَنَّهُ بِذَلِكَ يَكُونُ كَإِمَامِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ، وَالنَّاقِدِ الْخَبِيرِ يَحْيَى بْنَ مُعِينٍ، وَأُئِمَّةِ الْجَرْحِ وَالتَّعْدِيْلِ الَّذِينَ جَلَسُوا لِتَمْيِيْزِ الرَّوَاةِ، وَجَرْحِ الْمَجْرُوحِينَ، وَالذِّبِّ عَنِ الدِّيْنِ... فَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِاللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنِ.

Prinsip dasar ke 46 dari prinsip-prinsip bid’ah di kalangan mereka adalah : mengajarkan kepada anak-anak pelajar ilmu dan para pemula untuk mencela dan mencemarkan orang sebelum pemuda pemula itu mengetahui rukun-rukun iman, prinsip-prinsip akhlak, dan hukum-hukum ibadah...

Mereka memulainya dengan pemuda yang baru mulai belajar tekun ibadah dan hidayah, lalu mereka mengajarkan kepadanya bahwa fulan telah salah di sini, dan bid’ah di sana, dan bahwa ulama tertentu adalah zindiq karena mengatakan ini, dan orang lain sesat karena melakukan itu.

Ini adalah hal-hal yang membahayakan dalam agamanya dan membuat hatinya keras, namun mereka seakan-akan membuatnya percaya bahwa dengan melakukan hal itu, ia menjadi seperti Imam Ahlus Sunnah wal Jamaah Ahmad bin Hanbal, atau kritikus yang ahli Yahya bin Ma’in, dan para imam al-Jarh wat Ta’diil yang bertujuan untuk membedakan perawi, menetapkan kecacatan para perawi yang cacat, dan membela agama...

Laa haula walaa quwwata Illaa billah al-adziim [Sungguh, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah, Tuhan semesta alam].

مَا أَفْسَدَ هَذَا الْقِيَاسَ: فَعُلَمَاءُ الْجَرْحِ وَالتَّعْدِيْلِ كَانَ هَمُّهُمْ تَصْنِيفُ الرُّوَاةِ لِمَعْرِفَةِ مَنْ يَرْوِي عَنْهُ مَمَّنْ لَا تَجُوزُ الرِّوَايَةُ عَنْهُ، أَمَّا هَؤُلَاءُ فَهَمُّهُمْ تَجْرِيحُ عُلَمَاءِ الْإِسْلَامِ وَالدُّعَاةِ لِتَنْفِيرِ النَّاسِ عَنْهُمْ. وَإِمَامُ أَهْلِ السُّنَّةِ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ وَغَيْرُهُ مِنَ الْأَعْلَامِ لَمْ يَجْلِسُوا لِتَصْنِيفِ الرُّوَاةِ إِلَّا بَعْدَ أَنْ أَصْبَحُوا فِي مَرْتَبَةِ الْأَئِمَّةِ الْأَعْلَامِ الَّذِينَ يَسْتَطِيعُونَ وَزْنَ النَّاسِ وَتَصْنِيفَهُمْ، أَمَّا حُدَثَاءُ الْأَسْنَانِ هَؤُلَاءُ فَأَغْرَارُ صُغَارٍ لَا يَعْرِفُ كَثِيرٌ مِنْهُمْ الْفَرْقَ بَيْنَ سُنَّةٍ وَبِدْعَةٍ، وَلَا يَسْتَطِيعُ تَرْجِيحَ قَوْلٍ عَلَى قَوْلٍ، وَلَا يُمَيِّزُ بَيْنَ رُكْنٍ وَوَاجِبٍ، وَلَا يَدْرِي مَصْلَحَةَ مِنْ مَفْسَدَةٍ فَضْلًا عَنْ أَنْ يُمَيِّزَ بَيْنَ مَفْسَدَتَيْنِ، أَوْ يُفَاضِلَ بَيْنَ مَصْلَحَتَيْنِ.

Betapa rusaknya analogi [pendekatan] ini . Para ulama jarh wa ta’dil (penetapan cacat dan bijaknya perawi) memiliki tujuan untuk mengkategorikan para perawi agar dapat mengetahui siapa yang boleh meriwayatkan dari mereka dan siapa yang tidak boleh. Namun, kelompok [tukang hajer ini] ini memiliki tujuan untuk mencela [jarh] para ulama Islam dan para da’i dengan maksud untuk menjauhkan orang dari mereka.

Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal dan para tokoh lainnya tidak pernah melakukan pengkatagorian perawi kecuali setelah mereka ini mencapai posisi sebagai imam-imam yang mampu menilai dan mengkategorikan orang-orang. Adapun sekarang, hudatsaa’ul Asnaan [anak-anak usia muda yang tergesa-gesa ini] adalah orang-orang yang terpedaya, sebagian besar dari mereka tidak tahu perbedaan antara sunnah dan bid’ah, tidak mampu membandingkan satu pendapat dengan yang lain, tidak bisa membedakan antara rukun dan wajib, dan tidak mengetahui mana maslahat dari mafsadat, apalagi membedakan antara dua mafsadat atau memilih di antara dua maslahat.

MEREKA MENOLAK TAUHID BERHUKUM HANYA DENGAN HUKUM ALLAH

إِلْغَاءُ تَوْحِيدِ الْحُكْمِ مِنَ التَّوْحِيدِ:

Membatalkan Konsep Tawhid hukum [Penegakkan hukum Allah] dari Bagian Tawhid:

لِمَا كَانَتْ حَرَكَةُ الِابْتِدَاعِ الْجَدِيدَةِ هَذِهِ تَقُومُ فِي بَعْضِ جَوَانِبِهَا عَلَى مُنَاصَرَةِ الْحُكَّامِ أَيَّا كَانُوا، وَإِبْطَالِ فَرِيضَةِ الْجِهَادِ وَبَعْضِ صُوَرِ الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيِ عَنِ الْمُنكَرِ، وَتَشْوِيهِ صُورَةِ كُلِّ دَاعٍ إِلَى الْحُكْمِ بِشَرِيعَةِ اللَّهِ. فَإِنَّهُمْ عَادُوا الْمُطَالِبَةَ بِتَحْكِيمِ شَرِيعَةِ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ وَاعْتَبَرُوا مَا اصْطُلِحَ عَلَيْهِ "بِتَوْحِيدِ الْحَاكِمِيَّةِ" ابْتِدَاعًا فِي الدِّينِ، وَأَنَّهُ لَا يُوجَدُ نَوْعٌ مِنَ التَّوْحِيدِ يُسَمَّى "تَوْحِيدُ الْحَاكِمِيَّةِ"، وَأَنَّ الْأُولَى أَنْ يُدْرَجَ فِي أَبْوَابِ الْفِقْهِ. وَجَهِلَ هَؤُلَاءُ أَنَّ الصَّحَابَةَ أَنْفُسَهُمْ لَمْ يَقْسِمُوا التَّوْحِيدَ اصْطِلَاحًا إِلَى رَبُوبِيَّةٍ وَأَلُوهِيَّةٍ وَالْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ، وَإِنَّمَا هَذَا اصْطِلَاحٌ حَادِثٌ، وَهُوَ حَقٌّ لِأَنَّ كُفَّارَ قُرَيْشٍ فَرَّقُوا فِي الْإِيمَانِ بِاللَّهِ بَيْنَ كُونِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى رَبًّا وَخَالِقًا وَمُدَبِّرًا لِلْكَوْنِ، وَبَيْنَ كُونِهِ الْإِلَهَ الَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ سُبْحَانَهُ تَعَالَى وَالَّذِي لَا يَسْتَحِقُ سِوَاهُ أَنْ يُعْبَدَ. فَاصْطُلِحَ عَلَى تَسْمِيَةِ مَا أَقْرُوهُ مِنَ الْإِيمَانِ بِاللَّهِ "بِالرُّبُوبِيَّةِ"، وَمَا أَنْكَرُوهُ مِنْ مَسَائِلِ الْإِيمَانِ بِاللَّهِ "بِالْأَلُوهِيَّةِ"...

وَلَمَّا جَاءَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ مَنْ فَرَّقَ بَيْنَ صِفَةٍ لِلَّهِ وَصِفَةٍ أُخْرَى وَآمَنَ بِبَعْضِ أَسْمَاءِ اللَّهِ وَصِفَاتِهِ وَكَفَرَ بِبَعْضِهَا، فَإِنَّ عُلَمَاءَ أَهْلِ السُّنَّةِ سَمَّوْا الْإِيمَانَ بِكُلِّ أَسْمَاءِ اللَّهِ وَصِفَاتِهِ "تَوْحِيدَ الْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ" وَذَلِكَ لِيُبَيِّنُوا أَنَّ هَذَا دَاخِلٌ فِي مُسَّمَى الْإِيمَانِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى، فَأَصْبَحَ الْإِيمَانُ الْحَقُّ بِاللَّهِ جَلَّ وَعَلَى مُشْتَمِلًا عَلَى الْإِيمَانِ بِكُلِّ مَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ وَكُلِّ مَا وَصَفَهُ بِهِ رَسُولُهُ.

Ketika gerakan bid'ah baru ini muncul, berdiri di beberapa aspeknya, tujuan utamanya adalah untuk memberi dukungan terhadap para penguasa, siapapun mereka, dan pembatalan kewajiban jihad serta beberapa bentuk amar ma'ruf nahi munkar, serta merusak citra setiap da’i yang menyeru agar berhukum dengan syari’at Allah .

Mereka [para tukang hajer ini ] menentang tuntutan untuk menerapkan hukum syari’at Allah di muka bumi . Mereka mengibaratkannya dengan istilah "tawhid al-hakimiyyah", dan menetapkannya sebagai bid'ah dalam agama.

Menurut mereka, tidak ada jenis tawhid yang disebut "tawhid al-hakimiyyah," dan yang lebih utama adalah untuk dimasukkan dalam bab-bab fiqh.

Mereka tidak menyadari bahwa para Sahabat sendiri tidak membagi-bagi tawhid menjadi rububiyah, uluhiyah, nama-nama, dan sifat-sifat sebagaimana konsep ini baru muncul .

