MANHAJ DAKWAH & NAHYI MUNKAR DALAM AL-QUR’AN : MANHAJ AHLI ISTIQOMAH DAN BER-AKHLAK HAMBA AR-RAHMAN.
===
Di Tulis Oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
---
DAFTAR ISI :
- PENDAHULUAN
- MANHAJ DA’WAH DAN NAHYI MUNKAR AHLI ISTIQOMAH
- KEUTAMAAN AKHLAK HAMBA AR-RAHMAN
- HAMBA AR-RAHMAN MULUT-NYA SENANTIASA MENEBAR KEDAMAIAN WALAU DI CACI :
- HAMBA AR-RAHMAAN TIDAK SUKA MENTAHDZIR DAN MENGHAJER MESKI DI SAKITI .
- PERINTAH BERDA’WAH DENGAN PENUH HIKMAH DAN NASIHAT YANG INDAH.
- MENYAMPAIKAN NASIHAT ATAU MENDENGARNYA TIDAK HARUS TIAP HARI , CUKUP SEMINGGU SEKALI , AGAR TIDAK BOSAN.
- BERDAKWAH KETIKA GAGAL MUNGKIN KARENA SALAH CARA & STRATEGI .
- TEGURAN ALLAH SWT TERHADAP KELUHAN NABI
ﷺ
SAAT CIDERA DI PERANG UHUD:
- MENDAKWAHI ORANG KAFIR SERTA BERJIHAD DI JALAN ALLAH HARUS TABAH DAN SABAR
- TIDAK BOLEH BERBURUK SANGKA TERHADAP MUSUH YANG BERSYAHADAT DISAAT PEDANG HENDAK MENEBAS LEHERNYA .
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
PENDAHULUAN
Abdullah bin ‘Amr -radhiyallahu ‘anhu- meriwayatkan
bahwa Nabi ﷺ bersabda :
" الْمُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ".
“Seorang Muslim adalah orang yang membuat kaum muslimin merasa aman dan selamat dari gangguan lisannya dan tangannya." [HR Bukhari no. 10 dan
Muslim no. 40]
Dan dalam hadits ‘Aisyah -radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah
ﷺ bersabda :
أَيْ عَائِشَةُ إِنَّ شَرَّ النَّاسِ
مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ تَرَكَهُ أَوْ وَدَعَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ
"Wahai Aisyah, kapan engkau mengenalku sebagai
orang yang keji? Sesungguhnya manusia paling buruk kedudukannya di sisi Allah
pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan oleh manusia demi menghindari
kejahatannya (yakni; kejahatan mulutnya dan perbuatannya) ."
[HR. Bukhari no. 6054 dan Muslim no. 2591]
Dalam lafadz riwayat Bukhory no 6032:
(يَا عَائِشَةُ،
إِنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ تَرَكَهُ
النَّاسُ اتِّقَاءَ شَرِّهِ)
Wahai Aisyah , sesungguhnya seburuk-buruk manusia kedudukannya
di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yg di tinggalkan oleh manusia demi
menghindari kebusukannya ".
Ibnu Hajar berkata :
«قَوْله: (اِتِّقَاء
شَرّه) أَيْ قُبْح كَلَامه ... فَإِنَّ الْحَدِيثَ وَرَدَ بِلَفْظِ الْعُمُومِ فَمَنِ
اتَّصَفَ بِالصِّفَةِ الْمَذْكُورَةِ فَهُوَ الَّذِي يَتَوَجَّهُ عَلَيْهِ الْوَعِيدُ
».
“Makna perkataan ((demi menghindari
kebusukannya)) yakni keburukan perkataannya ..... Maka, sesungguhnya hadits ini
disampaikan dengan kata-kata yang umum, jadi siapa saja yang memiliki sifat
yang disebutkan, maka dia termasuk orang yang terkena ancaman tersebut."
[Baca: Fathul Bari 10/455].
Akhlak para sahabat
radhiyallahu ‘anhum terhadap sesama kaum muslimin. Allah SWT berfirman :
﴿مُّحَمَّدٌ
رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ
فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ
فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ
سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا﴾
“Muhammad itu adalah
utusan Allah.
Dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka.
Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat
mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman
yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan
hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar”. [QS. Al Fath: 29]
Diantara kekhawatiran Nabi ﷺ terhadap umatnya adalah kelak akan ada ahli al-Quran dan al-Qur’an telah meresap pada jiwanya dan akhlak-nya, namun tiba-tiba tanpa dia sadari dia telah menjadi kafir di sisi Allah; sebab-nya karena dia mudah mengklaim musyrik terhadap sesama kaum muslimin. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Huzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:
"إن مِمَّا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمْ رجُل
قَرَأَ الْقُرْآنَ، حَتَّى إِذَا رُؤِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ وَكَانَ رِدْء
الْإِسْلَامِ اعْتَرَاهُ إِلَى مَا شَاءَ اللَّهُ، انْسَلَخَ مِنْهُ،
وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ
بِالشِّرْكِ". قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى
بِالشِّرْكِ: الْمَرْمِيُّ أَوِ الرَّامِي؟ قَالَ: "بَلِ الرَّامِي".
“Sesungguhnya
di antara hal yang saya khawatirkan terhadap kalian ialah seorang lelaki yang
pandai membaca Al-Qur’an, hingga manakala keindahan Al-Qur’an telah dapat
diresapinya dan Islam adalah sikap dan perbuatannya, lalu ia tertimpa sesuatu
yang dikehendaki oleh Allah, maka ia melepaskan diri dari Al-Qur’an. Dan
Al-Qur'an ia lemparkan di belakang punggungnya (tidak diamalkannya), lalu ia
menyerang tetangganya dengan senjata dan menuduhnya telah musyrik”.
Huzaifah ibnul
Yaman bertanya : "Wahai Nabi Allah, manakah di antara keduanya yang lebih
musyrik, orang yang dituduhnya ataukah si penuduhnya?"
Rasulullah ﷺ menjawab : "Tidak, bahkan si penuduhlah (yang lebih
utama untuk dikatakan musyrik)."
[ Abu Ya'la
Al-Mausuli dalam Musnad-nya (Tafsir Ibnu Katsir 3/509) dan Al-Bazzar dalam
Musnadnya no. (175) .
Al-Haitsami
berkata dalam Al-Majma' (1/188): 'Sanadnya hasan.'"
Ibnu Katsir berkata
:
"هَذَا إِسْنَادٌ جَيِّدٌ. وَالصَّلْتُ
بْنُ بَهْرَامَ كَانَ مِنْ ثِقَاتِ الْكُوفِيِّينَ، وَلَمْ يُرْمَ بِشَيْءٍ سِوَى
الْإِرْجَاءِ، وَقَدْ وَثَّقَهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَيَحْيَى بْنُ
مَعِينٍ، وَغَيْرُهُمَا".
*****
MANHAJ DA’WAH DAN NAHYI MUNKAR AHLI ISTIQOMAH
Manhaj dakwah ahli istiqomah, sangat bijak, santun dan
membawa kedamaian, sehingga cara ber Amar Makruf dan Nahyi Munkar nya itu mampu
mengubah dari suasana permusuhan menjadi persahabatan dan persaudaraan yang
hangat dan harmonis.
