Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

APAKAH BENAR BAHWA UCAPAN “JUM’AT BERKAH” ITU HARAM DAN BID'AH SESAT?

KEUTAMAAN HARI JUM’AT. DAN HUKUM UCAPAN “JUM’AT BERKAH”, BENARKAH ITU HARAM DAN BID'AH SESAT ?

*****

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

====

====

DAFTAR ISI :

  1. PEMBAHASAN PERTAMA : DALIL KEUTAMAAN DAN KEISTIMEWAAN HARI JUM’AT
  2. JUM’AT ADALAH INDUK SEMUA HARI DAN IA LEBIH AGUNG DARI PADA IDUL FITRI DAN ADHA:
  3. JUM’AT ADALAH HARI TERBAIK :
  4. HARI JUM’AT ADALAH HARI RAYA:
  5. KESAMAAN TAMPILAN HARI JUM’AT DENGAN HARI RAYA :
  6. MANAKAH YANG LEBIH UTAMA, HARI JUMAT ATAU HARI ARAFAH?
  7. UMAT TERDAHULU SALAH DALAM MENENTUKAN HARI JUM’AT
  8. WAKTU MUSTAJAB UNTUK BERDOA DI HARI JUM’AT
  9. LARANGAN MENGKHUSUSKAN PUASA PADA HARI JUM’AT :
  10. KEUTAMAAN SHALAT JUMAT
  11. DZIKIR DAN BACAAN YANG DIANJURKAN PADA HARI JUM’AT
  12. PEMBAHASAN KEDUA : HUKUM MENGUCAPKAN “JUM’AT BERKAH”
  13. PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG UCAPAN “JUM’AT BERKAH”:
  14. PENDAPAT PERTAMA : BOLEH DAN MUBAH UCAPAN “JUM’AT BERKAH”.
  15. PENDAPAT KEDUA : UCAPAN “JUM’AT BERKAH” ADALAH HARAM DAN BID’AH SESAT.
  16. BANTAHAN RABITHAH ULAMA SURIAH TERHADAP FATWA HARAM SYEIKH AL-FAUZAAN
  17. KESIMPULAN :

====

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

**PERHATIAN**

Sebelum membahas tentang hukum ungkapan **JUM'AT BERKAH**, mari kita bahas dulu tentang dalil-dalil keutamaan dan keistimewaan hari Jum’at, yang menunjukkan bahwa: **HARI JUM'AT, BENAR-BENAR HARI YANG PENUH BERKAH TANPA ADA KERAGUAN**.

SELAMAT MEMBACA!

=====*****====

PEMBAHASAN PERTAMA: 
DALIL KEUTAMAAN & KEISTIMEWAAN HARI JUM’AT

Hari Jum’at mempunyai kelebihan dan keutamaan yang banyak, Allah melebihkan keistimewaan hari Jum’at dibandingkan hari-hari lainnya

Hari Jum’at adalah hari yang mulia, dimana telah ada banyak hadits yang menunjukkan akan keutamannya.

Dalil-dalil yang menyebutkan tentang keutamaan serta keistimewaan hari Jum'at telah memperkuat bahwa hari Jum'at adalah benar-benar hari yang penuh berkah. 

Ibnu Qayyim menyebutkan 33 keutamaan dan keistimewaan HARI JUM’AT, diantaranya adalah sbb : 

• كَانَ ﷺ يَقْرَأُ فِي فَجْرِهِ بِسُوْرَتَيْ "السَّجْدَةِ" وَ "الإنسَانِ".

• اسْتِحْبَابُ كَثْرَةِ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ فِيهِ وَفِي لَيْلَتِهِ.

• خَيْرَةُ اللَّهِ مِنْ أَيَّامِ الْأُسْبُوعِ، وَفِيهِ صَلَاةُ الْجُمُعَةِ الَّتِي هِيَ مِنْ أَكْثَرِ فُرُوضِ الْإِسْلَامِ تَأْكِيدًا.

• الْأَمْرُ بِالِاغْتِسَالِ فِي يَوْمِهَا، وَالتَّطْيِبِ فِيهِ، وَالسِّوَاكِ فِيهِ، وَأَنَّهُ يَسْتَحِبُّ أَنْ يَلْبَسَ فِيهِ أَحْسَنَ الثِّيَابِ.

• التَّبْكِيْرُ لِلصَّلَاةِ، وَأَنْ يَشْتَغِلَ بِالصَّلَاةِ وَالذِّكْرِ وَالْقِرَاءَةِ حَتَّى يَخْرُجَ الْإِمَامُ.

• قِرَاءَةُ "الْجُمُعَةِ وَالْمُنَافِقِينَ" أَوْ "سَبِّحِ وَالْغَاشِيَةِ" فِي صَلَاةِ الْجُمُعَةِ، وَقِرَاءَةُ الْكَهْفِ فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ وَيَوْمِهَا.

• يَوْمُ تَكْفِيرِ السَّيِّئَاتِ، وَفِيهِ سَاعَةُ الْإِجَابَةِ، وَيَسْتَحِبُّ أَنْ يَتَفَرَّغَ فِيهِ لِلْعِبَادَةِ.

• لَمَّا كَانَ فِي الْأُسْبُوعِ كَالْعِيدِ فِي الْعَامِ، وَكَانَ الْعِيدُ مُشْتَمِلًا عَلَى صَلَاةٍ وَقُرْبَانٍ، وَكَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ يَوْمَ صَلَاةٍ، جَعَلَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ التَّعْجِيْلَ فِيهِ إِلَى الْمَسْجِدِ بَدَلًا مِنَ الْقُرْبَانِ.

• لِلصَّدَقَةِ فِيهِ مَزِيَّةٌ عَلَيْهَا فِي سَائِرِ الْأَيَّامِ، وَالصَّدَقَةِ فِيهِ بَالنِّسْبَةِ إِلَى سَائِرِ أَيَّامِ الْأُسْبُوعِ كَالصَّدَقَةِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ بَالنِّسْبَةِ إِلَى سَائِرِ الشُّهُورِ.

• يَوْمُ يَتَجَلَّى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيهِ لِأَوْلِيَائِهِ الْمُؤْمِنِينَ فِي الْجَنَّةِ، وَزِيَارَتُهُمْ لَهُ، فَيَكُونُ أَقْرَبَهُمْ مِنْهُمْ أَقْرَبَهُمْ مِنَ الْإِمَامِ، وَأَسْبَقَهُمْ إِلَى الزِّيَارَةِ أَسْبَقَهُمْ إِلَى الْجُمُعَةِ.

• يَوْمُ اجْتِمَاعِ النَّاسِ وَتَذْكِيرِهِمْ بِالْمَبْدَأِ وَالْمَعَادِ، وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي تَفْزَعُ مِنْهُ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْجِبَالُ وَالْبِحَارُ، وَالْخَلَائِقُ كُلُّهَا إلَّا الْإِنْسِ وَالْجِنِّ؛ مَخَافَةً قِيَامِ السَّاعَةِ.

• يَوْمُ عِيدٍ مُتَكَرِّرٍ فِي الْأُسْبُوعِ، لِذَا يُكْرَهُ إِفْرَادُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ بِالصَّوْمِ.

1. Rasulullah  biasa membaca Surah As-Sajdah dan Surah Al-Insan saat Shubuh.

2. Disunnahkan untuk banyak bersholawat kepada Nabi  pada hari Jumat dan malamnya.

3. Hari Jumat merupakan salah satu hari terbaik di antara hari-hari dalam seminggu, di mana sholat Jumat adalah salah satu dari kewajiban Islam yang paling ditekankan.

4. Disunnahkan untuk mandi, menggunakan minyak wangi, menggunakan siwak, dan memakai pakaian terbaik pada hari Jumat.

5. Berangkat lebih dini ke mesjid untuk menunggu sholat Jum’at, dan menghabiskan waktu di dalamnya dengan sholat, dzikir, dan membaca Al-Qur'an hingga imam keluar menuju mesjd .

6. Membaca Surah Al-Jumu'ah dan Al-Munafiqun atau Surah Al-Sajdah dan Al-Ghashiyah dalam sholat Jumat, serta membaca Surah Al-Kahfi pada malam dan siang hari Jumat.

7. Hari di mana dosa-dosa diampuni, dan terdapat waktu di mana doa-doa dikabulkan, disarankan untuk memperbanyak ibadah pada hari tersebut.

8. Hari Jumat mirip dengan hari raya dalam setahun, di mana hari raya melibatkan sholat dan kurban, sedangkan hari Jumat adalah hari berkumpul kaum muslimin untuk shalat, dan Allah menjadikan anjuran berengkat lebih dini ke mesjid sebagai pengganti kurban.

9. Sedekah pada hari Jumat memiliki keutamaan yang lebih dibandingkan hari-hari lainnya, seperti sedekah di bulan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lain.

10. Hari di mana Allah menampakkan diri-Nya kepada para wali-Nya yang beriman di surga, dan hari di mana mereka mengunjungi-Nya, maka mereka yang paling dekat kepada-Nya adalah orang yang paling dekat kepada imam sholat Jum’at, dan mereka yang lebih awal mengunjungi-Nya adalah orang yang paling awal ke mesjid untuk menunggu sholat Jumat.

11. Hari pertemuan umat manusia untuk diingatkan tentang hari awal kejadian dan hari pengembalian, di mana langit, bumi, gunung, dan lautan akan gentar kecuali manusia dan jin, karena ketakutan akan datangnya hari kiamat.

12. Hari yang merupakan hari raya yang terjadi setiap minggu, oleh karena itu, makruh hukumnya mengkhususkan hari Jumat dengan puasa.

[Baca: Zad al-Ma'ad fi Hadyi Khair al-'Ibaad (1/369-409)"]

Diantara keutamaan-keutamaan lainya bagi hari Juma’t ini selain yang disebutkan dianatas adalah:

Pertama : Di dalamnya ada shalat Jum’at dan ia termasuk shalat yang paling utama. Allah ta’ala berfirman:

((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ))

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jum’at: 9)

Kedua : Diriwayatkan oleh Muslim, (233) dari Abu Hurairah radhillahu anhu sesungguhnya Rasulullah  bersabda:

"الصَّلاةُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ ، كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ"

“Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at. akan menghapus (dosa) di antara keduanya selagi tidak melakukan dosa besar.”

Ketiga : Shalat fajar secara berjamaah dihari Jum’at itu lebih baik dibandingkan shalat yang dilakukan seorang muslim dalam seminggu.

Dari Ibnu Umar radhillahu anhuma berkata, Rasulullah  bersabda:

" أَفْضَلُ الصَّلَوَاتِ عِنْدَ اللَّهِ صَلَاةُ الصُّبْحِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِي جَمَاعَةٍ".

“Sebaik-baik shalat disisi Allah adalah shalat subuh pada hari Jum’at secara berjamaah.” (HR. Baihaqi di kitab ‘Syu’abul Iman, dan diShahih kan oleh Al-Albany di Shahih Al-Jami’, no. 1119).

Keempat : Di antara kekhususan shalat fajar pada hari Jum’at adalah disunnahkan bagi orang yang shalat shubuh untuk membaca surat As-Sajdah di rokaat pertama dan surat Al-Insan pada rakaat kedua.

Dari Abu Hurairah radhialahu anhu :

"أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَقْرَأُ فِي الصُّبْحِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِـ (الم تَنْزِيلُ) فِي الرَّكْعَةِ الأُولَى وَفِي الثَّانِيَةِ (هَلْ أَتَى عَلَى الإِنْسَانِ حِينٌ مِنْ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا)".

sesungguhnya Nabi  biasanya membaca pada shalat subuh di hari Jum’at dengan surat  الم تَنْزِيلُ  (surat As-Sajdah) dirokaat pertama dan pada rokaat kedua dengan surat ‘Hal ataa alal insaani hiinumminaddahri lam yakun syai’an mazkuura’ (surat Al-Insan).” (HR. Al Bukhari, no. 851 dan Muslim, no. 880).

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan :

"قِيلَ: إِنَّ الْحِكْمَة فِي هَاتَيْنِ السُّورَتَيْنِ الإِشَارَة إِلَى مَا فِيهِمَا مِنْ ذِكْر خَلْق آدَم وَأَحْوَال يَوْم الْقِيَامَة؛ لأَنَّ ذَلِكَ كَانَ وَسَيَقَعُ يَوْم الْجُمُعَة" اهـ.

“Ada yang berkata bahwa di antara hikmah pada dua surat ini adalah adanya isyarat bahwa pada keduanya disebutkan penciptaan Adam dan kondisi pada hari kiamat. Karena hal itu akan terjadi pada hari Jum’at.” [Baca : Fathul Bari 2/379].

Kelima : Sesungguhnya orang yang meninggal dunia pada hari Jum’at atau malamnya, maka Allah akan menjaganya dari Fitnah kubur.

Dari Abdullah bin Amr radhillahu anhuma berkata, Rasulullah sallahu’alahi wa sallam bersabda:

"مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ".

“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia pada hari Jum’at atau malam Jum’at melainkan Allah akan melindungi dari fitnah kubur.” (HR. Tirmizi, 1074, dinyatakan shahih oleh Al-Albany di kitab ‘Ahkamul Janaiz, hal. 49-50)

Keenam : Anjuran untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa

Pada hari ini terdapat waktu yang mustajab, jika seorang hamba berdoa di waktu tersebut maka Allah akan mengabulkannya dengan izinNya.

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah –- saat menyebutkan hari Jumat, beliau bersabda:

"فِيهِ سَاعَةٌ لا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا".

“Di dalamnya terdapat waktu yang apabila seorang muslim melewatinya dalam kondisi berdoa memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya Dia akan memberinya. Beliau memberi isyarat dengan tangannya menandakan waktu tersebut tidak banyak”. (HR. Bukhori, no. 893 dan Muslim, no. 852)

Ketujuh : Membaca Surat Al Kahfi

Dari Abu Said al Khudri bahwa Nabi –- bersabda:

"مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْن ".

“Siapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat, maka  akan dipancarkan cahaya baginya di antara dua Jumat”. (HR. Hakim. Dinyatakan shahih oleh Albany dalam Shahih Targhib, no. 836)

Kedelapan : Memperbanyak Shalawat Kepada Rasulullah –-

Dari Aus bin Aus dari Nabi –- bersabda:

" إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلام، وَفِيهِ قُبِضَ، وَفِيهِ النَّفْخَةُ، وَفِيهِ الصَّعْقَةُ، فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلاةِ فَإِنَّ صَلاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ -أَيْ يَقُولُونَ قَدْ بَلِيتَ- قَالَ: إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ حَرَّمَ عَلَى الأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الأَنْبِيَاءِ ".

“Sesungguhnya hari-hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam alaihis salam diciptakan, pada hari itu juga dia diwafatkan, pada hari itu juga ditiupkan sangkakala untuk kematian dan sangkakala untuk kebangkitan. Maka perbanyaklah bershalawat kepadaku; karena shalawat kalian disampaikan kepadaku”.

Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah shalawat kami disampaikan kepadamu sementara tubuhmu sudah lumat.’

Beliau menjawab, “Sungguh Allah ‘Azza wa Jalla mengharamkan kepada tanah untuk memakan jasad para Nabi”.

(HR. Abu Daud, no. 1047. Dinyatakan shahih oleh Ibnul Qayyim dalam komentar beliau atas Sunan Abu Daud, 4/274. Dinyatakan shahih juga oleh Albany dalam Shahih Abu Daud, no. 920)

Disebutkan di dalam Aunul Ma’bud:

"وَإِنَّمَا خَصَّ يَوْم الْجُمُعَة لأَنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَيِّدُ الأَيَّام وَالْمُصْطَفَى سَيِّدُ الأَنَام , فَلِلصَّلاةِ عَلَيْهِ فِيهِ مَزِيَّةٌ لَيْسَتْ لِغَيْرِهِ". أهـ

Dikhususkannya hari Jumat karena hari Jumat adalah induknya hari, sedangkan Nabi Muhammad adalah pemimpin manusia. Maka bershalawat kepada beliau pada hari itu menjadi istimewa  dibanding hari lainnya.