Namun demikian [konsep pembagian tawhid menjadi rububiyah, uluhiyah, nama-nama, dan sifat-sifat] itu adalah hak dan benar ; karena orang-orang kafir Quraisy telah berselisih dalam iman kepada Allah, antara mengakui-Nya sebagai Tuhan, Pencipta, dan Pengatur alam semesta dan mengakui-Nya sebagai Ilah yang tidak ada Ilah selain-Nya yang patut disembah.

Istilah "rububiyah" digunakan untuk menyebutkan apa yang mereka setujui tentang iman kepada Allah, dan istilah "uluhiyah" digunakan untuk menyebutkan apa yang mereka tolak dari masalah-masalah iman kepada Allah.

Ketika datang dari kaum Muslim yang membedakan antara sifat Allah yang satu dengan sifat yang lain, dan mereka beriman pada sebagaian nama dan sifat-Nya sementara mereka mengingkari terhadap sebagian yang lainnya, maka para ulama Ahlul Sunnah menamakan iman kepada semua nama dan sifat Allah sebagai "tawhid al-asma' wa al-sifat". Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa iman kepada Allah Ta'ala mencakup iman kepada setiap nama dan sifat-Nya, sehingga iman yang benar kepada Allah menjadi melibatkan iman kepada semua yang dijelaskan oleh-Nya sendiri dan oleh Rasul-Nya.

وَالْآنَ لَمَّا نَشَأَ فِي الْمُسْلِمِينَ مَنْ قَالَ نُؤْمِنُ بِاللَّهِ رَبًّا وَإِلَٰهًا، وَلَا نُؤْمِنُ بِهِ حَاكِمًا فِي شُؤُونِنَا الدُّنْيَوِيَّةِ، بَلْ نُنَظِّمُ أُمُورَنَا الدُّنْيَوِيَّةَ كَمَا نَشَاءُ، وَنَادَوْا بِفَصْلِ الدِّينِ عَنِ الدَّوْلَةِ كَمَا يَقُولُونَ، وَبِفَصْلِ الدِّينِ عَنِ الشُّؤُونِ السِّيَاسِيَّةِ وَالِاقْتِصَادِيَّةِ، فَإِنَّ عُلَمَاءَ الْإِسْلَامِ رَدُّوا هَذِهِ الْبِدْعَةِ الْجَدِيدَةِ وَالَّتِي سُمِّيت بِاللَّادِينِيَّةِ أَوِ الْعَلَمَانِيَّةِ، وَبَيَّنُوا أَنَّهُ لَا إِسْلَامَ إِلَّا لِمَنْ آمَنَ بِأَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَاكِمًا وَأَنَّ الْحُكْمَ لَهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.

وَلَيْسَ هَذَا بِبِدْعَةٍ فِي الدِّينِ أَوِ ابْتِدَاعٍ فِي الْإِيمَانِ وَالتَّوْحِيدِ، بَلْ إِنَّ مِنْ أَرْكَانِ التَّوْحِيدِ إِفْرَادُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لِلْحَاكِمِيَّةِ وَتَقْدِيمُ حُكْمِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَطَاعَةِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ عَلَى طَاعَةِ وَحُكْمِ كُلِّ أَحَدٍ، وَالْإِيمَانُ بِأَنَّ الْحُكْمَ لِلَّهِ وَحْدَهُ وَأَنَّ مَنْ رَضِيَ مُخْتَارًا بِحُكْمِ غَيْرِهِ فِي أَيِّ شَأْنٍ مِنَ الشُّؤُونِ فَهُوَ كَافِرٌ بِاللَّهِ كَمَا قَالَ تَعَالَى: "أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَن يَكْفُرُوا بِهِ" [النساء 60].

Sekarang, ketika muncul di kalangan umat Islam orang-orang yang mengatakan bahwa mereka beriman kepada Allah sebagai Tuhan dan Ilah, tetapi mereka tidak beriman kepada-Nya sebagai hakim [pengatur hukum] dalam urusan dunia kita. Bahkan sebaliknya, kami ingin mengatur hukum urusan dunia sesuai dengan kehendak kami sendiri. Lalu mereka menyerukan pemisahan agama dari negara, sebagaimana yang mereka katakan . Mereka juga memisahkan agama dari urusan politik dan ekonomi.

Maka para ulama menolak bid’ah baru ini yang disebut dengan istilah Laa diiniyyah ["laïcité"] atau sekularisme, dan menjelaskan bahwa tidak ada Islam kecuali bagi mereka yang beriman bahwa hanya Allah Ta'ala satu-satunya sebagai hakim [penentu hukum] dan bahwa otoritas hukum berada pada-Nya.

Ini bukanlah bid'ah dalam agama atau bikin-bikin bid’ah dalam iman dan tawhid. Bahkan, salah satu dari rukun-rukun tawhid adalah mengesakan Allah Ta'ala dalam berhukum dengan syari’at-Nya, dan menempatkan hukum Allah dan Rasul-Nya serta ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya di atas ketaatan dan hukum siapa pun.

Iman juga berarti mempercayai bahwa hukum syari’at hanya milik Allah semata, dan bahwa siapa pun yang ridho dan suka rela berhukum dengan hukum selain-Nya dalam urusan apapun, maka dia kafir kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman:

"Tidakkah kamu melihat orang-orang yang mengaku telah beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan apa yang telah diturunkan sebelummu? Mereka ingin berhukum kepada taghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari taghut itu." (Q.S. An-Nisa [4]: 60).

وَفِي آخِرِ هَذِهِ الْآيَاتِ ( فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ) [النساء 65] . وَلَقَدْ جَاءَ مِنْ هَؤُلَاءِ الْمُبْطِلِينَ مَن يَزْعُمُ أَنَّ تَوْحِيدَ الْحُكْمِ لَيْسَ مِنَ التَّوْحِيدِ، وَأَنَّ الْحُكْمَ بِغَيْرِ مَا أَنزَلَ اللَّهُ إِنَّمَا هُوَ "كُفْرٌ دُونَ كُفْرٍ" هَكَذَا عَلَى إِطْلَاقِهِ! دُونَ تَفْرِيقٍ بَيْنَ مَن جَعَلَ حُكْمَ الْبَشَرِ أَفْضَلَ مِنْ حُكْمِ اللَّهِ أَوْ مُسَاوِيًا لِحُكْمِ اللَّهِ، وَمَنْ أَخْطَأَ أَوْ تَأَوَّلَ أَوْ حَكَمَ بِقَضِيَّةٍ وَاحِدَةٍ بِغَيْرِ مَا أَنزَلَ اللَّهُ. وَبِإِطْلَاقِهِمُ الْقَوْلَ أَنَّ الْحُكْمَ بِغَيْرِ مَا أَنزَلَ اللَّهُ كُفْرٌ دُونَ كُفْرٍ، هَوَّنُوا عَلَى النَّاسِ التَّحَاكُمَ إِلَى غَيْرِ شَرِيعَةِ اللَّهِ وَالرِّضَا بِغَيْرِ حُكْمِ اللَّهِ، وَأَعْطَوْا الْمُبَدِّلِينَ لِشَرِيعَةِ اللَّهِ صَكًّا شَرِعِيًّا فِي أَنَّ مَا يَفْعَلُونَهُ مِنْ حَرْبِ شَرِيعَةِ اللَّهِ إِنَّمَا هُوَ مَعْصِيَةٌ لَا تُخْرِجُهُم مِنَ الْإِسْلَامِ. فَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخِذْلَانِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْمَنَّانِ.

Di akhir ayat ini (Maka tidak, demi Tuhanmu, mereka tidak akan beriman sampai mereka menjadikanmu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam diri mereka sendiri keberatan terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuh hati) [An-Nisa' 65].

Sesungguhnya, datang dari mereka para pembathil yang mengklaim bahwa tauhid berhukum dengan hukum Allah adalah bukanlah bagian dari konsep tawhid.

Mereka menyatakan bahwa penerapan hukum selain dari yang diturunkan oleh Allah hanyalah "kufur yang tidak membuat kufur" – tanpa membedakan antara mereka yang berkeyakinan hukum manusia lebih baik atau setara dengan hukum Allah, dan mereka tidak membedakan pula antara yang salah ijtihad atau adanya penafsiran lain, atau memberikan keputusan hukum dalam satu perkara dengan hukum yang tidak diturunkan oleh Allah.

Dengan pernyataan mereka secara mutlak bahwa berhukum dengan hukum selain dari yang diturunkan oleh Allah adalah kufur yang tidak membuat kafir, mereka menggampangkan kepada orang-orang untuk berhukum kepada hukum selain dari syariat Allah dan ridho dengan putusan yang tidak sesuai dengan hukum Allah.

Mereka yang memberikan legalitas syar’i kepada para pembuat hukum yang menggantikan hukum Allah, menyatakan : bahwa tindakan mereka yang melawan syariat Allah hanyalah suatu pelanggaran yang tidak mengeluarkan mereka dari Islam.

Kami berlindung kepada Allah dari pengabaian-Nya. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah, yang Maha Tinggi lagi Maha Pemberi.

MEREKA BERKATA : TIDAK KAFIR SELAMA TIDAK MENDUSTAKAN

لَا كُفْرَ إِلَّا بِالتَّكْذِيبِ:

"Tidak ada kekafiran kecuali dengan mendustakan:

وَهُوَ قَوْلُ بَعْضِهِمْ أَنَّ الْكُفْرَ لَا يَكُونُ إِلَّا بِالتَّكْذِيبِ، وَهُوَ بِعَيْنِهِ قَوْلُ جَهْمِ بْنِ صَفْوَانَ وَبِشْرِ الْمُرَيْسِيِّ وَابْنِ الرُّوَانِدِيِّ وَالصَّالِحِيِّ، وَغَيْرِهِمْ مِنَ الْجَهْمِيَّةِ، وَلِهَذَا لَمَّا طَبَّقُوا هَذَا الْأَصْلَ عَلَى الْوَاقِعِ صَارَ حُكْمُ مَنْ نَبَذَ الشَّرِيعَةَ كُلَّهَا وَحَكَمَ بِقَوَانِينِ الْكُفَّارِ بِحَذَافِيرِهَا وَحَارَبَ مَنْ يَدْعُو إِلَى تَحْكِيمِ الشَّرِيعَةِ وَبَالَغَ فِي أَذَاهُمْ وَتَشْوِيهِ دَعْوَتِهِمْ أَنَّهُ لَا يُكَفَّرُ لِأَنَّ الْكُفْرَ لَا يَكُونُ إِلَّا بِالتَّكْذِيبِ. وَكَذَلِكَ مَنْ فَتَحَ الْبَابَ لِلْأَحْزَابِ الْعِلْمَانِيَّةِ الْكَافِرَةِ وَأَنْشَأَ لَهَا هَيْئَاتٍ وَمُؤَسِّسَاتٍ وَمَجَالِسَ وَمُؤْتَمَرَاتٍ وَصُحُفًا تَدْعُو بِهَا إِلَى أَفْكَارِهَا وَتُرَغِّبُ النَّاسَ فِيهَا وَتَسْخَرُ مِنَ الدِّينِ وَتَسْتَهْزِءُ بِشَعَائِرِهِ أَنَّهُ لَا يُكَفَّرُ.