Manhaj ini adalah manhaj yang diperintahkan oleh Allah
SWT, sebagaimana dalam firmanya :
“Cegahlah (keburukan itu)
dengan cara yang terbaik, sehingga tiba-tiba orang yang antara kamu dan antara
dia ada permusuhan berubah seolah-olah telah menjadi teman dekat yang sangat
setia”. (QS. Fushilat : 34)
Allah SWT berfirman tentang orang-orang yang istiqomah
dengan rinci , yang intinya manhaj dakwah mereka dalam ber Amar Makruf dan
Nahyi Munkar sangat memperhatikan kedamaian dan persatuan, yaitu dengan cara menghilangkan
segala bentuk permusuhan, lalu mengubahnya menjadi persahabatam yang penuh kasih sayang.
Allah SWT berfirman :
﴿إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ
الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ (30)
نَحْنُ اَوْلِيَاۤؤُكُمْ فِى
الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِ ۚوَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَشْتَهِيْٓ
اَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَدَّعُوْنَ (31).
نُزُلًا مِّنْ غَفُوْرٍ رَّحِيْمٍ
(32).
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ
دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ (33)
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن
دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ
حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ
صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)
وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ
الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ﴾
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan
kami ialah Allah" kemudian mereka BER-ISTIQOMAH, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kalian takut dan janganlah
merasa sedih; dan bergembiralah kalian dengan syurga yang telah dijanjikan
Allah kepada kalian" (30)
Kami adalah wali-wali kalian [pelindung-pelindung
kalian] dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kalian
memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh apa yang kalian minta (31).
Ini turun langsung dari (Allah) Yang Maha Pengampun,
Maha Penyayang , Sebagai penghormatan (bagi kalian) (32).
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang
yang menyeru [berdakwah] kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang muslim [berserah diri]?"
(33)
Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan. Cegahlah (keburukan
itu) dengan cara yang terbaik, sehingga tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan berubah seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia. (34)
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang SABAR dan tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang memiliki keberuntungan yang besar.
(35).
Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka
mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha
Mengetahui (36) [QS. Fushilat : 30-36]
Mulut mereka senantiasa mengeluarkan kata-kata yang
membawa kedamaian, meskipun dicaci maki oleh orang-orang jahil dan dungu.
Allah SWT berfirman tentang karakter para hamba
ar-Rahmaan :
﴿وَعِبَادُ
الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ
الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا﴾
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan [QS. Al-Furqon : 63]
Di akhir uraian ayat-ayat tentang ahli Istiqomah,
Allah SWT mewanti-wanti agar waspada terhadap tipu daya syeitan yang pandai
mengemas, sehingga pemahamannya terbalik . Allah SWT berfirman :
وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ
نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ﴾
Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka
mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha
Mengetahui (36) [QS. Fushilat : 33-36]
TAFSIR DAN FIQIH AYAT :
Allah SWT berfirman :
﴿إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ
الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ (30)
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan
kami ialah Allah" kemudian mereka BER-ISTIQOMAH, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kalian takut dan janganlah
merasa sedih; dan bergembiralah kalian dengan syurga yang telah dijanjikan
Allah kepada kalian" [QS. Fush-shilat : (30)]
Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam
kitab Tafsirnya berkata :
Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: kemudian mereka meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat: 30)
:
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ya'la ibnu Ata, dari Abdullah ibnu
Sufyan, dari ayahnya :
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ مُرْنِي بِأَمْرٍ فِي الْإِسْلَامِ لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ.
قَالَ: "قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ" قُلْتُ: فَمَا
أَتَّقِي؟ فَأَوْمَأَ إِلَى لِسَانِهِ.
bahwa seorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah,
perintahkanlah kepadaku suatu perintah dalam Islam, yang kelak aku tidak akan
bertanya lagi kepada seorang pun sesudahmu." Rasulullah ﷺ. bersabda: Katakanlah, "Tuhanku
ialah Allah, " kemudian teguhkanlah pendirianmu! Lelaki itu bertanya,
"Lalu apakah yang harus kupelihara?” Rasulullah ﷺ. mengisyaratkan ke arah
lisannya (yakni menjaga mulut).
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Syu'bah,
dari Ya'la ibnu Ata dengan sanad yang sama.
[Lihat : "Al-Musnad (4/384) dan An-Nasa'i dalam
As-Sunan Al-Kubra nomor (11489)”].
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, telah
menceritakan kepadaku Ibnu Syihab, dari Abdur Rahman ibnu Ma'iz Al-Gamidi, dari
Sufyan ibnu Abdullah As-Saqafi yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya :
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
حَدِّثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ. قَالَ: "قُلْ رَبِّيَ اللَّهُ، ثُمَّ
اسْتَقِمْ" قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَكْثَرَ مَا تَخَافُ عَلَيَّ؟
فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِطَرَفِ لِسَانِ
نَفْسِهِ، ثُمَّ قَالَ: "هَذَا".
"Wahai Rasulullah, sebutkanlah suatu perkara
kepadaku yang kelak akan kujadikan pegangan." Rasulullah ﷺ. menjawab: Katakanlah, "Tuhanku
ialah Allah, " kemudian teguhkanlah pendirianmu! Kemudian aku bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah yang engkau sangat khawatirkan terhadap diriku?”
Maka Rasulullah ﷺ. memegang
ujung lisannya dan bersabda, "Ini" (yakni jaga lisanmu).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan
Ibnu Majah melalui hadis Az-Zuhri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
[Lihat : "Al-Musnad (3/413), Sunan At-Tirmidzi
nomor (2410), dan Sunan Ibnu Majah nomor (3972)]."
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya —juga Imam Nasai—telah
mengetengahkannya melalui hadis Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Sufyan
ibnu Abdullah As-Saqafi yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya,
يَا رَسُولَ اللَّهِ، قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ
قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ. قَالَ: "قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ،
ثُمَّ اسْتَقِمْ" وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيثِ
"Wahai
Rasulullah, katakanlah suatu urusan kepadaku tentang Islam, yang kelak aku
tidak akan menanyakannya kepada seorang pun sesudah engkau." Rasulullah ﷺ. bersabda: Katakanlah, "Aku
beriman kepada Allah, " kemudian BER-ISTIQOMAH-LAH (berlaku lurus lah
kamu) .... “, hingga akhir hadis. [HR. Muslim no. 38].
[Lihat : Tafsir Ibnu Katsir
7/176]
Dan Allah SWT berfirman :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن
دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ
حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ
صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35) وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ
مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ (36)﴾
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang
yang menyeru [berdakwah] kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang muslim [berserah
diri]?" [QS. Fush-shilat : (33)].
Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan. Cegahlah (keburukan
itu) dengan cara yang terbaik, sehingga tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan berubah seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia. (34)
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang SABAR dan tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang memiliki keberuntungan yang besar.
(35).
Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka
mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha
Mengetahui (36) [QS. Fushilat : 33-36]
Ibnu Katsir berkata :
أَيْ: مَنْ أَسَاءَ إِلَيْكَ فَادْفَعْهُ
عَنْكَ بِالْإِحْسَانِ إِلَيْهِ، كَمَا قَالَ عُمَرُ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] مَا عَاقَبْتَ
مَنْ عَصَى اللَّهَ فِيكَ بِمِثْلِ أَنْ تُطِيعَ اللَّهَ فِيهِ
Maksudnya, barang siapa yang berbuat jahat terhadap
dirimu, Cegahlah kejahatan itu darimu dengan cara berbuat baik kepada
pelakunya. Seperti yang dikatakan oleh Umar r.a., "Hukuman yang setimpal
bagi orang yang durhaka kepada Allah karena menyakitimu ialah dengan cara kamu
berbuat taat kepada Allah dalam menghadapinya." [ Tafsir Ibnu Katsir
7/181].
