Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

HUKUM MENGANGKAT KEDUA TANGAN PADA SETIAP TAKBIR DALAM SHALAT JENAZAH

 HUKUM MENGANGKAT KEDUA TANGAN PADA SETIAP TAKBIR DALAM SHALAT JENAZAH.

Di Tulis Oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

 ==

====

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

===***===

Telah terjadi ijma' (kesepakatan) para ulama tentang disyariatkannya mengangkat kedua tangan pada takbir pertama dalam shalat hari raya dan shalat jenazah. Ijma' ini telah dinukil oleh Ibnu Mundzir, Ibnu Qudamah, an-Nawawi, dan lainnya. 

Namun para ulama berbeda pendapat tentang mengangkat tangan pada takbir-takbir lainnya.

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:

قَالَ ابْنُ الْمُنْذِرِ فِي كِتَابَيْهِ الْأَشْرَافِ وَالْإِجْمَاعِ: ‌أَجْمَعُوا ‌عَلَى ‌أَنَّهُ ‌يَرْفَعُ ‌فِي ‌أَوَّلِ ‌تَكْبِيرَةٍ واختلفوا في سائرها

Ibnu Mundzir dalam dua kitabnya, *al-Isyraf* dan *al-Ijma’*, mengatakan: *"Para ulama sepakat bahwa tangan diangkat pada takbir pertama, namun mereka berbeda pendapat mengenai takbir-takbir lainnya."* (Selesai dari *Syarh al-Muhadzdzab* 5/232).

Mayoritas ulama dari mazhab Syafi'i, Hanbali, dan Hanafi berpendapat bahwa mengangkat tangan disunnahkan dalam “shalat dua hari raya” karena takbir tersebut menyerupai takbiratul ihram.

Sedangkan mazhab Maliki berpendapat bahwa tangan tidak diangkat kecuali pada takbir pertama, dan ini adalah pendapat yang masyhur dalam mazhab mereka karena takbir-takbir yang lain menyerupai takbir saat sujud. 

===

Adapun mengenai takbir-takbir pada “sholat Jenazah” selain takbir pertama, maka para ulama rahimahumullah berbeda pendapat apakah tangan diangkat atau tidak?.

PENDAPAT PERTAMA :

Mazhab Syafi'i dan Hanbali juga berpendapat bahwa mengangkat kedua tangan disunnahkan dalam takbir-takbir shalat jenazah.

Termasuk Ibnu Mundzir, dia memilih pendapat bahwa tangan diangkat pada setiap takbir. (Lihat *al-Majmu‘* 5/232). 

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:

"فممن قَالَ بِالرَّفْعِ فِي كُلِّ تَكْبِيرَةٍ ابْنُ عُمَرَ وعمر ابن عبد العزيز وعطاء وسالم والزهرى وقيس ابن أبى حازم والاوزاعي والشافعي وأحمد واسحق وَبِهِ أَقُولُ. .... وَمِمَّنْ قَالَ يَرْفَعُ فِي كُلِّ تَكْبِيرَةٍ دَاوُد ".

Di antara yang berpendapat :  mengangkat kedua tangan pada setiap takbir adalah Ibnu Umar, Umar bin Abdul Aziz, Atha’, Salim, az-Zuhri, Qais bin Abi Hazem, al-Auza’i, asy-Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq. Aku pun berpendapat demikian .....

Dan termasuk yang berpendapat bahwa tangan diangkat pada setiap takbir adalah Dawud adz-Dzohiri”. [Baca : al-Majmu’ 5/232].

Dalam *al-Mausu‘ah al-Fiqhiyyah* (16/29) disebutkan:

"قَالَ الشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ: يُسَنُّ أَنْ يَرْفَعَ يَدَيْهِ فِي كُلِّ تَكْبِيرَةٍ" انْتَهَى.

*"Mazhab Syafi'i dan Hanbali berpendapat : disunnahkan mengangkat tangan pada setiap takbir."* (Selesai). 

Pendapat ini berargumentasi dengan alasan-alasan sebagai berikut :

Pertama : karena menyerupai takbir pertama, sebab takbir tersebut dilakukan dalam keadaan berdiri dan tegak, serta tidak terhubung dengan sujud maupun duduk. Oleh karena itu, disunnahkan mengangkat tangan sebagaimana dalam takbiratul ihram.

Kedua : hal ini diriwayatkan dari amalan sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu sebagiamana di sebutkan dalam Sunan al-Baihaqi dengan sanad yang sahih. 