Ini adalah pendapat sebagian dari mereka yang menyatakan : bahwa kekafiran hanya terjadi dengan mendustakan, dan ini sama dengan pendapat Jahm bin Safwan, Bisyer al-Murisi, Ibnu al-Rawandi, dan ash-Shaalihi, dan yang lainnya dari kalangan Jahmiyah. Oleh karena itu, ketika mereka menerapkan prinsip ini dalam realita, maka mereka menganggap hukum orang yang menolak seluruh hukum syar’i dan berhukum dengan undang-undang kafir tanpa batas, serta memerangi orang-orang yang mengajak kepada penerapan hukum syar’i , dan secara berlebihan menyakiti mereka dan mencemarkan dakwah mereka ; dengan alasan bahwa kekafiran hanya terjadi dengan mendustakan.

Begitu juga dengan membuka pintu bagi partai-partai politik sekuler kafir, mendirikan lembaga-lembaga dan organisasi untuknya, serta membentuk majelis-majelis dan konferensi-konferensi, dan surat kabar yang mengajak kepada pemikiran-pemikirannya, membujuk orang-orang untuk itu, mengolok-olok agama, dan merendahkan syi’ar-syi’arnya, dengan alasan bahwa ini tidak menyebabkan kekafiran."

وَاعْلَمْ أَنَّ هَؤُلَاءِ الْمَسَاكِينَ لَمَّا أَرَادُوا تَهْوِينَ جَرَائِمِ كُفَّارِ الْحُكَّامِ وَطَمَعُوا أَنْ يُرْضُوهُمْ تَعَلَّقُوا بِمَذْهَبِ الْمُرْجِئَةِ الْبَاطِلِ فِي الْإِيمَانِ وَطَبَّقُوهُ عَلَى هَؤُلَاءِ الْحُكَّامِ. وَمَذْهَبُ الْمُرْجِئَةِ هَذَا مَبْنِيٌّ عَلَى أَنَّ جِنْسَ الْأَعْمَالِ مِنْ كَمَالِ الْإِيمَانِ، وَلَيْسَ رُكْنًا مِنْ أَرْكَانِهِ كَمَا تَقُولُ أَهْلُ السُّنَّةِ، فَأَهْلُ السُّنَّةِ جِنْسُ الْعَمَلِ عِنْدَهُمْ يَزُولُ الْإِيمَانُ بِزَوَالِهِ، وَلَا يَزُولُ بِزَوَالِ بَعْضِ الْعَمَلِ كَمَا تَقُولُ الْخَوَارِجُ وَالْمُعْتَزِلَةُ.

أَمَّا الْمُرْجِئَةُ فَلَا يَزُولُ الْإِيمَانُ وَإِن زَالَ جَمِيعُ الْعَمَلِ، لِأَنَّ الْكُفْرَ لَا يَكُونُ إِلَّا بِالتَّكْذِيبِ، لِأَنَّ الْإِيمَانَ هُوَ التَّصْدِيقُ فَيَكُونُ ضِدَّهُ هُوَ التَّكْذِيبُ لَا غَيْرَهُ. وَأَهْلُ السُّنَّةِ الْإِيمَانُ عِنْدَهُمْ هُوَ التَّصْدِيقُ وَالْعَمَلُ . وَالْكُفْرُ يَكُونُ بِالتَّكْذِيبِ وَبِغَيْرِهِ، كَالتَّوْلِي عَنِ الطَّاعَةِ وَتَرْكِ الْعَمَلِ بِالْكُلِيَّةِ، وَعِنْدَ بَعْضِهِمْ تَرْكُ الصَّلَاةِ بِمَنْزِلَةِ تَرْكِ الْعَمَلِ بِالْكُلِيَّةِ.

Dan ketahuilah bahwa orang-orang yang lemah ini, ketika mereka ingin menyepelekan kejahatan kekufuran penguasa dan sangat berkeinginan agar diterima oleh mereka, maka mereka berpegang dengan doktrin madzhab Murji'ah yang sesat dalam memahami makna iman lalu mereka menerapkannya pada para penguasa tersebut.

Doktrin madzhab Murji'ah ini didasarkan pada keyakinan bahwa jenis amal perbuatan itu merupakan bagian dari kesempurnaan iman, bukan salah satu rukun dari rukun-rukunnya, tidak seperti yang dikatakan oleh Ahlussunnah. Bagi Ahlussunnah, jenis amal perbuatan tersebut akan hilang bersamaan dengan hilangnya iman, namun iman tidak hilang hanya karena hilangnya sebagian amal perbuatan, tidak seperti yang dikatakan oleh golongan Khawarij dan Mu'tazilah.

Adapun Murji'ah, maka iman tidak hilang meskipun semua amal perbuatan lenyap, karena kekafiran hanya terjadi dengan mendustakan. Iman di sini adalah membenarkan (tashdiq), dan yang bertentangan dengannya adalah mendustakan (takdhib), tidak ada yang lain.

Ahlussunnah memandang iman sebagai pengakuan (tashdiq) bersama dengan amal perbuatan, sedangkan kekafiran terjadi dengan mendustakan (takdhib) atau tindakan lain, seperti berpaling dari ketaatan serta meninggalkan amal perbuatan secara keseluruhan. Bahkan, bagi sebagian dari mereka, meninggalkan shalat [lima waktu] dianggap setara dengan meninggalkan amal perbuatan secara keseluruhan.

IBNU TAIMIYAH BERKATA : AGAMA ITU UCAPAN DAN TINDAKAN

قَالَ ابْنُ تَيْمِيَّة: (وَقَدْ تَبَيَّنَ أَنَّ الدِّينَ لَابُدَّ فِيهِ مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ وَأَنَّهُ يَمْتَنِعُ أَنْ يَكُونَ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا بِاللهِ وَرَسُولِهِ بِقَلْبِهِ وَلِسَانِهِ وَلَمْ يُؤَدِّ وَاجِبًا ظَاهِرًا وَلَا صَلَاةً وَلَا زَكَاةً وَلَا صِيَامًا وَغَيْرَ ذَلِكَ مِنَ الْوَاجِبَاتِ).

وَقَالَ: (وَمَنْ قَالَ بِحُصُولِ الْإِيمَانِ الْوَاجِبِ دُونَ فِعْلِ شَيْءٍ مِنَ الْوَاجِبَاتِ سَوَاءً جَعَلَ فِعْلَ تِلْكَ الْوَاجِبَاتِ لَازِمًا لَهُ أَوْ جُزْءًا مِنْهُ – فَهَذَا نِزَاعٌ لَفْظِيٌّ – كَانَ مُخْطِئًا خَطَأً بَيِّنًا، وَهَذِهِ بِدْعَةُ الْإِرْجَاءِ الَّتِي أَعْظَمَ السَّلَفُ وَالْأَئِمَّةُ الْكَلَامَ فِي أَهْلِهَا، وَقَالُوا فِيهَا الْمَقَالَاتِ الْغَلِيظَةِ مَا هُوَ مَعْرُوفٌ) [مَجْمُوعُ الْفَتَاوَى 7/621].

Ibnu Taimiyah berkata, "Telah jelas bahwa agama ini harus melibatkan perkataan dan amal perbuatan, dan tidak mungkin seseorang dianggap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan hati dan lisan saja tanpa melakukan kewajiban yang jelas seperti shalat, zakat, puasa, dan kewajiban-kewajiban lainnya.

Dan siapa pun yang berpendapat bahwa iman yang wajib bisa didapatkan tanpa harus mengamalkan apa pun dari kewajiban-kewajiban, baik kewajiban-kewajiban tersebut wajib baginya secara keseluruhan atau sebagian darinya, maka pendapat tersebut adalah kesalahan yang nyata.

Ini adalah bid'ah Irja' yang telah dikecam oleh para salaf . Dan para imam telah berkata banyak tentang hal ini, dan mereka menyebutnya dengan istilah yang sangat dikenal." [Majmu' Al-Fatawa 7/621]

MEREKA TIDAK BERJUANG MENERAPKAN HUKUM ISLAM SEBAGAI UU NEGARA

لا سَبِيلَ لِإعَادَةِ الدِّينِ إِلَى الدَّوْلَةِ:

Tidak ada jalan untuk mengembalikan agama ke dalam negara:

لَمَّا أَلْغَى هَؤُلَاءِ اعْتِبَارَ تَوْحِيدِ الْحَاكِمِيَّةِ مِنْ أَنْوَاعِ التَّوْحِيدِ وَعَدُّوهُ بِدَعًا فِي الدِّينِ صَارُوا إِلَى رَفْعِ شَعَارِ اللَّادِينِيَّةِ "دَعْ مَا لِقَيْصَرِ لِقَيْصَرٍ وَمَا لِلَّهِ لِلَّهِ"... وَاعْتَبَرُوهَا كَلِمَةً حَكِيْمَةً تَصْلُحُ لِزَمَانِنَا، وَذَلِكَمْ أَنَّهُمْ يَعْتَقِدُونَ أَنَّ الْإِنْفِصَامَ بَيْنَ الدِّينِ وَالدَّوْلَةِ صَارَ أَمْرًا مَقْضِيًّا لَا مَرَدَّ لَهُ وَلَا طَاعِنٌ عَلَيْهِ وَلَا مُحِيدٌ عَنْهُ. وَلَعَمْرُ اللَّهِ لَا أَدْرِي مَا أَبْقَوْا لِلْعُلُمَاءِ إذًا!!