*********
Firman Allah Swt.:
{فَإِذَا
الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ}
“Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. (Fushshilat:
34)
Yang dimaksud dengan hamim ialah teman
setia. Yakni jika engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadamu,
maka kebaikan yang kamu ulurkan kepadanya akan melunakkan hatinya dan berbalik
menyukai dan menyenangimu, hingga seakan-akan dia menjadi teman yang dekat
denganmu dan akan tertanamlah di dalam hatinya rasa kasihan kepadamu dan ingin
berbuat baik kepadamu. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَمَا
يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا}
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang sabar. (Fushshilat: 35)
Artinya, perintah ini tidak dapat diterima, tidak
dapat pula diamalkan kecuali hanyalah oleh orang yang sabar dalam menjalaninya,
karena sesungguhnya hal ini amat berat pengamalannya.
{وَمَا
يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ}
dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang
yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat: 35)
Yakni orang yang mempunyai kebahagiaan yang besar
dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan tafsir ayat ini,
أَمَرَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ بِالصَّبْرِ
عِنْدَ الْغَضَبِ، وَالْحِلْمِ عِنْدَ الْجَهْلِ، وَالْعَفْوِ عِنْدَ الْإِسَاءَةِ،
فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمَهُمُ اللَّهُ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَخَضَعَ لَهُمْ عَدُوُّهُمْ
كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada orang-orang
mukmin untuk bersabar saat sedang marah (emosi), penyantun dalam menghadapi
orang yang tidak mengerti, dan memaaf bila disakiti. Apabila mereka melakukan
pekerti ini, maka Allah akan memelihara mereka dari godaan setan, dan
menundukkan bagi mereka musuh-musuh mereka sehingga seakan-akan menjadi teman
yang sangat dekat.
Dari An-Nu'man ibnu Muqarrin Al-Muzani yang mengatakan
:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَبَّ رجلٌ رَجُلًا عِنْدَهُ، قَالَ: فَجَعَلَ
الرَّجُلُ الْمَسْبُوبُ يَقُولُ: عَلَيْكَ السَّلَامُ. قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا إِنَّ مَلِكًا
بَيْنَكُمَا يَذُبُّ عَنْكَ، كُلَّمَا شَتَمَكَ هَذَا قَالَ لَهُ: بَلْ أَنْتَ
وَأَنْتَ أَحَقُّ بِهِ. وَإِذَا قَالَ لَهُ: عَلَيْكَ السَّلَامُ، قَالَ: لَا بَلْ
عَلَيْكَ، وَأَنْتَ أَحَقُّ بِهِ. "
bahwa pada suatu hari ada seorang lelaki mencaci maki
lelaki lainnya di hadapan Rasulullah ﷺ., lalu orang yang dicaci mengatakan, "'Alaikas salam
(semoga keselamatan dan kedamaian bagimu)."
Maka Rasulullah ﷺ. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya ada malaikat di antara
kamu berdua yang membelamu. Setiap kali orang itu mencacimu, malaikat itu
berkata, "Bahkan kamulah yang berhak, kamulah yang berhak dicaci.”Dan
apabila kamu katakan kepadanya, " 'Alaikas salam," maka malaikat itu
berkata, "Tidak, dia tidak berhak mendapatkannya, engkaulah yang berhak
mendapatkannya.”
[[HR. Ahmad no. 23745 .
Derajat Hadits : "Hasan lighoirihi, dan sanad
(rantai perawi) ini terputus. Karena Abu Khalid Al-Walibi meriwayatkannya dari
an-Nu’man ibn Muqrin secara marfu' (hadits dengan derajat marfu'), meskipun
sanad ini terputus. Meskipun begitu, Al-Hafidz Ibn Kathir menganggap sanad ini
hasan dalam "Tafsir"-nya (6/132).
Dan dalam bab ini dari Abu Hurairah di dalam Shahih
Bukhari dengan nomor (9624).
Dan dari Ibnu Abbas, ada dalam "Al-Adab
Al-Mufrad" oleh Bukhari (419), dan dalam sanad keduanya terdapat perbedaan
pendapat.
Dan dari Zaid bin Athi'ah secara marfu' (hadits dengan
derajat marfu') ada pada Abdullah bin Abdul Razzaq dalam
"Al-Musannaf" (20255). Dan di dalam hadits Abu Hurairah, disebutkan
nama orang yang dimaksud, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, semoga Allah
meridhainya.
As-Sindi berkata:
"قَالَ لَهُ:
بَلْ أَنْتَ" أَيْ: قَالَ الْمَلَكُ لِلسَّابِ: بَلْ أَنْتَ كَمَا قُلْتَ."
'Malaikat berkata kepadanya: "Sebaliknya, kamu
adalah orangnya," artinya, Malaikat berkata kepada sipengumpat:
"Sebaliknya, kamu adalah seperti yang dia katakan.'"]]
Al-Hafidz Ibnu Katsir
berkata :
وَقَالَ مُجَاهِدٌ: "{قَالُوا سَلامًا}
يَعْنِي: قَالُوا: سَدَادًا".
وَقَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ: "رَدُّوا
مَعْرُوفًا مِنَ الْقَوْلِ".
وَقَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ: "{قَالُوا
سَلامًا} ، قَالَ: حُلَمَاءُ لَا يَجْهَلُونَ".
وَإِنْ جُهِلَ عَلَيْهِمْ حَلُمُوا. يُصَاحِبُونَ
عِبَادَ اللَّهِ نَهَارَهُمْ بِمَا تَسْمَعُونَ، ثُمَّ ذَكَرَ أن ليلهم خير ليل".
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: “Mereka mengucapkan kata-kata yang baik”. (Al-Furqan: 63)
Mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung petunjuk.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa mereka menjawab
dengan kata-kata yang baik.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, mereka
mengatakan, "Salamun 'alaikum (semoga keselamatan dan kedamaian terlimpahkan
kepada kalian."
Jika mereka dinilai sebagai orang yang kurang akalnya,
maka mereka bersabar. Mereka tetap bergaul dengan hamba-hamba Allah di siang
harinya dan bersabar terhadap apa pun yang mereka dengar. Kemudian disebutkan
bahwa pada malam harinya mereka melakukan ibadah. [ Tafsir Ibnu Katsir 6/122].
*******
Firman Allah Swt.:
{وَإِمَّا
يَنزغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نزغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ}
Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan,
maka mohonlah perlindungan kepada Allah. (Fushshilat: 36)
Al-Hafidz Ibnu Katsir
berkata :
Kalau setan manusia barangkali dapat ditundukkan dengan
bersikap baik kepadanya. Sedangkan setan jin, maka tiada cara bagi orang mukmin
untuk menghindarinya bila melancarkan godaannya selain memohon perlindungan
kepada Tuhan Yang Menciptakannya, karena Dialah Yang menguasakannya terhadapmu.
Apabila engkau memohon perlindungan kepada Allah, maka Dia akan
menghindarkannya darimu dan menolak tipu dayanya. Dan Rasulullah ﷺ. apabila berdiri untuk salatnya selalu
mengucapkan doa berikut:
"أَعُوذُ
بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ
وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ"
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk, yaitu dari bisikan, godaan,
dan rayuannya. [HR. Ibnu Majah (808) dan Ahmad (3830). Di shahihkan al-Albaani
dalam shahih Ibnu Majah]."