====

JUM’AT ADALAH INDUK SEMUA HARI
DAN IA LEBIH AGUNG DARI PADA IDUL FITRI DAN ADHA:

Dari Abu Lubabah bin Abdul Mundzir berkata, Nabi  bersabda:

"إِنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَيِّدُ الأَيَّامِ ، وَأَعْظَمُهَا عِنْدَ اللَّهِ ، وَهُوَ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ يَوْمِ الأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ ، فِيهِ خَمْسُ خِلالٍ : خَلَقَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ ، وَأَهْبَطَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ إِلَى الأَرْضِ ، وَفِيهِ تَوَفَّى اللَّهُ آدَمَ ، وَفِيهِ سَاعَةٌ لا يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا الْعَبْدُ شَيْئًا إِلا أَعْطَاهُ ، مَا لَمْ يَسْأَلْ حَرَامًا ، وَفِيهِ تَقُومُ السَّاعَةُ ، مَا مِنْ مَلَكٍ مُقَرَّبٍ وَلا سَمَاءٍ وَلا أَرْضٍ وَلا رِيَاحٍ وَلا جِبَالٍ وَلا بَحْرٍ إِلا وَهُنَّ يُشْفِقْنَ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ ".

“Sesungguhnya hari Jum’at adalah induk semua hari, dan teragung disisi Allah, ia lebih agung disisi Allah dibandingkan hari raya Adha dan Hari raya Fitri.

Di dalamnya ada lima kekhususan, Allah menciptakan Adam pada hari itu, menurunkan Adam ke bumi, dan pada hari itu wafanya Adam, dan di hari itu ada satu waktu, tidaklah seorang hamba meminta kepada Allah kecuali Allah akan berikan. Selagi dia tidak meminta yang haram, pada hari itu terjadinya hari kiamat, tidaklah Malaikat yang dekat, maupun langit, bumi, angin, gunung, tidak juga lautan melainkan semuanya mengasihani pada hari Jum’at.”

(HR. Ibnu Majah, no. 1084 dihasankan oleh Syekh Al-Albany di Shahih  Al-Jami, no. 2279).

As-Sindy rahimahullah mengatakan :

"(يُشْفِقْنَ مِنْ يَوْم الْجُمُعَة) مِنْ قِيَام السَّاعَة، وَفِيهِ أَنَّ سَائِر الْمَخْلُوقَات تَعْلَم الأَيَّام بِعَيْنِهَا، وَأَنَّهَا تَعْلَم أَنَّ الْقِيَامَة تَقُوم يَوْم الْجُمُعَة"اهـ

“(Mereka takut hari Jum’at) karena di hari itu  terjadinya hari kiamat. Di dalamnya ada pelajaran bahwa semua makhluk mengetahui hari-hari itu sendiri, dan mengetahui bahwa kiamat akan terjadi pada hari Jum’at.

=====

JUM’AT ADALAH HARI TERBAIK:

Dari Aus bin Aus dari Nabi  bersabda:

"إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَام ، وَفِيهِ قُبِضَ ، وَفِيهِ النَّفْخَةُ ، وَفِيهِ الصَّعْقَةُ ، فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ -أَيْ يَقُولُونَ قَدْ بَلِيتَ- قَالَ : إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ حَرَّمَ عَلَى الأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمْ السَّلام ".

“Sesungguhnya di antara hari-hari kalian yang paling utama adalah hari Jum’at. Di dalamnya Adam alaihis salam diciptakan, di hari itu juga dicabut (nyawanya), pada hari itu ada tiupan sangkakala dan manusia bergelimpangan. Maka perbanyaklah bersholawat kepadaku karena sesungguhnya salawat kalian akan dinampakkan kepadaku.

Mereka mengatakan : ‘Wahai Rasulullah, bagaimana dinampakkan shalawat kami kepada anda, sementara anda telah musnah –maksudnya mereka mengatakan anda telah hancur.’

Nabi berkata, ‘Sesungguhnya Allah azza wajallah telah mengharamkan bumi memakan jasadnya para nabi alaihis salam.”

(HR. Abu Daud, no.  1047 dishahih kan oleh Ibnu Qoyyim di catatan atas sunan Abi Dawud, 4/273 dan dishahih kan oleh Al-Albany di Shahih  Abi Dawud, no. 925).

Dari Abu Hurairah radhillahu anhu berkata, Rasulullah  bersabda:

" خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ ، وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ ، وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا ".

“Hari terbaik ketika terbit matahari adalah hari Jum’at. Di dalamnya Adam diciptakan, pada hari itu dimasukkan surga dan pada hari itu juga dikeluarkan dari surga.” (HR. Muslim, no. 1410).

Hadits ini mengandung sebagian sebab kenapa hari Jumat diutamakan dan diistimewakan:

An-Nawawi rahimahullah mengatakan :

"قَالَ الْقَاضِي عِيَاض: الظَّاهِر أَنَّ هَذِهِ الْفَضَائِل الْمَعْدُودَة لَيْسَتْ لِذِكْرِ فَضِيلَته؛ لأَنَّ إِخْرَاج آدَم وَقِيَام السَّاعَة لا يُعَدّ فَضِيلَة وَإِنَّمَا هُوَ بَيَان لِمَا وَقَعَ فِيهِ مِنْ الأُمُور الْعِظَام وَمَا سَيَقَعُ، لِيَتَأَهَّب الْعَبْد فِيهِ بِالأَعْمَالِ الصَّالِحَة لِنَيْلِ رَحْمَة اللَّه وَدَفْع نِقْمَته، هَذَا كَلام الْقَاضِي. وَقَالَ أَبُو بَكْر بْن الْعَرَبِيّ فِي كِتَابه "الأَحْوَذِيّ فِي شَرْح التِّرْمِذِيّ": الْجَمِيع مِنْ الْفَضَائِل، وَخُرُوج آدَم مِنْ الْجَنَّة هُوَ سَبَب وُجُود الذُّرِّيَّة وَهَذَا النَّسْل الْعَظِيم وَوُجُود الرُّسُل وَالْأَنْبِيَاء وَالصَّالِحِينَ وَالأَوْلِيَاء، وَلَمْ يَخْرُج مِنْهَا طَرْدًا بَلْ لِقَضَاءِ أَوْطَار ثُمَّ يَعُود إِلَيْهَا. وَأَمَّا قِيَام السَّاعَة فَسَبَب لِتَعْجِيلِ جَزَاء الأَنْبِيَاء وَالصِّدِّيقِينَ وَالأَوْلِيَاء وَغَيْرهمْ، وَإِظْهَار كَرَامَتهمْ وَشَرَفهمْ، وَفِي هَذَا الْحَدِيث فَضِيلَة يَوْم الْجُمُعَة وَمَزِيَّته عَلَى سَائِر الأَيَّام" اهـ.

“Qodhi mengatakan, ‘Yang nampak bahwa keutamaan yang disebutkan  ini, bukan menyebutkan keutamaannya. Karena dikeluarkannya Adam dan terjadinya hari kiamat tidak termasuk keutamaan akan tetapi itu adalah penjelasan terhadap apa yang terjadi dari perkara-perkara yang agung dan apa yang akan terjadi. Agar seorang hamba bersiap-siap dengan amalan sholeh agar mendapatkan rahmat Allah dan selamat dari kemurkaan-Nya. Ini adalah perkataan Al-Qodhi.”

Abu Bakar bin Al-‘Arob dalam kitabnya Al-Ahwadzi Fi syarkhi At-Tirmizi mengatakan, “Semuanya termasuk suatu keutamaan, dan keluarnya Adam dari surga termasuk sebab adanya keturunan. Keturunan yang mulia melahirkan para Rasul dan para Nabi, orang-orang sholeh serta para wali (kekasih Allah). Dia tidak keluar karena dibuang akan tetapi karena takdir yang telah ditentukan kemudian nanti akan kembali lagi. Sementara terjadinya hari kiamat, maka itu adalah sebab untuk mensegerakan balasan untuk para Nabi, para shiddiq (orang-orang jujur), para wali (kekasih Allah) dan lainnya. Dan menampakkan kemuliaan dan keistimewaannya. Dalam hadits ini ada keutamaan hari Jum’at dan kelebihan dibandingkan hari-hari lain dalam seminggu. [SELESAI. Baca Syarah an-Nawawi ‘Alaa Shahih Muslim 6/142]

====

HARI JUM’AT ADALAH HARI RAYA:

Ibn Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :

إِنَّ هَذَا يَوْمُ عِيدٍ، جَعَلَهُ اللَّهُ لِلْمُسْلِمِينَ، فَمَنْ جَاءَ إِلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ، وَإِنْ كَانَ طِيبًا فَلْيَمَسَّ مِنْهُ، وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ.

"[Hari Jum’at] ini adalah hari raya yang Allah tetapkan bagi umat Islam. Barangsiapa datang ke Jumat, maka hendaknya mandi. Jika memiliki minyak wangi, maka hendaknya menggunakannya, dan hendaknya kalian menggunakan siwak."

[HR. Ibnu Majah dalam "Iqamah As-Salat wa As-Sunnah" (1098) dan dikatakan hasan oleh Al-Albani dalam "Sahih Ibnu Majah" (901)]

Dan Ibnu Jarir dalam Tafsirnya mengatakan:

Telah menceritakan kepada kami Abu Karib, telah menceritakan kepada kami Qubaisah, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari 'Ammar, yang merupakan mawlaa dari Bani Hasyim :

أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ قَرَأَ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا [المائدة:3] فَقَالَ يَهُودِيٌّ: لَوْ نُزِّلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَيْنَا، لَاتَّخَذْنَا يَوْمَهَا عِيدًا، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فَإِنَّهَا نُزِّلَتْ فِي يَوْمَ عِيدَيْنِ اثْنَيْنِ: يَوْمَ عِيدٍ، وَيَوْمَ جُمُعَةٍ.

bahwa Ibnu Abbas membaca ayat "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama bagimu" [Al-Maidah: 3]. Maka seorang Yahudi berkata: "Jika ayat ini turun kepada kami, kami akan menjadikan hari itu sebagai hari raya." Maka Ibnu Abbas berkata: "Sesungguhnya ayat ini turun pada dua hari raya: hari raya (Idul Fitri) dan hari Jumat."

[Tafsir ath-Thobari 9/525 no. 11095]

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya 18:153, dari Abu bin Abi Syaibah dan Abu Karib, dari Abdullah bin Idris. Dalam riwayat ini terdapat kata :

"نُزِّلَتْ لَيْلَةَ جَمْعَ".

"Turun pada malam kumpul [di Muzdalifah]."

Al-Nawawi dalam penjelasannya berkata:

"هَكَذَا هُوَ فِي النَّسْخِ، الرِّوَايَةُ: لَيْلَةَ جَمْعٍ = وَفِي نَسْخَةِ ابْنِ مَاهَانَ: لَيْلَةَ جُمُعَةٍ. وَكِلَاهُمَا صَحِيحٌ. فَمَنْ رَوَى"لَيْلَةَ جَمْعٍ"، فَهِيَ لَيْلَةُ الْمَزْدَلِفَةِ، وَهُوَ الْمَرَادُ بِقَوْلِهِ: "وَنَحْنُ بِعَرَفَاتَ" فِي يَوْمَ جُمُعَةٍ، لِأَنَّ لَيْلَةَ جَمْعَ، هِيَ عَشِيَّةُ يَوْمِ عَرَفَاتَ، وَيَكُونُ الْمَرَادُ بِقَوْلِهِ: "لَيْلَةَ جُمُعَةٍ"، يَوْمَ جُمُعَةٍ. وَمَرَادُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنَّا قَدْ اتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا مِنْ وَجْهَيْنِ، فَإِنَّهُ يَوْمُ عَرَفَةَ، وَيَوْمُ جُمُعَةٍ، وَكُلٌّ وَاحِدٌ مِنْهُمَا عِيدٌ لأَهْلِ الإِسْلاَمِ".

"Demikianlah dalam naskh. Riwayatnya: 'Malam Jam' [kumpul di Muzdalifah] = Dan dalam naskh versi Ibnu Mahan: 'Malam Jum'ah.' Keduanya sahahih dan benar. Jika ada yang meriwayatkan 'Malam Jam’, itu merujuk pada malam Muzdalifah, dan itu yang dimaksud dengan ucapan 'Dan kita di Arafah' pada hari Jumat, karena malam Jam’ itu adalah sore hari Arafah. Dan jika disebut 'Malam Jum'ah,' maka itu merujuk pada hari Jumat.

Dan yang dimaksud Umar radhiyallahu ‘anhu: Kami menjadikan hari itu sebagai hari raya dari dua sisi, karena itu adalah hari Arafah dan hari Jumat, dan keduanya adalah hari raya bagi umat Islam."

====

KESAMAAN TAMPILAN HARI JUM’AT DENGAN HARI RAYA :

Kemiripan antara hari raya mingguan setiap Jum’at dan hari raya tahunan (Idul Fitri dan Idul Adha) menjadi jelas bagi kita, dan diantara tampilan yang terpenting adalah:

-----

Pertama : Mandi dan Memakai Minyak Wangi

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Salman al-Farisi, ia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :

مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَتَطَهَّرَ بِمَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ، ثُمَّ أَدَّهَنَ أَوْ مَسَّ مِنْ طِيبٍ، ثُمَّ رَاحَ فَلَمْ يُفَرِّقْ بَيْنَ اثْنَيْنِ، فَصَلَّى مَا كُتِبَ لَهُ، ثُمَّ إِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ أَنْصَتَ، غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى.

"Barangsiapa mandi pada hari Jumat, membersihkan dirinya sebersih mungkin, kemudian mengoleskan minyak wangi atau memakainya, kemudian pergi ke masjid tanpa mencerai beraikan antara dua orang, lalu dia mengerjakan shalat yang telah ditetapkan baginya. Kemudian ktika imam keluar untuk khutbah, dia diam, maka dosa-dosanya diampuni hingga Jumat berikutnya." [HR. al-Bukhari dalam Jum'at (910)].

Ibn Majah juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah  bersabda :

إِنَّ هَذَا يَوْمُ عِيدٍ، جَعَلَهُ اللَّهُ لِلْمُسْلِمِينَ، فَمَنْ جَاءَ إِلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ، وَإِنْ كَانَ طِيبًا فَلْيَمَسَّ مِنْهُ، وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ.

"[Hari Jum’at] ini adalah hari raya yang Allah tetapkan bagi umat Islam. Barangsiapa datang ke Jumat, maka hendaknya mandi. Jika memiliki minyak wangi, maka hendaknya menggunakannya, dan hendaknya kalian menggunakan siwak."

[HR. Ibnu Majah dalam "Iqamah As-Salat wa As-Sunnah" (1098) dan dikatakan hasan oleh Al-Albani dalam "Sahih Ibnu Majah" (901)]

-----

Kedua : Memakai Pakaian Terbaik dan Paling Bagus :

Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri dan Abu Hurairah, keduanya berkata: Rasulullah  bersabda :

مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَاسْتَاكَ، وَمَسَّ مِنْ طِيبٍ إِنْ كَانَ عِنْدَهُ، وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِهِ، ثُمَّ خَرَجَ حَتَّى يَأْتِيَ الْمَسْجِدَ، فَلَمْ يَتَخَطَّ رِقَابَ النَّاسِ، ثُمَّ رَكَعَ مَا شَاءَ أَنْ يَرْكَعَ، ثُمَّ أَنْصَتَ إِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ، فَلَمْ يَتَكَلَّمْ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ صَلَاتِهِ، كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الَّتِي قَبْلَهَا. قَالَ وَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يَقُولُ "وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ زِيَادَةً، إِنَّ اللَّهَ جَعَلَ الْحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا".

"Barangsiapa mandi pada hari Jumat, membersihkan dirinya, menggunakan minyak wangi jika memiliki, dan memakai pakaian terbaiknya, kemudian pergi ke masjid tanpa melangkahi pundak-pundak orang, lalu dia mengerjakan shalat sebanyak yang dia mau, kemudian dia diam saat imam keluar untuk khutbah, dia tidak berbicara sampai imam selesai shalatnya, maka itu menjadi penebus dosa antara Jumat itu dan Jumat sebelumnya."

Abu Hurairah berkata, "Dan ada tambahan tiga hari, sesungguhnya Allah menjadikan satu kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat." [HR. Ahmad (11768) dan para muhaqqiq hadis mengatakan bahwa sanadnya baik.]

-----

Ketiga : Adanya Pahala Berkurban mirip seperti pada Hari Raya Idul Adha

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah رضي اللَّهُ عَنْهُ bahwa Rasulullah  bersabda :

"مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتِ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ."