Ketika mereka menolak memasukkan tauhid hukum [mengesakan Allah sebagai hakim ] ke dalam pembagian tauhid , dan mereka menganggapnya sebagai bid’ah daalm agama, maka mereka mengangkat tinggi-tinggi bendera sekularisme dengan slogan :

"Berikan kepada Kaisar apa yang Kaisar punya, dan berikan kepada Allah apa yang Allah punya."

Mereka menganggapnya sebagai kata bijak yang sesuai dengan zamannya, karena mereka meyakini bahwa pemisahan antara agama dan negara telah menjadi kenyataan yang tak terhindarkan, tanpa ada penentangan, tanpa ada celaan dan tanpa ada celah yang memungkinkan perubahan.

Demi Allah, saya tidak tahu apa yang mereka sisakan untuk para ulama setelah itu!

MEREKA MEWAJIBKAN DIAM TERHADAP PENYELEWENGAN PARA PENGUASA

وَجُوبُ السُّكُوتِ عَنِ انْحِرَافِ الْحُكَّامِ:

Mereka mewajibkan Berdiam Diri terhadap Penyelewengan Para Penguasa:

مِنَ الْأَصُولِ الْفَاسِدَةِ التِّي يَتْبَعُهَا هَؤُلَاءِ إِبْرَازُ أَصْلِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ فِي وَجُوبِ السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ لِلْإِمَامِ الْمُسْلِمِ مَا لَمْ يَأْمُرْ بِمَعْصِيَةٍ وَالصَّبْرِ عَلَى ظُلْمِ الْحَاكِمِ مَادَامَ أَنَّهُ مُجَاهِدٌ فِي سَبِيلِ اللهِ، مُدَافِعٌ لِلْأَعْدَاءِ الْإِسْلَامِ وَوَجُوبُ الصَّلَاةِ خَلْفَهُ وَعَدَمُ الْخُرُوجِ عَلَيْهِ إِلَّا فِي كُفْرِ بَوَاحٍ، وَهَذَا كُلُّهُ حَقٌّ. وَلَكِنَّ الْوَجْهَ الْآخَرَ كَذَلِكَ هُوَ وَجُوبُ النُّصْحِ لِهَذَا الْإِمَامِ وَقَوْلِ كَلِمَةِ الْحَقِّ لَهُ وَوَجُوبُ الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيِ عَنِ الْمُنْكَرِ عَلَيْهِ، وَجِهَادُ الْكُفَّارِ وَرِعَايَةُ مَصَالِحِ الْأُمَّةِ فَرْضٌ عَلَيْهِ وَقَبْلَ هَذَا وَذَاكَ، فَالْحُكْمُ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَرْضٌ عَلَيْهِ.

إِنَّ الْحَاكِمَ وَالْمَحْكُومَ طَرَفَا عَقْدٍ هُوَ عَقْدُ الْبَيْعَةِ، فَكَمَا يَجِبُ عَلَى الْمَحْكُومِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ لِلْإِمَامِ، فَإِنَّ الْعَدْلَ وَرِعَايَةَ مَصَالِحِ الْمُسْلِمِينَ وَجِهَادَ الْكُفَّارِ وَتَأْمِينَ النَّاسِ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فَرْضٌ عَلَى الْإِمَامِ كَذَلِكَ. فَإِذَا قَصَرَ الْإِمَامُ فِي وَاجِبِهِ فَيَجِبُ النُّصْحُ لَهُ، وَإِذَا قَصَرَتِ الرَّعِيَّةُ فِي وَاجِبِهَا وَجَبَ النَّصْحُ لَهَا كَذَلِكَ. وَالدَّعْوَةُ إِلَى وَجُوبِ السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فَقَطْ وَأَنَّ هَذَا هُوَ أَصْلُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ تَزْيِيفٌ لِمِنْهَاجِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ الَّذِي يَقُومُ عَلَى النُّصْحِ لِلْأُئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ وَلَيْسَ النُّصْحِ لِلْعَامَّةِ وَتَرُكِ الْأُئِمَّةِ. وَالْقَوْمُ لَا يُفَرِّقُونَ فِي ذَلِكَ بَيْنَ مَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِالشَّرِيعَةِ فِي بَعْضِ فُرُوعِهِ وَبَيْنَ مَنْ نَحَى الشَّرِيعَةَ كُلَّهَا جَانِبًا وَأَعْلَنَ الْعِلْمَانِيَّةَ دِينًا وَمَنْهَجًا وَحَارَبَ الْإِسْلَامَ وَدُعَاتِهِ وَزُجَّ بِهِمْ فِي سُجُونِ التَّعْذِيبِ وَنَزْعَ الْحِجَابِ عَنِ الْمُسْلِمَاتِ... بَلْ هَذَا فِي نَظَرِهِمْ مَمَنْ يَجِبُ لَهُ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ سَوَاءً بِسَوَاءٍ!

Salah satu prinsip dasar fasid yang mereka ikuti adalah menyingkirkan prinsip dasar Ahlussunnah wal Jamaah dalam kewajiban mendengar dan taat kepada imam Muslim selama dia tidak memerintahkan maksiat. Dan wajib sabar terhadap ketidakadilan penguasa selama dia senantiasa berjihad fii sabiilillah dan membela Islam. Dan wajib shalat bermakmum di belakangnya. Tidak boleh memberontak kecuali dalam situasi kekufuran yang nampak jelas. Semua ini adalah benar.

Namun, di sisi lain, ada kewajiban lainnya , yaitu : memberikan nasihat kepada imam tersebut, menyampaikan kata-kata kebenaran kepadanya, wajib menyuruh yang ma'ruf dan melarang yang munkar kepadanya.

Jihad melawan orang kafir dan menjaga kepentingan umat juga merupakan kewajiban yang dikenakan padanya, sebelum dan sesudah itu semua. Oleh karena itu, berhukum sesuai dengan apa yang Allah turunkan, baik untuk orang besar maupun kecil, maka hukumnya wajib atasnya.

Sesungguhnya al-hakim [pencipta hukum] dan al-mahkum [yang wajib menjalan hukum] adalah dua pihak dalam suatu perjanjian yang disebut perjanjian bai'at. Seperti halnya yang diwajibkan bagi al-mahkum untuk mendengar dan taat kepada imam, demikian juga keadilan, menjaga kemaslahatan umat Muslim, jihad melawan orang kafir, dan melindungi orang-orang serta harta benda mereka merupakan kewajiban bagi imam.

Jika imam mengabaikan kewajibannya, maka wajib memberikan nasihat kepadanya. Dan jika rakyat lalai dari kewajibannya, maka juga wajib memberikan nasihat kepada mereka.

Menyeru hanya kepada kewajiban mendengar dan taat pemimpin saja, lalu mengatakan bahwa ini adalah prinsip Ahlussunnah wal Jamaah, maka ini adalah pemalsuan terhadap metodologi Ahlussunnah wal Jamaah yang memerintahkan untuk memberikan nasihat kepada para pemimpin Muslim dan masyarakat umum, bukan hanya memberikan nasihat kepada masyarakat saja, lalu meninggalkan nasihat kepada para pemimpin.

Orang-orang tidak membedakan antara orang yang tidak mengambil hukum syariah dalam sebagian cabang-cabangnya dengan orang-orang yang menolak seluruh syariah, mereka mendeklarasikan sekularisme sebagai agama dan metodologi, dan melawan Islam dan para pengajarnya, serta menyiksa mereka di penjara dan mencabut hijab dari Muslimah. Menurut mereka, keduanya dianggap sama dalam hal kewajiban mendengar dan taat pada pemimpin !

PRINSIP TERBURUK MEREKA DAN TERBESAR KERUSAKANNYA

آخِرُ الْأَصُولِ وَأَعْظَمُهَا إِفْسَادًا:

"Akhir dari prinsip-prinsip dasar dan yang paling besar kerusakannya:

وَأَخِيرًا فَإِنَّ أَعْظَمَ أَصُولِهِمْ فَسَادًا هُوَ جَعَلُهُمْ تَعَلُّمُ هَذِهِ الْأَصُولِ الْفَاسِدَةِ أَهَمَّ وَأَوَلَى وَأَعْظَمَ مِنْ تَعَلُّمِ أَصُولِ الْعِلْمِ فِي سَائِرِ الْفُنُونِ بَلْ أَوَلَى مِنْ الِانْشِغَالِ بِحِفْظِ الْقُرْآنِ وَدِرَاسَةِ السُّنَّةِ.

Dan akhirnya, maka kerusakan terbesar dari prinsip-prinsip dasar mereka adalah membuat mereka menganggap bahwa mempelajari prinsip-prinsip dasar yang rusak ini lebih penting, lebih utama, dan lebih besar dari pada mempelajari prinsip-prinsip dasar ilmu dalam segala bidang , bahkan lebih utama dari menyibukkan diri dengan menghafal Al-Qur'an dan mempelajari hadits."

BERTAUBAT ADALAH JALAN SELAMAT :

طَرِيقُ التَّوْبَةِ هُوَ: طَرِيقُ السَّلَامَةِ

"Jalan taubat adalah jalan keselamatan”.

كَيْفَ الْمَخْرَجُ وَالنَّجَاةُ مِنْ هَذِهِ الْفِتْنَةِ؟

ج / وَطَرِيقُ السَّلَامَةِ وَالنَّجَاةِ مِنْ هَذِهِ الْفِتْنَةِ يَكُونُ بِمَا يَلِي:

أَوَّلًا: فِيمَا يَتَعَلَّقُ بِالتَّجْرِيحِ وَالتَّحْذِيرِ يَنْبَغِي مُرَاعَاةُ مَا يَلِي:

Bagaimana cara keluar dan menyelamatkan diri dari fitnah ini?

JAWABAN :

Jalan keselamatan dan menyelamatkan diri dari fitnah ini adalah sebagai berikut:

PERTAMA :

Terkait dengan Tajriih [mencela] dan Tahdziir [memberikan peringatan], hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:

1 – أَنْ يَتَّقِيَ اللهَ مِنْ أَشْغَلَ نَفْسَهُ بِتَجْرِيحِ الْعُلَمَاءِ، وَطُلَّابِ الْعِلْمِ وَالتَّحْذِيرِ مِنْهُمْ، وَأَنْ يَنْشَغِلَ بِالْبَحْثِ عَنْ عُيُوبِهِ لِلتَّخْلُصِ مِنْهَا بَدَلًا مِنَ الْانْشِغَالِ بِعُيُوبِ الْآخَرِينَ، وَيَحَافِظَ عَلَى الْإِبْقَاءِ عَلَى حَسَنَاتِهِ فَلَا يَضِيقُ بِهَا ذِرَاعًا فيُوزَعُهَا عِلَلًا مَنْ ابْتُلِيَ بِتَجْرِيحِهِمْ وَالنِّيلِ مِنْهُمْ. لِسَانُكَ لَا تَذْكُرُ بِهِ عَوْرَةَ إِمْرِئٍ فَكُلُّكَ عَوْرَاتٍ وَلِلنَّاسِ أَلْسِنَةٌ.

