TRADISI MENYAMBUT RAMADHAN DI JAZIRAH ARAB DAN EROPA
CUPILKAN :
“Salah satu kebiasaan baik di kalangan orang Albania [Eropa] adalah bahwa mereka tidak begadang, dan mereka pergi tidur lebih awal, serta bangun untuk menyantap sahur sebagai persiapan untuk menjalani puasa mereka.
Sosok "musahhirati" ( المُسَحِّرَاتِي/ orang yang senantiasa keliling membangunkan untuk sahur) hadir di daerah-daerah tersebut, mungkin diwarisi dari tradisi Turki; di mana seseorang dengan membawa alat musik drum membangunkan orang-orang, sering kali mengulang doa-doa dan penghormatan agama. Ketika bulan Ramadan berakhir, penduduk memberinya imbalan berupa uang atau hadiah sebagai penghargaan atas jasanya”.
===
Di Tulis Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
====
DAFTAR ISI :
- PENDAHULUAN
- GEMBIRA MANYAMBUT KETAATAN ADALAH TANDA KEIMANAN
- RAMADHAN ADALAH PENYATU UMAT SELURUH DUNIA
- TRADISI MAKAN BERSAMA MENYAMBUT DATANGNYA PERGANTIAN MUSIM
- BERBAGAI MACAM TRADISI PENYAMBUTAN RAMADHAN DI ARAB DAN EROPA:
- ADAT DAN TRADISI PENYAMBUTAN RAMADHAN DI HIJAZ - SAUDI ARABIA :
- PERTAMA : ARTIKEL TENTANG TRADISI SYA’BANAH DI MAKKAH :
- KEDUA : ARTIKEL TENTANG TRADISI SYA’BANAH DI HIJAZ :
- KETIGA : SERANGKAIAN TRADISI MASYARAKAT HIJAZ (BAGIAN 1: SYA’BANAH)
- KEEMPAT : "ASY-SYA'BANAH" ADALAH BID'AH DAN KESESATAN.. DAN ASALNYA ADALAH TRADISI KRISTEN.
- TRADISI PENYAMBUTAN BULAN RAMADHAN DI SHAN’AA – YAMAN
- TRADISI PENYAMBUTAN RAMADHAN DI ALBANIA – EROPA
- TRADISI PENYAMBUTAN RAMADHAN DI KUWAIT
- FATWA SYEIKH BIN BAAZ :
******
بسم الله الرحمن الرحيم
PENDAHULUAN
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di sebutkan bahwa : Saat menjelang Ramadhan tiba, Nabi Muhammad ﷺ bersabda kepada para sahabatnya:
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ.
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan puasa bagi kalian di dalamnya. Pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu di dalamnya. Di dalam bulan ini terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka dia benar-benar rugi"
[HR. Ahmad (9/225, 226 no. 7148 ) dan Al-Nasa'i (4/129), dan disahihkan oleh Al-Albani dalam “Shahih Al-Targhiib” (1/490), Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir dan tambahannya (55)]. dan “Tamam Al-Minnah” (hal. 395) .
==
GEMBIRA MANYAMBUT KETAATAN ADALAH TANDA KEIMANAN
Syeikh Muhammad Shaleh al-Munajjid berkata :
الِاسْتِبْشَارُ بِالطَّاعَةِ مِنْ عَلَامَاتِ الْإِيمَانِ
"Bergembira Menyambut Ketaatan Adalah Salah Satu Tanda Iman.
Demikian juga, kegembiraan dalam ketaatan adalah kegembiraan dengan kedatangan musim ketaatan, ini adalah salah satu tanda iman . Allah SWT berfirman :
وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
'Dan apabila diturunkan suatu surah, ada di antara mereka yang berkata: 'Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?' Maka adapun orang-orang yang beriman, maka dengan turunnya surah itu semakin menambah iman mereka, dan mereka bersuka cita.' (QS. At-Tawbah: 124).
Seseorang membutuhkan [waktu-waktu terbaik] untuk penyucian jiwanya, dan inilah bulan puasa, shalat malam, membaca Al-Quran, memberi makan orang yang membutuhkan, dan berbagai jenis kebajikan dan ketaatan, agar mendapatkan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka.
Seorang Muslim bergembira dengan kedatangan bulan Ramadan karena mungkin dia akan bertaubat di dalamnya dengan taubat yang menghapus dosa-dosanya yang telah lalu. Maka memberi kabar gembira atas kedatangannya termasuk dalam perbuatan orang-orang yang saleh”. [Selesai kutipan dari Syekh al-Munajjid]
Penulis tambahkan di sini :
Berbeda dengan sikap orang-orang munfiq dan orang-orang yang dalam keimanannya terdapat keraguan , maka mereka ini ketika datang waktu dan masa-masa yang terbaik untuk berbuat ketaatan kepada Allah, mereka malah merasa gelisah dan membencinya. Sebagaimana yang Allah firmankan setelah ayat tersebut diatas :
﴿وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ . أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَّرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ . وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ نَّظَرَ بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ هَلْ يَرَاكُم مِّنْ أَحَدٍ ثُمَّ انصَرَفُوا ۚ صَرَفَ اللَّهُ قُلُوبَهُم بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُونَ ﴾
Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.
Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?
Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang kepada yang lain (sambil berkata): "Adakah seorang dari (orang-orang muslimin) yang melihat kamu?" Sesudah itu merekapun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti. [QS. At-Taubah : 125-127]
Syeikh Muhammad Shaleh al-Munajjid berkata :
“Tinggalkanlah hadis-hadis yang palsu dan lemah, seperti memberi kabar gembira atas kedatangan Ramadan akan mendapat pahala seratus atau dua ratus atau enam puluh haji! Kita tidak membutuhkan penyebaran hal-hal yang berlebihan yang bersumber dari hadis-hadis yang palsu.
Cukuplah bagi kita bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda kepada para sahabatnya:
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ.
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan puasa bagi kalian di dalamnya. Pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu di dalamnya. Di dalam bulan ini terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka dia benar-benar rugi"
[HR. Ahmad, Hadits Sahih. Ahmad: (7148), disahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir dan tambahannya (55)].
Para ulama berkata:
"هَذَا أَصْلٌ فِي تَهْنِئَةِ النَّاسِ بَعْضُهُم بَعْضًا بِشَأْنِ رَمَضَانَ".
"Ini adalah dasar pijakan hukum dalam ucapan selamat kepada orang lain terkait dengan Ramadan" [Baca : Mirqatul Mafatih: (1365)].
Semangat meninggi, jiwa-jiwa disucikan, tekad, keinginan yang kuat, kerinduan kepada Allah, memohon kepada Allah untuk mencapai kebenaran dan pertolongan, dan mensyukuri nikmat-Nya.
Juga, jika bulan ini tiba, ada kegembiraan di hati, dan ada persiapan dalam hati.
"إِنَّمَا هُوَ تِلَاوَةُ الْقُرْآنِ، وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ".
"Hanya untuk membaca Al-Qur'an dan memberi makan orang miskin" seperti yang dikatakan oleh Imam Az-Zuhri -semoga Allah merahmatinya- [Lata'if Al-Ma'arif oleh Ibn Rajab: (171)].
Para Salaf mengatakan:
"ابْسُطْ يَدَكَ صَدَقَةً، وَنَفَقَةً عَلَى أَهْلِكَ، عَلَى الْفُقَرَاءِ، وَالْمَسَاكِينِ، وَعَلَى أَهْلِكَ، وَذَوِي رَحْمِكَ، وَجِيرَانِكَ، وَإِخْوَانِكَ فِي اللَّهِ".
"Ulurkanlah tanganmu untuk bersedekah, berinfak kepada keluargamu, kepada orang miskin, kepada orang-orang yang membutuhkan, kepada kerabatmu, tetanggamu, dan saudara-saudaramu dalam agama".
[ Sumber : https:// almunajjid.com>less (استقبال رمضان واستثماره)]
====
RAMADHAN ADALAH PENYATU UMAT SELURUH DUNIA
Sheikh Muhammad Salih al-Munajjid berkata:
الصِّيَامُ يُوَحِّدُ الْأُمَّةَ الإِسْلامِيَّةَ فِي أَرْجَاءِ الْمَعْمُورَةِ.
“Puasa Ramdhan itu menyatukan umat Islam di seluruh dunia”.
[Puasa Ramdhan] ini juga merupakan kesempatan bagi umat Islam, baik kita yang berada di Timur, di tengah-tengah dunia Islam, maupun kalian yang di negara-negara Barat, dan tempat lainnya.
Untuk menyatukan umat, kita membutuhkan momen di mana kita benar-benar merasa bersama, bahwa kita bersatu, mengingatkan satu sama lain, dan puasa adalah salah satu di antaranya. Oleh karena itu, kita melihat antusiasme umat Islam dalam menayakan kapan datangnya Ramdhan, melihat hilal, mengetahui awal Ramadan, dan ketika umat Islam di satu negara dan negara lain mulai berpuasa, kita mulai memperhatikan, bagaimana keadaan mereka, bagaimana keadaan mereka...?
Kemudian dengan hadirnya Ramadhan seorang Muslim berkeinginan agar hawa nafsunya bisa terpatahkan, berkeinginan agar terbiasa dalam ketaatan, sekarang ketika Ramadhan datang dia meninggalkan hal-hal yang pada dasarnya halal, yang halal di malam hari, tetapi dia meninggalkannya di siang hari untuk Allah. Lalu, bagaimana dengan yang haram, baik di malam hari maupun siang hari? Maka tentunya lebih utama lagi bagi kita untuk meninggalkannya.
Jadi, ini adalah pembiasaan, kemudian kebiasaan meningkatkan ketaatan; puasa, membaca Al-Quran, memberi makan, berdzikir, berdoa, beriktikaf, dan sebagainya...
Peningkatan ketaatan saat puasa Ramadhan ini dalam rangka untuk mengisi waktu-waktu yang sebelumnya sibuk digunakkan untuk berbagai macam kesenangan duniawi, permainan, media sosial yang telah memikat orang-orang dan perangkat-perangkat permainan lainnya. Kesenangan dunia semua ini adalah jenis kemewahan, jenis permainan dan hiburan yang kita butuh untuk merubahnya dengan membiasakan diri dengan ketaatan dan merasakan kehidupan yang serius di bawah syariat, di bawah agama ini.
يَا مَنْ قَدْ طَالَتْ غَيْبَتُهُ قَدْ قَرَّبَتْ أَيَّامُ الْمُصَالِحَةِ، يَا مَنْ دَامَتْ خَسَارَتُهُ قَدْ أَقْبَلَتْ أَيَّامُ التِّجَارَةِ الرَّابِحَةِ.
مَنْ لَمْ يَرْبَحْ فِي هَذَا الشَّهْرِ فَفِي أَيِّ وَقْتٍ يَرْبَحُ؟ مَنْ رُحِمَ فِي هَذَا الشَّهْرِ فَهُوَ الْمَرْحُومُ، وَمَنْ حُرِمَ خَيْرُهُ فَهُوَ الْمَحْرُومُ. نَحْتَاجُ إِلَى إِخْلَاصٍ، نِيَّةٍ صَالِحَةٍ، وَمَعْرِفَةِ السُّنَّةِ، وَهَلْ يَحْتَاجُ مِنَّا إِلَى طَلَبِ عِلْمٍ، وَقِرَاءَةٍ، وَسُؤَالٍ، وَتَحَرِّيٍ.
Wahai orang yang telah lama absen , telah dekat hari-hari penuh kedamaian dan kemaslahatan. Wahai orang yang terus menerus kerugiannya, telah tiba hari-hari perdagangan yang menguntungkan.
Siapa yang tidak mendapat keuntungan di bulan ini, lalu kapan lagi dia akan mendapatkannya? Siapa yang diberi rahmat di bulan ini, dia adalah yang dirahmati. Dan siapa yang dihalangi mendapatkan kebaikan, maka dia adalah yang terhalang.