"Barangsiapa yang mandi pada hari Jum'at sebagaimana mandi junub kemudian dia pergi ke masjid pada awal waktu, maka dia mendapat ganjaran seperti pahala berkurban satu ekor unta.

Barangsiapa berangkat ke masjid pada saat yang kedua, maka dia mendapat ganjaran seperti pahala berkurban seekor sapi.

Barangsiapa yang berangkat masjid pada saat yang ketiga, maka dia mendapat ganjaran seperti pahala berkurban seekor kambing jantan.

Barangsiapa yang berangkat ke masjid pada saat yang keempat, maka dia mendapat ganjaran seperti pahala berkurban seekor ayam.

Dan barangsiapa yang berangkat ke masjid pada saat yang kelima, maka dia mendapat ganjaran seperti berkurban sebutir telur.

Apabila imam telah datang (untuk menyampaikan khuthah) maka para malaikat juga turut hadir untuk mendengarkan khutbah."

[HR. Bukhori dalam Jum'at (881) dan Muslim dalam Jum'at (850)].

-----

Keempat : Larangan Mengkhususkan Berpuasa pada hari Jumat :

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi –- bersabda:

"لا تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي، وَلا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الأَيَّامِ، إِلا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ ".

“Janganlah mengkhususkan malam Jumat untuk qiyamullail, dan janganlah mengkhususkan puasa pada hari Jumat dibanding hari lainnya, kecuali bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukan seseorang pada hari itu.” (HR. Muslim, no. 1144)

=====

MANAKAH YANG LEBIH UTAMA, HARI JUMAT ATAU HARI ARAFAH?

Hari Jumat dalam Islam memiliki keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh hari-hari lain dalam seminggu. Bahkan, sebagian para ulama menganggapnya lebih utama dari hari Arafah. Ibnu Qayyim berkata:

وَقَدْ اخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ هَلْ هُوَ أَفْضَلُ، أَمْ يَوْمُ عَرَفَةَ؟ عَلَى قَوْلَيْنِ: هُمَا وَجْهَانِ لِأَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ.

"Para ulama berselisih pendapat, apakah hari Jumat lebih utama atau hari Arafah? Ada dua pendapat tentang hal ini: keduanya memiliki keistimewaan bagi pengikut mazhab Syafi'i."

[Zad al-Ma'ad fi Hadyit Khair al-'Ibad (1/363)].

Disebutkan dalam Shahih Bukhori dan Muslim dari Umar bin Khattab, semoga Allah meridhai beliau :

أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْيَهُودِ قَالَ لَهُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ آيَةٌ فِي كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لَاتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا قَالَ أَيُّ آيَةٍ قَالَ { الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ الْإِسْلَامَ دِينًا } قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ

“Bahwa seorang lelaki dari kalangan Yahudi berkata kepadanya, "Wahai Amirul Mukminin, ada ayat dalam kitab kalian yang jika turun kepada kami, kaum Yahudi, pada hari itu pasti kami jadikan sebagai hari raya."

Umar bertanya, "Ayat apa itu?"

Lelaki Yahudi menjawab, "Ayat, 'Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama untuk kalian.'"

Umar berkata, "Kami mengetahui hari itu dan tempat di mana ayat itu diturunkan kepada Nabi Muhammad saat itu beliau sedang berdiri di Arafah pada hari Jumat."

[HR. Bukhori no. 45 dan Muslim no. 3017. Kalimat ini dari lafadz Bukhari].

====

UMAT TERDAHULU SALAH DALAM MENENTUKAN HARI JUM’AT

Dari Abu Hurairah dan Khudzaifah radhillahu anhuma berkata, Rasulullah  bersabda:

"أَضَلَّ اللَّهُ عَنْ الْجُمُعَةِ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا ، فَكَانَ لِلْيَهُودِ يَوْمُ السَّبْتِ ، وَكَانَ لِلنَّصَارَى يَوْمُ الأَحَدِ ، فَجَاءَ اللَّهُ بِنَا فَهَدَانَا اللَّهُ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ ، فَجَعَلَ الْجُمُعَةَ وَالسَّبْتَ وَالأَحَدَ ، وَكَذَلِكَ هُمْ تَبَعٌ لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، نَحْنُ الآخِرُونَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ، وَالأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، الْمَقْضِيُّ لَهُمْ قَبْلَ الْخَلائِقِ ".

"Allah menyesatkan orang-orang yang sebelum kita tentang hari Jumat. Bagi orang Yahudi jatuhnya pada hari Sabtu, dan bagi orang Nasrani jatuhnya pada hari Ahad.

Lalu Allah menunjuki kita yaitu pada hari Jum'at. Karena itu, terjadilah berturut-turut tiga hari berkumpul (hari besar), yaitu Jum'at, Sabtu dan Ahad.

Hari kiamat kelak, mereka pun mengikuti kita juga, kita yang terakhir ke dunia, tetapi kitalah yang lebih dahulu diadili sebelum umat-umat yang lain." (HR. Muslim, no. 856).

An-Nawawi rahimahullah mengatakan :

"قَالَ الْقَاضِي: الظَّاهِر أَنَّهُ فُرِضَ عَلَيْهِمْ تَعْظِيم يَوْم الْجُمُعَة بِغَيْرِ تَعْيِين وَوُكِلَ إِلَى اِجْتِهَادهمْ، لِإِقَامَةِ شَرَائِعهمْ فِيهِ، فَاخْتَلَفَ اِجْتِهَادهمْ فِي تَعْيِينه وَلَمْ يَهْدِهِمْ اللَّه لَهُ، وَفَرَضَهُ عَلَى هَذِهِ الأُمَّة مُبَيَّنًا، وَلَمْ يَكِلهُ إِلَى اِجْتِهَادهمْ فَفَازُوا بِتَفْضِيلِهِ.

قَالَ: وَقَدْ جَاءَ أَنَّ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلام أَمَرَهُمْ بِالْجُمْعَةِ وَأَعْلَمَهُمْ بِفَضْلِهَا فَنَاظَرُوهُ أَنَّ السَّبْت أَفْضَل، فَقِيلَ لَهُ: دَعْهُمْ.

قَالَ الْقَاضِي: وَلَوْ كَانَ مَنْصُوصًا لَمْ يَصِحّ اِخْتِلَافهمْ فِيهِ، بَلْ كَانَ يَقُول: خَالَفُوا فِيهِ، قُلْت: وَيُمْكِن أَنْ يَكُون أُمِرُوا بِهِ صَرِيحًا وَنُصَّ عَلَى عَيْنه فَاخْتَلَفُوا فِيهِ هَلْ يَلْزَم تَعْيِينه أَمْ لَهُمْ إِبْدَاله؟ وَأَبْدَلُوهُ وَغَلِطُوا فِي إِبْدَاله" اهـ.

“Al-Qadhi berkata, ‘Pendapat yang kuat (tentang hadits di atas) adalah bahwa mereka diwajibkan mengagungkan hari Jum’at tanpa menentukan dan diserahkan kepada ijtihad mereka, untuk menunaikan syariat mereka di dalamnya. Kemudian mereka berbeda dalam berijtihad dalam menentukannya dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada mereka. Sedangkan umat ini diwajibkan dan diberikan penjelasannya . Dan Allah tidak menyerahkan ijtihadnya kepada mereka. Sehingga mereka menang dengan keutamaannya.

Terdapat riwayat bahwa Nabi Musa alaihis salam diperintahkan mereka pada hari Jum’at dan diberitahukan akan keutamaannya akan tetapi mereka mendiskusikannya bahwa hari sabtu itu lebih utama. Dikatakan kepadanya, ‘Biarkan mereka.’

Qodhi mengatakan, ‘Jika telah ada nash (ketetapan) tidak mungkin mereka pada perselisih di dalamnya, bahkan dia mengatakan, ‘Mereka menyalahi di dalamnya.’ Saya mengatakan, ‘Kemungkinan mereka diperintahkan secara tegas dan ditetapkan waktunya, dan mereka berbeda pendapat di dalamnya apakah harus menentukannya atau mereka dibolehkan menggantikannya? Kemudian mereka menggantiknnya dan salah didalamnya.”[SELESAI. Baca : Syarah an-Nawawi ‘Alaa Shahih Muslim 6/143]

Tidak mengherankan jika disebutkan pada mereka hari Jum’at itu sendiri kemudian mereka menyelisihinya.

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan :

"كَيْفَ لَا وَهُمْ الْقَائِلُونَ (سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا)!!" اهـ

“Bagaimana tidak, merekalah yang mengatakan ‘Kami dengarkan dan kami tidak mentaatinya (maksiat)’ !!!”

=====

WAKTU MUSTAJAB UNTUK BERDOA DI HARI JUM’AT

Waktu yang mustajab untuk berdoa di hari Jum’at adalah waktu yang tidak disia-siakan bagi seorang hamba Muslim yang memohon kebaikan kepada Allah, kecuali Allah memberinya apa yang diminta. Dan waktu di mana doa dikabulkan, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah  bersabda:

"فِيهِ سَاعَةٌ لا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا".

“Di dalamnya terdapat waktu yang apabila seorang muslim melewatinya dalam kondisi berdoa memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya Dia akan memberinya. Beliau memberi isyarat dengan tangannya menandakan waktu tersebut tidak banyak”. (HR. Bukhori, no. 893 dan Muslim, no. 852)

=====

PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG WAKTU MUSTAJAB HARI JUM’AT ?

Terdapat perbedaan pendapat dalam menentukan waktu mustajab ini, dan ada banyak pendapat, di antara yang paling sahih adalah dua pendapat:

Pendapat pertama: Bahwa waktu ini dimulai dari duduknya khotib diatas mimbar hingga selesai shalat

Argumentasi dari pendapat ini :

Adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim dalam sahihnya dari Abu Burdah bin Abi Musa al-Asy'ari, dia berkata:

"قَالَ لِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ أَسَمِعْتَ أَبَاكَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فِي شَأْنِ سَاعَةِ الْجُمُعَةِ ؟ قَالَ : قُلْتُ : نَعَمْ؛ سَمِعْتُهُ يَقُولُ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ : " هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الْإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلَاةُ".

"Abdullah bin Umar bertanya kepadaku, 'Apakah kamu mendengar ayahmu menceritakan sesuatu tentang saat mustajab hari Jumat?' Aku berkata, 'Ya, aku mendengarnya mengatakan: Aku mendengar Rasulullah  bersabda: 'Waktu ini dimulai dari duduknya imam hingga selesai shalat.'" [HR. Muslim no. 853].

Berdasarkan pendapat ini, bukan berarti hal itu bahwa makmum sibuk dengan berdoa dan berpaling dari mendengarkan khutbah. Bahkan dia tetap mendengarkan khutbah dan mengamini dari doa imam di dalamnya dan dia berdoa dalam shalatnya, waktu sujudnya dan sebelum salamnya. Sehingga hal itu dia telah mendatangkan doa di waktu yang sangat agung ini. Kalau hal itu ditambah dengan berdoa di akhir waktu setelah asar. Maka hal itu lebih utama dan lebih baik lagi.

Pendapat kedua: Bahwa waktu ini setelah Ashar.

Ini adalah pendapat yang lebih kuat di antara keduanya, dan ini adalah pendapat Abdullah bin Salam, Abu Hurairah, Imam Ahmad, dan sekelompok ulama.

Argumentasi dari pendapat ini adalah :

Apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam musnadnya, dari Abu Sa'id al-Khudri dan Abu Hurairah bahwa Rasulullah  bersabda:

" إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ سَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فِيهَا خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَهِيَ بَعْدَ الْعَصْرِ "

"Sesungguhnya pada hari Jumat ada satu waktu di mana seorang hamba Muslim meminta kepada Allah yang Maha Mulia dalam waktu tersebut akan diberi kebaikan, dan itu adalah setelah waktu Ashar." [al-Musnad no. 7631].

Dalam tahqiq al-Musnad disebutkan :

"حديث صحيح بشواهده ، وهذا إسناد ضعيف".

Hadis ini sahih dengan syahid-syahidnya, tetapi sanad riwayat yang ini adalah lemah.

Abu Dawud (1048) dan An-Nasa'i (1389) juga meriwayatkan, dari Jabir bin Abdullah dari Rasulullah  bersabda:

" يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً، لَا يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلَّا آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ".

"Pada hari Jumat terdapat dua belas jam, di mana tidak ada seorang hamba Muslim yang meminta kepada Allah sesuatu kecuali Allah memberikannya kepadanya. Maka carilah pada jam terakhir setelah Ashar."

Said bin Mansur meriwayatkan dalam sunannya dari Abu Salamah bin Abdul Rahman :

"أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- اجْتَمَعُوا، فَتَذَاكَرُوا السَّاعَةَ الَّتِي فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ، فَتَفَرَّقُوا وَلَمْ يَخْتَلِفُوا أَنَّهَا آخِرُ سَاعَةٍ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ".

“Bahwa beberapa sahabat Rasulullah -- berkumpul dan membahas tentang waktu di hari Jumat, dan mereka sepakat bahwa itu adalah pada jam terakhir di hari Jumat”.

Dalam kitab Sunan Ibnu Majah (1139) dari Abdullah bin Salam, ia berkata:

"قُلْتُ وَرَسُولُ اللَّهِﷺ- جَالِسٌ : " إِنَّا لَنَجِدُ فِي كِتَابِ اللَّهِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ سَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُؤْمِنٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا شَيْئًا إِلَّا قَضَى لَهُ حَاجَتَهُ، قَالَ عَبْدُ اللَّهِ : فَأَشَارَ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : أَوْ بَعْضُ سَاعَةٍ، فَقُلْتُ : صَدَقْتَ، أَوْ بَعْضُ سَاعَةٍ، قُلْتُ : أَيُّ سَاعَةٍ هِيَ ؟ قَالَ : هِيَ آخِرُ سَاعَاتِ النَّهَارِ . قُلْتُ : إِنَّهَا لَيْسَتْ سَاعَةَ صَلَاةٍ ؟! قَالَ : بَلَى، إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا صَلَّى ثُمَّ جَلَسَ لَا يَحْبِسُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ، فَهُوَ فِي الصَّلَاةِ ".

"Aku berkata kepada Rasulullah  yang sedang duduk, 'Sesungguhnya kami menemukan dalam Kitab Allah di hari Jumat ada satu waktu yang tidak dilewati oleh seorang mukmin yang sedang shalat dan meminta sesuatu kepada Allah kecuali Allah akan mengabulkan permintaannya.'

Abdullah berkata: 'Rasulullah  menunjuk ke arahku dan berkata: 'Atau bagian dari waktu.'

Aku berkata: 'Engkau benar, atau bagian dari waktu.' Aku bertanya: 'Waktu mana itu?'

Beliau menjawab: 'Itu adalah saat-saat terakhir siang.'

Aku berkata: 'Apakah itu bukan waktu shalat?'

Beliau menjawab: 'Ya, sesungguhnya seorang hamba yang beriman ketika telah shalat kemudian duduk, tidak ada yang menahannya kecuali shalat, maka dia dalam shalat.'" (Hadis ini dishahihkan oleh Al-Albani).

Dalam sunan Abu Dawud, (1046) dan Tirmizi, (491) dan Nasa’I, (1430) dari Hadits Abu Salamah bn Abdurrahman dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُهْبِطَ وَفِيهِ تِيبَ عَلَيْهِ وَفِيهِ مَاتَ وَفِيهِ تَقُومُ السَّاعَةُ وَمَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا وَهِيَ مُسِيخَةٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْ حِينَ تُصْبِحُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ شَفَقًا مِنْ السَّاعَةِ إِلَّا الْجِنَّ وَالْإِنْسَ وَفِيهِ سَاعَةٌ لَا يُصَادِفُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ حَاجَةً إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهَا قَالَ كَعْبٌ ذَلِكَ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَوْمٌ فَقُلْتُ بَلْ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ قَالَ فَقَرَأَ كَعْبٌ التَّوْرَاةَ فَقَالَ صَدَقَ النَّبِيُّ ﷺ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ ثُمَّ لَقِيتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَلَامٍ فَحَدَّثْتُهُ بِمَجْلِسِي مَعَ كَعْبٍ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلَامٍ قَدْ عَلِمْتُ أَيَّةَ سَاعَةٍ هِيَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَقُلْتُ لَهُ فَأَخْبِرْنِي بِهَا فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلَامٍ هِيَ آخِرُ سَاعَةٍ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَقُلْتُ كَيْفَ هِيَ آخِرُ سَاعَةٍ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ لَا يُصَادِفُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ يُصَلِّي وَتِلْكَ السَّاعَةُ لَا يُصَلِّي فِيهَا فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلَامٍ أَلَمْ يَقُلْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مَنْ جَلَسَ مَجْلِسًا يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ فَهُوَ فِي صَلَاةٍ حَتَّى يُصَلِّيَ قَالَ فَقُلْتُ بَلَى قَالَ هُوَ ذَاكَ".