1. Seseorang harus bertakwa kepada Allah dan tidak menyibukkan diri dengan Tajriih [mencela] para ulama, para penuntut ilmu, dan Tahdzir [memberikan peringatan] untuk menjauhi mereka.

Sebaliknya, ia sebaiknya sibuk mencari kekurangan dirinya sendiri untuk memperbaikinya daripada terobsesi dengan kekurangan orang lain. Dia harus menjaga amal baiknya dan tidak menguranginya dengan menyebarkan celaan terhadap mereka. Ingatlah, lidahmu bukan untuk mencela aib seseorang, sehingga terkumpullah pada dirimu aurat-aurat [aib] setiap manusia. Sementara setiap manusia memiliki lisan yang dapat menghujat."

2 – أَنْ يُشْغِلَ نَفْسَهُ – بَدَلًا مِنَ التَّجْرِيحِ وَالتَّحْذِيرِ – بِتَحْصِيلِ الْعِلْمِ النَّافِعِ، وَالْجِدِّ وَالِاجْتِهَادِ فِيهِ، وَأَلَّا يُشْغِلَ نَفْسَهُ بِتَجْرِيحِ الْعُلَمَاءِ وَطُلَّابِ الْعِلْمِ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ، وَقَطْعِ الطُّرُقِ الْمُوْصِلَةِ إِلَى الِاستِفَادَةِ مِنْهُمْ، فَيَكُونُ مِنْ أَهْلِ الْهَدْمِ، وَمِثْلُ هَذَا الْمُنْشَغِلِ بِالتَّجْرِيحِ لَا يُخَلِّفُ بَعْدَهُ إِذَا مَاتَ عِلْمًا يُنْتَفَعُ بِهِ، وَلَا يُفْقِدُونَ النَّاسَ بِمَوْتِهِ عَالِمًا يَنْفَعُهُمْ، بَلْ بِمَوْتِهِ يَسْلَمُونَ مِنْ شَرِّهِ.

2. Seseorang seharusnya lebih memusatkan diri pada memperoleh ilmu yang bermanfaat, bersungguh-sungguh dan berusaha keras untuk itu, bukan sibuk mentajrih [mencela] ulama dan para penuntut ilmu dari kalangan Ahlus Sunnah, serta memutuskan segala cara yang bisa membawa manfaat dari mereka. Maka dia adalah seorang penghancur lebur.

"Dan orang yang hidupnya disibukkan dengan tajrih [mencela] tidak akan meninggalkan ilmu yang bermanfaat setelah dia mati. Dan orang-orang tidak akan merasa kehilangan dengan kematiannya, tidak seperti kematian seorang alim yang membawa manfaat. Sebaliknya, dengan kematiannya, mereka akan merasa terlindungi dari keburukannya."

3 – أَنْ يَنْصَرِفَ الطَّلَبَةُ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ فِي كُلِّ مَكَانٍ إِلَى الْانْشِغَالِ بِالْعِلْمِ، بِقِرَاءَةِ الْكُتُبِ الْمُفِيدَةِ، وَسَمَاعِ الْأَشْرِطَةِ النَّافِعَةِ لِعُلَمَاءِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَدُعَاتِهَا، بَدَلًا مِنْ انْشِغَالِهِمْ بِفُلَانٍ أَوْ فُلَانٍ، أَوِ الِاتِّصَالِ وَالسُّؤَالِ (مَا رَأَيْكَ فِي فُلَانٍ؟ وَمَا ذَا تَقُولُ فِي قَوْلِ فُلَانٍ وَفُلَانٍ).

3. Para penuntut ilmu dari kalangan Ahlus Sunnah di semua tempat seharusnya beralih untuk sibuk dengan ilmu, membaca buku yang bermanfaat, mendengarkan rekaman-rekaman yang mengandung manfaat dari para ulama Ahlus Sunnah dan para pengajarnya, bukan sibuk dengan mencari tahu tentang orang ini atau itu, atau melakukan kontak dan bertanya (Apa pendapatmu tentang si fulan? Dan apa yang kamu katakan tentang perkataan si fulan dan si fulan)."

4 – عند سؤال طلبة العلم عن حال أشخاص من المنشغلين بالعلم ، ينبغي رجوعهم إلى مصدر موثوق ، وجهة رسمية كرئاسة الإفتاء بالرياض ، للسؤال عنهم ، ومن كان عنده علم بأحوال أشخاص معينين ، أو ملاحظات حولهم يمكنه أن يكتب إلى رئاسة الإفتاء ببيان ما يعلمه عنهم للنظر في ذلك ، بدلاً من أن يجعل نفسه قاضياً على نوايا الناس وتصرفاتهم ، فيحكم لهذا بالنجاة ،وعلى ذاك بالهلاك أو الضلال .

4. Ketika para penuntut ilmu bertanya tentang kondisi sosok-sosok individu dari kalangan yang sibuk dengan ilmu, maka sebaiknya mereka merujuk ke sumber yang terpercaya dan resmi, seperti Lembaga Fatwa Riyadh, untuk menanyakan tentang mereka. Jika seseorang memiliki pengetahuan tentang keadaan individu tertentu atau catatan mengenai mereka, dia dapat menulis kepada Lembaga Fatwa untuk memberikan informasi yang diketahuinya agar dapat dipertimbangkan, daripada membuat dirinya sebagai hakim terhadap niat dan perilaku orang lain , lalu memvonis untuk ini selamat dan memvonis itu binasa atau sesat .

KEDUA :  Etika dan cara meluruskan kesalahan orang lain .

ثَانِيًا: فِيمَا يَتَعَلَّقُ بِالرَّدِ عَلَى مَنْ أَخْطَأَ، يَنْبَغِي مُرَاعَاةُ مَا يَلِي:

أَنْ يَكُونَ الرَّدُ بِرِفْقٍ وَلِينٍ، وَرَغْبَةٍ شَدِيدَةٍ فِي سَلَامَةِ الْمُخْطِئِ مِنَ الْخَطَأِ. لَا يَجُوزُ أَنْ يَمْتَحِنَ أَيُّ طَالِبِ عِلْمٍ غَيْرَهُ، بِأَنْ يَكُونَ لَهُ مَوْقِفٌ مِنْ فُلَانِ الْمَرْدُودِ عَلَيْهِ أَوِ الرَّادِ، فَإِنْ وَافَقَ سَلِمَ، وَإِنْ لَمْ يُوَافِقْ يُبَدَّعُ وَيُهْجَرُ، وَلَيْسَ لِأَحَدٍ أَنْ يُنْسِبَ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ مِثْلَ هَذِهِ الْفَوْضَى فِي التَّبْدِيعِ وَالْهِجْرِ. وَلَيْسَ لِأَحَدٍ – أَيْضًا – أَنْ يَصِفَ مَنْ لَا يَسْلُكُ هَذَا الْمَسْلَكَ الْفَوْضَوِيَّ بِأَنَّهُ مُمَيِّعٌ لِمَنْهَجِ السَّلَفِ.

"Kedua: Terkait dengan memberikan bantahan terhadap kesalahan orang lain, maka sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut:

Bantahan harus disampaikan dengan lembut dan penuh kesejukan, dengan keinginan kuat untuk menyelamatkan orang yang salah dari kesalahannya.

"Tidak boleh bagi siapapun dari seorang penuntut ilmu menguji orang lain dengan tujuan untuk mengetahui sikapnya terhadap si fulan yang dibantah atau si fulan yang membantah . Jika jawaban dia sesuai, maka dia selamat. Jika tidak sesuai, maka dia dicap ahli bid’ah dan di hajer.

Tidak seharusnya seseorang mengaitkan Ahlus Sunnah dengan cara yang kacau balau ini dalam pembid’ahan dan peng-hajer-an.

Tidak seharusnya juga seseorang menggambarkan mereka yang tidak mengikuti jalur kacau ini bahwa dia itu seorang mumayyi’ [terlalu lembek] terhadap manhaj Salaf."

Syeikh al-Islam Ibnu Taymiyyah – رحمه الله – berkata dalam Majmu’ al-Fatawa (20/164):

"وَلَيْسَ لِأَحَدٍ أَنْ يُنْصِبَ لِلْأُمَّةِ شَخْصًا يَدْعُو إِلَى طَرِيقَتِهِ، وَيُوَالِي وَيُعَادِي عَلَيْهَا غَيْرَ النَّبِيِّ وَلَا يُنْصَبُ لَهُمْ كَلَامًا يُوَالِي عَلَيْهِ وَيُعَادِي غَيْرَ كَلَامِ اللَّهِ – عَزَّ وَجَلَّ – وَرَسُولِهِ، وَمَا اجْتَمَعَتْ عَلَيْهِ الْأُمَّةُ، هَذَا مِنْ فِعْلِ أَهْلِ الْبِدْعِ الَّذِينَ يُنْصِبُونَ لَهُمْ شَخْصًا أَوْ كَلَامًا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْأُمَّةِ، يُوَالُونَ بِهِ عَلَى ذَلِكَ الْكَلَامِ أَوْ تِلْكَ النِّسْبَةِ وَيُعَادُونَ."

“Tidak boleh bagi siapa pun untuk menetapkan atau mengangkat seseorang bagi umat yang menyeru kepada jalannya [manhajnya] sendiri, dan mengadakan persekutuan [muwalah] atau permusuhan [mu’adah] atas dasar hal itu, selain Nabi.

Dan tidak boleh untuk menetapkan atau memaksakan atas mereka perkataan yang mendukung atau menentang selain dari perkataan Allah – Azza wa Jalla – dan Rasul-Nya.

Apa yang menjadi kesepakatan umat adalah perbuatan ahlul bid’ah yang menetapkan dan memaksakan atas mereka untuk mengikuti seseorang atau perkataan yang digunakan untuk memecah belah umat, dengan cara mendukung atau menentang perkataan atau penisbatan tertentu yang menimbulkan permusuhan .”