Dalam pembahasan yang lalu telah kami sebutkan bahwa
konteks ini di dalam Al-Qur'an tiada bandingannya kecuali di dalam surat
Al-A'raf, yaitu pada firman-Nya:
{خُذِ الْعَفْوَ
وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ وَإِمَّا يَنزغَنَّكَ مِنَ
الشَّيْطَانِ نزغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ}
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan
yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu
ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-A'raf: 199-200)
Dan firman Allah Swt. dalam surat Al-Mu’minun, yaitu:
{ادْفَعْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ وَقُلْ
رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ
يَحْضُرُونِ}
Cegahlah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih
baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah, "Ya
Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku
berlindung (pula) kepada Engkau, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka
kepadaku.”(Al-Mu’minun: 96-98)
[ Baca : Tafsir Ibnu Katsir
7/181]
====******===
KEUTAMAAN AKHLAK HAMBA AR-RAHMAN
======
HAMBA AR-RAHMAN MULUT-NYA SENANTIASA MENEBAR KEDAMAIAN WALAU DI CACI :
-----
Allah swt dlm surat al-Furqoon berfirman :
وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ
عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا (63) وَالَّذِينَ
يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (64) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا
اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (65) إِنَّهَا
سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (66) وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ
يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا (67).
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) kedamaian / kesejahteraan
(63).
Dan orang yang melewati malam harinya dengan bersujud dan berdiri untuk
Tuhan mereka. (64).
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab
Jahanam dari kami. Sesungguhnya azabnya itu adalah kehinaan yang kekal.” (65)
Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat
kediaman. (66)
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka
tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir; dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (67)
[ QS. Al-Furqoon : 63 – 67 ].
TAFSIRNYA :
Pertama : Dari Tafsir Ibnu Katsir 6/121-122 [ Tahqiq Sami bin Muhaamda as-Salamah ]:
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا
خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا}
" dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang membawa kedamaian / kesejateraan ". (Al-Furqan:
63)
Yaitu apabila orang-orang jahil menilai mereka sebagai orang-orang yang
kurang akalnya yang diungkapkannya kepada mereka dengan kata-kata yang buruk,
maka mereka tidak membalasnya dengan hal yang semisal, melainkan memaafkan, dan
tidaklah mereka mengatakan perkataan kecuali yang baik-baik. Seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah Saw.; semakin orang jahil bersikap keras, maka semakin
pemaaf dan penyantun pula sikap beliau.
Dan seperti yang disebutkan oleh firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:
{وَإِذَا
سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ}
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka
berpaling darinya. (Al-Qasas: 55)
Dari An-Nu'man ibnu Muqarrin Al-Muzani yang mengatakan :
وَسَبَّ رجلٌ رَجُلًا عِنْدَهُ [
عِنْدَ َسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ] قَالَ : فَجَعَلَ الرَّجُلُ الْمَسْبُوبُ
يَقُولُ : عَلَيْكَ السَّلَامُ. قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"أَمَا إِنَّ مَلِكًا
بَيْنَكُمَا يَذُبُّ عَنْكَ، كُلَّمَا شَتَمَكَ هَذَا قَالَ لَهُ: بَلْ أَنْتَ
وَأَنْتَ أَحَقُّ بِهِ. وَإِذَا قَالَ لَهُ: عَلَيْكَ السَّلَامُ، قَالَ: لَا بَلْ
عَلَيْكَ، وَأَنْتَ أَحَقُّ بِهِ. "
" Bahwa pada suatu hari ada seorang lelaki mencaci maki lelaki
lainnya di hadapan Rasulullah Saw., lalu orang yang dicaci
mengatakan, "'Alaikas salam (semoga kesejahteraan atas dirimu)."
Maka Rasulullah Saw. bersabda:
Ingatlah, sesungguhnya ada malaikat di antara kamu berdua yang membelamu.
Setiap kali orang itu mencacimu, malaikat itu berkata, "Bahkan kamulah
yang berhak, kamulah yang berhak dicaci.”Dan apabila kamu katakan kepadanya,
" 'Alaikas salam," maka malaikat itu berkata, "Tidak, dia tidak
berhak mendapatkannya, engkaulah yang berhak mendapatkannya.”
[ HR. Ahmad 5/445. Lihat pula ad-Durr al-Mantsuur karya as-Sayuthi ,
tafsir surat al-Furqon : 63-67] .
Lalu Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 6/122 berkata :
"Sanad Hadits berpredikat hasan, tetapi mereka tidak
mengetengahkannya".
Al-Haitsami dalam al-Majma' 8/75 berkata :
" رجاله
رجال الصحيح ، غير أبي خالد الوالي وهو ثقة ".
Para perawinya adalah para perawi kitab al-Haditsts ash-Shahih . Kecuali Abu
Khalid al-Waali , dia adalah tsiqoh [ dipercaya] .
[ Penulis katakan : Namun hadits ini di Dha'ifkan oleh al-Albaani dlm
adh-Dha'iiifah no. 2923].
====
HAMBA AR-RAHMAAN TIDAK SUKA MENTAHDZIR DAN MENGHAJER MESKI DI SAKITI .
Ibnu Katsir berkata :
Jika mereka dinilai sebagai orang yang kurang akalnya, maka mereka
bersabar. Mereka tetap bergaul dengan hamba-hamba Allah [ yang menghinanya ] di
siang harinya dan bersabar terhadap apa pun yang mereka dengar. Kemudian
disebutkan bahwa pada malam harinya mereka melakukan ibadah.
Kedua : Dari Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr.
Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
Dan para hamba Allah itu adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi
dengan tenang dan mantab tanpa bersikap angkuh. Dan ketika orang-orang bodoh
berbicara kepada mereka tentang sesuatu yang menyakiti mereka (hamba Allah),
maka mereka akan berkata: “Semoga keselamatan (atasmu)”. .
Ketiga : Dlm Tafsir Prof. DR. Imad Zuhair :
Mereka bersabar atas gangguan yang mereka dapatkan dari orang-orang jahil
dan kurang akal, sehingga mereka tidak ikut terjerumus dalam kebodohan
orang-orang tersebut; serta mereka mengucapkan salam, namun bukan salam
penghormatan, melainkan salam perpisahan yang tidak mengandung doa kebaikan
atau keburukan
****
PERINTAH BERDA’WAH DENGAN PENUH HIKMAH DAN NASIHAT YANG INDAH.
Allah Azza wa Jalla berfirman
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ
رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِيْنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (An-Nahl:
125).
Pada bagian yang berbunyi, "dengan hikmah"
(An-Nahl: 125), artinya adalah untuk berprilaku yang bijaksana.
Begitu juga, seruan harus disertai dengan pengajaran
yang baik. Di sini Allah berfirman, "dan pengajaran yang baik"
(An-Nahl: 125), artinya seolah-olah ada pengajaran yang buruk dan pengajaran
yang baik. Oleh karena itu, Allah memerintahkan agar seruan dilakukan dengan pengajaran
yang baik. Pengajaran di sini adalah untuk mengingatkan dan menakut-nakuti
dengan Allah yang Maha Mulia dan Maha Tinggi.
Tetapi terkadang seseorang datang untuk mengingatkan
orang lain dan menakut-nakutinya dengan cara yang berlebihan, sehingga
orang-orang menjadi penuh dengan ketakutan. Atau dia mungkin berlebihan dalam
memberikan insentif kepada orang-orang, sehingga mereka menunda pekerjaan baik
dan malas untuk melakukan amal kebajikan. Oleh karena itu, manusia perlu
bersikap pertengahan dalam hal ini.