“Hari yang terbaik ketika matahari terbit adalah pada hari Jum’at, di dalamnya diciptakan Adam, dan pada hari itu (Adam) diturunkan (Ke bumi). Hari ketika bertaubat, dan hari beliau meninggal dunia dan hari terjadi kiamat. Tidaklah suatu makhlak yang hidup di atas bumi kecuali dalam kondisi mengerikan pada hari Jum’at semenjak pagi ketika terbit matahari karena ketakutan dari hari kiamat kecuali jin dan manusia. Di dalamnya ada suatu waktu dimana seorang hamba muslim ketika bertepatan dalam kondisi berdoa memohon kepada Allah kebutuhannya kecuali Allah berikan kepadanya”.

Ka’b mengatakan, “Hal itu apakah setiap tahun satu hari itu?

Maka saya mengatakan: “Bahkan ia terjadi pada setiap hari Jum’ah.

Dia berkata : “Maka Ka’b membaca Taurat seraya berkomentar,” Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam jujur dan benar.

Abu Hurairah mengatakan : “kemudian saya bertemu dengan Abdullah bin Salam dan saya menceritakan kepadanya di majlis bersama dengan Ka’b, maka Abdullah bin Salam mengatakan: “Sungguh saya telah mengetahui waktu kapankah ia?

Abu Hurairah mengatakan: saya berkata kepadanya,”Tolong beritahukan kepadaku waktunya.

Maka Abdullah bin Salam mengatakan : “Ia adalah waktu terakhir di hari jum’ah.

Saya berkata, “Bagaimana ia di akhir waktu di hari Jum’ah? Sementara Rasulullah ﷺ bersabda, ”Tidaklah seorang hamba muslim bertepatan dengan waktu mustajab sementara dia dalam kondisi shalat (berdoa) sementara waktu itu dia tidak shalat di dalamnya?

Maka Abdullah bin Salam mengatakan : “Tidakkah Rasulullah ﷺ mengatakan, “Siapa yang duduk dalam suatu majlis dalam kondisi menunggu shalat, maka dia dalam kondisi shalat sampai ditunaikan shalat.

Saya mengatakan, “Ya, beliau mengatakan seperti itu.”

Tirmizi mengatakan, “Hadits Hasan Shohih, sebagiannya ada di shohihain (Bukhori dan Muslim). Dinanyatakan shohih oleh Albani.” Baca pula : ‘Zadul Ma’ad, (1/376).

=====

LARANGAN MENGKHUSUSKAN PUASA PADA HARI JUM’AT :

Sebagaimana hal-nya dilarang berpuasa,pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha  maka dilarang pula mengkhususkan puasa pada hari Jum'at. 

Dengan berbagai keutamaan ibadah pada hari Jum'at, namun Rasulullah  melarang untuk mengkhususkan hari Jumat atau malam Jumat dengan ibadah yang tidak ada tuntunannya di dalam syariat.

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi  bersabda:

"لا تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي، وَلا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الأَيَّامِ، إِلا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ ".

“Janganlah mengkhususkan malam Jumat untuk qiyamullail, dan janganlah mengkhususkan puasa pada hari Jumat dibanding hari lainnya, kecuali bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukan seseorang pada hari itu.” (HR. Muslim, no. 1144)

An Nawawi berkata:

"وَفِي هَذَا الْحَدِيث النَّهْي الصَّرِيح عَنْ تَخْصِيص لَيْلَة الْجُمُعَة بِصَلاةٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِيِ , وَيَوْمِهَا بِصَوْمٍ. وَهَذَا مُتَّفَقٌ عَلَى كَرَاهِيَته." أهـ .

“Hadits ini menunjukkan dengan jelas larangan mengkhususkan malam Jumat dengan shalat di banding malam-malam lainnya, dan larangan mengkhususkan harinya dengan berpuasa. Hal ini telah disepakati akan kemakruhannya”.

Beliau juga berkata:

قَالَ الْعُلَمَاء: "وَالْحِكْمَة فِي النَّهْي عَنْ تخْصِيْصِه بالصِّيَام: أَنَّ يَوْم الْجُمُعَة يَوْم دُعَاء وَذِكْرٍ وَعِبَادَةٍ : مِنْ الْغُسْلِ وَالتَّبْكِير إِلَى الصَّلاة وَانْتِظَارهَا وَاسْتِمَاع الْخُطْبَة وَإِكْثَار الذِّكْر بَعْدَهَا؛ لِقَوْلِ اللَّه تَعَالَى: (فَإِذَا قُضِيَتْ الصَّلاةُ فَانْتَشَرُوا فِي الأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا) وَغَيْر ذَلِكَ مِنْ الْعِبَادَات فِي يَوْمهَا، فَاسْتُحِبَّ الْفِطْر فِيهِ، فَيَكُون أَعْوَنَ لَهُ عَلَى هَذِهِ الْوَظَائِف وَأَدَائِهَا بِنَشَاطٍ وَانْشِرَاحٍ لَهَا، وَالْتِذَاذٍ بِهَا مِنْ غَيْر مَلَلٍ وَلا سَآمَةٍ، وَهُوَ نَظِير الْحَاجّ يَوْم عَرَفَة بِعَرَفَةَ، فَإِنَّ السُّنَّة لَهُ الْفِطْر لِهَذِهِ الْحِكْمَة . . . فَهَذَا هُوَ الْمُعْتَمَد فِي الْحِكْمَة فِي النَّهْي عَنْ إِفْرَاد صَوْم الْجُمُعَة ."

وَقِيلَ: سَبَبه خَوْف الْمُبَالَغَة فِي تَعْظِيمه، بِحَيْثُ يُفْتَتَن بِهِ كَمَا اُفْتُتِنَ قَوْمٌ بِالسَّبْتِ، وَهَذَا ضَعِيفٌ مُنْتَقَضٌ بِصَلاةِ الْجُمُعَة وَغَيْرهَا مِمَّا هُوَ مَشْهُور مِنْ وَظَائِف يَوْم الْجُمُعَة وَتَعْظِيمه .

وَقِيلَ: سَبَب النَّهْي لِئَلا يُعْتَقَد وُجُوبُهُ، وَهَذَا ضَعِيف مُنْتَقَضٌ بِيَوْمِ الاثْنَيْنِ فَإِنَّهُ يُنْدَبُ صَوْمُهُ وَلا يُلْتَفَتُ إِلَى هَذَا الاحْتِمَال الْبَعِيد، وَبِيَوْمِ عَرَفَة وَيَوْم عَاشُورَاء وَغَيْر ذَلِكَ، فَالصَّوَاب مَا قَدَّمْنَا. أهـ.

“Para ulama berkata, ‘Hikmah larangan mengkhususkannya dengan puasa, adalah karena hari jumat merupakan hari berdoa, berdzikir dan ibadah. Mulai dari mandi, berangkat shalat pada awal waktu, menunggu waktu shalat, menyimak khutbah, dan memperbanyak zikir setelahnya; berdasarkan firman Allah Ta’ala:

فَإِذَا قُضِيَتْ الصَّلاةُ فَانْتَشَرُوا فِي الأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا

“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”. (QS. Al Jumu’ah: 10)

Dan ibadah lainnya  dari pada hari itu. Maka disunahkan tidak berpuasa pada hari tersebut, karena hal itu akan lebih membantunya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dan melakukannya dengan giat dan lapang dada, menikmatinya tanpa rasa bosan dan jenuh. Hal ini serupa dengan jamaah haji pada hari Arafah di Arafah, disunahkan tidak berpuasa saat itu karena hikmah ini. Maka inilah yang menjadi hikmah dilarangnya berpuasa pada hari Jumat”.

Ada juga yang berpendapat, sebab larangan tersebut adalah adanya kekhawatiran mengagungkan berlebihan terhadap hari tersebut sehingga akhirnya timbul fitnah, seperti fitnah yang dialami suatu kaum terhadap hari Sabtu. Pendapat ini lemah dan gugur dengan adanya shalat Jumat serta berbagai amal lain yang dianjurkan yang memang menunjukkan keutamaan dan keagungan hari Jumat

Ada juga yang mengatakan, sebab larangan tersebut adalah agar tidak diyakini sebagai perkara wajib. Ini pendapat lemah berlawanan dengan ketetapan sunah puasa hari senin, atau puasa hari Arafah dan hari Asyura. Tidak perlu dihiraukan kemungkinan yang jauh terjadi tersebut. Maka alasan yang benar adalah apa yang telah kami sampaikan sebelumnya.”

=====

KEUTAMAAN SHALAT JUMAT

Banyak hadis yang disebutkan dari Nabi Muhammad  yang menunjukkan keutamaan Shalat Jumat, di antaranya:

PERTAMA : PENGHAPUSAN DOSA

Diriwayatkan oleh Muslim (233) dari Abu Hurairah -radhiyallaahu ‘anhu- bahwa Rasulullah  bersabda:

(الصَّلاةُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ)

"Shalat lima waktu, dan Jumat hingga Jumat berikutnya, adalah kafarat (penebus) bagi dosa-dosa di antara keduanya selama tidak dilakukan dosa besar."

Dari Abu Hurairah -radhiyallaahu ‘anhu- juga diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad  bersabda:

(مَنْ اغْتَسَلَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَصَلَّى مَا قُدِّرَ لَهُ، ثُمَّ أَنْصَتَ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ خُطْبَتِهِ، ثُمَّ يُصَلِّي مَعَهُ، غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى وَفَضْلُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ)

"Barangsiapa mandi, kemudian datang ke Shalat Jumat, dia melakukan shalat yang ditakdirkan baginya, kemudian dia diam hingga khotbah selesai, lalu dia shalat bersama imam, maka dosa-dosanya diampuni di antara waktu itu dan Jumat berikutnya, dan keutamaan tiga hari." (HR. Muslim 857)

Al-Nawawi -rahimahullaah- berkata:

"قَالَ الْعُلَمَاء: مَعْنَى الْمَغْفِرَة لَهُ مَا بَيْن الْجُمُعَتَيْنِ وَثَلاثَة أَيَّام أَنَّ الْحَسَنَة بِعَشْرِ أَمْثَالهَا، وَصَارَ يَوْم الْجُمُعَة الَّذِي فَعَلَ فِيهِ هَذِهِ الأَفْعَال الْجَمِيلَة فِي مَعْنَى الْحَسَنَة الَّتِي تُجْعَل بِعَشْرِ أَمْثَالهَا, قَالَ بَعْض أَصْحَابنَا: وَالْمُرَاد بِمَا بَيْن الْجُمُعَتَيْنِ مِنْ صَلاة الْجُمُعَة وَخُطْبَتهَا إِلَى مِثْل الْوَقْت مِنْ الْجُمُعَة الثَّانِيَة حَتَّى تَكُون سَبْعَة أَيَّام بِلا زِيَادَة وَلا نُقْصَان وَيُضَمّ إِلَيْهَا ثَلاثَة فَتَصِير عَشْرَة" انتهى.

"Para ulama menyatakan : bahwa maksud ampunan bagi mereka di antara dua Jumat dan tiga hari adalah bahwa satu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Hari Jumat, di mana perbuatan baik dilakukan seperti ini, akan dianggap seperti kebaikan yang dilakukan sepuluh kali lipat.

Sebagian para ulama berkata: Yang dimaksud dengan periode antara dua Jumat adalah shalat Jumat dan khutbahnya hingga waktu yang sama dari Jumat berikutnya, sehingga menjadi tujuh hari tanpa penambahan atau pengurangan, dan tiga hari ditambahkan ke dalamnya sehingga menjadi sepuluh."

KEDUA : Mendatangi shalat Jumat lebih awal memiliki pahala besar.

Riwayat Bukhari (841) dan Muslim (850) dari Abu Hurairah -radhiyallaahu ‘anhu- bahwa Rasulullah  bersabda:

(مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الإِمَامُ حَضَرَتْ الْمَلائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ)

"Barangsiapa mandi pada hari Jumat seperti mandi besar, kemudian pergi ke masjid, maka baginya seperti berkurban seekor hewan, dan siapa yang pergi pada saat kedua, baginya seperti berkurban seekor sapi betina, dan siapa yang pergi pada saat ketiga, baginya seperti berkurban seekor domba berpasangan, dan siapa yang pergi pada saat keempat, baginya seperti berkurban seekor ayam, dan siapa yang pergi pada saat kelima, baginya seperti berkurban sebutir telur.

Ketika imam sudah keluar (untuk khutbah), maka para malaikat hadir untuk mendengarkan dzikir."

KETIGA : Bagi yang berjalan kaki menuju shalat Jumat ; maka pada setiap langkahnya, akan mendapat pahala seperti puasa satu tahun dan melakukan shalat pada malamnya.

Dari Aus bin Aus ath-Thaqafi -radhiyallaahu ‘anhu-, dari Rasulullah , beliau bersabda:

(مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَغَسَّلَ، وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ، وَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ، كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا)

"Barangsiapa mandi pada hari Jumat dan bersuci, kemudian bersegera, berjalan (menuju masjid), mendekatkan diri (ke masjid), mendengarkan (khutbah), dan diam (tidak berbicara), maka baginya setiap langkah yang dia ambil pahalanya seperti puasa satu tahun dan melakukan shalat satu tahun." (HR. At-Tirmidzi 496, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi 410)

Ibnu Qayyim رحمه الله berkata dalam "Zad al-Ma'ad" (1/385):

قَالَ الإِمَامُ أَحْمَدَ: (غَسَّلَ) أَيَّ: جَامَعَ أَهْلَهُ، وَكَذَا فَسَّرَهُ وَكِيعٌ" انتهى.

"Imam Ahmad berkata: 'Mandi' artinya: menggauli istrinya. Demikianlah yang dijelaskan oleh Waki'."

Al-Hafizh Ibnu Hajar -rahimahullaah- menyatakan setelah menyebutkan hadis-hadis tentang keutamaan shalat Jumat:

"وَتَبَيَّنَ بِمَجْمُوعِ مَا ذَكَرْنَا أَنَّ تَكْفِير الذُّنُوب مِنْ الْجُمُعَة إِلَى الْجُمُعَة مَشْرُوط بِوُجُودِ جَمِيع مَا تَقَدَّمَ مِنْ غُسْل، وَتَنْظف، وَتَطَيُّب، أَوْ دَهْن، وَلُبْس أَحْسَن الثِّيَاب، وَالْمَشْي بِالسَّكِينَةِ، وَتَرْك التَّخَطِّي، وَالتَّفْرِقَة بَيْن الاثْنَيْنِ، وَتَرْك الأَذَى، وَالتَّنَفُّل، وَالإِنْصَات، وَتَرْك اللَّغْو" انتهى.

"Dari serangkaian hadis yang telah kami sebutkan, menjadi jelas bahwa penebusan dosa dari Jumat ke Jumat diharuskan dengan melaksanakan semua yang telah disebutkan sebelumnya, seperti mandi, bersuci, memakai wangi-wangian atau minyak wangi, mengenakan pakaian terbaik, berjalan dengan tenang, meninggalkan berbicara, tidak berpisah dengan pasangan, meninggalkan kerusakan, melakukan ibadah nafilah, mendengarkan khutbah, meninggalkan perkataan yang sia-sia."

=====

DZIKIR DAN BACAAN YANG DIANJURKAN PADA HARI JUM’AT

Dzikir yang dianjurkan, disunnahkan bagi seorang Muslim untuk banyak membaca Al-Qur'an, berdoa, dan berdzikir. Disunnahkan juga untuk membaca Surat Al-Kahfi pada hari Jumat, serta banyak melakukan shalawat kepada Nabi Muhammad .

Imam Asy-Syafi'i رحمه الله menyatakan dalam kitab "Al-Umm" 1/208 :

وَأَسْتُحِبُّ قِرَاءَتُهَا أَيْضًا فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ.