Kita membutuhkan ketulusan, niat yang baik, pengetahuan tentang sunnah, apakah diantara kita ada yang membutuhkan pengetahuan, membaca, bertanya, dan mencari tahu?.
Oleh karena itu - Maha Suci Allah - kita melihat situs-situs Islam, misalnya di situs Islam Pertanyaan dan Jawaban [Islamqa], yang telah kita kerjakan sejak tahun 1996 M/1417 Hijriyah, bahwa ada lonjakan kunjungan pada bulan Ramadan, dan jumlahnya bisa berlipat ganda, kunjungan ke situs tersebut berarti bahwa orang-orang menerima.
Situs "Islam Q&A" ini - Subhanallah - memberikan kita indikasi kehidupan yang sebenarnya, minat, keinginan untuk memahami, belajar, dan mereka melihat pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang mereka butuhkan, dan jika mereka memiliki sesuatu, apakah mereka menemukan yang serupa, apa yang mereka temukan, maka mereka bertanya, aktivitas yang intensif.
Dan sebagian kaum Muslim, Alhamdulillah, membuka buku-buku, membaca, memperoleh pengetahuan, dan belajar.
Dan juga ada inisiatif ilmiah, praktek, semangat emosional, dan fisik, misalnya mereka datang untuk shalat dengan cepat, mereka berlomba menuju masjid, mereka berjalan dengan ketenangan dan keanggunan, namun mereka datang lebih dini, mereka berlomba-lomba untuk menjadi di barisan terdepan, dan mereka sungguh-sungguh dalam shalat tarawih dan qiyam Ramadan.
Serta mereka bersegera menyiapkan semua kebutuhan masjid, apa yang di butuhkan? Siapa imam kami dalam shalat tarawih? Kapan kita akan mulai shalat? Kapan waktunya?
Mereka memiliki waktu seperti ini : Di Finlandia 21 setengah jam, di Denmark 22 jam, di sini di Denmark 21 jam, di beberapa wilayah di utara Eropa, 21 jam, 20 jam, bagaimana kita bisa melakukan itu?
Dan ketika dikatakan kepada mereka: Selama Anda memiliki malam dan siang yang jelas, maka berpuasalah, dan siapa yang tidak mampu, maka dia berbuka dan mengqadha :
{ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا }
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” [Surah Al-Baqarah: 286].
Solusinya ada: berbuka dan mengqadha. [Kutipan Selesai]
*****
TRADISI MAKAN BERSAMA MENYAMBUT DATANGNYA PERGANTIAN MUSIM
===
FATWA AL-LAJNAH AD-DAA’IMAH – SAUDI ARABIA
Fatwa Nomor (20806)
السُّؤَالُ : مَا حُكْمُ الأكْلِ مِنْ الْمَأْكُولَاتِ الَّتِي تُعَدُّ فِي الْمُنَاسَبَاتِ وَالتَّقَالِيدِ، مِثْلَ الْأَكْلِ مِنْ أَكْلَةِ الرَّبِيعِ الَّتِي نُعَدُّهَا بِالسَّمِيدِ وَالْغُرْسِ عِنْدَ قُدُومِ فَصْلِ الرَّبِيعِ؟
الجَوَابُ : إِنْ كَانَتْ هَذِهِ الْمَأْكُولَاتُ لَا ارْتِبَاطَ لَهَا بِأَعْيَادٍ وَمُنَاسِبَاتٍ بِدَعِيَّةٍ، وَلَيْسَ فِيهَا مُشَابَهَةٌ لِلْكُفَّارِ، وَإِنَّمَا هِيَ عَادَاتٌ لِتَنَوُّعِ الْأَكْلَاتِ مَعَ الْفُصُولِ السَّنَوِيَّةِ - فَلَا حُرْجَ فِي الْأَكْلِ مِنْهَا؛ لِأَنَّ الْأَصْلَ فِي الْعَادَاتِ الْإِبَاحَةُ.
وَبِاللَّهِ التَّوْفِيقُ، وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ لِلْبُحُوثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْإِفْتَاءِ
عَضُوٌ : بَكْرُ بِنْ عَبْدِ اللَّهِ أَبُو زَيْدٍ . عَضُوٌ : صَالِحُ بِنْ فَوْزَانَ الْفَوْزَانِ . الرَّئِيسُ : عَبْدُ الْعَزِيزِ بِنْ عَبْدِ اللَّهِ آلُ الشَّيْخِ
Pertanyaan:
Apa hukum makanan dari makanan-makanan yang biasa disiapkan untuk perayaan dan tradisi, seperti makanan musim semi yang disiapkan dengan semolina dan biji-bijian untuk menyambut musim semi tiba?
Jawaban:
Jika makanan tersebut tidak terkait dengan perayaan dan tradisi bid'ah, tidak ada unsur menyerupai orang kafir, dan hanya merupakan adat istiadat untuk variasi makanan sesuai dengan musim-musim tahunan - maka tidak ada masalah dalam memakannya; karena asalnya adalah adat istiadat yang dihalalkan.
Semoga Allah memberikan taufik, dan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Komite Tetap untuk Penelitian Ilmiah dan Fatwa
Anggota : Bakr bin Abdullah Abu Zaid. Anggota : Saleh bin Fawzan al-Fawzan. Ketua : Abdul Aziz bin Abdullah Al al-Sheikh.
Penulis katakan :
Fatwa diatas bisa diperkuat dengan taqriir Nabi ﷺ terhadap amalan sahabat yang bernadzar menyembelih kurban di sebuah tempat diselain Hari Raya Idul Adlha dan hari-hari tasyriq.
Ada beberapa riwayat : diantaranya adalah hadits Tsabit bin Adh-Dhahak Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata :
نَذَرَ رَجُلٌ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اَللَّهِ ﷺ أَنْ يَنْحَرَ إِبِلاً بِبُوَانَةَ, فَأَتَى رَسُولَ اَللَّهِ ﷺ فَسَأَلَهُ: فَقَالَ: هَلْ كَانَ فِيهَا وَثَنٌ يُعْبَدُ ؟ قَالَ: لَا. قَالَ: فَهَلْ كَانَ فِيهَا عِيدٌ مِنْ أَعْيَادِهِمْ ؟ فَقَالَ: لَا. فَقَالَ: أَوْفِ بِنَذْرِكَ ; فَإِنَّهُ لَا وَفَاءَ لِنَذْرٍ فِي مَعْصِيَةِ اَللَّهِ، وَلَا فِي قَطِيعَةِ رَحِمٍ، وَلَا فِيمَا لَا يَمْلِكُ اِبْنُ آدَمَ".
Pada zaman Rasulullah ﷺ ada seorang laki-laki yang bernadzar bahwa dia akan berqurban Unta di Buwanah. Lalu dia mendatangi Rasulullah ﷺ.
Lalu nabi pun bertanya kepadanya: “Apakah di sana ada berhala yang disembah?” Beliau menjawab: ” Tidak.”
Nabi bertanya lagi: “Apakah di sana dirayakah salah satu hari raya mereka?” Beliau menjawab: “Tidak.”
Lalu nabi bersabda: “Penuhilah nadzarmu, sesungguhnya tidak boleh memenuhi nadzar yang mengandung maksiat kepada Allah, nadzar untuk memutuskan silaturahim, dan tidak pula nadzar pada harta yang tidak dimiliki manusia.”
(HR. Abu Daud no. 3313 dan ini adalah lafadznya .Di riwayatkan pula oleh Ath-Thabarani no. 2/76 no. 1341 dan al-Baihaqi no. 20634 .
Di Shahihkan isnadnya oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Buluughul Maram dan oleh al-Jawroqooni dalam al-Abaathiil wal Manaakiir 2/202 dan al-Albaani dalam al-Misykaah no. 3437 )
*****
BERBAGAI MACAM TRADISI PENYAMBUTAN RAMADHAN DI ARAB DAN EROPA:
Adat dan tradisi umat Islam berbeda-beda dalam menyambut bulan Ramadan yang mulia. Setiap negara memiliki gaya dan tradisi khasnya dalam menyambut bulan Ramadan.
Dengan adanya ragam budaya dan warisan rakyat yang berbeda, maka tradisi menyambut Ramadan dimasing-masing negara, bahkan daerah tidak sama. Hiasan Ramadan tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan meskipun harga-harga tinggi dan situasi ekonomi yang sulit.
Tag-tag khusus bulan Ramadan telah mendominasi media sosial, di mana persiapan dimulai di negara-negara Arab, Eropa, Afrik, Asia dan lainnya untuk menyambut bulan suci yang dirayakan dengan suasana kegembiraan, meskipun beberapa negara mengalami situasi sulit.
DI NEGARA-NEGARA ARAB :
Di Palestina, kebiasaannya adalah menghias rumah-rumah dengan lampu hiasan dan lentera untuk menyambut bulan Ramadan yang mulia, karena hal itu membawa kegembiraan dan sukacita bagi jiwa, terutama bagi anak-anak.
Palestina juga terkenal dengan tradisi Ramadan yang disebut :
"Fadah al-Wilayah (فَئْدَةُ الْوَلَايَةِ)"
Di mana ayah mengunjungi putri-putrinya yang sudah menikah dan saudara perempuannya, dan para paman mengunjungi mereka membawa hadiah dan makanan manis.
Di Mesir, lentera-lentera berwarna dan hiasan-hiasan dipasang di jalanan, jalan-jalan, dan di depan rumah-rumah.
Di Yaman, pasar-pasar ramai dengan warga yang berburu kebutuhan makanan dan peralatan dapur lainnya selama Ramadan.
"Sibana Ramadan (سِيْبَانَةُ رَمَضَانَ)" : adalah tradisi Ramadan yang terkenal di Lebanon, di mana warga Beirut melakukan piknik di pantai Beirut untuk menikmati makanan, minuman, dan kue pada hari terakhir bulan Sya’ban sebelum berpuasa di bulan Ramadan yang mulia.
Dengan perbedaan adat dan tradisi, para pengguna Twitter mengekspresikan kegembiraan mereka menyambut bulan taubat dan ampunan, sementara yang lain mengajak untuk :
"نَفْضُ غُبَارِ الْأَرْوَاحِ وَلَيْسَ غُبَارِ الْبُيُوتِ حُصْرًا".
"Membersihkan debu jiwa bukan hanya debu rumah semata".
Tagar "Ramadan Karim" menduduki peringkat pertama di antara tagar-tagar bulan Ramadan, dengan mencapai reaksi besar sekitar 2,1 juta, sementara komentar mencapai 843 ribu, dan jumlah postingan mencapai dua ribu. Puncak interaksi dengan tagar ini terjadi dengan 1,2 juta interaksi melalui komentar, suka, dan berbagi.
DI NEGARA-NEGARA EROPA :
Hisyam Awad berkata:
Adat dan tradisi umat Islam berbeda-beda dalam menyambut bulan Ramadan yang mulia. Setiap negara memiliki gaya dan tradisi khasnya dalam menyambut bulan Ramadan.
Pada masa-masa itu dalam setahun memberikan aura spiritualitas dan kekhususan yang membedakan setiap masyarakat Islam, namun yang selalu menyatukan mereka adalah kegembiraan mereka menyambut bulan Ramadan yang mulia. Salah satu dari negara-negara tersebut adalah negara Islam di Eropa, yaitu Albania.
Menurut surat kabar "Al-Ittihad" dari Uni Emirat Arab, orang Albania merayakan bulan Ramadan dengan beberapa kegiatan, termasuk pertukaran hidangan makanan antara tetangga tanpa memandang agama mereka, mengadakan pesta untuk tamu-tamu, dan terdapat juga adat dan tradisi asli, terutama terkait dengan hubungan keluarga, pertukaran kunjungan, dan penyelenggaraan acara berbuka puasa bersama. [https://almasrawi.com]
ADAT DAN TRADISI PENYAMBUTAN RAMADHAN DI HIJAZ - SAUDI ARABIA :
Penyambutan Ramadhab di wilayah Hijaz - Saudi Arabia ini dikenal dengan istilah “ASY-SYA’BANIYYAH”.