=======
MENYAMPAIKAN NASIHAT ATAU MENDENGARNYA TIDAK HARUS TIAP HARI, CUKUP SEMINGGU SEKALI, AGAR TIDAK BOSAN.
Dari Abu Wa'il berkata;
كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُ
النَّاسَ فِي كُلِّ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ
لَوَدِدْتُ أَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِي
مِنْ ذَلِكَ أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ
كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا
مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
bahwa [Abdullah bin Mas’ud] memberi pengajaran kepada
orang-orang setiap hari Kamis, kemudian seseorang berkata: "Wahai Abu
Abdurrahman, sungguh aku ingin kalau anda memberi maw’idzoh [pengajaran] kepada
kami setiap hari"
Maka beliau berkata: "Sungguh aku enggan
melakukannya, karena aku takut membuat kalian bosan, dan aku mengatur jenjang waktu
untuk memberi maw’idzoh [pengajaran] kepada kalian sebagaimana Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mengatur jenjang waktu untuk memberi maw’idzoh [pengajaran]
kepada kami karena khawatir kebosanan akan menimpa kami". [HR. Bukhori no.
68 dan Muslim no. 2821].
Dalam riwayat lain dari Syaqiq bin Salamah, dia
berkata;
كُنَّا نَنْتَظِرُ عَبْدَ اللَّهِ،
إذْ جَاءَ يَزِيدُ بنُ مُعَاوِيَةَ، فَقُلْنَا: ألَا تَجْلِسُ؟ قَالَ: لَا،
ولَكِنْ أدْخُلُ فَأُخْرِجُ إلَيْكُمْ صَاحِبَكُمْ وإلَّا جِئْتُ أنَا فَجَلَسْتُ،
فَخَرَجَ عبدُ اللَّهِ وهو آخِذٌ بيَدِهِ، فَقَامَ عَلَيْنَا فَقَالَ: أما إنِّي
أُخْبَرُ بمَكَانِكُمْ، ولَكِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنَ الخُرُوجِ إلَيْكُمْ: أنَّ رَسولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، كانَ يَتَخَوَّلُنَا بالمَوْعِظَةِ في
الأيَّامِ، كَرَاهيةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا.
Kami pernah menunggu Abdullah bin Mas’ud, tiba-tiba
Yazid bin Mu'awiyah datang, maka kami berkata kepadanya; "Tidakkah anda
duduk?."
Dia menjawab; 'Tidak, namun aku akan masuk dan akan
mengeluarkan saudara kalian (Abdullah) kepada kalian atau kalau tidak, aku akan
datang dan duduk.'
Setelah itu [Abdullah] keluar dengan menggandeng
tangannya Yazid, lalu dia berdiri di hadapan kami seraya berkata;
'Sesungguhnya aku telah diberitahu keadaan kalian,
akan tetapi ada suatu hal yang menghalangiku untuk keluar kepada kalian [untuk
menyampaikan maw’idzoh]. Karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengatur jenjang waktu untuk menyampaikan nasehat pada kami dalam
beberapa hari karena tidak mau membuat kami bosan.' [HR. Bukhori no. 6411 dan
Muslim no. 2821].
Ibnu Mas'ud, semoga Allah meridhainya, menjelaskan apa
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam memberikan pengajaran dan nasihatnya.
Abu Wa'il, yang sebenarnya bernama Shaqiq bin Salamah
dan merupakan seorang dari kalangan Tabi'in dan murid Ibnu Mas'ud, berkata :
كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُ
النَّاسَ فِي كُلِّ خَمِيسٍ
"Ibnu Mas'ud biasanya memberikan maw’idzoh [pengajaran]
pada kami setiap hari Kamis.
Artinya, setiap Kamis dia akan keluar untuk berbicara
dengan kami, memberikan nasihat, dan mengingatkan kami akan Allah. Ibnu Mas'ud
adalah salah satu fuqaha (ahli fikih) utama di antara sahabat Nabi ﷺ, dan dia adalah seorang guru bagi
orang-orang, mengajarkan kepada mereka ilmu fikih."
Maka, dia, semoga Allah meridhainya, memberikan
nasihat kepada mereka secara berjenjang, artinya tidak setiap hari dia
menyampaikan tentang Surga dan Neraka kepada mereka, karena orang-orang dapat
merasa jenuh jika terus-menerus diingatkan tentang Surga dan Neraka setiap
hari. Namun, dia menyampaikan itu sekali dalam beberapa waktu, bukan setiap
hari.
Dikatakan di sini bahwa Ibnu Mas'ud selalu memberikan
nasihat pada hari Kamis, dan seorang lelaki menyukai nasihat-nasihatnya. Lelaki
tersebut berkata :
"Wahai Abu Abdurrahman (Ibnu Mas'ud), aku
berharap bahwa engkau maw’idzoh [pengajaran] pada kami setiap hari”.
Artinya, aku ingin mendengar kata-kata baik dan
ceramah indahmu setiap hari."
Maka, Ibnu Mas'ud menjawab : "Sebenarnya, yang
menghalangi saya dari itu adalah karena saya tidak ingin membuat kalian
bosan."
Jadi, Ibnu Mas'ud khawatir bahwa jika dia terus-menerus mengingatkan mereka, memberi nasihat, dan menakut-nakuti mereka dengan api neraka serta mendorong mereka menuju surga setiap hari, mereka akan merasa bosan. Jika seseorang merasa bosan, kata-kata tidak akan mempengaruhi dan tidak akan memberikan dorongan untuk berbuat kebaikan. Oleh karena itu, dia mengatakan “ "Saya tidak ingin membuat kalian bosan. Namun, saya akan memberikan nasihat kepada kalian, tetapi tidak setiap hari."
======
KETIKA GAGAL DALAM BERDAKWAH MAKA ITU MUNGKIN KARENA SALAH CARA & STRATEGI .
Bisa jadi orang yang menentang dakwah
kita serta mendustakan Allah dan Rasul-Nya itu di sebabkan oleh cara dakwah
kita yang berlebihan dan kurang tepat .
Yang demikian itu adalah hal yang selalu
dikhawatirkan oleh para nabi-nabi terdahulu dan para pengikutnya . Kekhawatiran
tersebut telah membentuk karakter mereka yang penuh tawadhu' . Mereka tidak
mudah menyalahkan orang-orang yang di dakwahinya saat menemui kegagalan, bahkan
sebaliknya mereka dengan ketwadhu'annya menyalahkan kekurangan yang ada pada diri
mereka . Sebagaimana yang Allah swt sebutkan dalam firman-Nya :
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ
مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
Artinya : Dan berapa banyaknya nabi yang berperang
bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan
tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang
yang sabar.
وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ
قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا
وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan TINDAKAN-TINDAKAN KAMI YANG BERLEBIH-LEBIHAN DALAM
URUSAN (DAKWAH) KAMI dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir". ( QS. Ali Imran : 146-147)
====
TEGURAN ALLAH SWT TERHADAP KELUHAN NABI ﷺ SAAT CIDERA DI PERANG UHUD:
Allah SWT pernah menegur Nabi ﷺ ketika beliau dalam perang
Uhud menyalahkan kaum musyrikin yang membuat beliau cidera dibeberapa bagian
tubuh, seperti gigi geraham patah, bibir bawah sobek, dahi dan kening
Rasulullah bercucuran darah. Bahkan, lemparan lembing dari musuh Nabi Muhammad ﷺ bernama Abu Qanaah menembus
pelindung kepala nabi. Maka Allah SWT menurunkan firman-Nya :
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اَوْ
يُعَذِّبَهُمْ فَاِنَّهُمْ ظٰلِمُوْنَ
" Itu
bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka, atau
mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim". (QS. Ali
Imran: 128)
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya
berkata:
Imam
Bukhari mengatakan : Bahwa Humaid ibnu Sabit meriwayatkan dari Anas ibnu Malik
:
قَالَ
حُمَيْد وَثَابِتٌ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: شُجّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أحُد، فَقَالَ: "كَيْفَ يُفْلِحُ قُوْمٌ شَجُّوا
نَبِيَّهُمْ؟ ". فَنَزَلَتْ: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ}
Bahwa
Nabi ﷺ. terluka pada wajahnya dalam Perang Uhud,
lalu beliau bersabda: Bagaimana memperoleh keberuntungan suatu kaum yang
berani melukai wajah nabi mereka? Maka turunlah ayat berikut, yaitu
firman-Nya:
"
Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad)". (QS. Ali Imran: 128)
Hadits
ini sanadnya mu’alaq dalam shahih Al Bukhari”.
Kemudian
Ibnu Katsir berkata :
Hadits
ini disebut secara musannadah lagi muttasilah dalam Musnad Imam Ahmad tadi.
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan
kepada kami Humaid, dari Anas (ra) :
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُسرَتْ رَبَاعيتُهُ يومَ أُحدُ،
وشُجَّ فِي جَبْهَتِهِ حَتَّى سَالَ الدَّمُ عَلَى وَجْهِهِ، فَقَالَ:
"كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ فَعَلُوا هَذَا بِنَبِيِّهِمْ، وَهُوَ يَدْعُوهُمْ
إِلَى رَبِّهِمْ، عَزَّ وَجَلَّ". فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {لَيْسَ لَكَ
مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ}
Bahwa
gigi seri Nabi ﷺ. pernah pecah dalam Perang
Uhud dan wajahnya terluka, hingga darah membasahi wajah beliau. Maka beliau
bersabda:
"Bagaimana
mendapai keberuntungan suatu kaum yang berani melakukan perbuatan ini kepada
nabi mereka, padahal nabi mereka menyeru mereka untuk menyembah Tuhan mereka".
Maka
Allah menurunkan firman-Nya:
"Itu
bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka, atau
mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim". (QS. Ali
Imran: 128)
Riwayat
ini hanya diketengahkan oleh Imam Muslim sendiri. Dia meriwayatkannya dari
Al-Qa'nabi, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas, lalu ia menuturkan
Hadits ini.
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami
Al-Husain ibnu Waqid, dari Matar, dari Qatadah yang mengatakan :
" أُصِيبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْمَ أُحُدٍ وكُسرت رَبَاعيته، وَفُرِقَ حَاجِبُهُ، فَوَقَعَ وَعَلَيْهِ
دِرْعَانِ وَالدَّمُ يَسِيلُ، فَمَرَّ بِهِ سَالِمٌ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ،
فَأَجْلَسَهُ وَمَسَحَ عَنْ وَجْهِهِ، فَأَفَاقَ وَهُوَ يَقُولُ: "كَيْفَ
بِقَوْمٍ فَعَلُوا هَذَا بِنَبِيِّهِمْ، وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللهِ؟ "
فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ}".
Bahwa
Nabi ﷺ. pernah mengalami luka dalam Perang Uhud
hingga gigi serinya pecah dan alisnya terluka, lalu beliau terjatuh yang saat
itu beliau memakai baju besi dua lapis, sedangkan darah mengalir dari lukanya.
Maka Salim maula Abu Huzaifah menghampirinya dan mendudukkannya serta mengusap
wajahnya. Lalu Nabi ﷺ. sadar dan bangkit seraya
mengucapkan:
Bagaimana
akan memperoleh keberuntungan, suatu kaum yang berani melakukan ini terhadap
nabi mereka?
Nabi
ﷺ. mengucapkan demikian seraya mendoakan
untuk kebinasaan mereka kepada Allah Swt. Maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya:
"
Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad)". (QS. Ali Imran: 128), hingga akhir
ayat". [Kutipan dari Tafsir Ibnu Katsir selesai].
=====
DALAM MENDAKWAHI ORANG KAFIR PUN SERTA BERJIHAD DI JALAN ALLAH HARUS TABAH DAN SABAR
Allah SWT berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا
اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْاۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ ࣖ
Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kalian dan
kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap-siaga (RIBATH di perbatasan musuh
umat Islam ) dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung. [QS. Ali Imran
: 200].
Dan Allah SWT berfirman :
﴿ إِذْ تَقُولُ
لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَن يَكْفِيَكُمْ أَن يُمِدَّكُمْ رَبُّكُم بِثَلَاثَةِ آلَافٍ
مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُنزَلِينَ . بَلَىٰ ۚ إِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا
وَيَأْتُوكُم مِّن فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ آلَافٍ
مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ﴾
(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang
mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu
malaikat yang diturunkan (dari langit)?"
Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan
mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong
kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. [QS. Ali Imran : 124-125]
Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata :
وَقَوْلُهُ: {بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا}
يَعْنِي: تَصْبِرُوا عَلَى مُصَابرة عَدُوّكم وَتَتَّقُونِي وَتُطِيعُوا أَمْرِي
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Ya (cukup), jika
kalian bersabar dan bertakwa. (Ali Imran: 125) Maksudnya, jika kalian bersabar
dalam menghadapi musuh kalian dan kalian bertakwa kepada-Ku serta taat kepada
perintah-Ku. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan mereka datang menyerang
kalian dengan seketika itu juga. (Ali Imran: 125) [Tafsir Ibnu Katsir : 2/113].
Dan Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata pula :
اخْتَلَفَ الْمُفَسِّرُونَ فِي هَذَا
الْوَعْدِ: هَلْ كَانَ يَوْمَ بَدْر أَوْ يَوْمَ أُحُد؟ عَلَى قَوْلَيْنِ:
أَحَدُهُمَا: أَنَّ قَوْلَهُ: {إِذْ تَقُولُ
لِلْمُؤْمِنِينَ} مُتَعَلِّقٌ بِقَوْلِهِ: {وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ}
ورُوي هَذَا عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ، وَعَامِرٍ الشَّعْبِيِّ، والرَّبِيع بْنِ
أَنَسٍ، وَغَيْرِهِمْ. وَاخْتَارَهُ ابْنُ جَرِيرٍ ....
عَنْ عَامِرٍ -يَعْنِي الشَّعْبِيَّ-أَنَّ
الْمُسْلِمِينَ بَلَغَهُمْ يَوْمَ بَدْرٍ أَنَّ كُرْز بْنَ جَابِرٍ يُمدّ الْمُشْرِكِينَ،
فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ
رَبُّكُمْ بِثَلاثَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُنزلِينَ} إِلَى قَوْلِهِ: {مُسَوِّمِين}
قَالَ: فَبَلَغَتْ كُرْزًا الْهَزِيمَةُ، فَلَمْ يُمِدَّ الْمُشْرِكِينَ وَلَمْ يُمِدَّ
اللَّهُ الْمُسْلِمِينَ بِالْخَمْسَةِ. .....