Syaikh Bin Baaz rahimahullah berkata:

"السُّنَّةُ رَفْعُ الْيَدَيْنِ مَعَ التَّكْبِيرَاتِ الْأَرْبَعِ كُلِّهَا؛ لِمَا ثَبَتَ عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُمَا كَانَا يَرْفَعَانِ مَعَ التَّكْبِيرَاتِ كُلِّهَا، وَرَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ مَرْفُوعًا مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عُمَرَ بِسَنَدٍ جَيِّدٍ" انْتَهَى.

*"Sunnahnya adalah mengangkat tangan pada keempat takbir, karena telah tetap dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas bahwa keduanya mengangkat tangan pada setiap takbir. Riwayat ini diriwayatkan oleh ad-Daraquthni dalam bentuk marfu’ dari hadits Ibnu Umar dengan sanad yang baik."* (Selesai dari *Majmu‘ al-Fatawa* 13/148). 

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah pernah ditanya: *"Mana yang lebih utama dalam shalat jenazah, mengangkat tangan atau tidak?"* 

Beliau menjawab:

"الصَّوَابُ أَنَّ رَفْعَ الْيَدَيْنِ فِي تَكْبِيرَةِ الْجَنَازَةِ سُنَّةٌ فِي كُلِّ التَّكْبِيرَاتِ، كَمَا جَاءَ ذَلِكَ صَرِيحًا عَنْ ابْنِ عُمَرَ، وَمِثْلُ هَذَا مِنَ الْأُمُورِ التَّوْقِيفِيَّةِ الَّتِي لَا تَكُونُ إِلَّا عَنْ نَصٍّ، بَلْ جَاءَ عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَنَّهُ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي كُلِّ تَكْبِيرَةٍ..." انْتَهَى مِنْ "دُرُوسٍ وَفَتَاوَى الْحَرَمِ الْمَدَنِيِّ". 

*"Pendapat yang benar adalah bahwa mengangkat tangan dalam setiap takbir shalat jenazah merupakan sunnah, sebagaimana hal ini dinyatakan secara tegas oleh Ibnu Umar. Perkara seperti ini termasuk dalam hal-hal yang bersifat tauqifi (berdasarkan dalil), dan telah disebutkan dalam hadits bahwa Nabi mengangkat tangan dalam setiap takbir..."* (Selesai dari *Duruus wa Fatawa al-Haram al-Madani*). 

Beliau juga berkata:

"الْقَوْلُ الصَّحِيحُ أَنَّهُ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي كُلِّ تَكْبِيرَةٍ؛ لِأَنَّهُ صَحَّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، وَأَمَّا قَوْلُ بَعْضِهِمْ: إِنَّهُ فِي تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ فَقَطْ، فَهَذَا قَوْلٌ لِبَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ، وَلَكِنَّ الصَّحِيحَ أَنَّهُ فِي كُلِّ تَكْبِيرَةٍ" انْتَهَى.

*"Pendapat yang shahih dan benar adalah mengangkat tangan dalam setiap takbir, karena hal ini telah sahih dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Adapun pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa hanya takbiratul ihram saja yang diangkat, maka ini adalah salah satu pendapat dalam kalangan ulama, namun pendapat yang lebih kuat adalah bahwa tangan diangkat pada setiap takbir."* (Selesai dari *Majmu‘ al-Fatawa* 17/134).

PENDAPAT KEDUA :

Madzhab Hanafi dan Maliki berpendapat : tidak mengangkat kedua tangan dalam shalat jenazah kecuali pada takbir pertama.    

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:

قَالَ : وَقَالَ الثَّوْرِيُّ وَأَصْحَابُ الرَّأْيِ لَا يَرْفَعُ إلَّا فِي الْأُولَى

وَاخْتُلِفَ فِيهِ عَنْ مَالِكٍ هَذَا نَقْلُ ابْنِ الْمُنْذِرِ  .....

وَمِمَّنْ قَالَ يَخْتَصُّ بِالْأُولَى الْحَسَنُ بْنُ صَالِحٍ وَاحْتَجَّ لَهُمْ بِحَدِيثَيْنِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا صَلَّى عَلَى الْجِنَازَةِ " رَفَعَ يَدَيْهِ فِي أَوَّلِ تَكْبِيرَةٍ " زَادَ ابن عباس " ثم لا يعود " رواهما الدارقطني وَاحْتَجَّ أَصْحَابُنَا رَحِمَهُمُ اللَّهُ بِمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ .

وَالْجَوَابُ عَنْ حَدِيثَيْ ابْنِ عَبَّاسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ أنهما ضعيفان

Ia [Ibnu al-Mundzir] berkata: Ats-Tsauri dan para pengikutnya dari kalangan ahli ra’yu (mazhab Hanafi) berpendapat : tidak mengangkat kedua tangan kecuali pada takbir pertama.

Pendapat mengenai Imam Malik dalam hal ini terdapat perbedaan. Ini adalah riwayat dari Ibnu Mundzir.... 

Sedangkan di antara yang berpendapat bahwa hanya takbir pertama yang dikhususkan dengan mengangkat tangan adalah al-Hasan bin Shalih.

Mereka berdalil dengan dua hadits dari Ibnu Abbas dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, yang menyebutkan bahwa Rasulullah apabila shalat atas jenazah, *“Beliau mengangkat kedua tangannya pada takbir pertama.”*

Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan tambahan: *“Kemudian tidak mengulanginya lagi.”*

Kedua hadits ini diriwayatkan oleh ad-Daraquthni. 

Para ulama mazhab kami rahimahumullah berdalil dengan apa yang disebutkan oleh al-Mushannif.

Adapun jawaban terhadap hadits Ibnu Abbas dan Abu Hurairah adalah bahwa keduanya adalah dho’if. [Baca : al-Majmu’ 5/232].

Dalam *al-Mausu‘ah al-Fiqhiyyah* (16/29) disebutkan:

"وَلَا يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي غَيْرِ التَّكْبِيرَةِ الْأُولَى عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ فِي ظَاهِرِ الرِّوَايَةِ وَبِهِ قَالَ مَالِكٌ وَهُوَ الرَّاجِحُ فِي مَذْهَبِهِمْ -... " انْتَهَى.

*"Menurut riwayat yang masyhur dalam mazhab Hanafi, tangan tidak diangkat pada selain takbir pertama. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam Malik dan menjadi pendapat yang rajih dalam mazhab mereka...."* (Selesai). 

Syeikh al-Albaani berkata dalam Ahkaam al-Janaaiz 1/116 :

وَيُشْرَعُ لَهُ أَنْ يَرْفَعَ يَدَيْهِ فِي التَّكْبِيرَةِ الْأُولَى، وَفِيهِ حَدِيثَانِ: 

الْأَوَّلُ: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: *"أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ عَلَى جِنَازَةٍ فَرَفَعَ يَدَيْهِ فِي أَوَّلِ تَكْبِيرَةٍ، وَوَضَعَ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى"* 

أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ (2/165) وَالدَّارَقُطْنِيُّ (192) وَالْبَيْهَقِيُّ (284)، وَأَبُو الشَّيْخِ فِي *طَبَقَاتِ الْأَصْبَهَانِيِّينَ* (ص 262) بِسَنَدٍ ضَعِيفٍ، لَكِنْ يَشْهَدُ لَهُ الْحَدِيثُ الْآتِي وَهُوَ 

الثَّانِي: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ: *"أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ عَلَى الْجِنَازَةِ فِي أَوَّلِ تَكْبِيرَةٍ، ثُمَّ لَا يَعُودُ."* 

أَخْرَجَهُ الدَّارَقُطْنِيُّ بِسَنَدٍ رِجَالُهُ ثِقَاتٌ غَيْرَ الْفَضْلِ بْنِ السَّكَنِ فَإِنَّهُ مَجْهُولٌ، وَسَكَتَ عَنْهُ ابْنُ التُّرْكُمَانِيِّ فِي *الْجَوْهَرِ النَّقِيِّ* (4/44)! 

ثُمَّ قَالَ التِّرْمِذِيُّ عَقِبَ الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ: *"هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ، وَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِي هَذَا، فَرَأَى أَكْثَرُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ أَنْ يَرْفَعَ الرَّجُلُ يَدَيْهِ فِي كُلِّ تَكْبِيرَةٍ، وَهُوَ قَوْلُ ابْنِ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَاقَ."* 

وَقَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ: *"لَا يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِلَّا فِي أَوَّلِ مَرَّةٍ، وَهُوَ قَوْلُ الثَّوْرِيِّ وَأَهْلِ الْكُوفَةِ."* 

وَذُكِرَ عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ فِي الصَّلَاةِ عَلَى الْجِنَازَةِ: *"لَا يَقْبِضُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ."* وَرَأَى بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنْ يَقْبِضَ عَلَى شِمَالِهِ كَمَا يَفْعَلُ فِي الصَّلَاةِ.