HIJAZ adalah : Daerah ini memanjang sejajar dengan Laut Merah “Laut Hijaz”. Di sebelah selatan Hijaz terdapat Kota Al-Qunfudzah dan Al-Lits, juga mencakup Kota Makkah, Thaif, Jeddah, Rabigh, Mandinah, Yanbu’, dan kota-kota sekitarnya. Sementara di sebelah utara, terdapat Kota Umm Lajj, Badar Al-Ula, Hanakiyah, dan Madain Shalih.
Dari Laut Merah, sebelah barat Hijaz menuju timur terdapat Tha’if, Herrat Al-Buqum, Ranyah, Al-Khurmah, kota-kota di timur pegunungan Hijaz, Madinah, Al-Ula, Madain Shalih, dan perbatasan Hijaz yang berujung di Gunung Hadhan, terletak di puncak Najed, sebelah utara Herrat Al-Buqum.
Berikut ini penulis mengutip beberapa artikel tentang asy-Sya’baniyah dari media online :
====
PERTAMA : ARTIKEL TENTANG TRADISI SYA’BANAH DI MAKKAH :
حِكَايَةٌ اسْتِقْبَالٍ مُمَيَّزٍ لِرَمَضَانِ.. أَهْلُ مَكَّةَ أَدْرَى بِـ"الشُّعْبَنَةِ"
Kisah Penyambutan kedatangan Ramadan yang Spesial.. Orang-orang Makkah yang Lebih Mengetahui tentang "Sya’banah"
Arabic.Net – di tulis oleh Hamid Al-Quraisyi :
Warga Makkah al-Mukarramah merayakan dengan lagu-lagu rakyat seperti "Hilat Lailat Ramadan", pada hari "Sya’banah", dalam sebuah tradisi tradisional untuk menyambut bulan Ramadan yang mulia. Keluarga Mekkah merayakan tradisi ini di tengah banyak tradisi Hijazi lainnya.
Abdul Aziz Al-Hudzali menyatakan bahwa penduduk Makkah al-Mukarramah merayakan Sya’banah selama bulan Sya'ban, sebuah tradisi tahunan yang telah diturunkan secara turun-temurun oleh penduduk sejak zaman dahulu dalam warisan tradisional dan budaya lama, dan para pemuda masih mempertahankannya sebagai tradisi sosial, meskipun godaan kehidupan dan modernitas.
Sementara itu, Ahmad Al-‘Utaibi mencatat bahwa :
"أَنَّ هُنَاكَ بَعْضَ الْأَسْرِ اسْتَغَلَّتْ انْتِهَاءَ الْاِخْتِبَارَاتِ النِّهَائِيَّةِ فِي الذَّهَابِ إِلَى الْحَدَائِقِ وَالْمَنَتَزِهَاتِ لِلتَّنَزُّهِ، وَإِحْيَاءَ عَادَةِ الشَّعْبَةِ بِتَنَاوُلِ الْأَكْلَاتِ الشَّعْبِيَّةِ وَالْأَلْعَابِ الْقَدِيمَةِ، وَسَطَ مُمَارَسَتِهِمْ لِلْفُنُونَ الشَّعْبِيَّةِ الْحِجَازِيَّةِ مِثْلَ فَنِّ الْمِزْمَارِ، حَتَّى سَاعَاتِ الصَّبَاحِ الْأُولَى".
"Sebagian keluarga memanfaatkan berakhirnya ujian akhir untuk pergi ke taman dan tempat rekreasi untuk bersantai, dan membangkitkan kembali tradisi Sya’banah dengan menikmati hidangan-hidangan rakyat dan permainan tradisional, sambil menggeluti seni rakyat Hijazi seperti musik al-mizmar, bahkan sampai dini hari."
Wakil Ketua Pusat Lingkungan Al-Misfalah di Asosiasi Pusat Lingkungan di Makkah al-Mukarramah, Mayor Dokter Muhammad Al-Manshaoui, mengatakan:
"الشَّعْبَنَةُ هِيَ عَادَةٌ مَكِّيَّةٌ اجْتِمَاعِيَّةٌ تُرْتَبِطُ بِشَهْرِ شَعْبَانَ، وَلا يُمْكِنُ التَّنَازُلُ عَنْهَا، خَصُوصًا أَنَّهَا تَجْمَعُ الْأَهْلَ وَالْأَصْدِقَاءَ الَّذِينَ لَمْ يَجْتَمِعُوا مُنْذُ وَقْتٍ طَوِيلٍ، وَتَكُونُ فِي الْغَالِبِ فِي آخِرِ شَهْرِ شَعْبَانَ، يُقِيمُهَا الْعَدِيدُ مِنْ أَهَالِي مَكَّةَ الْمُكَرَّمَةِ".
"Sya’banah adalah tradisi sosial Mekah yang terkait dengan bulan Sya'ban, dan tidak bisa diabaikan, terutama karena itu menyatukan keluarga dan teman-teman yang tidak bertemu dalam waktu yang lama, dan biasanya di akhir bulan Sya'ban, banyak penduduk Makkah al-Mukarramah yang merayakannya."
====
KEDUA : ARTIKEL TENTANG TRADISI SYA’BANAH DI HIJAZ :
"الشَّعْبَنَةُ" بالْحِجَازِ بَيْنَ الْمَاضِي وَالْحَاضِرِ
"Sya’banah" di Hijaz Antara Masa Lalu dan Sekarang
Di Tulis oleh Yasir Ba'Amir - Jeddah
"Sya’banah" adalah warisan lama yang diikuti oleh penduduk Hijaz di kota-kota di barat Saudi Arabia dalam melaksanakan ritualnya sejak pertengahan bulan Sya'ban yang mencapai puncaknya dalam dua hari terakhir bulan tersebut, untuk merayakan kedatangan bulan Ramadan yang mulia, dan mengucapkan selamat tinggal kepada makanan dan minuman di siang hari.
Dan sebagian orang mengatakan ini dengan ungkapan
(يَا نَفْسَ مَا تَشْتَهِي)
(Hai jiwa, apa yang kamu inginkan)
Yang merupakan frasa yang terinspirasi sesuai dengan konteksnya dari istilah mengucapkan selamat tinggal kepada bulan Sya'ban.
Cara merayakan "Sya’banah" berbeda dari satu generasi ke generasi berikutnya, di masa lalu keluarga-keluarga di kota-kota Hijaz - Makkah al-Mukarramah, Madinah, Jeddah, dan Ta'if - biasanya pergi ke taman liar dan kebun-kebun, tetapi sekarang ini dirayakan di rumah-rumah besar atau di tempat peristirahatan.
Menurut beberapa sumber yang peduli dengan mendokumentasikan sejarah dan warisan Hijaz, "Sya’banah" adalah folklore rakyat yang sulit untuk menetapkan rentang sejarahnya.
Sebagian orang mengindikasikan bahwa itu adalah kumpulan akumulasi tradisi dan adat istiadat sosial yang berkembang sesuai dengan budaya dan perubahan politik dan sosial masyarakat, sementara yang lain melihatnya sebagai tradisi yang diturunkan dari zaman Mamluk ke kota-kota Hijaz.
Terlepas dari sejarah dan konteksnya yang beragam, maka dipandang dari sisi hukum, "Sya'banah" ini dianggap sebagai :
"بِدْعَةٌ وَضَلَالَةٌ يُحَرَّمُ الْاحْتِفَالُ بِهَا" لِمُخَالَفَتِهَا النُّصُوصَ الشَّرْعِيَّةَ الْمُسْتَمَدَّةَ مِنَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ".
"Bid'ah dan kesesatan yang dilarang untuk dirayakan" karena melanggar teks-teks hukum yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah”.
Baru-baru ini, Hai’ah Kibaaril ‘Ulama [Lembaga Ulama Besar] mengeluarkan fatwa yang mengharamkan tradisi ini.
Dalam konteks menguatkan ikatan, penulis Hijaz, Dr. Asim Hamdan, dalam wawancara dengan Al Jazeera Net, menyatakan bahwa :
أَنَّ "مَوْجَةَ الْهِجْرَاتِ الَّتِي تَوَافَدَتْ عَلَى الْحِجَازِ قَدِيمًا وَمِنْ مُخْتَلِفِ الثَّقَافَاتِ وَالشُّعُوبِ، طَوَّرَتْ كَثِيرًا فِي نَمْطِيَّةِ هَذَا الْفَلْكُورِ".
"gelombang migrasi yang datang ke Hijaz secara historis dari berbagai budaya dan bangsa telah banyak mengembangkan pola folklore ini."
Hamdan menceritakan bahwa :
"الأُسَرُ كَانَتْ تَدْفَعُ مُبْلَغًا مَالِيًّا يُطْلَقُ عَلَيْهِ (القُطَّةُ) مُسَاهَمَةً مِنْهَا فِي مَصَارِيفِ إِعْدَادِ الِاحْتِفَالِ وَتَحْضِيرِ الْوَلَائِمِ وَالْأَكْلَاتِ الشَّعْبِيَّةِ، إِضَافَةً إِلَى تَجْهِيزَاتِ مَكَانِ الِاحْتِفَالِ الَّذِي غَالِبًا مَا يَكُونُ عَبَارَةً عَنْ مَخِيمٍ فِي الْمَنَاطِقِ الْبَرِيَّةِ، حَيْثُ تُمَارَسُ الْأَلْعَابُ الشَّعْبِيَّةُ كَرْقْصَةِ الْمُزَمَّارِ وَمَا يُعْرَفُ بِاللَّهْوِ الْمُبَاحِ نِسْيَانًا لِلْأَحْزَانِ".
"Para keluarga biasanya memberikan sumbangan keuangan yang disebut 'quththah' untuk membantu biaya persiapan perayaan dan persiapan hidangan-hidangan rakyat, serta persiapan tempat perayaan yang sering kali berupa kemah di daerah pedesaan, di mana mereka mengadakan permainan rakyat seperti tarian al-mizmar dan apa yang dikenal sebagai hiburan yang halal untuk melupakan kesedihan."
Di kalangan generasi muda di Hijaz, Hamdan menyatakan bahwa konsep Sya’banah telah berkembang pesat, dengan bentuk perayaan baru seperti pesta barbekyu, acara seni dan bernyanyi bersama, serta perjalanan laut.
Jenis dan macam makanan yang dihidangankan :
Setiap kota di Hijaz terkenal dengan hidangan khasnya dalam merayakan Sya'banah, di mana Makkah al-Mukarramah, misalnya, dikenal dengan hidangan "As-Saliiq, Al-Mabsyour, dan nasi Arobi", sementara Madinah terkenal dengan hidangan "Al-Husaysah" (yang terdiri dari kurma dan tepung dicampur dengan mentega liar).
Situasi Terkikis dan Pudarnya Tradisi Sya’banah :
Meskipun Sya’banah adalah warisan populer yang sudah ada sejak lama, namun ada situasi penurunan yang dihadapi warna Hijaz ini.
Sejarawan Saudi, Zaid Al-Fadhil, menegaskan bahwa ritual Sya’banah telah menurun di kalangan penduduk Hijaz karena "perubahan demografis yang terjadi di kota-kota Hijaz akibat datangnya migrasi anak-anak Badui ke Hijaz serta migrasi penduduk Hijaz ke daerah lain, ditambah dengan kurangnya perhatian dari pihak berwenang dalam pemantauan dan pencatatan warisan Hijaz."