“Bahwa disunnahkan juga untuk membacanya pada malam Jumat”.

Diriwayatkan dalam kitab Ibnu As-Sunni dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi  beliau bersabda :

"‏مَنْ قالَ صَبِيحَةَ يَوْمِ الجُمُعَةِ قَبْلَ صَلاةِ الغَدَاةِ‏:‏ أسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذي لا إِلهَ إِلاَّ هُوَ الحَيَّ القَيُّومَ وأتُوبُ إِلَيْهِ ثَلاثَ مَرَّاتٍ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ البَحْرِ‏"‏

"Barangsiapa mengucapkan pada pagi hari Jumat sebelum shalat Subuh:

'Astagfirullahalladzii laa ilaaha illaa Huwa Al-Hayyul Qayyuum wa atuubu ilaihi' tiga kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya, sekalipun dosanya seperti buih di lautan."

[HR. Ibnu As-Sinni dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 83.

Al-Haitsami berkata dalam al-Majma’ :

رَوَاهُ الطَبَرَانِيُّ فِي الْأَوْسَطِ، وَفِيهِ عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْبَالِسِيُّ، وَهُوَ ضَعِيفٌ جِدًّا.

“Diriwayatkan oleh At-Tabarani dalam kitab Al-Ausath, dan di dalamnya terdapat Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al-Balisi, dan dia sangat lemah”.

Di dhaifkan oleh Syu’aib al-Arnauth dalam Takhrij aal-Adzakar An-Nawawi hal. 85 no. 240 dan oleh al-Albaani dalam Ahlul Hadits wal Atsar , Syarah Kitab Targhib wat Tarhib no. 149.  

Allah SWT berfirman :

" ‏فإذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فانْتَشِرُوا في الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّه كَثِيراً لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ‏ "

"Maka setelah selesai shalat, bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Al-Jumu'ah: 10).

Dan sabda Nabi Muhammad :

 أَكثِروا الصَّلاةَ عليَّ يومَ الجمعةِ وليلةَ الجمعةِ فمن صلَّى عليَّ صلاةً صلَّى اللَّهُ عليْهِ عشرًا

"Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jumat dan malam Jumat, karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali."

[Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam "Al-Kubra" (3/249), Al-Qutaibi dalam "Juz Al-Alf Dinar" (halaman 217), dan Al-Baihaqi dalam "Fadhail Al-Awqat" (halaman 499). Dihasankan oleh adz-Dzahabi dalam al-Muhdzdzab 3/1181 dan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 1209).

*****

PEMBAHASAN KEDUA :
HUKUM MENGUCAPKAN “JUM’AT BERKAH”

Tidak ada keraguan bahwa hari Jum'at adalah hari yang diberkahi dan hari yang penuh berkah, sebagaimana yang telah diuraikan dalam pembahasan pertama diatas. 

Namun yang diperdebatkan oleh para ulama kontemporer sekarang ini adalah hukum ucapan "JUM'AT BERKAH". Apakah ucapan tersebut diperbolehkan sebagaimana diperbolehkannya ucapan "IED MUBAROK"?.

Pada zaman kita saat ini, telah menjadi hal yang umum bagi kebanyakan orang untuk mengucapkan selamat hari Jumat, yang diantaranya dengan ungkapan : “JUM’AT BERKAH” .

Dan hal ini menjadi lebih mudah untuk disebarkan bagi mereka melalui apa yang dikenal dengan media sosial. Setiap kali hari Jumat tiba, puluhan pesan datang kepada seseorang dari berbagai arah, membawa berbagai pesan ucapan dan selamat yang tidak biasa dilakukan pada zaman dahulu.

Memang benar tidak ada hadis yang sahih dari Nabi Muhammad  yang menganjurkan untuk mengucapkan "selamat pada hari Jumat". Semua hadis yang terdapat dalam hal ini adalah hadis palsu yang tidak layak diamalkan. Salah satu hadis palsu yang sering disebut adalah riwayat dari Ibnu Abbas yang mengatakan :

"مَنْ لَقِيَ أَخَاهُ عِنْدَ الْانْصِرَافِ مِنَ الْجُمُعَةِ، فَلْيَقُلْ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ، فَإِنَّهَا فَرِيضَةٌ أَدَّيْتُمُوهَا إِلَى رَبِّكُمْ".

"Barangsiapa bertemu saudaranya saat meninggalkan shalat Jumat, maka hendaknya dia mengucapkan, 'Semoga Allah menerima (amal ibadah) dari kami dan dari kamu, karena kewajiban telah kalian tunaikan kepada Tuhan kalian.'"

Hadis ini telah dinilai oleh para ulama hadis sebagai palsu, di antaranya Asy-Syaukani dalam "Al-Fawa'id al-Mujmu'ah" no. 703, Al-Kattani dalam "Tanzih ash-Shari'ah al-Marfū'ah 'an al-Akhbār ash-Shani'ah al-Mawḍū'ah" [2/124], al-Fatani dalam Tadzkiratul Maudhu’aat 1/1272 dan Al-Albani dalam "Silsilah al-Aḥādīth ad-Da'īfah wa al-Mawḍū'ah wa Atharuhā as-Saī' fi al-Ummah".

Begitu pula tidak ada riwayat mengenai ucapan selamat pada hari Jumat dari para sahabat radhiyallahu ‘anhum atau dari salaf rahimahumullah. 

Namun apakah dengan tidak adanya hadits shahih dari Nabi  dan amalan para sahabat itu menunjukkan keharaman dan bid'ah sesat ucapan jum'at berkah ? Sementara pada realitanya banyak sekali dalil yang menunjukkan bahwa hari Jum'at adalah hari yang penuh berkah , sebagaimana yang penulis sebutkan diatas .

=====

PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG HUKUM UCAPAN “JUM’AT BERKAH”:

Telah terjadi perbedaan pendapat antara para ulama kontemporer tentang ucapan “Jum’at Berkah” pada hari Jum’at . Ada dua pendapat :

Pertama : Boleh alias Mubah.

Kedua : Haram dan Bid’ah Sesat .

Berikut ini kutipan Fatwa para ulama kontemporer untuk masing-masing pebdapat .

=====

PENDAPAT PERTAMA : BOLEH DAN MUBAH UCAPAN “JUM’AT BERKAH”.

Berikut ini kutipan pernyataan sebagaian para ulama kontemporer yang membolehkan ucapan “Jum'ah Mubaarok”. 

Mereka menyamakan pula dengan ucapan "Ied Mubarak" atau ucapan seseorang kepada orang lain "Mabruuk" atau "Alfun Mabruk" yang tujuannya adalah doa dan harapan, memohon keberkahan kepada Allah untuk nya . Sama sekali bukan bertujuan mengklaim dan tidak pula bertujuan untuk melangkahi Allah dan Rasul-Nya. 

Dan mereka berhusnudzdzon bahwa setiap muslim memiliki keyakinan : "hanya Allah lah yamg mendatangkan keberkahan itu, tiada lain ".  

-----

FATWA SYEIKH DR. KHALID AL-MUSHLIH

Al-Mushlih berkata :

قَوْلُ "جُمُعَةٍ مُبَارَكَةٍ" لَا بَأْسَ بِهَا وَلَيْسَ بِبِدْعَةٍ.

"Perkataan "Jum'at Mubarak" tidak masalah dan bukan bid'ah.

Dan beliau  juga mengatakan:

هُوَ نَوْعٌ مِنْ التَّحَايَا وَهُوَ يَتَضَمَّنُ دُعَاءً لَكِنَّهُ لَيْسَ سُنَّةً.

"Itu adalah jenis ucapan selamat dan mencakup doa tetapi itu bukan sunnah".

Abdul Hakim Syarr - Sabq – dalam Surat Kabar Riyadh:

أَوْضَحَ فَضِيلَةُ الشَّيْخِ الدُّكْتُورُ خَالِدُ الْمُصْلِحُ أُسْتَاذُ الْفِقْهِ الْمُشَارِكُ بِجَامِعَةِ الْقَصِيْمِ بِأَنَّ قَوْلَ "جُمُعَةٍ مُبَارَكَةٍ" لَا بَأْسَ بِهَا وَلَيْسَ بِبِدْعَةٍ مُشِيرًا إِلَى أَنَّهُ أَيْضًا لَيْسَ مِنَ السُّنَّةِ، وَلَمْ يُنَقَّلْ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

وَقَالَ "الْمُصْلِحُ" فِي بَرْنَامَجِ "يَسْتَفْتُونَكَ" عَلَى قَنَاةِ الرِّسَالَةِ عَنْ حُكْمِ قَوْلِ "جُمُعَةٍ مُبَارَكَةٍ" إِنَّهُ نَوْعٌ مِنَ التَّحَايَا، وَهُوَ يَتَضَمَّنُ دُعَاءً بِأَنْ تَكُونَ هَذِهِ الْجُمُعَةُ مُبَارَكَةً، لِمَا فِيهَا مِنْ صَالِحَاتٍ مِثْلُ إِقَامَةِ الصَّلَاةِ وَذِكْرِ اللهِ، وَالْمُسَارَعَةِ لِلْخَيْرَاتِ وَاِغْتِنَامِ السَّاعَةِ الْمُبَارَكَةِ الَّتِي لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ إِلَّا فَازَ بِهَا.

وَأَضَافَ: الَّذِي يَظْهَرُ لِي بِأَنَّهُ لَا بَأْسَ بِهَا، وَلَيْسَتْ بِبِدْعَةٍ، مُسْتَدْرِكًا بِأَنَّهَا لَيْسَتْ مِنْ فِعْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَيْسَتْ سُنَّةً، وَمَنْ تَرَكَهَا لِأَنَّهَا لَيْسَتْ مِنْ فِعْلِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ، فَهُوَ أَقْرَبُ لِلسُّنَّةِ.

Yang Mulia Sheikh Dr. Khalid al-Muslih, profesor syariat di Universitas Qassim, menjelaskan bahwa mengucapkan "Jum'at Mubarak" tidak masalah dan bukan bid'ah, sambil mengisyaratkan bahwa itu juga bukan dari sunnah, dan tidak ada riwayat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Al-Mushlih" berkata dalam program "Yastaftuunaka" di Chanel “Al-Risalah” tentang hukum mengucapkan "Jum'at Mubarak" : bahwa itu adalah jenis ucapan selamat, dan itu mencakup doa agar Jumat tersebut menjadi berkah, karena di dalamnya terdapat kebaikan seperti mendirikan shalat dan berdzikir kepada Allah, bersegera menuju kebaikan, dan memanfaatkan waktu yang diberkati yang tidak akan digapai oleh seorang Muslim kecuali dia berhasil dengannya.

Dan dia menambahkan: menurut pendapat saya, itu tidak masalah dan bukan bid'ah, dijelaskan bahwa itu bukan dari amalan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bukan sunnah, dan orang yang meninggalkannya karena itu bukan dari perbuatan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dia lebih dekat dengan sunnah.

-----

SYEIKH AKRAM KASSAAB :

Akram Kassab berkata dalam risalatnya :

"جُمُعَةُ مُبَارَكَةٌ" بِدْعَةٌ!.. لِمَاذَا؟"

"Jum'at Mubarak, Bid'ah!.. Mengapa?":

و لَمْ تُنْقَلْ تَهْنِئَةُ الْجُمُعَةِ عَنْ أَصْحَابِهِمْ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، وَلَا عَنْ السَّلَفِ رَحِمَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى، لَكِنَّ الَّذِي أَمِيلُ إِلَيْهِ هُوَ الْبَعْدُ عَنِ التَّحْرِيمِ فِي مِثْلِ هَذِهِ الْأُمُورِ، وَإِنَّمَا الْأَمْرُ بِالْجَوَازِ هُوَ الْأَلِيقُ وَالْأَقْرَبُ إِلَى رُوحِ الشَّرِيعَةِ الْإِسْلَامِيَّةِ الْغَرَّاءِ، وَذَلِكَ لِمَا يَلِي:

   أَنَّ التَّهْنِئَةَ فِي الْجُمُعَةِ وَفِي غَيْرِهَا مِنْ أُمُورِ الْعَادَاتِ لَا الْعِبَادَاتِ، وَمَا كَانَ مِنْ أُمُورِ الْعَادَاتِ فِيهِ مُتَسَعٌ كَبِيرٌ.

   أَنَّ الْأَصْلَ فِي هَذِهِ الْعَادَاتِ الْإِبَاحَةَ، وَيَبْقَى الْأَمْرُ عَلَى إِبَاحَتِهِ مَا لَمْ يُرَدَّ فِي ذَلِكَ نَصٌّ يُحَرِّمُ.

   أَنَّهُ لَمْ يُرَدَّ نَصٌّ يَمْنَعُ مِنْ مِثْلِ هَذِهِ التَّهْنِئَةِ، وَمَا لَمْ يُرَدَّ نَصٌّ يَمْنَعُ فَيَبْقَى الْأَمْرُ عَلَى أَصْلِهِ، وَالْأَصْلُ فِي الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ.

   أَنَّ هَذَا مِنْ التَّحِيَّةِ الَّتِي يَتَعَارَفُ عَلَيْهَا النَّاسُ، وَمَا لَمْ يَكُنْ فِي التَّحِيَّةِ مُخَالَفَةً فَلَا بَأْسَ بِهَا.

   أَنَّ الْمَقْصُودَ مِنْ التَّهْنِئَةِ التَّوَدُّدُ وَإِظْهَارُ الْفَرَحِ وَالسُّرُورِ، وَلَيْسَ هُنَاكَ مَانِعٌ أَنْ يَسُرَّ الْعَبْدُ وَيَفْرَحَ بِمَا وَفَّقَهُ اللَّهُ مِنْ إِتِيَانِ طَاعَةٍ، وَاللَّهُ يَقُولُ {قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا} [يونس: 58].

   لَا مَانِعَ مِنْ هَذِهِ التَّهْنِئَةِ مَا دَامَتْ مُصَحَّبَةً بِالتَّذْكِيرِ بِمَا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ مِنْ سُنَنٍ وَآدَابٍ.

   قِيَاسُ ذَلِكَ عَلَى التَّهْنِئَةِ بِيَوْمَيِ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى، فَحَيْثُ جَازَتْ التَّهْنِئَةُ فِي الْعِيدِ السَّنَوِيِّ فَلَا مَانِعَ مِنْهَا فِي الْعِيدِ الْأَسْبُوعِيِّ، وَقَدْ نُقِلَتِ التَّهْنِئَةُ عَنِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ فِي عِيدَيِ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى.

Terjemahnya :

Memang benar tidak ada riwayat yang menyatakan ucapan selamat untuk hari Jumat dari para sahabat رضي الله عنهم atau dari salaf رحمهم الله تعالى, namun yang saya lebih cenderung adalah menjauhkan diri dari klaiman hukum haram dalam hal-hal seperti ini.

Perintah yang lebih sesuai dan lebih dekat dengan semangat agama Islam yang mulia adalah yang memperbolehkan. Hal ini disebabkan oleh:

- Ucapan selamat pada hari Jumat dan pada hal-hal adat bukan ibadah murni, dan hal-hal adat itu memiliki ruang lingkup yang luas.

- Asal dari hal-hal adat ini adalah diperbolehkannya, dan hal tersebut tetap diperbolehkan selama tidak ada nash yang melarangnya.

- Tidak ada nash yang melarang jenis ucapan selamat ini, dan selama tidak ada nash yang melarang, maka tetap berlaku hukum asalnya, dan hukum asal dalam hal-hal adalah diperbolehkannya.

- Hal ini merupakan bagian dari salam yang umumnya dikenal oleh orang-orang, dan selama tidak ada pelanggaran dalam salam tersebut, maka tidak ada masalah dengannya.

- Tujuan dari ucapan selamat adalah untuk menunjukkan kasih sayang dan kegembiraan, dan tidak ada yang menghalangi seorang hamba untuk merasa senang dan bahagia atas apa yang Allah berikan berupa ketaatan. Allah berfirman :

{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا}

"Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya; maka hendaklah dengan itu mereka bergembira." (Surah Yunus: 58).

- Tidak ada masalah dengan ucapan selamat ini selama disertai dengan pengingat tentang sunnah dan adab pada hari Jumat.