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah – رحمه الله – juga berkata (28/15-16):

"فَإِذَا كَانَ الْمُعَلِّمُ أَوْ الْأُسْتَاذُ قَدْ أَمَرَ بِهَجْرِ شَخْصٍ، أَوْ بِإِهْدَارِهِ وَإِسْقَاطِهِ، وَإِبْعَادِهِ، وَنَحْوِ ذَلِكَ نَظَرَ فِيهِ: فَإِذَا كَانَ قَدْ فَعَلَ ذَنْبًا شَرْعِيًّا لَمْ يَجُزْ أَنْ يُعَاقَبَ بِشَيْءٍ لِأَجْلِ غَرَضِ الْمُعَلِّمِ أَوْ غَيْرِهِ. وَلَيْسَ لِلْمُعَلِّمِينَ أَنْ يَحْزُبُوا النَّاسَ، وَيَفْعَلُوا مَا يُلْقِي بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبُغْضَاءَ، بَلْ يَكُونُوا مِثْلَ الْإِخْوَةِ الْمُتَعَاوِنِينَ عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى، كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: '... وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَ لَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ'"

“Jika ada seorang mu’allim [guru] atau Ustadz memerintahkan untuk menghajer [menjauhi] seseorang, atau menjatuhkan nama baiknya dan menjauhinya, serta mengasingkannya, dan sejenisnya, maka harus mempertimbangkannya. Jika orang tersebut telah melakukan dosa syar’i, maka tidak dibenarkan menghukumnya demi kepentingan seorang mu’allim [guru] atau orang lain.

Para mu’allim [guru] tidak diperkenankan membuat manusia menjadi berkelompok-kelompok, dan melakukan hal-hal yang menyebabkan permusuhan dan kebencian di antara mereka. Sebaliknya, mereka seharusnya seperti saudara-saudara yang saling tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya’.” (QS. Al-Maidah: 2)”

PENUTUP

نَسْأَلُ اللَّهَ أَنْ يَتَقَبَّلَ مِنَّا هَذَا الْعَمَلَ وَيَكُونَ سَبَبًا لِدُخُولِنَا الْجَنَّةِ وَيَكُونَ سَبَبًا لِهِدَايَةِ النَّاسِ وَمَعْرِفَةِ طَرِيقِ الْحَقِّ مِنَ الْبَاطِلِ.

تَنْبِيهٌ!!! : "إِنَّ الَّذِينَ يَسْخَرُونَ مِنَ الْعُلَمَاءِ يُرِيدُونَ أَنْ يُفْقِدُوا الْأُمَّةَ عُلَمَاءَهَا حَتَّى وَلَوْ كَانُوا مَوْجُودِينَ عَلَى الْأَرْضِ، مَا دَامَ أَنَّهَا قَدْ نُزِعَتْ مِنْهُمُ الثِّقَةُ فَقَدْ فَقَدُوا... . وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ.

"Kami memohon kepada Allah agar menerima amalan ini dari kami dan menjadikannya sebagai sebab dan sarana untuk masuk ke Surga. Semoga juga menjadi jalan petunjuk bagi orang-orang untuk mengetahui kebenaran dari kebatilan.

Peringatan!!! : "Orang-orang yang mengolok-olok para ulama ingin menghilangkan ilmu ulama dari umatnya, meskipun mereka masih ada di muka bumi. Akan teapi selama kepercayaan telah dicabut dari mereka, maka mereka telah kehilangan...

Dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah."

(SELESAI KUTIPAN)

 ******

FITNAH MANHAJ HAJER, TAHDZIR DAN TABDI’ SYEIKH RABI’ AL-MADKHOLY

-------

Di kutip dari akun FB “بَصَائر سَلَفِيَّة مُعَاصَرَة”. Ditulis oleh Shuhaib BuZaidiy [صهيب بوزيدي] dengan judul :

أَلْهَجْرُ وَالتَّبْدِيعُ الْمَدْخُلِيّ بِالْمَعْرِيْفَةِ.

Hajer dan Tabdi’ Madkhalisme terhadap al-Ma’riifah

أَوْلًا أُنْبِهُ عَلَى أَنَّ كَلِمَةَ "بَالْمَعْرِيفَةِ" كَلِمَةٌ دَارِجَةٌ جَزَائِرِيَّةٌ يُقْصَدُ بِهَا "الْمَحْسُوبِيَّةُ، أَيْ تَأْثِيرُ مَعْرِفَتِكَ لِلشَّخْصِ مِنْ عَدَمِهِ فِي قَرَارِكَ الَّذِي يَفْتَرِضُ فِيهِ الْعَدْلُ".

Pertama-pertama saya ingin mengingatkan bahwa kata "الْمَعْرِيفَةِ" adalah kata Aljazair yang dimaksudkan sebagai "الْمَحْسُوبِيَّةُ", yakni : sejauh mana pengaruh seseorang yang anda kenal . Apakah anda terpengaruh atau tidak olehnya ketika anda membuat keputusan yang di klaim bahwa itu keputusan yang adil .

بِدَايَةِ الْمَقَالِ:

قَدْ يُصْدِعُ الْمُدَاخَلَةُ رُؤُوسَ بَعْضِهِم بَعْضًا بِقَوَاعِدَ يَرَوْنَهَا ثَابِتَةً وَهِيَ فِي الْأَصْلِ بَاطِلَةٌ، مِثْلَ قَوْلِهِمْ (مَنْ لَمْ يُبَدِّعِ الْمُبْتَدِعَ فَهُوَ مُبْتَدِعٌ) أَوْ (يُهْجَرُ مَنْ لَا يَهْجُرُ الْمُبْتَدِعُ) أَوْ (إِمَّا أَنْ تَهْجُرَ ذَلِكَ الْمُبْتَدِعَ أَوْ نَهْجُرُكَ).

وَبَالرَّغْمِ مِنْ كَوْنِنَا نَعْلَمُ يَقِيْنًا أَنَّ الَّذِيْنَ يَرَاهُمُ الْمُدَاخَلَةُ مُبْتَدِعَةً لَيْسُوْا مُبْتَدِعِيْنَ بِالضُّرُوْرَةِ وَإِنَّمَا هُمْ عَقْلِيَّةُ الْمَدْخَلِيْ فِي تَبْدِيْعِ كُلِّ مَنْ خَالَفَهُ وَإِنْ كَانَ أَعْلَمَ وَأَوْلَى بِالصَّوَابِ مِنْهُ. إِلاَّ أَنَّنَا نَتَمَاشَى مَعَ قَاعِدَتِهِمْ لِنُبَيِّنَ تَنَاقُضَهُمْ فِي تَطْبِيْقِهَا إِذْ الْمُحِيْرُ فِي الأَمْرِ: هُوَ أَنَّ الْمُدَاخَلَةَ أَنْفُسَهُمْ لَا يُبَدِّعُوْنَ كُلَّ مَنْ تَنْطَبِقُ عَلَيْهِ صِفَاتُ الْمُبْتَدِعِ بِالنِّسْبَةِ لَهُمْ (وَإِلَّا فَنَحْنُ لَا نَسْلَمُ بِبِدْعِيَّةِ مَنْ بَدَّعُوْهِ بَلْ هُمْ الْأَوَّلَى بِهَذَا الْوَصْفِ مِنْ الَّذِيْنَ بَدَّعُوْهُمْ)، وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذٰلِكَ:

Awal Artikel:

Manhaj al-Madkholy ini kadang bisa saling membenturkan kepala sebagian orang dengan sebagian yang lain yang membuat mereka sakit kepala, dibenturkan dengan kaidah-kaidah yang mereka anggap pasti benar, padahal pada dasarnya adalah bathil [tidak benar], seperti ungkapan mereka :

(مَنْ لَمْ يُبَدِّعِ الْمُبْتَدِعَ فَهُوَ مُبْتَدِعٌ)

(Siapa yang tidak membid’ahkan ahli bid’ah, maka dia adalah ahli bid’ah) 

atau 

(يُهْجَرُ مَنْ لَا يَهْجُرُ الْمُبْتَدِعَ)

(orang yang tidak menghajer ahli bid’ah, maka dia harus dihajer) 

atau 

(إِمَّا أَنْ تَهْجُرَ ذَلِكَ الْمُبْتَدِعَ أَوْ نَهْجُرُكَ)

( silahkan pilih ! anda hajer si ahli bid’ah itu atau kami menghajer anda).

Meskipun kita tahu persis dengan yakin bahwa mereka yang dianggap ahli bid’ah oleh al-Mudakholah [kelompok Al-Madkholi], mereka bukanlah ahli bid'ah secara pasti, melainkan ini hanyalah pola pikir al-Madkholy dalam membid’ahkan terhadap siapa pun yang tidak sependapat dengannya, meskipun orang tersebut lebih berpengetahuan dan lebih benar dari al-Madkholi.

Namun demikian, kita coba mengikuti aturan mereka untuk menunjukkan kontradiksi mereka dalam penerapannya.

Hal yang membingungkan dalam hal ini adalah :

“Bahwa kelompok manhaj Al-Madaakholah [pengikut sekte al-Madkholy] sendiri terkadang tidak membid’ahkan orang yang melakukan sesuatu yang memiliki ciri-ciri bid'ah yang persis sesuai versi mereka (jika tidak, maka kita tidak akan menerima tuduhan bid'ah dari pihak mereka, malahan merekalah yang lebih pantas mendapat deskripsi ini daripada orang yang mereka tuduh ahli bid'ah), dan bukti dari hal ini adalah kutipan berikut ini:

المَعْرِيفَة وَأَثَرُهَا عَلَى قَرَارِ التَّبْدِيع الْمَدْخَلِيّ:

"Al-Ma'riifah dan Pengaruhnya pada Keputusan sabagai ahl bid’ah oleh Al-Madkholi:

1 - لَمْ يُبَدِّع الْمَدَاخَلَة صَالِح الْفَوْزَان رَغْمَ أنَّهُ لَمْ يُبَدِّع ابْن جَبْرِين الَّذِي بَدَعَهُ رَبِيع الْمَدْخَلِيّ، فَأَيْنَ قَاعِدَة "مَن لَمْ يُبَدِّع الْمُبْتَدِع فَهُوَ مُبْتَدِع"؟

1. Kelompok Al-Madaakholah tidak menyatakan bahwa Saleh Al-Fawzan adalah bid'ah meskipun Ibn Jabrin, yang dinyatakan sebagai bid'ah oleh Rabi' Al-Madkhali, tidak dinyatakan sebagai bid'ah. Di mana prinsip "siapa yang tidak membid'ahkan bid'ah maka dia juga termasuk yang membid'ahkan"?