Di sisi lain, Hamdan mengatributkan sebab penurunan tradisi Sya’banah kepada :
"تَشَدُّدُ الرُؤْيَةِ الدِّينِيَّةِ بِالسَّعُودِيَّةِ فِي التَّعَامُلِ مَعْ هَذِهِ الْعَادَةِ كُونَهَا بِدْعَةً مَحْرُمَةً لَا تُجُوزُ"
"Pengetatan pandangan keagamaan di Arab Saudi dalam menangani tradisi ini sebagai bid'ah yang haram".
Dia menganggap pembid’ahan ini tidak benar karena tidak seharusnya menarik warisan tradisi rakyat ke dalam konteks keagamaan, tetapi harus diletakkan dalam kerangka komunikasi sosial.
Hamdan dan Al-Fadhil menyerukan kepada Komisi Pariwisata dan Peninggalan Budaya Saudi untuk lebih memperhatikan pencatatan warisan dan budaya rakyat ini yang mewakili sejarah wilayah Hijaz.
[Sumber: Al Jazeera Net].
====
KETIGA : SERANGKAIAN TRADISI MASYARAKAT HIJAZ (BAGIAN 1: SYA’BANAH)
سِلْسِلَة عَادَاتِ أَهْلِ الْحِجَازِ (1 الشَّعْبَنَة)
Wawancara dan Laporan oleh Nahaal Saami.
Nahaal Saami berkata :
Masyarakat Hijaz memiliki tradisi khusus yang disebut "Sya’banah" sebelum bulan Ramadan yang mulia tiba. Tradisi ini adalah pertemuan keluarga dan kerabat di salah satu rumah atau keluar untuk bersantai atau menyewa tempat rekreasi, di mana suasana hangat dan kasih sayang mengisi udara, seolah-olah mereka berkumpul untuk menyambut bulan yang mulia ini dengan satu tangan dan satu suara.
Selama bulan Sya’ban, sekitar pertengahan bulan, masyarakat Hijaz mulai mempersiapkan Sya’banah keluarga, mengatur dan mengkoordinasikan, dan seperti biasa, aspek negatif mulai muncul dengan kenaikan harga tempat rekreasi dan biaya restoran yang tinggi. Meskipun demikian, tradisi ini tetap berjalan dan lanjut .
Saya mencoba untuk mendapatkan pandangan dari beberapa pihak yang tertarik dan yang mewakili opini publik dalam isu penting ini dalam hidup kita. Kami memiliki kehormatan untuk bertemu dan wawancara dengan Doktor Sabah Abu Zanadah, Profesor Hassan Bashri, Profesor Adel Najjar, dan Ibu Jamilah Mursyid.
Saya tanyakan kepada mereka pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
Apa itu "Sya’banah" Hijaz?
Dr. Subah Abu Zanadah menjawab:
“Di setiap akhir bulan Sya'ban, pasti disana akan ada pertemuan keluarga, di mana kita mengucapkan selamat tinggal bulan Sya’ban pada waktu makan siang dan makan malam, dan menyambut waktu sahur puasa Ramadhan dan berbuka puasa.
Ini adalah kebiasaan yang indah untuk merayakan kedatangan Ramadan, di mana kita berbagi pembicaraan tentang persiapan Ramadan, harga barang, dan segala sesuatu yang terkait dengan Ramadan seperti pakaian baru untuk shalat, kerudung baru, gelas untuk minuman, dan termos untuk air. Dengan kata lain, ini persiapan dengan segala sesuatu yang baru untuk menyambut Ramadan.
Tidak ada hari khusus untuk pertemuan ini tetapi pertemuan menjadi lebih sering di akhir bulan Sya'ban”.
Hassan Bashry, seorang guru seni pendidikan khusus dan seniman lukisan, menjawab:
“Sya’banah adalah hari sebelum Ramadan, sering kali di paruh kedua bulan tersebut, di mana keluarga dan teman dekat berkumpul dalam suasana kegembiraan dan memberikan dorongan untuk beribadah dan berbuat baik selama Ramadan. Ini adalah kesempatan untuk mendorong anak-anak untuk berpuasa dan beribadah, terutama bagi mereka yang akan memulai puasa dalam tahun yang sama. Saya belum pernah melihat kebiasaan ini kecuali di Hijaz dan masyarakatnya di mana pun mereka berada”.
Jamilah Murshid, seorang spesialis kedokteran keluarga di Unit Kesehatan Kedua di Makkah, menambahkan:
"Sebagian keluarga di Hijaz merayakan Sya’banah untuk mengucapkan selamat tinggal pada tahun sebelum Ramadan dan menyambut tahun berikutnya. Waktunya biasanya setelah pertengahan bulan Sya’ban hingga hari terakhir dalam bulan tersebut."
Apakah Anda ingin kebiasaan ini tetap berlanjut atau hilang? Dan mengapa?
Dr. Subah Abu Zanadah menjawab:
“ Tentu saja, saya ingin kebiasaan ini tetap berlanjut karena itu memperkuat hubungan keluarga dan menjadi cara untuk bertemu dengan semua orang sebelum Ramadan untuk menyelesaikan masalah dan membersihkan jiwa sebelum Ramadan. Tentu saja, kebiasaan ini akan terus berlanjut dengan izin Allah Yang Maha Tinggi”.
Adil Najjar berkata: “Ya, saya berharap pula kembalinya tradisi-tradisi yang indah lainnya yang telah punah, seperti "Al-Rakb", yang merupakan perjalanan bersama dari Makkah dan Jeddah ke Madinah menggunakan keledai dan melakukan perjalanan di jalan hijrah yang pernah dilakukan oleh Nabi kita Muhammad ﷺ.
Hassan Bashry berkata: “Ya, itu adalah kebiasaan yang indah, dan saya tidak melihat alasan untuk menghentikannya. Sebaliknya, itu merupakan cara yang baik untuk keluarga dan kerabat bertemu”.
Jamilah Murshid menambahkan: “Saya tidak berharap kebiasaan ini menghilang karena ini adalah momen indah di mana anggota keluarga berkumpul dan generasi baru bisa melihat semua kerabat mereka. Ini adalah kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain, dengan syarat tidak ada eksploitasi atau kebiasaan yang merugikan agama seperti yang telah menyebar seperti bernyanyi dan campur baur yang bertentangan dengan ajaran agama”.
Sumber : https://garbnews.net>news [غرب الإخبارية]
====
KEEMPAT : "ASY-SYA'BANAH" ADALAH BID'AH DAN KESESATAN..
DAN ASALNYA ADALAH TRADISI KRISTEN.
"الشَّعْبَنَة" بِدْعَةٌ وَضَلالَةٌ.. وَأَصْلُهَا عَادَةٌ نَصْرَانِيَّةٌ.
Di kutip dari : Media online Jaridah Al-Madina
Diterjemahkan oleh: Abu Haitsam Fakhri
"Asy-Sya’banah" adalah bid'ah dan kesesatan.. dan asalnya adalah tradisi Kristen
Bulan Sya'ban adalah waktu yang digunakan oleh Rasulullah ﷺ untuk puasa, memohon ampunan, membersihkan diri, dan melatih diri untuk puasa. Akan tetapi sebagian dari penduduk Hijaz, pada akhir Sya'ban, melakukan sebagian perintah-perintah agama dan sangat memperhatikan untuk melakukan pertemuan keluarga serta silaturahmi, memperkuat hubungan sosial dan keluarga, namun sayangnya mereka keluar dari hal-hal tersebut, mereka terperosok pada hal-hal yang dilarang oleh al-Habib al-Mushthofa Nabi ﷺ, di mana mereka terbiasa melakukan perbuatan maksiat, yaitu dengan mengadakan kumpul-kumpul untuk mengadakan pesta bernyanyi dan alat musik [konser musik] sementara para remaja laki-laki dan perempuan pergi ke pasar untuk melepaskan emosional mereka dan melibatkan diri dalam percakapan yang tidak pantas.
Semuanya itu dilakukan di bawah payung : “Perpisahan dengan bulan Sya'ban, kemaksiatan dan dosa serta menyambut Ramadan, bulan kebaikan dan rahmat, untuk menahan diri dari keinginan dan menempatkannya dalam lingkaran ibadah”.
Itulah acara yang dinamakan "Asy-Sya’banah".
Untuk lebih banyak cahaya tentang hal ini.. "Al-Madina" telah menemui dengan beberapa tokoh .
Dr. Hasan Zain Al-Kaaf mengatakan :
إِنَّ مَا يُقَامُ تَحْتَ ظِلَّ مَسْمَى الشُّعْبَنَةِ عَادَاتٌ سَيِّئَةٌ لَا تُرَمِّزُ لِأَهَالِي الْحِجَازِ، لِأَنَّهَا عَادَاتٌ دَخِيلَةٌ وَمُكْتَسَبَةٌ مِنْ شُعُوبٍ مُخْتَلَطَةٍ مَعَ مُجْتَمَعِنَا، خَاصَّةً أَنَّ الْمَمْلَكَةَ تُعْتَبَرُ أَكْبَرَ الدُّوَلِ الَّتِي تَضُمُّ خَلِيطًا مِنَ الْجِنْسِيَّاتِ وَيَتَرَكَّزُ هَذَا الْخَلِيطُ فِي مَنْطِقَةِ الْحِجَازِ وَيَجِبُ عَلَيْنَا نَحْنُ كَحُجَّازِيِّينَ جِيرَانًا لِلْحَرَمَيْنِ الشَّرِيفَيْنِ أَنْ نَسْتَقْبِلَ رَمَضَانَ وَنُودِعَ شَعْبَانَ بِمَا كَانَ يَفْعَلُهُ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنُكْثِرَ مِنْ صِيَامِ شَعْبَانَ وَالِاسْتِغْفَارِ وَالتَّسْبِيحِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ
“Bahwa apa yang disebut sebagai "Asy-Sya’banah" adalah kebiasaan buruk yang tidak mencerminkan penduduk Hijaz, karena itu adalah kebiasaan asing dan diadopsi dari masyarakat yang berbeda dengan masyarakat kita, terutama karena Kerajaan ini dianggap negara terbesar yang memiliki campuran dari berbagai negara dan campuran ini terpusat di wilayah Hijaz dan kita sebagai penduduk Hijaz, tetangga bagi kedua tanah Haram, harus menyambut Ramadan dan mengucapkan selamat tinggal kepada Sya'ban seperti yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dan kita harus banyak berpuasa di bulan Sya'ban, memohon ampunan, bertasbih, dan membaca Al-Qur'an Al-Karim.
Dan ia menambahkan:
أَسَاءَنِي مَا نَشَرَتْهُ إِحْدَى الصُّحُفِ لِصُورِ بَعْضِ الشَّخْصِيَّاتِ الْبَارِزَةِ فِي مَنْطِقَةِ الْحِجَازِ، وَهِيَ تَحْتَفِلُ بِالشُّعْبَنَةِ وَهَذَا فِيهِ تَشْجِيعٌ عَلَى إِقَامَةِ مَا لَا يَرْضَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَيَنْهَى عَنْهُ الدِّينُ الْإِسْلَامِيُّ.
“ Saya merasa kesal atas apa yang diterbitkan oleh salah satu surat kabar tentang gambar beberapa tokoh terkenal di wilayah Hijaz, sedang merayakan "Asy-Sya’banah" dan ini adalah dorongan untuk mengadakan sesuatu yang tidak diterima oleh Allah Azza wa Jalla dan dilarang oleh agama Islam”.