الْقَوْلُ الثَّانِي: أَنَّ هَذَا الْوَعْدَ
متَعَلق (1) بِقَوْلِهِ: {وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ
مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ} وَذَلِكَ يَوْمُ أحُد. وَهُوَ قَوْلُ مُجَاهِدٍ، وعِكْرِمة،
والضَّحَّاك، وَالزُّهْرِيِّ، وَمُوسَى بْنِ عُقبة وَغَيْرِهِمْ. لَكِنْ قَالُوا: لَمْ
يَحْصُلِ الْإِمْدَادُ بِالْخَمْسَةِ الْآلَافِ؛ لِأَنَّ الْمُسْلِمِينَ فَرُّوا يَوْمَئِذٍ
-زَادَ عِكْرِمَةُ: وَلَا بِالثَّلَاثَةِ الْآلَافِ؛ لِقَوْلِهِ: {بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا
وَتَتَّقُوا} فَلَمْ يَصْبِرُوا، بَلْ فَرُّوا، فَلَمْ يُمَدُّوا بِمَلَكٍ وَاحِدٍ
Para Ulama tafsir berselisih pendapat sehubungan
dengan janji ini, apakah hal tersebut terjadi dalam Perang Badar atau dalam
Perang Uhud? Ada dua pendapat mengenainya.
Pendapat Pertama :
Mengatakan bahwa firman-Nya: ketika kamu mengatakan
kepada orang-orang mukmin. (Ali Imran: 124) berkaitan dengan firman-Nya:
Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar. (Ali Imran: 123)
Pendapat ini bersumber dari Al-Hasan Al-Basri, Amir Asy-Sya’bi, dan Ar-Rabi’
ibnu Anas serta selain mereka.
Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. Abbad ibnu
Mansur meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan firman-Nya:
(Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin, “Apakah tidak
cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat?” (Ali Imran:
124) Yang disebut dalam ayat ini terjadi dalam Perang Badar.
Dari Amir (yakni Asy-Sya’bi), bahwa kaum muslim
mendengar berita menjelang Perang Badar, bahwa Kurz ibnu Jarir memberikan
bantuan kepada pasukan kaum musyrik. Hal tersebut membuat pasukan kaum muslim
merasa berat.
Maka Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya:
Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat
yang diturunkan (dari langit)? (Ali Imran: 124) sampai dengan firman-Nya: yang
memakai tanda. (Ali Imran: 125)
Asy-Sya’bi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu sampailah
kepada Kurz kekalahan yang diderita pasukan kaum musyrik. Maka Kurz tidak jadi
membantu pasukan kaum musyrik, dan Allah tidak lagi membantu pasukan kaum
muslim dengan lima ribu malaikat.
Ar-Rabi’ ibnu Anas mengatakan bahwa Allah membantu
pasukan kaum muslim dengan seribu malaikat, kemudian bantuan menjadi tiga ribu
malaikat, lalu ditambah lagi menjadi lima ribu malaikat.
Pendapat yang kedua
Mengatakan bahwa sesungguhnya janji ini berkaitan
dengan firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi hari dari
(rumah) keluargamu akan menempaikan para mukmin pada beberapa tempat untuk
berperang. (Ali Imran: 121) Hal tersebut terjadi dalam Perang Uhud.
Demikianlah pendapat Mujahid, Ikrimah, Adh-Dhahhak,
Az-Zuhri, dan Musa ibnu Uqbah serta lain-lainnya. Tetapi mereka mengatakan
bahwa bala bantuan lima ribu malaikat belum terlaksana karena pasukan kaum
muslim keburu lari pada hari itu (yakni mundur).
Ikrimah menambahkan, dan tidak pula dengan tiga ribu
malaikat, karena berdasarkan kepada firman-Nya: Ya (cukup), jika kalian
bersabar dan bertakwa. (Ali Imran: 125) Tetapi ternyata mereka tidak bersabar,
bahkan lari dari medan perang. Karena itu, mereka tidak diberi pertolongan
dengan seorang malaikat pun.
[Baca : Tafsir Ibnu Katsir 2/112-113].
****
TIDAK BOLEH BERBURUK SANGKA TERHADAP MUSUH YANG BERSYAHADAT DISAAT PEDANG HENDAK MENEBAS LEHERNYA .
Kita harus berprangka baik terhadap orang yang
bersyahadat atau orang yang mengucapkan : "Laa ilaaha illallaah",
meski dzohirnya nampak karena takut dibunuh .
Dari Abu Ma'bad yaitu al-Miqdad bin al-Aswad
radhiyallahu 'anhu, beliau berkata :
" قُلْتُ
لِرَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وسلَّم : أَرَأَيْتَ إِنْ لَقِيتُ رَجُلًا
مِنْ الْكُفَّارِ فَاقْتَتَلْنَا فَضَرَبَ إِحْدَى يَدَيَّ بِالسَّيْفِ
فَقَطَعَهَا ثُمَّ لَاذَ مِنِّي بِشَجَرَةٍ فَقَالَ أَسْلَمْتُ لِلَّهِ
أَأَقْتُلُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَعْدَ أَنْ قَالَهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقْتُلْهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنَّهُ قَطَعَ إِحْدَى يَدَيَّ ثُمَّ قَالَ ذَلِكَ بَعْدَ مَا قَطَعَهَا فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقْتُلْهُ فَإِنْ
قَتَلْتَهُ فَإِنَّهُ بِمَنْزِلَتِكَ قَبْلَ أَنْ تَقْتُلَهُ وَإِنَّكَ
بِمَنْزِلَتِهِ قَبْلَ أَنْ يَقُولَ كَلِمَتَهُ الَّتِي قَالَ ".
"Saya berkata kepada Rasulullah ﷺ :
“ Bagaimanakah pendapat Engkau , jikalau saya bertemu
seorang dari golongan kaum kafir, kemudian kita BERPERANG, lalu ia memukul
salah satu dari kedua tanganku dengan pedang dan terus memutuskannya.
Selanjutnya ia bersembunyi daripadaku di balik sebuah pohon, lalu ia
mengucapkan: "Saya masuk Agama Islam karena Allah," apakah orang yang
sedemikian itu boleh saya bunuh, ya Rasulullah sesudah ia mengucapkan kata-kata
seperti tadi itu?"
Beliau ﷺ menjawab: "Jangan engkau membunuhnya."
Saya berkata lagi : "Ia sudah menebas salah satu
dari kedua tanganku , kemudian dia mengucapkan nya itu setelah
menebasnya."
Rasulullah ﷺ bersabda lagi: "Janganlah kamu membunuhnya, jika kamu
tetap membunuhnya, berarti dia berada di posisimu ketika kamu belum
membunuhnya, sedang kamu berada diposisi dia ketika sebelum ia mengucapkannya.
(Muttafaq 'alaih . Shahih Bukhori no. 3715 , 4019 dan
Shahih Muslim no. 95 )
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhu , dia berkata
:
بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الحُرَقَةِ مِنْ جُهَيْنَةَ، قَالَ: فَصَبَّحْنَا
القَوْمَ فَهَزَمْنَاهُمْ، قَالَ: وَلَحِقْتُ أَنَا وَرَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ
رَجُلًا مِنْهُمْ، قَالَ: فَلَمَّا غَشِينَاهُ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،
قَالَ: فَكَفَّ عَنْهُ الأَنْصَارِيُّ، فَطَعَنْتُهُ بِرُمْحِي حَتَّى قَتَلْتُهُ،
قَالَ: فَلَمَّا قَدِمْنَا بَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، قَالَ: فَقَالَ لِي: «يَا أُسَامَةُ، أَقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ» قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّمَا كَانَ
مُتَعَوِّذًا، قَالَ: «أَقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ»
قَالَ: فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَيَّ، حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّي لَمْ أَكُنْ
أَسْلَمْتُ قَبْلَ ذَلِكَ اليَوْمِ
"Rasulullah ﷺ mengirim kami dalam sebuah
pasukan ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, maka kami dipagi hari menyerang
mereka , dan kami berhasil mengalahkan mereka.