- Perbandingan ini bisa dibuat dengan ucapan selamat pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Jika ucapan selamat diperbolehkan pada hari raya tahunan, maka tidak ada masalah dengan ucapan selamat pada hari raya mingguan, dan ucapan selamat telah diriwayatkan dari para sahabat dan tabi'in pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Sumber : al-Jazeerah.net.

-----

LAJNAH AL-IFTA AL-'AAM [KOMITE FATWA UMUM ] YORDANIA :

الْمَوْضُوعُ: الدُّعَاءُ أَوْ التَّهْنِئَةُ بِيَوْمِ الْجُمُعَةِ لَا حَرَجَ فِيهِ

رَقْمُ الْفَتْوَى: 3554 التَّارِيْخ: 13-02-2020. الْمُفْتِي: لَجْنَةُ الْإِفْتَاءِ

Topik: Doa atau Ucapan Selamat atas Hari Jumat Tidak Ada Masalahnya

Nomor Fatwa: 3554 Tanggal: 13-02-2020. Mufti: Komite Fatwa

السُّؤَالُ:  مَا حُكْمُ التَّهْنِئَةِ أَوْ الدُّعَاءِ بِيَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاِسْتِخْدَامُ عَبَارَةٍ: "جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ"؟

الْجَوَابُ:  الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا رَسُولِ اللَّهِ

الْإِتِيَانُ بِالتَّهْنِئَةِ أَوْ الدُّعَاءِ لَمْ يُرَدْ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مُمْنُوعًا شَرْعًا، بَلْ هُوَ مِنَ الْأُمُورِ الْمُبَاحَةِ فِي دِينِنَا إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِمَا مَا يُخَالِفُ الشَّرْعَ، فَلَا يُشْتَرَطُ فِي كُلِّ دُعَاءٍ أَنْ يُرَدَّ بِهِ نَصٌّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بَلْ وُرِدَ الدُّعَاءُ مِنَ الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَالسُّنَّةِ النَّبَوِيَّةِ الْمُطَهَّرَةِ مُطْلَقًا مِنْ أَيِّ قَيِّدٍ، قَالَ تَعَالَى: {وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ} الْبَقَرَةِ/186؛ فَلَا حَرَجَ فِي أَيِّ صِيغَةٍ أَوْ تَخْصِيصِهَا بِوَقْتٍ أَوْ زَمَانٍ مُعَيِّنٍ، وَلَا يَجُوزُ وَصْفُ ذَلِكَ بِالْبِدْعَةِ أَوْ بِالْحَرَمَةِ لَانْدْرَاجِهِ تَحْتَ أَصْلِ الدُّعَاءِ الْعَامِ، وَمِنْ جُمْلَةِ هَذِهِ الْأَدْعِيَةِ الدُّعَاءُ لِلْآَخَرِ بِأَنْ تَكُونَ جُمُعَتُهُ مُبَارَكَةً أَوْ طَيِّبَةً، وَيُقْصَدُ بِذَلِكَ أَنْ يُبَارِكَ اللَّهُ لَهُ فِي هَذِهِ الْجُمُعَةِ، مَعَ كَوْنِ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمًا مُبَارَكًا، لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

كَمَا أَنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْ أَعْيَادِ الْمُسْلِمِينَ الْأُسْبُوعِيَّةِ، قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: "يَوْمُ جُمُعَةٍ، وَيَوْمُ عَرَفَةَ، وَكُلَاهُمَا بِحَمْدِ اللَّهِ لَنَا عِيدٌ" رَوَاهُ الطَّبَرِيُّ فِي [جَامِعِ الْبَيَانِ].

لِذَا لَا نَرَى حَرَجًا بِمِثْلِ هَذَا الدُّعَاءِ، بَلْ هُوَ مِنَ الدُّعَاءِ الطَّيِّبِ الَّذِي يَزِيدُ أَوَاصِرَ الْأَخُوَّةِ وَالْمَحَبَّةِ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ، لَكِنْ يَنْبَغِي الْحَذَرُ مِنْ نَسْبَةِ هَذَا الدُّعَاءِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ لِأَنَّهُ لَمْ يُرَدْ عَنْهُ نَصًا. وَاللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ.

PERTANYAAN

Apa hukum mengucapkan selamat atau berdoa pada hari Jumat dan menggunakan kalimat "Jumat Mubarak"?

JAWABAN : 

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam bagi junjungan kita Nabi Muhammad .

Mengucapkan selamat atau berdoa yang tidak disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad  tidak diharamkan secara syariat, melainkan termasuk dalam hal-hal yang mubah dalam agama kita jika tidak ada yang bertentangan dengan syariat.

Oleh karena itu, tidak diwajibkan dalam setiap doa untuk menyebutkan hadis Nabi Muhammad , karena doa berasal dari Al-Qur'an dan hadis-hadis yang suci tanpa batasan.

Allah SWT berfirman: "Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku." (QS. Al-Baqarah: 186).

Oleh karena itu, tidak ada masalah dengan bentuk atau pengkhususan waktu atau tempatnya, dan tidak boleh menggolongkan itu sebagai bid'ah atau haram karena termasuk dalam kategori doa umum.

Salah satu contoh dari doa-doa ini adalah berdoa untuk orang lain agar Jumat mereka menjadi berkah atau baik, dimana maksudnya adalah agar Allah memberkahi Jumat mereka, sementara hari Jum’at itu adalah hari yang diberkahi, sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Muhammad :

"Sebaik-baik hari yang terbit padanya matahari adalah hari Jumat; pada hari itu Adam diciptakan dan pada hari itu pula dia dimasukkan ke surga dan pada hari itu dia dikeluarkan darinya" (HR. Muslim).

Selain itu, hari Jumat merupakan salah satu dari hari-hari raya mingguan umat Islam. Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu berkata:

"يَوْمُ جُمُعَةٍ، وَيَوْمُ عَرَفَةَ، وَكُلَاهُمَا بِحَمْدِ اللَّهِ لَنَا عِيدٌ"

"Hari Jumat dan Hari Arafah, keduanya -alhamdulillah- adalah hari raya bagi kami" (HR. At-Tabari dalam Jami' al-Bayan).

Oleh karena itu, kami tidak melihat ada masalah dengan doa semacam ini, bahkan itu adalah doa yang baik yang memperkuat ikatan persaudaraan dan cinta di antara umat Islam. Namun, perlu berhati-hati dalam mengaitkan doa ini dengan Nabi Muhammad  karena tidak ada hadis yang menyebutkan hal tersebut. Dan Allah SWT lebih mengetahui”.

----

FATWA SYEIKH AHMAD SHOBRI :

Ashraf Muhammad dalam artikelnya yang berjudul

“دَاعِيَةٌ يُكْشِفُ حُكْمَ قَوْلِ «جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ»: لَيْسَتْ بِدْعَةً”

Dia berkata :

حُكْمُ التَّهْنِئَةِ بِيَوْمِ الْجُمُعَةِ

وَفِي هَذَا الصَّدْدِ قَالَ الشَّيْخُ أَحْمَدُ صَبْرِيٌّ، الدَّاعِيَ الإِسْلامِيُّ، أَنَّهُ لَا حَرَجَ مِن تَهْنِئَةِ الْمُسْلِمِينَ بَعْضُهُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَذَلِكَ بِأَيِّ صِيغَةٍ أَوْ تَخْصِيصِهَا بِوَقْتٍ أَوْ زَمَانٍ مَعَيَّنٍ، وَلَا يَجُوزُ وَصْفُ ذَلِكَ بِالْبِدْعَةِ أَوْ بِالْحَرَمَةِ لِانْدِرَاجِهِ تَحْتَ أَصْلِ الدُّعَاءِ الْعَامِّ، وَمِنْ جُمْلَةِ هَذِهِ الْأَدْعِيَّةِ الدُّعَاءُ لِلْآخَرِ بِأَنْ تَكُونَ جُمُعَتُهُ مُبَارَكَةً أَوْ طَيِّبَةً مِثْلَ قَوْلِ «جُمُعَةٌ مُبَارَكَة».

حكمُ قَوْلِ «جُمُعَةٌ مُبَارَكَة»

وَأَضَافَ الدَّاعِي الإِسْلامِيُّ، فِي تَصْرِيحَاتٍ خَاصَّةٍ لِـ «الْوَطَنِ»، أَنَّهُ يَقْصُدُ بِـ«جُمُعَةٍ مُبَارَكَةٍ» أَنْ يُبَارِكَ اللَّهُ لَهُ فِي هَذِهِ الْجُمُعَةِ، مَعَ كُونِ هَذَا الْيَوْمِ يَوْمًا مُبَارَكًا، لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ: «خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا».

يَجُوْزُ التَّهْنِئَةُ بِيَوْمِ الْجُمُعَةِ وَقَوْلُ "جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ"

وَأَوْضَحَ "صَبْرِيٌّ"، أَنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْ أَعْيَادِ الْمُسْلِمِيْنَ الْأَسْبُوْعِيَّةِ، قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: "يَوْمُ جُمُعَةٍ، وَيَوْمُ عَرَفَةَ، وَكِلَاهُمَا بِحَمْدِ اللهِ لَنَا عِيْدٌ" رَوَاهُ الطَّبَرِيُّ فِي جَامِعِ الْبَيَّانِ، لِذَا لَا نَرَى حُرُوْجًا بِمِثْلِ هَذَا الدُّعَاءِ وَقَوْلِ "جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ" أَوَّلَ "جُمُعَةٌ طَيِّبَةٌ"، وَهُوَ مِنَ الدُّعَاءِ الطَّيِّبِ الَّذِيْ يَزِيْدُ أَوَاصِرَ الْأَخُوَّةِ وَالْمَحَبَّةِ بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ، لَكِنْ يَنْبَغِي الْحَذَرُ مِنْ نِسْبَةِ هَذَا الدُّعَاءِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ لِأَنَّهُ لَمْ يُرَدَّ عَنْهُ نَصٌّ.

"Hukum mengucapkan selamat hari Jumat."

Dalam hal ini, Sheikh Ahmad Sabri, seorang dai Islam, menyatakan bahwa tidak ada masalah dalam mengucapkan selamat kepada sesama Muslim pada hari Jumat, dengan menggunakan berbagai bentuk atau menyelipkannya pada waktu atau momen tertentu. Tidak boleh menganggapnya sebagai bid'ah atau sesuatu yang haram karena itu masuk dalam hukum asal doa umum. Salah satu dari doa-doanya adalah mendoakan agar Jumat seseorang menjadi berkah atau baik, seperti ucapan "Jumat Mubarak".

Hukum mengucapkan "Jumat Mubarak"

Dalam pernyataan khusus kepada Surat Kabar "Al-Wathan", dai Islam tersebut menambahkan bahwa dengan "Jumat Mubarak" maksudnya adalah agar Allah memberkahi mereka di hari Jumat tersebut, mengingat hari itu adalah hari yang diberkahi. Rasulullah  bersabda: "Sebaik-baik hari yang terbit matahari adalah hari Jumat; di hari itu Adam diciptakan, di hari itu dia dimasukkan ke dalam Surga, dan di hari itu dia dikeluarkan dari Surga."

Mengucapkan selamat hari Jumat dan mengatakan "Jumat Mubarak" diperbolehkan.

"Shobri" menjelaskan bahwa hari Jumat adalah salah satu dari hari raya mingguan umat Islam. Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu berkata: "Hari Jumat dan Hari Arafah, keduanya adalah hari raya bagi kami dengan pujian kepada Allah." Ini diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam "Jami' Al-Bayan".

Oleh karena itu, tidak ada masalah dengan doa semacam ini dan mengatakan "Jumat Mubarak" atau "Jumat yang baik", karena itu merupakan doa yang baik yang meningkatkan ikatan persaudaraan dan cinta di antara umat Islam. Namun, harus berhati-hati dalam mengaitkan doa ini dengan Nabi Muhammad  karena tidak ada hadis yang mendukungnya.

----

FATWA SA’DULLAH AHMAD ARIF AL-BARZANJI

Situs Sadullah Ahmad Arief Al-Barzanji

(1862): حُكْمُ قَوْلِ جُمُعَةٍ مُبَارَكَةٍ؟ = Hukum Mengucapkan "Jum'at Mubarakah"?)

Nama Penanya : Ahmad Al-Tikriti

Pertanyaan:

Pertanyaan saya adalah tentang ucapan "Jum'at Mubarakah". Saya membaca di banyak situs keagamaan bahwa itu tidak boleh diucapkan karena merupakan bid'ah, meskipun menurut pemahaman saya dan pengetahuan sederhana saya, saya tidak melihat masalah dengan itu, seolah-olah kita mengatakan, "Semoga Allah menjadikan Jumatmu diberkahi" dan "Jum'at adalah berkah dan kebaikan", dan ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam..

Mohon beri kami pencerahan, semoga Allah memberikan balasan terbaik kepada Anda.

Jazakumullah khairan

JAWAB :

 يَحْمِلُ سُؤَالُكَ فِي طِيَاتِهِ الْجَوَابَ، زَادَكَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ تَبْصِرَةً، وَأَلْهَمَ الْأَخْوَةَ الْمُتَشَدِّدِينَ الرُّشْدَ، فَقَوْلُ النَّاسِ لِبَعْضِهِمْ "جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ" صِيغَةٌ مِنْ صِيغِ الدُّعَاءِ الَّذِي تَعَارَفَ عَلَيْهِ النَّاسُ، وَهُوَ كَقَوْلِهِمْ "عِيدٌ سَعِيدٌ" أَوْ "رَمَضَانُ مُبَارَكٌ" أَيُّ جَعَلَ اللَّهُ تَعَالَى عِيدَكُمْ سَعِيدًا أَوْ جَعَلَ أَيَّامَ رَمَضَانَ مُبَارَكَةً، وَحَتَّى فِي قَوْلِكَ لِأَخِيكَ هَنِيئًا يَدْخُلُ فِي نَفْسِ الْمَعْنَى وَالْقَصْدِ.

وَأَرَى فِي هَذَا الدُّعَاءِ تَعْظِيمًا لِلْجُمُعَةِ وَتَذْكِيرًا بِهَا وَالَّتِي أَفْرَدَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى سُورَةً تَحْمِلُ اسْمَهَا، وَبَيَّنَ سَيِّدُنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ شَأْنَ وَأَهْمِيَةَ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِي أَحَادِيثَ كَثِيرَةٍ مِنْهَا: - قَوْلُهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ الْكَرَامِ (خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ؛ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ، وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا، وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ) الْإِمَامُ مُسْلِمٌ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى.

Pertanyaan Anda sendiri mengandung jawabannya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan Anda wawasan yang lebih dalam, dan memberikan petunjuk kepada saudara-saudara yang lebih keras dalam iman.

Ketika orang-orang saling mengucapkan "Jum'at Mubarakah," itu adalah salah satu bentuk doa yang telah dikenal oleh banyak orang, seperti ketika mereka mengucapkan "Selamat Hari Raya" atau "Ramadan Mubarak", yang berarti semoga Allah membuat hari raya Anda bahagia atau membuat hari-hari Ramadan Anda diberkahi. Bahkan, ketika Anda mengucapkan "selamat" kepada saudara Anda, itu juga memiliki makna dan tujuan yang sama.

Saya melihat bahwa dalam doa ini ada penghormatan terhadap hari Jumat dan pengingat terhadapnya, yang Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuliakan dengan memberikan sebuah surah dengan namanya.

Dan Rasulullah  menjelaskan keutamaan dan pentingnya hari Jumat dalam banyak hadis, di antaranya adalah perkataan beliau: "Sebaik-baik hari di mana matahari terbit adalah hari Jumat; di dalamnya Adam diciptakan, di dalamnya dia masuk surga, dan di dalamnya dia diusir darinya, dan tidak akan terjadi kiamat kecuali pada hari Jumat." (HR. Muslim)

----

FATWA SYEIKH SYAWQI ‘ALLAAM – MUFTI MESIR :

Apakah ini bid'ah dalam agama? Mufti menjelaskan hukum mengucapkan "Jumat Mubarak"

هَلْ هِيَ بِدْعَةٌ فِي الدِّينِ؟.. الْمُفْتِي يُوضِحُ حُكْمَ التَّهَنِّئَةِ بِـ"جُمُعَةٍ مُبَارَكَةٍ"

Di Tulis oleh Ali Syibl :

DR. Syowqi Allam, Mufti Republik Mesir , Ketua Umum Lembaga Fatwa dan Otoritas Fatwa di Dunia, menjelaskan pendapat syariat tentang beberapa ucapan selamat yang baru-baru ini digunakan oleh orang-orang seperti mengucapkan "Jumat Mubarak", karena tidak ada dalam agama atau dari Nabi Muhammad  seperti ucapan-ucapan tersebut.