Menurut Sheikh Saleh bin Muhammad al-Jabri, khotib di Masjid Um Al-Khair :
إِنَّ الشُّعْبَنَةَ عَادَةٌ بَدَأَتْ فِي الْعَهْدِ الْمَمْلُوكِيِّ ثُمَّ انْتَقَلَتْ إِلَى بِلَادٍ أُخْرَى وَمِنْهَا الْحِجَازُ وَقَدْ مَارَسَهَا أَهْلُ الْحِجَازِ فِي الْبِدَايَةِ بِهَدَفِ زِيَارَةِ وَلِقَاءِ الْأَهْلِ وَالْأَقَارِبِ لِلتَّسَامُحِ وَالتَّصَافِي فِيمَا بَيْنَهُمْ حَتَّى يَسْتَقْبِلُوا شَهْرَ رَمَضَانَ بِنُفُوسٍ جَدِيدَةٍ خَالِيَةٍ مِنَ الْحَقْدِ وَالْبَغْضَاءِ وَالْغِلًّ. وَلَكِنْ هَذِهِ الْعَادَةُ تَطَوَّرَتْ بِمُرُورِ الْأَيَّامِ فَتَوَسَّعَ بَعْضُ النَّاسِ فِيهَا بِمُمَارَسَةِ الْمُبَاحَاتِ وَارْتِكَابِ الْمَعَاصِي وَالْآثَامِ وَبِخَاصَّةٍ بَعْضُ الشَّبَابِ مِنَ الْجِنْسَيْنِ بِدَعْوَى
«افْعَلْ مَا يُحِلُّ لَكَ قَبْلَ أَنْ يُحَبِّسَكَ رَمَضَانُ»
وَهَذَا الْأَمْرُ هُوَ الَّذِي دَعَا كَثِيرًا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ قَدِيمًا وَحَدِيثًا لِلتَّحْذِيرِ مِنْ هَذِهِ الْعَادَةِ وَالَّتِي قَدْ تَصِلُ بِالْإِنْسَانِ إِلَى الْخُسْرَانِ فِي دِينِهِ وَدُنْيَاهُ
فَقَدْ قَالَ الْإِمَامُ ابْنُ رَجَبٍ رَحِمَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِ لُطَائِفِ الْمَعَارِفِ (وَلَرُبَّمَا ظَنَّ بَعْضُ الْجُهَّالِ إِنَّ الْفِطْرَ قَبْلَ رَمَضَانَ يُرَادُ بِهِ اغْتِنَامُ الْأَكْلِ لِتَأْخُذَ النُّفُوسُ حَظَّهَا مِنَ الشَّهَوَاتِ قَبْلَ أَنْ تَمْتَنِعَ عَنْ ذَلِكَ بِالصِّيَامِ. وَذَكَرُوا أَنَّ أَصْلَ ذَلِكَ مُتَلَقًّى مِنْ النَّصَارَى فَإِنَّهُمْ يَفْعَلُونَهُ عِنْدَ قُرْبِ صِيَامِهِمْ وَهَذَا كُلُّهُ خَطَأٌ وَجَهْلٌ مِمَّا ظَنُّوهُ. وَرُبَّمَا لَمْ يَقْتَصِرْ بَعْضُهُمْ عَلَى اغْتِنَامِ الشَّهَوَاتِ الْمُبَاحَةِ بَلْ يَتَعَدَّى إِلَى الْمُحَرَّمَاتِ وَهَذَا هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ)
“Sumber-sumber sejarah menyatakan bahwa tradisi “Asy-Sya’banah dimulai pada masa Dinasti Mamluk kemudian menyebar ke negara-negara lain termasuk Hijaz.
Awalnya, penduduk Hijaz melakukannya dengan tujuan untuk mengunjungi dan bertemu keluarga serta kerabat untuk memaafkan dan membersihkan hubungan di antara mereka sehingga mereka menyambut bulan Ramadan dengan jiwa yang baru, bebas dari dendam dan kebencian. Namun, tradisi ini berkembang seiring waktu, sebagian orang-orang memperluasnya dengan melakukan hal-hal yang dihalalkan (mubah) serta melakukan dosa-dosa dan kemaksiatan, terutama sebagian pemuda dari kedua jenis kelamin dengan dalih :
"افعَلْ مَا يَحْلُو لَكَ قَبْلَ أَنْ يُحْبِسَكَ رَمَضَانُ"
"Lakukan apa yang kamu inginkan sebelum Ramadan mengekangmu".
Hal ini menyebabkan banyak ulama baik dahulu maupun sekarang memperingatkan dari tradisi ini yang dapat membawa seseorang kepada kerugian dalam agama dan dunianya.
Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata dalam kitab Lata'if al-Ma'arif :
(Dan mungkin sebagian orang-orang bodoh mengira bahwa 'ifthar [makan-makan] sebelum Ramadan' dimaksudkan untuk menikmati makanan agar jiwa-jiwa dapat memperoleh bagian dari hawa nafsu sebelum ditahan dengan puasa.
Mereka menyebut bahwa asal-usulnya berasal dari orang-orang Nasrani karena mereka melakukan hal itu menjelang hari-hari berpuasa mereka, semua itu adalah kesalahan dan kebodohan dari apa yang mereka kira. Bahkan, sebagian dari mereka tidak terbatas pada menikmati hal-hal yang dihalalkan, tetapi mereka melampaui batas hingga pada hal-hal yang diharamkan, dan ini adalah kerugian yang jelas) [Selesai ucapan Ibnu Rajab rahimahullah].
Syeikh Al-Fawzan berkata : Umat Islam disarankan untuk mematuhi sunnah dan menghindari bid'ah dalam bulan Sya'ban dan bulan-bulan lainnya.
Dr. Saleh bin Fawzan al-Fawzan, anggota Hai’ah Kibaar al-‘Ulama, mengatakan :
إِنَّ كُلَّ الْأَحَادِيثِ الْوَارِدَةِ فِي فَضَائِلِ شَهْرِ شَعْبَانَ أَوْ بَعْضِهِ لَا تَصِحُّ وَلَا يَجُوزُ الْعَمَلُ بِهَا مَا عَدَا صِيَامِ أَغْلِبِ شَعْبَانَ. فَقَدْ صَحَّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامُهُ وَالْاِحْتِفَالُ بِلَيْلَةِ الْخَامِسِ عَشْرِ مِنْهُ وَتَقْدِيمُ الْهَدَايَا فِيهِ كُلَّ ذَلِكَ بِدْعَةٌ مُحْدَثَةٌ (وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ) وَالْمُنَاسِبَاتُ الَّتِي تُقَامُ بِاسْمِ الشُّعْبَنَةِ كُلَّهَا بِدْعَةٌ لَا أَصْلَ لَهَا وَالْوَاجِبُ عَلَى الْمُسْلِمِينَ التَّزَامُ السُّنَّةِ وَاجْتِنَابُ الْبِدَعِ فِي شَعْبَانَ وَغَيْرِهِ. وَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ رَغْبَةٌ فِي الْخَيْرِ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ فَإِنَّهُ يَكْتَفِي بِالْعَمَلِ بِمَا صَحَّ بِهِ الدَّلِيلُ فِي شَعْبَانَ وَغَيْرِهِ وَاللَّهُ الْمَوْفِقُ.
“Sesungguhnya semua hadis yang menyebutkan keutamaan bulan Sya'ban atau sebagian darinya tidak sah, dan tidak boleh diamalkan kecuali puasa sebagian besar bulan Sya'ban.
Puasa dan perayaan malam kelima belas bulan Sya'ban bersama dengan memberi hadiah pada malam itu semuanya adalah bid'ah yang baru (dan setiap bid'ah adalah kesesatan).
Perayaan-perayaan yang diadakan dengan nama Sya'ban semuanya adalah bid'ah tanpa dasar.
Kewajiban bagi umat Islam adalah mematuhi sunnah dan menghindari bid'ah dalam bulan Sya'ban dan bulan-bulan lainnya. Bagi siapa pun yang ingin kebaikan dan amal yang baik, ia harus puas dengan melakukan apa yang disahihkan oleh dalil dalam bulan Sya'ban dan bulan-bulan lainnya”. Wallaahu al-Muwaffiq (Allah yang memberi petunjuk). [SELESAI]
*****
TRADISI PENYAMBUTAN BULAN RAMADHAN DI SHAN’AA – YAMAN
Tradisi Ini Dikenal Dengan Istilah
“YAA NAFSU MAA TASYTAHII”
يَا نَفْسُ مَا تَشْتَهِيْ!
Artinya : Yaa Nafsu Maa Tasytahii : wahai jiwa, apa yang kau inginkan ?
Berikut ini kutipan dari artikel yang berjudul :
"يَا نَفْسُ مَا تَشْتَهِي"، عَادَةُ الْيَمَنِيِّينَ لِاِسْتِقْبَالِ رَمَضَانَ
تَقَالِيدُ أَشْبَهُ بِالْأَعْيَادِ الدِّينِيَّةِ فِي صَنْعَاءَ.
Yaa Nafsu Maa Tasytahii : wahai jiwa, apa yang kau inginkan ?
Tradisi yang mirip dengan perayaan keagamaan di Sanaa
Ditulis oleh Manar Salah
Senin, 12 April 2021
====
Khulud ar-Rawdhi, bersama wanita-wanita keluarganya dan beberapa temannya, bersiap-siap menyambut bulan Ramadan tahun ini, dimana mereka telah mulai menyiapkan kebutuhan Ramadan sejak awal bulan Sya'ban, sesuai dengan kebiasaan penduduk di lingkungan mereka. Mereka pergi berbelanja hampir setiap hari untuk mempersiapkan apa pun yang dapat mereka beli. Khulud tinggal di salah satu lingkungan di Kota Shan’aa yang bersejarah bersama keluarganya yang telah mewarisi tradisi kota tersebut selama beberapa dekade.
Di minggu-minggu terakhir bulan Sya'ban, mereka bersiap-siap untuk menyiapkan salah satu tradisi kota yang paling khas, yaitu "Ya Nafsu Maa Tasytahii", sebuah tradisi yang paling penting dan dipersiapkan dengan baik.
Khulud mengatakan kepada Media "al-Khuyuuth" :
إِنَّ هَذِهِ المُنَاسَبَةَ تُعْتَبَرُ إحْدَى أَهَمِّ المُنَاسِبَاتِ الشَّائِعَةِ فِي الْحَيِّ، إذْ تُعْتَبَرُ عَادَةً مُهِمَّةً دَاخِلَ كُلِّ مَنْزِلٍ، وَلَهَا طُقُوسٌ خَاصَّةٌ يُمَارِسُهَا السُّكَّانُ كُلَّ عَامٍ، حَيْثُ تَعْمَلُ عَلَى تَحْسِينِ وَتَوْطِيدِ الْعَلاقَاتِ الأَسْرِيَّةِ، بالإِضَافَةِ إِلَى أَنَّهَا تُتَيِّحُ لِمَّ شَمَلِ الأَسْرِ، وَهَذَا يُعْتَبَرُ مِنْ أَهَمِّ مُمَيِّزَاتِ "يَا نَفْسُ مَا تَشْتِي".
“Bahwa peristiwa ini dianggap salah satu perayaan yang paling penting di lingkungan mereka, menjadi tradisi yang signifikan di setiap rumah, dengan ritual khusus yang dilakukan oleh penduduk setiap tahunnya. Tradisi ini bertujuan untuk memperkuat hubungan keluarga, serta memberikan kesempatan untuk bersatu kembali. Hal ini dianggap sebagai salah satu keuntungan terbesar dari Ya Nafsu Maa Tasytahii",.
Jadwal yang telah ditentukan.
Biasanya, hari penyambutan Ramadhan ini dirayakan pada akhir bulan Sya'ban, meskipun beberapa keluarga, terutama keluarga besar, merayakannya secara berkesinambungan dalam beberapa hari terakhir, dan beberapa keluarga merayakan hari ini lebih dari sekali, setiap kali di rumah yang berbeda. Persiapan upacara hari ini dimulai dari pertengahan bulan Sya'ban, sesuai dengan ucapan Khuloud.
Panggilan ' Ya Nafsu Maa Tasytii?’ " tidak terbatas pada makanan dan minuman bagi wanita saja, dahulu perayaan keagamaan itu dianggapnya lebih dari sekadar sosial, di mana wanita menyajikan makanan kepada pria di ruang khusus bagi mereka, sementara wanita tetap berada di ruangan lain, lalu pria pergi ke masjid setelah makan untuk berzikir di sana, sementara wanita tetap di rumah untuk berzikir kemudian makan-makan.