2 - لَمْ يُبَدِّع الْمَدَاخَلَة صَالِح السَّدْلَان رَغْمَ أنَّهُ دَافَعَ عَنْ عَدْنَان الْعَرْعُور وَالْحَوِينِي مَعَ عِلْمِهِ بِتَبْدِيع رَبِيع الْمَدْخَلِيّ لَهُ، فَأَيْنَ الْعَمَل بِالْقَاعِدَة؟

2. Kelompok manhaj Al-Madaakholah tidak menyatakan bahwa Saleh Al-Sadlan adalah bid'ah meskipun dia membela Adnan Al-Ar'ur dan Al-Huwayni, padahal mengetahui bahwa Robi' Al-Madkhali telah menyatakannya sebagai bid'ah. Di mana penerapan prinsip ini?

3 - لَمْ يُبَدِّع الْمَدَاخَلَة عَبْد الْعَزِيز آل الشَّيْخ مُفْتِي السَّعُودِيَّة رغم أنه دَافَعَ عَنْ سَيِّد قُطْب وَرَفَضَ تَبْدِيعَهُ، فَأَيْنَ الْعَمَل بِالْقَاعِدَة؟

3. Kelompok manhaj Al-Madaakholah tidak menyatakan bahwa Abdul Aziz Al Al-Syaikh, Mufti Arab Saudi, adalah bid'ah meskipun dia membela Sayyid Qutb dan menolak untuk menyatakannya sebagai ahli bid'ah. Maka di manakah penerapan prinsip dasar hajer mereka ini?

4 - لَمْ يُبَدِّعُوا الشَّيْخ الْأَلْبَانِي رَغْمَ عَدَمِ تَبْدِيعِهِ لِكُلِّ مَن سَفْر الْحَوَالِي وَسَلْمَان الْعُوْدَةِ وَنَاصِر الْعُمَرِ وَعَدْنَان الْعَرْعُوَر بَعْدَ تَبْدِيعِ رَبِيع الْمَدْخَلِيّ لَهُمْ.

4. Kelompok manhaj Al-Madaakholah tidak menganggap Sheikh Al-Albani adalah ahli bid'ah meskipun dia tidak menganggap ahli bid'ah terhadap Safar Al-Hawali, Salman Al-Awdah, Nasser Al-Umar, dan Adnan Al-Ar'ur, setelah Rabi' Al-Madkholi menganggapnya sebagai ahli bid'ah terhadap mereka."

5 - لَمْ يُبَدِّعوا عَبْدَ الْعَزِيزِ الرَّاجِحِيّ رَغْمَ ثَنَائِهِ عَلَى الْحُوَينِيّ بَعْدَ تَبْدِيعِ رَبِيعِ الْمَدْخَلِيّ لَهُ.

5. Mereka tidak menyatakan bahwa Abdul Aziz Al-Rajhi adalah ahli bid'ah meskipun dia memuji Al-Huwayni , setelah Rabi' Al-Madkholi menyatakannya sebagai ahli bid'ah.

6 - لَمْ يُبَدِّعوا صَالِح اللَّحِيدَانِ رَغْمَ ثَنَائِهِ عَلَى ابْنِ جَبْرِينَ بَعْدَ تَبْدِيعِ رَبِيعِ الْمَدْخَلِيّ لَهُ.

6. Mereka tidak menyatakan bahwa Saleh Al-Luhaidan adalah ahli bid'ah meskipun dia memuji Ibnu Jabrin setelah Rabi' Al-Madkholi menyatakannya sebagai ahli bid'ah.

7 - لَمْ يُبَدِّعوا ابْن عُثَيْمِيِّنَ رَغْمَ ثَنَائِهِ عَلَى عَدْنَانَ الْعَرْعُورِ وَدِفَاعِهِ عَنْهُ بَعْدَمَا بَدَعَهُ رَبِيعُ الْمَدْخَلِيّ.

7. Mereka tidak menyatakan bahwa Ibnu Utsaimin adalah ahli bid'ah meskipun dia memuji Adnan Al-Ar'ur dan membela dirinya setelah Rabi' Al-Madkhali menyatakannya sebagai ahli bid'ah.

8 - لَمْ يُبَدِّع رَبِيعُ الْمَدْخَلِيّ الشيخ بَكْر أبُو زَيْدٍ رغم تَأَلُّيفِهِ كِتَابًا كَامِلًا يُدَافِعُ فِيهِ عَنْ سَيِّدِ قُطْبٍ رَدًّا عَلَى كِتَابِ رَبِيعِ الْمَدْخَلِيّ الَّذِي طَعَنَ فِي سَيِّدِ قُطْبٍ.

8. Rabi' Al-Madkholi tidak menyatakan bahwa Sheikh Bakr Abu Zaid adalah ahli bid'ah meskipun dia menulis buku lengkap yang membela Sayyid Qutb sebagai tanggapan terhadap buku Rabi' Al-Madkholi yang menyerang Sayyid Qutb.

9 - عُبَيْد الْجَابِرِيُّ خِلَافًا لِرَبِيعِ الْمَدْخَلِيّ بَدعَ بَكْرِ أَبُو زَيْدٍ وَلَكِنَّ رَبِيعَ الْمَدْخَلِيّ رَفَضَ تَبْدِيعَ بَكْرِ أَبُو زَيْدٍ وَطَرَدَ مِنْ مَجْلِسِهِ مِنْ بِدْعِهِ فَلِمَاذَا لَمْ يُطْبَقْ عُبَيْدُ الْجَابِرِيُّ عَلَى رَبِيعِ الْمَدْخَلِيّ قَاعِدَةً (مَن لَمْ يُبَدِّعِ الْمُبْتَدِعِ فَإِنَّهُ مُبْتَدِعٌ وَيُبْدِعُهُ) بِنَاءً عَلَى ذَلِكَ؟ إذ بَكْرُ أَبُو زَيْدٍ مُبْتَدِعٌ بِالنِّسْبَةِ لِعُبَيْدِ الْجَابِرِيِّ أَمَّا رَبِيعُ الْمَدْخَلِيّ فَلَمْ يُبَدِّعِ هَذَا الْمُبْتَدِعُ فَيَلْزَمُ حَسَبَ تَأْصِيلَاتِهِمْ أَنْ يَكُونَ مُبْتَدِعًا عِنْدَ عُبَيْدِ الْجَابِرِيِّ، فَإِنْ كَانَ الْحَقُّ مَعَ رَبِيعٍ لَا مَعَ عُبَيْدٍ فَلِمَاذَا لَمْ يُتَّهَمْ عُبَيْدُ الْجَابِرِيُّ بِالْغُلَوِّ فِي التَّبْدِيعِ إذ بَدَّعَ مَن لَا يَسْتَحِقُّ التَّبْدِيعَ بِالنِّسْبَةِ لِرَبِيعِ الْمَدْخَلِيّ؟ أَمْ أَنَّ كُلَّ الْأَحْكَامِ تَسْقُطُ (بِالْمَعْرِيفَةِ).

9. Ubaid Al-Jabri, bertentangan dengan Rabi' Al-Madkholi, menganggap Bakr Abu Zaid sebagai ahli bid'ah, tetapi Rabi' Al-Madkholi menolak untuk menyatakannya sebagai ahli bid'ah dan mengusirnya dari majlisnya karena bid'ahnya.

Mengapa Ubaid Al-Jabri tidak menerapkan prinsip "siapa yang tidak membid'ahkan ahli bid'ah maka dia juga termasuk ahli bid’ah dan di cap sebagai ahli bid’ah" terhadap Rabi' Al-Madkhali? Seharusnya diterapkan padanya berdasarkan prinsip ini, karena Bakr Abu Zaid dianggap ahli bid'ah oleh Ubaid Al-Jabri, maka Rabi' Al-Madkhali juga harus dianggap sebagai ahli bid'ah oleh Ubaid Al-Jabri sesuai dengan prinsip dasar yang dianutnya.

Jika kebenaran bersama Rabi' Al-Madkholi, bukan Ubaid, mengapa Ubaid Al-Jabri tidak dituduh ghuluw [berlebihan] dalam pembid’ahan, padahal dia menyatakan ahli bid'ah terhadap orang yang tidak layak mendapatkannya menurut ajaran Rabi' Al-Madkholi? Atau apakah semua aturan ini tidak berlaku dengan (al-Ma’riifah)?