Selama pertemuan Ramadan harian dalam program "Kutiba 'Alaykumush-Shiyam" bersama pembawa acara Hamdi Rizq, yang ditayangkan di saluran TV Shada Al Balad, hari ini, dalam menanggapi pertanyaan dari penonton dan pemirsa, Mufti Republik mengatakan :

إِنَّ الْإِتِيَانَ بِالتَّهَنِّئَةِ كَقَوْلِ: "جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ"، أَوْ بِدُعَاءٍ لَمْ يُرَدَّ عَنْ النَّبِيِّ ﷺ لَيْسَ مُمْنُوعًا شَرْعًا، بَلْ هُوَ مِنَ الْأُمُورِ الْمُبَاحَةِ وَالْمُسْتَحَبَّةِ فِي دِينِنَا إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِمَا مَا يُخَالِفُ الشَّرْعَ.

Bahwa mengucapkan ucapan seperti "Jumat Mubarak", atau doa yang tidak disebutkan oleh Nabi  tidak dilarang secara syariat, tetapi termasuk dalam hal-hal yang diperbolehkan dan dianjurkan dalam agama kita jika tidak ada yang bertentangan dengan syariat.

Syeikh ‘Allam menegaskan pula :

أَنَّهُ لَا حَرَجَ فِي أَيِّ صِيغَةٍ أَوْ تَخْصِيصِهَا بِوَقْتٍ أَوْ زَمَانٍ مُعَيَّنٍ، وَكَذَلِكَ رَسَائِلَ الْمَحَبَّةِ وَالتَّهَانِي، وَلَا يَجُوزُ وَصْفُ ذَلِكَ بِالْبِدْعَةِ، بَلْ هُوَ مِنَ الدُّعَاءِ الطَّيِّبِ الَّذِي يَزِيدُ أَوَاصِرَ الْوُدِّ وَالْمَحَبَّةِ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ

“Bahwa tidak ada masalah dalam penggunaan ungkapan kata-kata atau penentuan waktu atau masa tertentu, serta pesan-pesan cinta dan ucapan selamat, dan tidak boleh menggambarkannya sebagai perbuatan bid'ah, tetapi itu adalah doa yang baik yang meningkatkan ikatan kasih sayang di antara umat Islam”.

=====

PENDAPAT KEDUA : UCAPAN “JUM’AT BERKAH” ADALAH HARAM DAN BID’AH SESAT.

Berikut ini kutipan sebagian para ulama kontemporer yang menghukumi haram dan bid’ah sesat ucapan “Jum’at Mubarokah” atau “Jum’at Berkah”

-----

FATWA SHEIKH SALEH BIN FAWZAN AL-FAWZAN

Tanya Jawab dengan Sheikh Saleh bin Fawzan Al-Fawzan

Pertanyaan:

مَا حُكْمُ قَوْلِ الْمُسْلِمِ لِلْمُسْلِمِ جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ بِرِسَائِلِ الْجَوَالِ أَوْ فِي الْمُنْتَدَيَاتِ؟

Apakah hukum bagi seorang Muslim mengucapkan "Jumat Mubarak" kepada sesama Muslim setiap Jumat melalui pesan teks atau di forum-forum online?

Jawaban:

هَذَا لَا أَصْلَ لَهُ وَهُوَ بِدْعَةٌ، وَلَا يَجُوزُ التَّهَنِّئَةُ بِيَوْمِ الْجُمُعَةِ، هَذَا لَمْ يُرَدَّ فِيهِ شَيْءٌ، وَلَيْسَ مِنْ عَمَلِ السَّلَفِ، فَهُوَ مُبْتَدَعٌ، وَالْمُبْتَدِعَةُ يَسْتَغْلُونَ الْآنَ الْجَوَالَاتِ وَالْإِنْتِرْنِتَاتِ عَلَى مَا يَذْكُرُونَ وَيَسْتَعْمِلُونَهَا لِتَرْوِيجِ الْبِدَعِ بِهَذِهِ الطَّرِيقَةِ.

Tidak ada dasar untuk hal ini dan itu merupakan bid'ah. Tidak boleh mengucapkan selamat pada hari Jumat. Tidak ada yang menyebutkan hal itu dan bukan bagian dari praktik salaf. Oleh karena itu, itu adalah bid'ah. Mereka yang mengada-adakan bid'ah sekarang menggunakan ponsel dan internet untuk menyebarkan bid'ah dengan cara ini.

Sumber : https://al-fatawa.com>fatwa

-----

FATWA SYEIKH BIN BAZ :

PERTANYAAN :

مَا حُكْمُ قَوْلِ "جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ" لِلنَّاسِ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ، مَعَ الْعِلْمِ أَنَّ الْجُمْلَةَ انْتَشَرَتْ بَيْنَ الشَّبَابِ؟ جَزَاكُمُ اللَّهُ كُلَّ خَيْرٍ.

Apakah hukum mengucapkan "Jumat Mubarak" kepada orang-orang setiap Jumat, dengan memperhatikan bahwa kalimat tersebut telah menyebar di kalangan pemuda? Semoga Allah memberi balasan yang baik atas segala kebaikan.

FATWA :

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، أَمَّا بَعْدُ:

فَالتَّزَامُ قَوْلِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ الْمُسْلِمِ بَعْدَ الْجُمُعَةِ أَوْ كُلِّ جُمُعَةٍ ("جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ") لَا نَعْلَمُ فِيهِ سُنَّةً عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَلَا عَنْ صَحَابَتِهِ الْكِرَامِ، وَلَمْ نَطْلُعْ عَلَى أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ قَالَ بِمَشْرُوعِيَّتِهِ.

فَعَلَيْهِ هَذَا الِاعْتِبَارِ بِدَعَةٌ مُحْدَثَةٌ لَا سِيَمَا إِذَا كَانَ ذَلِكَ عَلَى وَجْهِ التَّعْبُدِ وَاعْتِقَادِ السُّنِّيَّةِ، وَقَدْ ثُبِتَ عَنْ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ". رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَالْبُخَارِيُّ مُعَلَّقًا، وَفِي لَفْظٍ لَهُمَا: "مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ".

وَأَمَّا إِذَا قَالَ الْمُسْلِمُ لِأَخِيهِ أَحْيَانًا مِنْ غَيْرِ اعْتِقَادٍ لِثَبُوتِهَا وَلَا التَّزَامٍ بِهَا وَلَا مُدَاوَمَةٍ عَلَيْهَا، وَلَكِنْ عَلَى سَبِيلِ الدُّعَاءِ فَنَرْجُو أَنْ لَا يَكُونَ بِهَا بَأْسٌ، وَتَرْكُهَا أَوْلَى حَتَّى لَا تَصِيرَ كَالسُّنَّةِ الثَّابِتَةِ.

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga, dan sahabatnya. Adapun:

Menyampaikan ucapan "Jumat Mubarak" kepada saudara muslim setelah Jumat atau setiap Jumat, kami tidak mengetahui adanya sunnah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atau para sahabatnya yang mulia, dan kami tidak menemukan pendapat dari ahli ilmu yang menyatakan kebolehannya.

Dengan demikian, ungkapan ini adalah bid'ah yang baru muncul, terutama jika dilakukan dengan tujuan ibadah dan keyakinan akan keberkahan, sedangkan telah terbukti dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

"Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan termasuk urusan kami, maka itu tertolak." (HR. Muslim dan Al-Bukhari dalam bentuk mu'allaq,

Dan dalam lafazh keduanya:

"Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan agama kami ini apa yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak.")

Namun, jika seorang muslim mengucapkannya kepada saudaranya sesekali tanpa keyakinan bahwa itu disyariatkan atau sebagai ketaatan dengannya, dan tanpa kebiasaan secara terus menerus melakukannya, melainkan hanya sebagai doa, maka kami berharap bahwa itu tidak akan menjadi masalah. Namun lebih baik untuk meninggalkannya agar tidak menjadi seperti sunnah yang tetap”.

[Lihat juga fatwa nomor: 10514, dan fatwa nomor: 19781].

-----

FATWA SYEIKH ABDUL AZIZ AL SYEIKH :

Sheikh Abdulaziz bin Abdullah Al Sheikh, Mufti Umum Kerajaan dan Ketua Dewan Ulama Besar, menjelaskan hukum mengucapkan "Jumat Mubarak" setiap Jumat.

Beliau menyatakan :

“حُكْمُ قَوْلِ جُمُعَةٍ مُبَارَكَةٍ مَالَهَا أَصْلٌ، مُشِيرًا إِلَى أَنَّ الْبَعْضَ يَبُثُّ فِي الْجَوَالِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ” جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ” هُوَ يَوْمٌ مُبَارَكٌ بِلَا شَكٍّ اللَّهُ خَصَّنَا بِهِ وَقَدْ أَضَلَّ عَنْهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى لَكِنَّ التَّهْنِئَةَ بِهِ كُلَّ جُمُعَةٍ مَا أَعْلَمُ لَهُ أَصْلًا

"Hukum mengucapkan 'Jumat Mubarak' tidak memiliki dasar yang jelas. Sebagian orang-orang menyebarkannya melalui pesan di ponsel pada hari Jumat. 'Jumat Mubarak' adalah hari yang diberkahi tanpa keraguan, Allah telah memuliakan kita dengan hari tersebut, sedangkan Yahudi dan Nasrani telah tersesat darinya. Namun, saya tidak mengetahui dasar hukum untuk mengucapkannya setiap Jumat."

[Al-Ri'yaasah al-'Aamah li-l-Buhuts al-'Ilmiyyah wa al-Ifta'].

------

SYEIKH KARIM AHMAD :

Syeikh Karim Ahmad dalam artikelnya : “حُكْمُ قَوْلِ جُمُعَةٍ مُبَارَكَةٍ” berkata :

حُكْمُ قَوْلِ جُمُعَةٍ مُبَارَكَةٍ تُعَدُّ عَبَارَةً "جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ" مِنَ الْعَبَارَاتِ الْمُسْتَحْدَثَةِ الَّتِي لَمْ تُرَدَّ فِي السُّنَّةِ، وَلَمْ يُتَمَّ تَدَاوُلُهَا فِي عُصُورِ الْإِسْلَامِ الْأُولَى، فَقَامَ عُلَمَاءُ الدِّينِ وَاللُّغَةِ بِدَرَاسَةِ هَذَا الْمَوْضُوعِ جَيِّدًا قَبْلَ الْإِقْرَارِ بِحُكْمٍ مُعَيَّنٍ، وَبَعْدَ درَاسَتِهِمْ خَرَجُوا بِنَتِيجَةٍ أَلَا وَهِيَ: التَّزَامُ قَوْلِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ الْمُسْلِمِ بَعْدَ الْجُمُعَةِ أَوْ كُلِّ جُمُعَةٍ "جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ" لَا نَعْلَمُ فِيهِ سُنَّةً عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَا عَنْ صَحَابَتِهِ الْكِرَامِ، وَلَمْ نَطَّلِعْ عَلَى أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ قَالَ بِمُشْرُوعِيَّتِهِ، فَعَلَى هَذَا يَكُونُ بِدْعَةً مُحْدَثَةً لَا سِيَّمَا إِذَا كَانَ ذَلِكَ عَلَى وَجْهِ التَّعْبُدِ وَاعْتِقَادِ السُّنَّةِ. قَدْ ثَبَتَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ"، . رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَالْبُخَارِيُّ مُعَلَّقًا . وَأَمَّا إِذَا قَالَ الْمُسْلِمُ هَذِهِ الْعَبَارَةَ لِأَخِيهِ أَحْيَانًا مِنْ غَيْرِ اعْتِقَادٍ لِثَبُوتِهَا، وَلَا التَّزَامٍ بِهَا، وَلَا مُدَاوَمَةٍ عَلَيْهَا، وَلَكِنْ عَلَى سَبِيلِ الدُّعَاءِ فَنَرْجُو أَلَّا يَكُونَ بِهَا بَأْسٌ، وَلَكِنْ تَرْكَهَا أَوْلَى حَتَّى لَا تَصِيرَ كَالسُّنَّةِ الثَّابِتَةِ . وَقَدْ قَالَ ابْنُ رَجَبٍ رَحِمَهُ اللَّهُ :"خَاتِمَةُ السُّوءِ تَكُونُ بِسَبَبِ دَسِيسَةٍ بَاطِنَةٍ لِلْعَبْدِ لَايَطَّلِعُ عَلَيْهَا النَّاسُ" . وَقَالَ بَعْضُهُمْ: " كَمْ مِنْ مَعْصِيَةٍ فِي الْخَفَاءِ مَنَعَنِي مِنْهَا قَوْلُهُ تَعَالَى: " وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ"

Terjemahannya:

Hukum Mengucapkan "Jumat Mubarak". Ucapan "Jumat Mubarak" merupakan salah satu ungkapan yang baru muncul dan tidak ada dalam Sunnah, serta tidak pernah digunakan pada masa awal Islam. Oleh karena itu, para ulama agama dan bahasa telah mempelajari masalah ini secara menyeluruh sebelum menetapkan suatu hukum tertentu.

Setelah studi mendalam, mereka sampai pada kesimpulan :

Bahwa tidak ada dalil yang menyokong penggunaan ucapan "Jumat Mubarak" oleh seorang Muslim kepada sesama Muslim setelah atau setiap Jumat. Tidak ada riwayat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atau para sahabatnya yang mengkonfirmasi hal ini. Oleh karena itu, penggunaan ungkapan ini dianggap sebagai bid'ah, terutama jika dilakukan dengan niat ibadah dan keyakinan akan keberkahan.

Telah disepakati bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan termasuk urusan kami, maka amalan tersebut ditolak." (Hadis riwayat Muslim dan Al-Bukhari dalam bentuk mu'allaq). Namun, jika seorang Muslim mengucapkan ungkapan ini kepada sesama Muslim tanpa keyakinan atau komitmen untuk mengikutinya, dan hanya sebagai doa, maka diharapkan tidak akan menjadi masalah. Namun, lebih baik untuk meninggalkannya agar tidak menjadi seperti sunnah yang telah ditetapkan.

Ibn Rajab rahimahullah berkata :

"خَاتِمَةُ السُّوءِ تَكُونُ بِسَبَبِ دَسِيسَةٍ بَاطِنَةٍ لِلْعَبْدِ لَايَطَّلِعُ عَلَيْهَا النَّاسُ"

"Kesimpulan dari segala keburukan adalah karena tipu daya yang tersembunyi dari hamba yang tidak terlihat oleh orang lain."

Dan sebagian dari mereka mengatakan :

كَمْ مِنْ مَعْصِيَةٍ فِي الْخَفَاءِ مَنَعَنِي مِنْهَا قَوْلُهُ تَعَالَى: " وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ"

"Berapa banyak dosa dalam kesembunyian yang aku terhalang darinya oleh firman Allah ."

﴿وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ﴾

" Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga”. (QS. Ar-Rahman: 46)

=====

BANTAHAN RABITHAH ULAMA SURIAH TERHADAP FATWA HARAM SYEIKH AL-FAUZAAN

رَابِطَةُ الْعُلَمَاءِ السُّورِيِّينَ

حُكْمُ قَوْلِ جُمُعَةٍ مُبَارَكَةٍ

أَفْتَى الشَّيْخُ الدُّكْتُورُ صَالِحُ الْفَوْزَانُ، فِي تَهْنِئَةِ النَّاسِ بَعْضُهُمْ بَعْضًا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِقَوْلِهِمْ: (جُمُعَةٌ مُبَارَكَةٌ) أَوْ (بَارَكَ اللَّهُ فِي جُمُعَتِكُمْ) بِأَنَّهُ بِدْعَةٌ وَلَا يَجُوزُ.

وَالْوَاقِعُ أَنَّ هَذَا الِاسْتِخْدَامَ مُجَازَفَةٌ مِنْهُ، فَقَدْ شَهِدَ لَجَوَازُهُ الْأَثَرُ وَالنَّظَرُ.