Penting untuk dicatat bahwa penduduk Kota Sanaa yang bersejarah dengan sabar menanti hari ini . Dan hari penyambutan Ramadhan ini sangat terkait dengan berbagai hidangan paling lezat. Ini juga merupakan kesempatan sosial di mana orang-orang berusaha untuk menyatukan keluarga, kerabat, dan teman-teman, serta menyegarkan hubungan mereka dan membersihkan hati dari dendam, untuk menyambut bulan suci dengan hati yang bersih dan bebas dari segala keburukan.
Banyak warga Yaman di San’aa dan provinsi-provinsi lainnya, terutama di provinsi-provinsi utara, yang melaksanakan ritual ini, namun ritual ini mendapat perhatian khusus di San’aa yang bersejarah dan telah menjadi seperti hari raya agama; karena perhatian besar yang diberikan penduduk di dalam kota.
Ritual Acara
Khulud dan para wanita lainnya, sejak pagi hari, bekerja membuat makanan lezat dan menggugah selera hingga siang hari, lalu mereka mulai berkumpul di salah satu rumah, biasanya rumah keluarga besar. Persiapan dan pengaturan dimulai hingga sore, di mana mereka mengumpulkan makanan dan minuman di ruang tamu yang besar, yang telah dihiasi dengan lampu dan lentera Ramadan.
Khulud berkata :
"وَيَتَمِيزُ هَذَا الْيَوْمُ بِأَنَّهُ يَجْمَعُ جَمِيعَ الْمَأْكُولَاتِ الْيَمَنِيَّةِ وَالشَّامِيَّةِ فِي مَائِدَةٍ وَاحِدَةٍ، حَتَّى الْمَأْكُولَاتِ الْعَرَبِيَّةِ تَكُونُ حَاضِرَةً فِي هَذَا الْيَوْمِ"
"Hari penyambutan Ramdhan ini ditandai dengan mengumpulkan semua hidangan Yaman dan Syam [Suriah] di satu meja, bahkan hidangan Arab hadir dalam acara ini".
Hari penyambutan Ramadhan ini dianggap sebagai pertemuan keluarga terbesar, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau di luar Sanaa. Namun, belakangan ini, semakin sulit bagi semua anggota keluarga untuk berkumpul; karena perang yang melanda Yaman sejak Maret 2015, dan karena situasi ekonomi yang dialami warga, yang membuat keluarga terpisah. Namun, hal itu tidak menghalangi Khulud dan keluarganya untuk merayakannya, katanya, dan dia menambahkan bahwa terlepas dari semua yang terjadi, mereka masih berkumpul dan merayakannya dalam kondisi apapun, meskipun kebahagiaan terlihat agak redup.
Tradisi Kuno
Fatimah Saleh, (70 tahun), salah satu penduduk Kota Lama, mengatakan:
"إِنَّ هَذِهِ الْعَادَةَ مُتَوَاتِرَةٌ بَيْنَ الْأَجِيَالِ مِنْذُ قَدِيمِ الزَّمَانِ، وَلَمْ يَمُرْ عَلَيْهَا عَامًا وَاحِدًا دُونَ أَنْ تَحْضُرَ هَذِهِ الْجَلْسَاتُ".
“Sesungguhnya ahwa tradisi ini telah berlangsung dari generasi ke generasi sejak zaman dahulu, dan tidak ada satu tahun pun yang berlalu tanpa adanya pertemuan-pertemuan ini”.
Dia menambahkan kepada Media "al-Khuyuuth" :
"إنَّ الْآبَاءَ وَالْأَجْدَادَ أَيْضًا كَانُوا يَحْتَفِلُونَ بِهِ بِكُلِّ فَرَحٍ وَحُبٍّ، وَقَدْ خَلَفُوهَا لَهُمْ، وَأَنَّهُ رُبَّمَا تَوَارَثُوا هَذِهِ الْعَادَةَ عَنْ الْأَتْرَاكِ إِبَانَ حُكْمِ الْعُثْمَانِيِّينَ فِي الْيَمَنِ، لِتَصْبَحَ شَيْئًا أَسَاسِيًّا فِي حَيَاةِ الْكَثِيرِ مِنْ الْأُسَرِّ فِي الْيَمَنِ".
“Sesungguhnya para orang tua dan para kakek nenek juga merayakannya dengan sukacita dan cinta, dan mereka mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Mungkin mereka mewarisi tradisi ini dari orang Turki selama pemerintahan khilafah Turki Utsmani di Yaman, sehingga menjadi bagian penting dalam kehidupan banyak keluarga di Yaman.
Panggilan 'Ya nafs, maa Tasytii [wahau nafsu, apa yang kau inginkan]?'" tidak hanya terbatas pada makanan dan minuman bagi wanita saja, dahulu dianggap sebagai perayaan keagamaan lebih dari sekadar sosial; di mana wanita menyajikan makanan kepada pria di ruang khusus bagi mereka, sementara wanita tetap berada di ruangan lain. Kemudian pria pergi ke masjid setelah makan untuk berzikir di sana, sementara wanita tetap di rumah untuk berzikir dan makan. Namun, ritual-ritual ini belakangan ini mulai mengecil dan berubah menjadi tradisi sosial yang dilakukan wanita sebagian besar waktu untuk berkumpul, makan, minum, dan berbicara tentang segala hal, sesuai dengan apa yang diungkapkan Fatimah.
Selain perang telah menyebabkan banyak bencana, termasuk ketidakmampuan keluarga untuk berkumpul dalam acara ini dan ketidakmampuan beberapa orang untuk mengadakannya, mengingat kondisi kehidupan mereka. Kemudian datanglah COVID-19 yang membuat tradisi ini benar-benar terhenti pada tahun lalu, 2020, bagi sebagian besar keluarga di Sanaa, karena mereka mematuhi langkah-langkah pencegahan akibat penyebaran COVID-19. Amal al-Wajih kepada "Khayat" mengatakan bahwa mereka tidak merayakan acara ini tahun lalu meskipun penting bagi keluarganya, dan keputusan ini mengecewakan mereka, tetapi tahun ini tampaknya lebih bahagia dan penuh sukacita karena mereka akan merayakannya lagi.
Meskipun acara ini telah menipis dan tidak diadakan di beberapa lingkungan pada tahun-tahun sebelumnya, banyak orang bersiap-siap untuk menghidupkannya kembali tahun ini dan mengembalikannya dengan kehangatan sosialnya dan pentingnya secara sejarah dan agama. Banyak keluarga di Kota Lama, dengan mendekorasi rumah mereka dari dalam di sebagian besar lingkungan Kota Lama San’aa dengan cara yang mencolok dan belum pernah terjadi sebelumnya, sebagai persiapan menyambut bulan Ramadan. Ritual-ritual ini dianggap sebagai ritual penting yang mengembalikan kegembiraan yang hilang akibat perang bagi banyak orang.
Sumber : dari al-Khuyuuth.web. [الخيوط ويب]
*****
TRADISI PENYAMBUTAN RAMADHAN DI ALBANIA – EROPA
Nomor IslamWeb: 135285
Ramadhan di Albania :
Albania terletak di tenggara Eropa, dan merupakan salah satu negara di Semenanjung Balkan. Jumlah penduduknya sekitar 3,4 juta jiwa, dengan persentase Muslim mencapai lebih dari 80% dari total penduduk, yang sebagian besar adalah orang Albania, dengan sedikit persentase orang Yunani. Muslim di Albania menikmati kebebasan beragama yang diakui, dan negara memperbolehkan mereka untuk menjalankan ibadah keagamaan mereka. Saat ini, terdapat sekitar 270 masjid di Albania, dari sekitar 1667 masjid yang digunakan oleh umat Islam Albania sebelum pemerintahan komunis melarang kebebasan beragama.
Persiapan Umat Islam di Albania untuk menyambut bulan Ramadan dimulai dengan distribusi brosur dan selebaran yang menjelaskan keutamaan bulan suci ini dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Para imam masjid dan pengkhotbah memberikan serangkaian pelajaran dan ceramah, yang memfokuskan pada keutamaan Ramadan. Biasanya, beberapa imam dan ulama dari Turki diundang selama bulan suci ini untuk memberikan manfaat dari ilmu dan bimbingan mereka, terutama dalam memimpin shalat tarawih. Imam-imam masjid di Albania berusaha untuk menyelesaikan bacaan Al-Quran selama bulan ini. Imam Turki membacakan sebagian Al-Quran setiap hari di masjid setelah shalat Dzuhur, dengan jemaah yang mendengarkan dengan penuh perhatian saat dia membaca ayat-ayat Al-Quran yang mulia.
Salah satu persiapan umat Islam di Albania untuk menyambut bulan ini adalah menyediakan tempat khusus untuk shalat tarawih yang selalu ramai dengan kehadiran yang istimewa dan antusiasme yang umum.
Umat Islam di Albania menantikan bulan Ramadan dengan sangat bersemangat, dan mereka mempersiapkan diri dengan sepenuh hati. Begitu pihak otoritas Islam mengumumkan awal puasa, kebahagiaan mengalir di hati semua orang, dan mereka saling bertukar ucapan selamat datangnya bulan suci ini, seperti "Selamat Hari Raya" dan "Ramadan Kariim" (Gezuar Ramazanin).
Ketika bulan Ramadan dimulai, suara beduk terdengar di berbagai tempat di Albania, mengumumkan kedatangan bulan suci ini. Tradisi memukul beduk tidak hanya terjadi pada waktu sahur dan berbuka, tetapi juga berlanjut di beberapa daerah selama siang hari selama satu atau dua hari, sebagai ungkapan kegembiraan dan kebahagiaan menyambut bulan ketaatan dan ampunan. Setelah itu, tradisi memukul beduk hanya terbatas pada waktu sahur dan berbuka. Adzan maghrib juga disiarkan melalui saluran utama setiap hari selama bulan Ramadan.
Selama bulan puasa, semua Umat Islam Albania, baik yang taat maupun yang tidak, menjalankan puasa bersama-sama.
Salah satu kebiasaan baik di kalangan orang Albania [Eropa] adalah bahwa mereka tidak begadang, dan mereka pergi tidur lebih awal, serta bangun untuk menyantap sahur sebagai persiapan untuk menjalani puasa mereka.
Sosok "musahhirati" ( المُسَحِّرَاتِي/ orang yang senantiasa keliling membangunkan untuk sahur) hadir di daerah-daerah tersebut, mungkin diwarisi dari tradisi Turki; di mana seseorang dengan membawa alat musik drum membangunkan orang-orang, sering kali mengulang doa-doa dan penghormatan agama. Ketika bulan Ramadan berakhir, penduduk memberinya imbalan berupa uang atau hadiah sebagai penghargaan atas jasanya.
Berbuka puasa bersama sering terjadi di daerah bagian utara dan tengah Albania, di mana jumlah Muslim lebih banyak; beberapa yayasan amal bertanggung jawab atas ini, di mana pada masa lalu, yayasan tersebut telah aktif dalam kegiatan amal dan kebaikan, tetapi kegiatan mereka telah menurun belakangan ini karena perubahan dan dampak yang terjadi di dunia.
Salah satu kebiasaan terpuji di kalangan orang Albania selama bulan Ramadan adalah meningkatnya rasa persaudaraan dan kasih sayang di antara orang-orang, bahkan di antara Muslim dan Nasrani; perselisihan menjadi berkurang, kunjungan menjadi lebih sering, dan Nasrani juga terpengaruh oleh suasana Ramadan, bahkan beberapa dari mereka bertanya tentang waktu malam Lailatul Qadr dan berusaha untuk memperhatikannya. Bahkan beberapa dari mereka berpuasa di malam itu karena mereka mengenal nilainya dan kedudukannya!