10 - كثيرٌ مِنَ الْمَدَاخَلَةِ تَجِدُهُمْ يَهْجُرُونَ الْمُخَالِفَ لَهُمْ بِحُجَّةٍ أَنَّهُ مُبْتَدِعٌ لَكِنَّ مُعْظَمَهُمْ لَا يَهْجُرُونَ هَذَا الْمُخَالِفَ إِنْ كَانَتْ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَهُ قَرَابَةٌ أَوْ مَصْلَحَةٌ، لَا يُمْكِنُ لِلْمَدْخَلِي هَجْرَ مُدِيرِهِ فِي الْعَمَلِ إِنْ كَانَ مُبْتَدِعًا فِي نَظَرِهِ وَلَا يُمْكِنُهُ هَجْرَ أَخِيهِ أَوْ أَبِيهِ أَوْ ابْنِهِ وَلَوْ كَانَ لَهُمْ مُخَالِفًا، قَدْ يَهْجُرُ المَدْخَلِي نَفْسَهُ صَدِيقَ أَخِيهِ بِحُجَّةٍ اتِّهَامِهِ بِالْبِدْعَةِ وَلَكِنَّهُ لَا يَهْجُرُ أَخَاهُ الَّذِي يُوَافِقُ صَدِيقَهُ الْمُهْجَرَ عَلَى نَفْسِ مَنْهَجِهِ، كَذَلِكَ لَا يَهْجُرُونَهُ وَلَا يُبَدِّعُونَهُ وَلَا يُحَرِّضُونَ عَلَى هَجْرِهِ إِنْ كَانَ مَسْؤُولًا أَوْ ذَا مَنْصِبٍ أَوْ صَاحِبِ أَمْوَالٍ يَسْتَفِيدُونَ مِنْهَا، وَقَدْ كَانَ بَعْضُ الْمَدَاخَلَةِ عَلَى أَرْضِ الْوَاقِعِ يِعْتَرَفُونَ قَائِلِينَ (كثيرٌ مِنَ الْإِخْوَةِ يَهْجُرُونَ حَتَّى الْمُوَافِقِ إِنْ كَانَ فَقِيرًا لِمُجَرَّدِ أَسْبَابٍ تَافِهَةٍ بَيْنَمَا لَا يَهْجُرُونَ الْمُخَالِفَ الْوَاضِحَ إِنْ كَانَ غَنِيًّا) وَهَذَا الْأَمْرُ مُنْتَشِرٌ مَشْهُورٌ لَا يَمْكِنُهُمْ إِنْكَارَهُ إِلَّا أَنَّهُ لَيْسَ عَامًّا فِي كُلِّ الْمَدَاخَلَةِ وَإِنَّمَا فِي غَالِبِيَّتِهِمْ، فَمِنْهُمُ الضَّحَايَا الَّذِينَ يَلْتَزِمُونَ بِقَوَاعِدِهِمُ الْبَاطِلَةِ هَذِهِ لِأَنَّهُمْ يَرَوْنُهَا حَقًّا، وَلَكِنْ حَتَّى هَؤُلَاءِ لَا يَلْتَزِمُونَ بِالتَّنَاقُضَاتِ الَّتِي ذَكَرْتُهَا فِي النُّقَاطِ التِسْعِ الْأُولَى لِأَنَّ الْوَاقِعَ فِيهَا هُمْ رُؤُوسُ الْمَدَاخَلَةِ وَهُمْ تَبَعٌ لَهُمْ.

10. Banyak dari orang-orang yang bermanhaj Al-Madaakholah yang ditemui meng-hajer [memboikot] orang yang tidak sependapat dengan mereka dengan alasan bahwa orang tersebut ahli bid'ah. Namun, sebagian besar dari mereka tidak menghajer orang yang bertentangan dengan mereka jika ada hubungan kekerabatan atau kepentingan antara mereka.

Seorang yang bermanhaj Al-Madaakholah tidak bisa menghajer atasannya di tempat kerja meskipun dia dianggap ahli bid'ah di matanya. Begitu juga, dia tidak bisa menghajer saudara laki-laki, ayah, atau anaknya meskipun ada perbedaan di antara mereka.

Seorang yang bermanhaj Al-Madaakholah mungkin menghajer TEMAN saudara laki-lakinya dengan alasan tuduhan ahli bid'ah, tetapi dia tidak akan menghajer saudaranya yang sefaham dengan temannya yang dihajer olehnya yang memiliki manhaj yang sama dengannya.

Mereka tidak menghajer atau menyatakan ahli bid'ah pada seseorang, dan tidak mendorong untuk menghajernya jika orang tersebut memiliki posisi penganggung jawab atau jabatan atau memiliki kekayaan yang mereka dapatkan manfaatnya. Bahkan sebagian dari Al-Madaakholah di kehidupan nyata mengakuinya dengan mengatakan :

"Banyak dari saudara-saudara kita yang dihajer bahkan yang semanhaj jika dia miskin hanya karena alasan-alasan yang sepele, sementara mereka tidak menghajer orang yang jelas-jelas menyimpang jika dia kaya."

Ini adalah hal yang tersebar umum dan masyhur yang tidak dapat mereka pungkiri, namun itu tidak di seluruh yang bermanhaj Al-Madaakholah, melainkan mayoritas dari mereka.

Maka, ada orang-orang yang menjadi korban yang mematuhi kaidah-kaidah keliru ini karena mereka melihatnya sebagai kebenaran. Namun, bahkan mereka tidak konsisten dengan kontradiksi yang telah saya sebutkan dalam sembilan poin pertama ; karena pada kenyataannya adalah bahwa mereka adalah para pemimpin dari sekte Al-Mudakhilah dan mereka adalah pengikut mereka.

Ditulis oleh Shuhaib BuZaidiy [صهيب بوزيدي]

TAMBAHAN DARI PENULIS :

Syeikh Robi’ al-Madkholy adalah salah satu murid Syeikh Abdul Muhsin al-‘Abbaad rahimaullah. Dan Syeikh al-Abbaad ini termasuk syeikh yang kena hajr dan tahdzir oleh sebagian murid-muridnya .

Syeikh Abdul Muhsin al-‘Abbaad salah satu guru penulis saat penulis masih di bangku kuliyah Universitas Islam Madinah. Dan Penulis mengambil Ilmu dari beliau di bangku kuliah dan di halaqah mesjid Nabawi.

Adapun Syeikh Rabi’ al-Madkhali, penulis pernah berkunjung ke rumah beliau bersama para ikhwan salafiyyin Mahasiswa UIM dari Indonesia . Dan seluruh ikhwan salafiyyin Indonesia yang seangkatan penulis , bisa dipastikan semuanya pernah menimba ilmu dari Syeikh Rabi’ al-Madkholy dan Syeikh Muhammad al-Madkholy .

Pada masa penulis masih dibangku kuliah di UIM, banyak sekali para syeikh di UIM yang kena tahdzir dan hajer serta di cap sebagai ahli bid’ah, termasuk sebagian para syaikh yang mengisi halaqah di mesjid Nabawi, diantaranya terhadap guru pavorit penulis, Syeikh Muhammad bin Muhammad al-Mukhtar asy-Syinqithi. Beliau pakar dalam ilmu fiqih terutama fiqih mu’amalat, dosen UIM dan mengisi kajian di mesjid nabawi , yang hadir dalam setiap kaijannya tidak pernah kurang dari 1000 para tholib .

Kenapa beliau ditahdzir, di hajer, dicap ahli bid’ah dan hizbi ?

Pertama : kenapa di tahdzir ? Karena dalam kajiannya tidak pernah mencela dan mentahdzir ahli bid’ah sebagai bentuk nahyi munkar. Berarti dia adalah ahli bid’ah.

Kedua : kenapa di hajer ? karena dia tidak menghajer ahli bid’ah dan tidak menyuruh orang-orang yang hadir dalam kajiannya untuk menghajer ahli bid’ah.

Ketiga : kenapa di cap ahli bid’ah ? Karena dia tidak mencap para pelaku bid’ah sebagai ahli bid’ah.

Keempat : kenapa di cap hizbi ? Karena yang hadir dalam kajian nya adalah para tholibul ilmu dari berbegai macam kalangan dan golongan . Mestinya orang yang mau hadir dikajiannya itu di test satu persatu , apa manhaj kamu? Lalu yang tidak semanhaj , harus diusir .

Beliau juga di tuduh shufi , hanya karena ketika menyampaikan kajian terpejam matanya. Lalu diduga oleh kelompok al-Madakholah bahwa beliau berhubungan dengan syaithan. Padahal Syeikul Islam Ibnu Taimiyah juga sama memejamkan mata saat ngisi kajian. Itu disebabkan karena konsentrasai pada hafalan .

Syeikh Muhammad bin Muhammad al-Mukhtar asy-Syinqithi termasuk Hai’ah Kibaar Ulama Kerajaan Arab Saudi .

Salah seorang terpenting dari kelompok al-Madakholah pernah berkata kepada penulis : "Tidak boleh hukumnya duduk-duduk bersama dengan kedua orang tuamu yang berbeda manhaj". Sejak mendengar perkataan tersebut jiwa ku betul-betul gelisah dan tertekan . Dan setelah itu penulis mulai rajin membaca, bertanya dan menelusuri kitab-kitab untuk perbandingan . Benarkah ? 

MANHAJ DAKWAH AHLI ISTIQOMAH PENUH RAHMAH

Manhaj dakwah ahli istiqomah, sangat bijak, santun dan membawa kedamaian, sehingga cara ber Amar Makruf dan Nahyi Munkar nya itu mampu mengubah dari suasana permusuhan menjadi persahabatan dan persaudaraan yang hangat dan harmonis.  

“Cegahlah (keburukan itu) dengan cara yang terbaik, sehingga tiba-tiba orang yang antara kamu dan antara dia ada permusuhan berubah seolah-olah telah menjadi teman dekat yang sangat setia”. (QS. Fushilat : 34)

Allah SWT berfirman tentang orang-orang yang istiqomah dengan rinci , yang intinya manhaj dakwah mereka dalam ber Amar Makruf dan Nahyi Munkar sangat memperhatikan kedamaian dan persatuan dengan menghilangkan segala bentuk permusuhan menjadi persahabatam yang penuh kasih sayang.

Allah SWT berfirman :

﴿إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ (30)

نَحْنُ اَوْلِيَاۤؤُكُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِ ۚوَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَشْتَهِيْٓ اَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَدَّعُوْنَ (31).

نُزُلًا مِّنْ غَفُوْرٍ رَّحِيْمٍ (32).

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ (33)

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33) وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)

وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ﴾

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka BER-ISTIQOMAH, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kalian takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah kalian dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian" (30)

Kami adalah wali-wali kalian [pelindung-pelindung kalian] dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh apa yang kalian minta (31).

Ini turun langsung dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang , Sebagai penghormatan (bagi kalian) (32).

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru [berdakwah] kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang muslim [berserah diri]?" (33)

Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan. Cegahlah (keburukan itu) dengan cara yang terbaik, sehingga tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan berubah seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (34)  

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang SABAR dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang memiliki keberuntungan yang besar. (35).

Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui (36) [QS. Fushilat : 33-36]

Mulut mereka senantiasa mengeluarkan kata-kata yang membawa kedamaian, meskipun dicaci maki oleh orang-orang jahil dan dungu.

Allah SWT berfirman tentang karakter para hamba ar-Rahmaan :

﴿وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا﴾

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan [QS. Al-Furqon : 63]

Di akhir uraian ayat-ayat tentang ahli Istiqomah, Allah SWT mewanti-wanti agar waspada terhadap tipu daya syeitan yang pandai mengemas, sehingga pemahamannya terbalik . Allah SWT berfirman :

﴿وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ﴾

Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui (36) [QS. Fushilat : 33-36]

Posting Komentar

0 Komentar