فَأَمَّا الْأَوَّلُ: فَعُمُومَةُ النُّصُوصِ بِاِسْتِحَبَابِ الدُّعَاءِ بِالْبَرَكَةِ وَهُوَ كَافٍ فِي مِثْلِ هَذَا الْمَوْرِدِ عِنْدَ الْجُمْهُورِ، وَلَا سِيمَا أَنَّ فِي الدُّعَاءِ بِذَلِكَ مَصْلَحَةً تَأْلِيفِ قُلُوبِ النَّاسِ، وَاسْتِجْلَابَ الْمُوَدَّةِ وَدَوَامَ حُسْنِ الْعُشْرَةِ بَيْنَهُمْ، وَهُوَ مَقْصُودٌ لِلشَّارِعِ.

وَقَدْ أَخْرَجَ الطَّبَرَانِيُّ وَالْخَرَائِطِيُّ وَأَبُو الشَّيْخِ فِي (الثَّوَابِ) بِسَنَدٍ ضَعِيفٍ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ ذَكَرَ حَقُوقَ الْجَارِ، فَذَكَرَ مِنْهَا (وَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ هُنَّأْتَهُ) وَهُوَ عَامٌّ فِي سَائِرِ الْأَوْقَاتِ وَفِي كُلِّ خَيْرٍ، وَلَا رَيْبَ أَنَّ التَّهْنِئَةَ وَالدُّعَاءَ بِالْبَرَكَةِ فِي الْجُمُعَةِ أَوْلَى لِأَنَّهُ تَهْنِئَةٌ عَلَى طَاعَةٍ وَقُرْبَةٍ، وَفِي يَوْمِ عِيدٍ وَالْأَصْلُ فِي الْأَعْيَادِ التَّهْنِئَةُ.

وَلَا يَضُرُّ ضَعْفُهُ فَقَدْ قَطَعَ الْبَيْهَقِيُّ فِي (الشُّعْبِ) بِأَنَّ الْمُحَقِّقِينَ مِنْ أَهْلِ الْحَدِيثِ يَتَسَامَحُونَ فِي الْخَبَرِ الضَّعِيفِ فِي الْفَضَائِلِ مَا لَمْ يَكُنْ مَوْضُوعًا أَوْ مُعَارِضًا لِمَا هُوَ أَصْحَ، وَيُقَوِّيهِ:

الثَّانِي: وَهُوَ النَّظَرُ وَالْقِيَاسُ، فَقَدْ ثُبِتَ فِي عَمَلِ جَمَاعَةٍ مِنَ السَّلَفِ فِي آثَارٍ كَثِيرَةٍ التَّهْنِئَةَ بِالْعِيدِ، كَوَاثِلَةً وَأَبِي أُمَامَةَ وَعُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَالْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ وَغَيْرِهِمْ، بَلْ أَخْرَجَ الْحَافِظُ زَاهِرَ بْنُ طَاهِرٍ الشَّحَّامِيُّ فِي (تُحَفَّةِ الْعِيدِ) بِسَنَدٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ: (كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَلَاقَوْا فِي يَوْمِ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ) فَالتَّهْنِئَةُ بِالدُّعَاءِ فِي الْجُمُعَةِ بِالْبَرَكَةِ مِثْلُهُ وَلَا فَرْقَ، بِجَامِعٍ كَوَنَهُمَا عِيدًا، فَتَأَمَّلْ.

وَدَعْوَى عَدَمِ الْوُرُودِ لَا تَسْتَلْزِمُ الْعَدَمَ مُطْلَقًا عِنْدَ الْجُمْهُورِ مِنْ أَهْلِ الْأُصُولِ، وَإِنَّمَا تَفِيدُهُ حَيْثُ أَنْكَرَهُ السَّلَفُ، وَلَا سِيمَا فِي قَضِيَّةِ الْأَدَبِ الَّتِي الْأَصْلُ فِيهَا الْعُرْفُ لِأَنَّ مَقْصُودَ الشَّارِعِ مِنْهَا تَحْقِيقُ الْأُلْفَةِ وَالْمَوَدَّةِ بَيْنَ النَّاسِ، وَهَذَا مِنْ جِنْسِ الْمُلَائِمِ الْمُرْسَلِ وَقَدْ تَقَرَّرَ الْعَمَلُ عَلَيْهِ عِنْدَ أَهْلِ الْأُصُولِ، وَالتَّهْنِئَةُ أَدَبٌ.

وَقَدْ ذَكَرَ الْعَلَامَةُ السُّيُوطِيُّ عَنْ الْقَّمُّوَلِيِّ أَنَّ الْحَافِظَ الْمُنْذَرِيَّ نَقَلَ فِي (فَوَائِدِهِ) عَنْ الْحَافِظِ الْفَقِيهِ أَبِي الْحَسَنِ الْمَقْدِسِيِّ أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ التَّهْنِئَةِ فِي أَوَائِلِ الشُّهُورِ وَالسِّنِينَ: أَهُوَ بِدْعَةٌ أَمْ لَا؟ فَأَجَابَ بِأَنَّ النَّاسَ لَمْ يَزَالُوا مُخْتَلِفِينَ فِي ذَلِكَ، وَالَّذِي أَرَاهُ أَنَّهُ مُبَاحٌ لَيْسَ بِسُنَّةٍ وَلَا بِبِدْعَةٍ، وَنَقَلَهُ الشَّرَفُ الْغَزِّيُّ فِي (شَرْحِ الْمِنْهَاجِ) وَلَمْ يَزِدْ عَلَيْهِ.

وَهَكَذَا ذَكَرَ أَبُو الْعَبَّاسِ بْنُ تِيمِيَّةَ أَنَّهُ لَا يُنْكَرُ مَنْ هَنَّأَ عَلَى مَنْ لَمْ يُهَنِّئْ، وَمَا زَالَ النَّاسُ فِي كَافَّةِ الْأَعْصَارِ وَالْأَمْصَارِ يُظْهِرُونَ التَّهْنِئَةَ بِالْبَرَكَةِ فِي الْجُمُعَةِ وَغَيْرِهَا مِنْ غَيْرِ نَكِيرٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ، بَلْ لَقَدْ نَصَّ السَّفَّارِينِيُّ عَلَى اسْتِحَبَابِ التَّهْنِئَةِ لِكُلِّ نِعْمَةٍ دِينِيَّةٍ تَتَجَدَّدُ، وَاحْتَجَّ بِقِصَّةِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ وَتَهْنِئَةِ الصَّحَابَةِ لَهُ بِالتَّوْبَةِ، وَتَهْنِئَةِ الصَّحَابَةِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ لِمَّا نُزِلَتْ سُورَةُ الْفَتْحِ بِقَوْلِهِمْ: هَنِيئًا مُرِيئًا.

وَقَدْ حُكِيَ عَنْ أَحْمَدَ فِي إِحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ تَجْوِيزُهُ تَهْنِئَةَ أَهْلِ الذِّمَّةِ بِنَحْوِ مَوْلُودٍ وَعُرْسٍ وَغَيْرِهِمَا، فَالتَّهْنِئَةُ بِالْجُمُعَةِ لِلْمُسْلِمِ وَهُوَ عِيدٌ تَجُوزُ بِطَرِيقِ الْأُوْلَى تَخْرِيجًا عَلَى نَصِّ أَحْمَدَ، وَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِ أَحْمَدَ فِي نَظْمٍ لَهُ فِي أَحْكَامِ الذِّمِّيِّينَ:

وَقَوْلَانِ فِي تَجْوِيزِ تَـهْنِئَةٍ وَفِي ... عِيَادَتِهِمْ ثُمَّ الْعَزَا فِي مُلْحَدِ

وَبَعْدُ يَا شَيْخُ صَالِحُ رَعَاكَ اللَّهُ، فَقَدْ قَالَ الْإِمَامُ الْقُدْوَةُ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ: (الْعِلْمُ عِنْدَنَا الرُّخْصَةُ مِنْ ثِقَةٍ، فَأَمَّا التَّشْدِيدُ فِيُحْسِنُهُ كُلُّ أَحَدٍ).

جَمِيعُ الْمَقَالَاتِ الْمَنْشُورَةِ تَعْبِّرُ عَنْ رَأْيِ كُتَّابِهَا وَلَا تَعْبِرُ بِالضَّرُورَةِ عَنْ رَأْيِ رَابِطَةِ الْعُلَمَاءِ السُّورِيِّينَ

Terjemahnya :

RABITHAH ULAMA SYRIA

HUKUM MENGUCAPKAN "JUM'AT MUBAROKAH [YANG DIBERKAHI]"

Syeikh Dr. Saleh Al-Fawzan memberi fatwa dalam mengucapkan selamat kepada orang lain di hari Jumat dengan mengatakan: "Jumat Mubarokah (Jum’at yang diberkahi)" atau "Semoga Allah memberkahi Jumatmu", bahwa itu adalah bid'ah dan tidak diperbolehkan.

BANTAHAN TERHADAP SYEKH AL-FAUZAN :

Kenyataannya, pernyataan ini adalah keberanian dari beliau, karena telah disaksikan akan kebolehannya berdasarkan atsar dan tinjauan.

Pertama-tama :

Umumnya teks-teks dalil menunjukkan anjuran untuk berdoa dengan berkah, dan itu sudah cukup dalam situasi semacam ini menurut mayoritas ulama, terutama karena dalam doa tersebut terdapat kebaikan untuk meredakan hati orang-orang, membawa kedekatan dan cinta antara mereka, yang merupakan tujuan syariat.

Tabrani, Al-Khathib, dan Abu Al-Syaikh dalam kitab "Al-Thawab" mengeluarkan riwayat dengan sanad yang lemah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut hak-hak tetangga, termasuk di antaranya adalah :

وَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ هَنَّأْتَهُ

"Jika dia mendapat kebaikan, maka hendaknya kamu mengucapkannya selamat."

Hal ini umum pada semua waktu dan dalam segala kebaikan, dan tidak diragukan lagi bahwa ucapan selamat dan doa dengan berkah di hari Jumat lebih utama karena itu merupakan ucapan selamat atas ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah, seperti yang terjadi pada hari raya, di mana asalnya adalah ucapan selamat.

Kelemahan sanad tidak masalah, karena Al-Baihaqi dalam kitab "Al-Shu'ab" menyatakan bahwa para pakar hadis memaafkan hadis lemah dalam fadhoilul a’maal [keutamaan] selama bukan hadits palsu atau bertentangan dengan yang lebih kuat, dan ini diperkuat oleh berikut ini:

Kedua:

Ini adalah tinjauan dan analogi. Telah terbukti dalam praktek sekelompok Salaf dalam banyak riwayat untuk mengucapkan selamat atas hari raya, seperti Watsilah, Abu Umamah, Umar bin Abdul Aziz, Al-Hasan Al-Bashri, dan yang lainnya. Bahkan Al-Hafiz Dzohir bin Tahir Asy-Syahhaami meriwayatkan dalam "Tuhfat Al-'Eid" dengan sanad dari Jubair bin Nufair, ia berkata:

كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَلَاقَوْا فِي يَوْمِ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

"Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika bertemu di hari raya, mereka saling mengucapkan: 'Semoga Allah menerima dari kita dan dari kalian'."

Jadi, mengucapkan selamat dengan doa di hari Jumat dengan berkah sama saja dan tidak ada perbedaan, karena keduanya merupakan hari raya, maka perhatikanlah !.

Alasan tidak adanya nash tidak mengimplikasikan ketiadaan secara mutlak menurut mayoritas Ahlul Ushul - kecuali jika para Salaf jelas-jelas mengingkarinya - terutama dalam hal adab yang hukum asalnya adalah ketetapan yang berlaku umum, karena tujuan syariat adalah mewujudkan kasih sayang dan kedekatan antara manusia. Dan ini termasuk dalam kategori yang layak secara syar'i dan telah diterima oleh Ahlul Ushul, dan mengucapkan selamat adalah bagian dari adab.

Al-‘Allaamah As-Suyuti meriwayatkan dari Al-Qummuli bahwa Al-Hafiz Al-Mundziri mengutip dalam "Fawa'id" dari Al-Hafiz Al-Faqih Abu Al-Hasan Al-Maqdisi :

أُنْهُ سُئِلَ عَنِ التَّهْنِئَةِ فِي أَوَائِلِ الشُّهُورِ وَالسِّنِينَ: أَهُوَ بِدْعَةٌ أَمْ لَا؟ فَأَجَابَ بِأَنَّ النَّاسَ لَمْ يَزَالُوا مُخْتَلِفِينَ فِي ذَلِكَ، وَالَّذِي أَرَاهُ أَنَّهُ مُبَاحٌ لَيْسَ بِسُنَّةٍ وَلَا بِبِدْعَةٍ.

“Bahwa ia ditanya tentang mengucapkan selamat di awal bulan atau tahun: Apakah itu bid'ah atau tidak? Dia menjawab bahwa orang-orang terus berselisih tentang itu, dan menurut pandanganku, itu adalah hal yang diperbolehkan, bukan sunnah dan bukan bid'ah”.

Ini juga dikutip oleh Al-Syaraf Al-Ghazi dalam "Syarh Al-Minhaj" tanpa penambahan.

Dan demikianlah Abu al-Abbas ibnu Taimiyyah menyatakan : bahwa tidaklah tercela bagi seseorang yang memberi selamat kepada orang yang tidak memberi selamat, dan orang-orang masih menunjukkan selamat dengan berkah dalam segala zaman dan tempat tanpa ada penolakan dari para ulama dan fuqaha. Bahkan, al-Safarini menegaskan tentang disukainya memberi selamat atas setiap nikmat agama yang diperbaharui, dan ia memberi argumen dengan kisah Ka'b bin Malik dan selamatnya para sahabat atas taubatnya, serta selamatnya para sahabat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika surat al-Fath diturunkan dengan mengucapkan: "Selamat dan sejahtera."

Ada riwayat dari Imam Ahmad dalam salah satu dari dua riwayat yang mengizinkan memberi selamat kepada ahli dzimmi atas kelahiran anak atau pernikahan dan sejenisnya. Oleh karena itu, memberi selamat atas Jumat kepada seorang Muslim, yang merupakan hari raya, adalah dibolehkan menurut pendapat pertama, sesuai dengan hadis yang disampaikan oleh Imam Ahmad.

Beberapa pengikut Imam Ahmad menyatakan dalam syairnya tentang hukum-hukum orang-orang dzimmi:

وَقَوْلَانِ فِي تَجْوِيزِ تَهْنِئَةٍ وَفِي ... عِيَادَتِهِمْ ثُمَّ الْعَزَا فِي مُلْحَدِ

Ada dua pendapat mengenai memperbolehkan memberi selamat dan mengunjungi mereka, kemudian berbelasungkawa kepada orang-orang kafir.

Dan setelah itu, wahai Sheikh Saleh, semoga Allah melindungimu, karena Imam teladan Sufyan al-Thawri berkata:

الْعِلْمُ عِنْدَنَا الرُّخْصَةُ مِنْ ثِقَةٍ، فَأَمَّا التَّشْدِيدُ فَيُحْسِنُهُ كُلُّ أَحَدٍ.

"Ilmu menurut kami adalah kemudahan dari orang yang bisa dipercaya. Adapun keras dan mempersulit dalam hal itu maka bisa dilakukan dengan bagus oleh setiap orang."

Semua artikel yang dipublikasikan mencerminkan pendapat para penulisnya dan tidak selalu mencerminkan pendapat dari Asosiasi Ulama Suriah.

=====

KESIMPULAN :

Masalah ini memiliki tiga pendapat:

ada yang menghalalkannya secara mutlak dengan menganggapnya sebagai salam umum di antara umat Islam.

Ada juga yang mengharamkannya secara mutlak dengan menganggapnya sebagai bid'ah tanpa dasar.

Dan ada yang mengatakan bahwa hal tersebut boleh dilakukan, tetapi tidak dijadikan kebiasaan setiap Jumat.

Namun, dalam semua kasus, tidak boleh ada pengingkaran terhadap orang yang mengucapkannya, bahkan jika dilakukan setiap Jumat.

Kaidah Ushuliyyah menyatakan :

لا إِنكَارَ فِي الْمَسَائِلِ الْاجْتِهَادِيَّةِ

“Bahwa tidak ada pengingkaran dalam masalah-masalah ijtihadiyah”.

Maka Jika seseorang mengatakan kepada anda "Jumat Mubarak", maka jawablah dengan "Semoga Allah memberkahi anda juga" atau "Semoga berkah menyertai anda juga"...

Wallahu A’lam.

 

 


 

Posting Komentar

0 Komentar