Tidak semua Muslim di Albania rajin menunaikan salat, karena sebagian dari mereka hanya mengenal Islam sebatas namanya saja; jumlah mereka yang benar-benar mengikuti ajaran Islam sangat sedikit, dan sebagian para orang tua menganggap Ramadan hanya sebagai kebiasaan bukan ibadah, sehingga mereka hampir tidak mengetahui apa-apa tentang pentingnya bulan ini, yang mereka ketahui hanya bahwa mereka harus menahan diri dari makan dan minum selama siang hari.
Beberapa bid'ah dan kepercayaan tidak benar juga tersebar di beberapa daerah terpencil. Namun, bulan Ramadan dihormati secara khusus dan memiliki tempat yang mulia di mata sebagian besar Umat Islam Albania.
Selama bulan Ramadan, di masjid-masjid di Albania diadakan kelas ilmu agama dan kelompok tilawah Al-Quran, yang dipimpin oleh para imam dari Albania sendiri dan juga oleh penduduk asli Arab dan Turki yang tinggal di sana. Beberapa masjid penting di sana termasuk Masjid Dine Hoxha di ibu kota dan Masjid Ethem Beu.
Dan orang Albania menghabiskan malam-malam bulan ini antara dengan Salat Tarawih, qiyamul lail (sholat malam), dan berbincang-bincang.
Di bulan ini, amal kebajikan dan kebaikan antar sesama menjadi banyak, orang-orang memberikan sedekah dari harta mereka sendiri, atau memberikannya kepada lembaga amal yang kemudian mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya.
Orang-orang juga mempererat hubungan kekerabatan dan bersilaturahmi, pertemuan dan kegiatan antar umat Muslim meningkat di siang dan malam hari bulan suci ini, di mana mereka saling berbagi cerita keagamaan, dan membahas berbagai masalah yang dihadapi oleh saudara Muslim mereka di berbagai penjuru dunia Islam.
Salat Tarawih memiliki keistimewaan tersendiri bagi umat Muslim Albania, di mana salat ini mendapat perhatian luar biasa, biasanya dilakukan di masjid jika memungkinkan, jika tidak, dilakukan di rumah seseorang. Di sebagian besar masjid, Salat Tarawih terdiri dari dua puluh rakaat, tetapi di beberapa masjid, hanya delapan rakaat. Banyak wanita Muslim Albania yang memperhatikan dan menghadiri salat ini. Di beberapa masjid, pembacaan Al-Quran juga dilakukan selama Salat Tarawih. Setelah selesai Salat Tarawih, biasanya terdapat doa bersama yang dipimpin oleh imam atau salah seorang yang saleh, yang kemudian diikuti oleh jamaah.
Tidak jarang, ada orang-orang yang hanya melakukan Salat Tarawih tanpa melaksanakan salat lima waktu yang wajib, baik di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan.
Adapun praktek i'tikaf tidak umum di kalangan lansia Muslim Albania, namun generasi muda Muslim yang baru, terutama yang menyelesaikan studi mereka di berbagai negara Islam, cenderung untuk menghidupkan dan memelihara tradisi ini. Mereka melakukan i'tikaf di masjid-masjid pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, menghabiskan waktunya dalam ketaatan kepada Allah dan ibadah, serta memberi tahu orang di sekitar mereka tentang pentingnya menjalankan tradisi yang diberkahi ini.
Malam Lailatul Qadr bagi Muslim Albania jatuh pada malam kedua puluh tujuh, dan mereka merayakannya dengan sangat meriah. Mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam tersebut, menghabiskan sebagian besar malam dengan berdiri khusyuk di hadapan Allah.
Saat bulan Ramadan akan berakhir, orang-orang bersiap-siap menyambut tamu baru yang akan datang, yakni hari raya Idul Fitri. Ini adalah kesempatan berharga bagi semua orang untuk bertemu, saling berkunjung, bertanya tentang kabar, dan merencanakan masa depan dengan harapan yang cerah.
*****
TRADISI PENYAMBUTAN RAMADHAN DI KUWAIT
Dikenal dengan istilah
“HAFLAH AL-QURAISY”
Apa itu makna Haflah AL-Quraisy menjelang Ramdhan ?:
Jawabannya :
إِنَّ الْاِحْتِفَالَ يَوْمَ قُرَيْشٍ هُوَ عَادَةٌ كُوَيْتِيَّةٌ قَدِيمَةٌ لَا تَزَالُ قَائِمَةً حَتَّى الْآنَ ، يَجْتَمِعُ خِلَالَهَا الْأَهْلُ وَالْأَصْدِقَاءُ وَتَنَاوُلُ طَعَامٍ مَعًا فِي نِهَايَةِ شَهْرِ شَعْبَانَ، لِاِسْتِقْبَالِ شَهْرِ رَمَضَانَ الْكَرِيمِ .
“Pesta hari Quraisy adalah tradisi kuno Kuwait yang masih berlangsung hingga saat ini. Pada hari tersebut, keluarga dan teman-teman berkumpul untuk makan bersama di akhir bulan Sya'ban, sebagai persiapan menyambut bulan Ramadan yang mulia”.
Sumber : [https://wikikuwait.com] ما هو القريش قبل رمضان في الكويت
Aayat Muhammad dalam artikelnya “ما هو حكم القريش قبل رمضان” berkata :
أَنَّها عَادَةٌ كُوَيْتِيَّةٌ جَمِيلَةٌ، يُمَارِسُهَا الْكُوَيْتِيُّونَ مُنْذُ الْقِدَمِ تَأَثُّرًا بِالْقَبَائِلِ السَّعُودِيَّةِ.
“Ini adalah tradisi Kuwait yang indah, yang telah dipraktikkan oleh orang Kuwait sejak zaman dahulu terpengaruh oleh kabilah-kabilah Saudi”.
Syeikh Yahya Syamiah berkata :
مَا هُوَ القُرَيْشُ قَبْلَ رَمَضَانَ؟ إِنَّ الْقُرَيْشَ أَوْ يَوْمَ الْقُرَيْشِ كَمَا يُعْرَفُ بِاسْمِهِ مِنَ الْعَادَاتِ وَالْأَيَّامِ الَّتِي اشْتُهِرَتْ عِنْدَ أَهْلِ الْكُوَيْتِ، وَتَحْدِيدًا قَبْلَ رَمَضَانَ الْمُبَارَكِ بِيَوْمٍ أَوْ لَيْلَةٍ، حَيْثُ تَجْتَمِعُ الْأُسْرَ مِنَ الْعَائِلَةِ الْوَاحِدَةِ فِي بَيْتٍ وَاحِدٍ، وَكُلُّ أُسْرَةٍ تَحْضُرُ مَعَهَا الطَّعَامَ، وَيُتَمُّ إِعْدَادُ وَلِيمَةٍ يُتَمُّ مِنْ خِلَالِهَا تَوْدِيعُ أَيَّامِ الْفِطْرِ وَاسْتِقْبَالُ أَيَّامِ الصِّيَامِ.
Apa itu al-Quraisy sebelum Ramadan ? Al-Quraisy atau hari al-Quraisy seperti yang dikenal dengan namanya adalah salah satu tradisi dan hari-hari yang terkenal di kalangan penduduk Kuwait, terutama sehari atau malam sebelum Ramadan yang mulia, di mana keluarga dari satu keluarga berkumpul di satu rumah, dan setiap keluarga membawa makanan bersama mereka, dan diatur pesta di mana mereka mengucapkan selamat tinggal pada hari-hari lebaran dan menyambut hari-hari puasa. [ Kutipan dari Wiki Mausuu’ah Kuwaitiyyah Syaamilah]
SYEIKH MAUDHIY AL-MIFTAH :
Syeikh Maudhi Al-Miftah berkata dalam artikelnya “Haflatul Quraisy”:
حَفْلَةُ الْقُرَيْشِ
مُنْذُ أَنَّ كُنَّا صِغَارًا وَنَحْنُ نَعْرِفُ أَنَّ آخِرَ يَوْمٍ فِي شَعْبَانَ يَكُونُ «قُرَيْشًا»، وَهُوَ مِنَ الْعَادَاتِ الْقَدِيمَةِ التِّي تَتَمَيَّزُ بِهَا الْكُوَيْتُ وَتُبْرِزُ بِسَاطَتِهَا، وَاِسْتِعْدَادُ أَهْلِ الْكُوَيْتِ لِاِسْتِقْبَالِ رَمَضَانَ طَوَالَ شَهْرِ شَعْبَانَ مِنْ دَقِّ الْهَرِيسِ وَتَنْقِيَةِ «الْعَيْشِ» أَيِ الْأَرْزِ، مِنَ الشَّلَبِ وَالْأَوْسَاخِ وَتَنْظِيفِ الْبَهَارَاتِ وَغَسْلِهَا وَطَحْنِهَا، وَهَذَا تَقُومُ بِهِ النِّسَاءُ بِتَعَاوُنِهِنَّ مَعَ بَعْضِهِنَّ كُلَّ يَوْمٍ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ الْفَرِيجِ، مِمَّا يَدُلُّ عَلَى التَّعَاوُنِ فِيمَا بَيْنَهُنَّ، وَأَنَّ الْفَرِيجَ بَيْتٌ وَاحِدٌ، وَلِهَذَا يَكُونُ آخِرَ يَوْمٍ فِي شَعْبَانَ فَرْحَةً بِإِنْجَازِ كُلِّ الْعَمَلِ وَالِاِسْتِعْدَادِ لِرَمَضَانَ، وَالْقُرَيْشُ هُوَ أَنْ تَأْتِيَ كُلُّ سَيِّدَةٍ بِمَا هُوَ مَوْجُودٌ فِي الْمَنْزِلِ دُونَ أَيِّ تَكَلُّفٍ، مِنْ أَكْلٍ وَقْتِ الْغَدَاءِ أَوِ الْعَشَاءِ، لِأَنَّهُنَّ مَشْغُولَاتٌ فِي إِنْهَاءِ الْعَمَلِ لِاِسْتِقْبَالِ رَمَضَانَ.
أَمَّا الْيَوْمَ فَإِنَّ الْقُرَيْشَ هُوَ حَفْلَةٌ وَعَزُوْمَةٌ فِي الْمَنْزِلِ أَوْ فِي الْمَطَاعِمِ، وَلَيْسَ شَرْطًا أَنْ يَكُونَ فِي آخِرِ يَوْمٍ فِي شَعْبَانَ بَلْ فِي آخِرِ أُسْبُوعٍ مِنْ شَعْبَانَ، وَقَدْ يَتَطَلَّبُ التَّجَمُّعُ دَرَاعَةً وَتَجْهِيزًا مِنْ مَطْعَمٍ وَكُلِّ مَا لَذَّ وَطَابَ مِنْ أَصْنَافِ الْأَكْلِ. مَا لَا أَفْهَمُهُ فِي الْحَقِيقَةِ هُوَ لِمَاذَا كُلَّ هَذَا الْأَكْلُ؟ وَعَلَى مَاذَا يَحْتَفِلُونَ؟ مَاذَا أَنْجَزُوا مِنْ عَمَلٍ مِنْ أَجْلِ الِاِسْتِعْدَادِ لِرَمَضَانَ غَيْرَ شِرَاءِ الدَّرَاعَاتِ وَتَجْهِيزِ سَلَّالِ الْقُرْقُيعَانِ وَتَخْزِينِ الْمَوَادِّ الْغَذَائِيَّةِ وَتَكْدِيسِهَا وَكَأَنَّ الْجَمَعِيَّاتِ التَّعَاوُنِيَّةِ سَتَغْلِقُ؟
وَمَضَةٌ
الْقُرَيْشُ يَوْمٌ بَسِيطٌ بِالْأَكْلِ وَالْجُودِ مِنَ الْمَوْجُودِ، وَلَكِنَّهُ الْيَوْمَ أَصْبَحَ حَفْلَةً يَكْفِي الْأَكْلُ الزَّائِدُ فِيهَا لِغَذَاءِ مُخِيَّمٍ لِاِجْئِيِّنَ.