Saya dan seorang lagi dari kaum Anshar mengejar
seorang lelaki dari golongan mereka -musuh-. Setelah kami mengepungnya , maka
ia lalu mengucapkan: " La ilaha illallah" .
Orang dari sahabat Anshar itu menahan diri daripadanya
-tidak menyakiti sama sekali-, sedang saya lalu menusuknya dengan tombakku
sehingga saya membunuhnya.
Setelah kami datang -di Madinah-, peristiwa itu sampai
kepada Nabi ﷺ, kemudian
beliau bertanya padaku : "Hai Usamah, adakah engkau membunuhnya setelah ia
mengucapkan La ilaha illallah?"
Saya berkata: "Ya Rasulullah, sebenarnya orang
itu hanya untuk mencari perlindungan diri saja -yakni mengatakan syahadat itu
hanya untuk mencari selamat-, sedang hatinya tidak meyakinkan itu."
Beliau ﷺ bersabda lagi : "Adakah ia engkau bunuh setelah
mengucapkan La ilaha illallah?"
Ucapan itu senantiasa diulang-ulangi oleh Nabi ﷺ, sehingga saya mengharap-harapkan, bahwa
saya belum menjadi Islam sebelum hari itu -yakni bahwa saya mengharapkan
menjadi orang Islam itu mulai hari itu saja-, supaya tidak ada dosa dalam
diriku."
(Muttafaq 'alaih . Shahih Bukhori no. 6872 dan Shahih
Muslim no. 96 )
Dalam riwayat Muslim no. 96 :
فقالَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عليه وسلَّمَ: أقالَ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وقَتَلْتَهُ؟ قالَ: قُلتُ: يا رَسولَ
اللهِ، إنَّما قالَها خَوْفًا مِنَ السِّلاحِ، قالَ: أفَلا شَقَقْتَ عن قَلْبِهِ
حتَّى تَعْلَمَ أقالَها أمْ لا؟ فَما زالَ يُكَرِّرُها عَلَيَّ حتَّى تَمَنَّيْتُ
أنِّي أسْلَمْتُ يَومَئذٍ.
Lalu Rasulullah ﷺ bersabda: "Bukankah ia telah mengucapkan La ilaha
illallah, mengapa engkau membunuhnya?"
Saya menjawab: "Ya Rasulullah, sesungguhnya ia
mengucapkan itu semata-mata karena takut senjata."
Beliau ﷺ bersabda: "Mengapa engkau tidak belah saja hatinya,
sehingga engkau dapat mengetahui, apakah mengucapkannya itu karena takut
senjata ataukah tidak -yakni dengan keikhlasan-."
Beliau ﷺ mengulang-ulangi ucapannya itu sehingga saya mengharap-harapkan
bahwa saya masuk Islam mulai hari itu saja".
Dalam Lafadz Jundub bin Abdullah – radhiyallahu 'anhu
– dikatakan :
إِنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ بَعْثًا مِنْ
الْمُسْلِمِينَ إِلَى قَوْمٍ مِنْ الْمُشْرِكِينَ وَإِنَّهُمْ الْتَقَوْا فَكَانَ
رَجُلٌ مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِذَا شَاءَ أَنْ يَقْصِدَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ
الْمُسْلِمِينَ قَصَدَ لَهُ فَقَتَلَهُ وَإِنَّ رَجُلًا مِنْ الْمُسْلِمِينَ
قَصَدَ غَفْلَتَهُ قَالَ وَكُنَّا نُحَدَّثُ أَنَّهُ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ
فَلَمَّا رَفَعَ عَلَيْهِ السَّيْفَ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَقَتَلَهُ
فَجَاءَ الْبَشِيرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَسَأَلَهُ فَأَخْبَرَهُ حَتَّى أَخْبَرَهُ خَبَرَ الرَّجُلِ كَيْفَ صَنَعَ
فَدَعَاهُ فَسَأَلَهُ فَقَالَ لِمَ قَتَلْتَهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوْجَعَ
فِي الْمُسْلِمِينَ وَقَتَلَ فُلَانًا وَفُلَانًا وَسَمَّى لَهُ نَفَرًا وَإِنِّي
حَمَلْتُ عَلَيْهِ فَلَمَّا رَأَى السَّيْفَ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقَتَلْتَهُ قَالَ نَعَمْ
قَالَ فَكَيْفَ تَصْنَعُ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِذَا جَاءَتْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اسْتَغْفِرْ لِي قَالَ وَكَيْفَ تَصْنَعُ
بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِذَا جَاءَتْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ فَجَعَلَ
لَا يَزِيدُهُ عَلَى أَنْ يَقُولَ كَيْفَ تَصْنَعُ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
إِذَا جَاءَتْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Sesungguhnya
Rasulullah ﷺ pernah mengutus seorang utusan dari kaum
muslimin kepada kaum musyrikin. Dan mereka benar-benar berhadap-hadapan
sampai-sampai jikalau ada salah seorang dari kaum musyrikin yang ingin
mengincar salah seorang dari kaum muslimin untuk dibunuh, niscaya dia bisa
membunuhnya, dan demikian pun seorang dari kaum muslimin, dia bisa mengincarnya
saat dia lengah.'
Dia
berkata : 'Dan kami saat itu diberitahukan peristiwa Usamah bin Zaid, yang mana
ketika dia telah mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik itu mengucap :
'Tidak
ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah'.
Namun
dia [Usamah] tetap saja membunuhnya. Maka Basyir pun mendatangi Nabi ﷺ untuk mengadukan dan menanyakan hal itu kepada beliau. Dia
menceritakannya kepada beliau dan apa yang diperbuat oleh lelaki tadi.
Maka
beliau pun memanggil Usamah dan menanyainya : 'Kenapa kamu membunuhnya? '
Dia
menjawab : 'Wahai Rasulullah, dia telah melukai kaum muslimin, dia telah
membunuh si fulan dan si fulan, dan dia menyebutkan sebuah nama kepadanya, dan
sungguh telah menyimpan dendam terhadapnya, namun ketika dia melihat pedangku
ini, dia mengucap, 'Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah'.
Rasulullah
ﷺ bertanya lagi: 'Apakah kamu yang telah
membunuhnya? '
Dia
menjawabnya, 'Ya.'
Beliau
bertanya : 'Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat : 'Tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) kecuali Allah', jika di hari kiamat kelak kalimat itu
datang padamu (untuk minta pertanggung jawaban)? '
Dia
berkata : Wahai Rasulullah, mohonkan ampunan untukku.
Beliau
bertanya lagi: 'Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat : 'Tidak ada
tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah', jika di hari kiamat kelak kalimat
itu datang padamu (untuk minta pertanggung jawaban)? '
Beliau hanya berkata begitu , tidak menambahinya terhadap
perkataan : 'Lalu apa yang hendak kamu perbuat
dengan kalimat : 'Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah', jika
di hari kiamat kelak kalimat itu datang padamu (untuk minta pertanggung
jawaban)? ' [HR. Muslim no. 142]
0 Komentar