Pesta Quraisy
"Sejak kami kecil, kami tahu bahwa hari terakhir di bulan Sya'ban adalah 'Quraisy', sebuah tradisi lama yang menjadi ciri khas Kuwait dengan kesederhanaannya. Penduduk Kuwait bersiap menyambut Ramadan sepanjang bulan Sya'ban dengan membuat Harees, membersihkan beras dari serpihan dan kotoran, membersihkan rempah-rempah, mencucinya, dan menggilingnya. Wanita-wanita melakukannya dengan bekerja sama setiap hari di rumah-rumah di lingkungan mereka, menunjukkan kerjasama di antara mereka. Hari terakhir di bulan Sya'ban adalah hari kebahagiaan karena menyelesaikan semua persiapan untuk Ramadan. Quraisy adalah saat setiap wanita membawa apa yang ada di rumah tanpa beban, makanan untuk makan siang atau makan malam, karena sibuk menyelesaikan pekerjaan untuk menyambut Ramadan.
Sekarang, Quraisy menjadi pesta dan jamuan di rumah atau di restoran, tidak harus pada hari terakhir bulan Sya'ban tetapi biasanya pada akhir pekan terakhir bulan Sya'ban. Acara tersebut membutuhkan persiapan dari restoran dengan berbagai hidangan lezat. Saya tidak mengerti mengapa begitu banyak makanan? Apa yang mereka rayakan? Apa yang mereka lakukan selain mempersiapkan diri untuk Ramadan selain membeli persediaan dan menumpuk makanan seolah-olah toko serba ada akan tutup?
Sekilas
Quraisy adalah hari sederhana dengan makanan yang ada, tetapi sekarang menjadi pesta [yang berlebihan] di mana makanan yang tersisa cukup untuk memberi makan kamp para pengungsi”.
Sumber : [ جريدة القبس – حفلة القريش]
TULISAN YAHYA SYAMIYAH :
Yahya Syamiah pada: 29 September 2023, 09:33 dalam “Wiki Mausuu’ah Kuwautiyyah Syaamilah” sbb menshare tulisan sbb :
ما هو حكم حفلة يوم قريش قبل رمضان
وما هو حكم إقامة الولائم في قبل شهر رمضان، حيث اشتهر يوم القريش في دولة الكويت تحديدًا، يقوم فيه الكويتيون بالاجتماع في بيت العائلة الكبير لرؤية الهلال في أول ليلة من رمضان، ولتناول وليمة ضخمة في آخر يوم من شعبان المبارك، وعبر موقع ويكي الخليج سيتم توضيح حكم القريش قبل رمضان المبارك في دولة الكويت .....
ما هو حكم القريش قبل رمضان
اختلف أهل العلم في مسألة يوم قريش، فمنهم من قال أنه مباح، ومنهم من قال إنه من البدع، فمن قال إن قريش مباح، فذلك يكون في حال كان الاجتماع لأجل الاجتماع العائلي وصلة الرحم قبل رمضان، وتوثيق عرى المحبة فلا حرج فيه، أما من قال ببدعيته، فقالوا أن النصارى لهم عادة يفعلونها قبل صومهم يجتمعون للأكل في كل عام، ففي قريش تشبّه بهم، فالأولى تركها في هذه الحال، لكن إن كان المسلم يقصد بها الإحسان والإطعام لوجه الله فلا حرج فيها والله أعلم.
حكم الولائم بمناسبة قدوم رمضان ذكر أهل العلم أن الاحتفال بقدوم شهر رمضان ليس له أصل عند السلف، ولم يقم به النبي -صلى الله عليه وسلم- أو أحد من أصحابه، فلم تُقام الولائم، ولم تتم دعوة الناس إلى الموائد للطعام، فلو تكرر الأمر في كلّ عامٍ، وقام به المسلمون، فإن ذلك يدخل في ضوابط البدعة المحظورة، ومن قال إنها من العادات الحسنة، فالأصل أن الخير باتباع هدي النبي -صلى الله عليه وسلم- فقد حثّ الناس على إفطار الصائمين، فذاك فيه خير وفعله أولى، والإنفاق على وجوه الخير في رمضان أولى من الوليمة قبله والله ورسوله أعلم.
Apa hukum Haflah Quraisy sebelum Ramadan ?
Dan apa hukum mengadakan pesta sebelum bulan Ramadan, di mana hari Quraisy terkenal di negara Kuwait khususnya, yaitu tradisi orang Kuwait berkumpul di rumah keluarga besar untuk melihat bulan tsabit pada malam pertama Ramadan, dan untuk makan bersama, pesta besar pada hari terakhir bulan Sha'ban yang diberkahi ?
Melalui situs “Wiki Gulf” dijelaskan hukum Quraisy sebelum Ramadan yang mulia di negara Kuwait. Yaitu sbb :
Apa hukum acara Quraisy sebelum Ramadhan?
Para ulama berselisih pendapat mengenai masalah hari Quraisy. Ada di antara mereka yang mengatakan bahwa itu adalah hal yang diperbolehkan, dan ada pula yang mengatakan bahwa itu termasuk bid'ah.
Bagi yang mengatakan bahwa Quraisy diperbolehkan, hal itu terjadi ketika pertemuan dilakukan untuk tujuan kebersamaan keluarga dan hubungan kekerabatan sebelum Ramadhan, serta untuk memperkuat cinta kasih, maka tidak ada masalah dalam hal itu.
Namun bagi yang menyatakan sebagai amalan bid'ah, mereka mengatakan bahwa orang-orang Nasrani juga memiliki kebiasaan melakukan hal tersebut sebelum berpuasa, mereka berkumpul untuk makan setiap tahunnya. Dalam Quraisy, ini menyerupai kebiasaan mereka. Oleh karena itu, lebih baik untuk meninggalkannya dalam kondisi seperti ini, tetapi jika seorang Muslim bermaksud untuk berbuat baik dan memberi makan karena Allah, maka tidak ada masalah dalam hal itu . Wallaahu a’lam.
Tentang hukum pesta menyambut kedatangan Ramadhan, para ulama menyatakan bahwa merayakan kedatangan bulan Ramadhan tidak memiliki dasar yang sahih dari Salaf, dan Nabi -ﷺ- atau salah satu sahabatnya tidak pernah melakukannya. Oleh karena itu, pesta tidak diadakan dan orang-orang tidak usah diundang untuk makan bersama. Jika hal ini terulang setiap tahun dan dilakukan oleh umat Islam, maka hal itu masuk dalam kerangka bid'ah yang terlarang. Bagi yang mengatakan bahwa itu adalah kebiasaan yang baik, prinsipnya kebaikan adalah dengan mengikuti petunjuk Nabi -ﷺ- karena beliau menganjurkan orang-orang untuk bersedekah makanan bagi orang yang hendak berbuka puasa, itu adalah lebih baik dan lebih utama daripada pesta sebelumnya. Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. [ kutipan dari Wiki Mausuu’ah Kuwaitiyyah Syaamilah====
TULISAN AYAT MUHAMMAD :
"Ditulis oleh: Aayat Muhammad. Pada tanggal: 29 September 2023, pukul 21:08."
حكم قريش قبل رمضان
اختلفت الآراء حول حكم يوم قريش قبل رمضان، حيث يرى بعض الشيوخ أنها عادة شعبية محببة لا محظور فيها، فهي وليمة تجتمع عليها العائلة، ويمكن أن تشمل الجيران والأصدقاء أيضًا، وفي هذا وصل للأرحام، وشعور بالدفء العائلي، ونشر للبهجة، فتكون مباحة لما لها من عوائد طيبة على النفس، ولكن يوجد بعض الشيوخ يفضلون تجنبها مثل: ابن رجب؛ لكونه يرى أن المسيحيين يفعلون عادة تشبه هذه عند اقتراب صيامهم، أي أنها تشبه بغير المسلمين، ويتفق معه الشيخ عثمان الخميس، ويرى أن تركه هو الأصل لتجنب الوقوع في البدع والضلالة
حكم إقامة الولائم احتفالا بقدوم رمضان يقول أهل العلم أن اجتماع الأقارب قبل رمضان بيوم لتناول الطعام وتوديع شهر شعبان، واستقبال رمضان يكون بدعة إذا قيد بوقت، ولا يشرع له الاجتماع، حيث إن إعداد الولائم لاستقبال شهر رمضان لم يكن أمرًا شائعًا لدى السلف الصالح، وكونها عادة قديمة متوارثة، لا يبرر مشروعيتها. ختامًا تمت الإجابة عن ما هو حكم قريش قبل رمضان؟ على حسب آراء الشيوخ الذي أثاروا هذه المسألة على شبكات التواصل الاجتماعي على الإنترنت، مع عرض توضيح لأسباب وجهتي النظر في هذا الأمر.
Hukum Quraish Sebelum Ramadan
Pendapat tentang hukum hari Quraish sebelum Ramadan berbeda-beda, di mana beberapa ulama menganggapnya sebagai tradisi rakyat yang dicintai tanpa ada larangan, karena itu merupakan perjamuan yang menyatukan keluarga, tetapi juga bisa melibatkan tetangga dan teman, yang menguatkan hubungan keluarga dan menyebarkan kegembiraan, sehingga dianggap halal karena memiliki manfaat positif bagi jiwa.
Namun, ada beberapa ulama yang lebih memilih untuk menghindarinya seperti Ibnu Rajab; karena dia melihat bahwa umat Kristen juga melakukan tradisi serupa saat mendekati puasa mereka, yang berarti itu menyerupai non-Muslim, dan pandangan ini didukung oleh Syaikh Utsman Al-Khamis, yang melihat meninggalkannya sebagai prinsip untuk menghindari jatuh ke dalam bid'ah dan kesesatan.
Hukum Mengadakan Pesta untuk Merayakan Kedatangan Ramadan, para ulama mengatakan bahwa pertemuan kerabat sebelum Ramadan untuk makan bersama dan mengucapkan selamat tinggal kepada bulan Sya'ban, dan menyambut Ramadan, menjadi bid'ah jika diikat oleh waktu, dan tidak diizinkan untuk melakukan acara pertemuan, karena menyelenggarakan perjamuan untuk menyambut bulan Ramadan bukanlah praktik umum di kalangan salaf yang saleh, dan karena itu sama saja dengan mengabadikan tradisi kuno nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun , itu tidak membenarkan pensyariatan-nya.
Sebagai penutup, pertanyaan tentang hukum Quraish sebelum Ramadan telah dijawab berdasarkan pendapat para ulama yang memunculkan masalah ini di jejaring sosial di internet, dengan penjelasan mengenai alasan di balik kedua pandangan dalam hal ini.
Sumber : Islamweb.net, Hukum Mengadakan Pesta untuk Merayakan Kedatangan Ramadan, 06/03/2023
FATWA SYEIKH BIN BAAZ :
Syeikh Bin Baaz -rahimahullah- berkata:
وَلا أَعْلَمُ شَيْئًا مُعَيَّنًا لِاِسْتِقْبالِ رَمَضانَ، سَوى أَنْ يُسْتَقْبَلَهُ المُسْلِمُ بِالْفَرَحِ وَالسُّرُورِ وَالاغْتِباطِ وَشُكْرِ اللَّهِ أَنْ بَلَّغَهُ رَمَضانُ.
"Saya tidak tahu adanya sesuatu yang khusus dalam rangka untuk menyambut bulan Ramadhan selain seorang muslim menerimanya dengan kegembiraan, kebahagiaan, semangat dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar Allah menyampaikannya kepada bulan Ramadhan". (Majmu' Fatawa 15/9)
Ya Allah, sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan dan bantulah kami di dalamnya untuk berpuasa dan qiyamullail.
https://www.facebook.com/share/v/Doa4SjSp7oH8LKF9/?mibextid=oFDknk
0 Komentar