Disyariatkan baginya untuk mengangkat tangan pada takbir pertama. Dalam hal ini terdapat dua hadits: 

**Pertama:** Dari Abu Hurairah: *“Bahwa Rasulullah bertakbir atas jenazah, lalu beliau mengangkat kedua tangannya pada takbir pertama dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri.”* 

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (2/165), ad-Daraquthni (192), dan al-Baihaqi (284). 

Juga oleh Abu asy-Syaikh dalam *Thabaqat al-Asbahaniyyin* (hlm. 262) dengan sanad yang lemah, tetapi hadits berikutnya menjadi penguatnya. 

**Kedua:** Dari Abdullah bin Abbas: *“Bahwa Rasulullah mengangkat kedua tangannya pada takbir pertama dalam shalat jenazah, lalu tidak mengulanginya lagi.”* 

Diriwayatkan oleh ad-Daraquthni dengan sanad yang para perawinya tsiqah, kecuali al-Fadhl bin as-Sakan yang majhul. Ibnu at-Turkumani dalam *al-Jauhar an-Naqi* (4/44) tidak memberikan komentar tentangnya. 

Kemudian, at-Tirmidzi setelah menyebutkan hadits pertama berkata: *“Hadits ini gharib. Ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Sebagian besar ulama dari kalangan sahabat Nabi dan selain mereka berpendapat bahwa seseorang mengangkat tangannya pada setiap takbir. Ini adalah pendapat Ibnu al-Mubarak, asy-Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq.”* 

Sebagian ulama berpendapat bahwa tangan hanya diangkat pada takbir pertama saja. Ini adalah pendapat ats-Tsauri dan ulama Kufah. 

Diriwayatkan dari Ibnu al-Mubarak bahwa ia berkata mengenai shalat jenazah: *“Tangan kanan tidak menggenggam tangan kiri.”* Sebagian ulama berpendapat bahwa tangan kanan tetap diletakkan di atas tangan kiri sebagaimana yang dilakukan dalam shalat. [Kutipan Selesai].

Dan Syeikh al-Albaani juga berkata :

وَلَمْ نَجِدْ فِي السُّنَّةِ مَا يَدُلُّ عَلَى مَشْرُوعِيَّةِ الرَّفْعِ فِي غَيْرِ التَّكْبِيرَةِ الْأُولَى، فَلَا نَرَى مَشْرُوعِيَّةَ ذَلِكَ، وَهُوَ مَذْهَبُ الْحَنَفِيَّةِ وَغَيْرِهِمْ، وَاخْتَارَهُ الشَّوْكَانِيُّ وَغَيْرُهُ مِنَ الْمُحَقِّقِينَ. 

وَإِلَيْهِ ذَهَبَ ابْنُ حَزْمٍ فَقَالَ: (5/ 128): "وَأَمَّا رَفْعُ الْأَيْدِي فَإِنَّهُ لَمْ يَأْتِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ رَفَعَ فِي شَيْءٍ مِنْ تَكْبِيرَةِ الْجَنَازَةِ إِلَّا فِي أَوَّلِ تَكْبِيرَةٍ فَقَطْ، فَلَا يَجُوزُ فِعْلُ ذَلِكَ، لِأَنَّهُ عَمَلٌ فِي الصَّلَاةِ لَمْ يَأْتِ بِهِ نَصٌّ، وَإِنَّمَا جَاءَ عَنْهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنَّهُ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ فِي كُلِّ خَفْضٍ وَرَفْعٍ، وَلَيْسَ فِيهَا رَفْعٌ وَخَفْضٌ، وَالْعَجَبُ مِنْ قَوْلِ أَبِي حَنِيفَةَ بِرَفْعِ الْأَيْدِي فِي كُلِّ تَكْبِيرَةٍ فِي صَلَاةِ الْجَنَازَةِ، وَلَمْ يَأْتِ قَطُّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَنَعَهُ مِنْ رَفْعِ الْأَيْدِي فِي كُلِّ خَفْضٍ وَرَفْعٍ فِي سَائِرِ الصَّلَوَاتِ، وَقَدْ صَحَّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ."

Kami tidak menemukan dalam sunnah yang menunjukkan adanya keabsahan mengangkat tangan selain pada takbir pertama. Oleh karena itu, kami tidak melihat keabsahan perbuatan tersebut, ini adalah pendapat dari kalangan Hanafi dan selain mereka, serta dipilih oleh asy-Syaukani dan ulama-ulama yang lain yang lebih mendalam dalam ilmu.

Dan inilah pendapat yang diambil oleh Ibnu Hazm yang berkata:

*"Adapun mengangkat tangan, maka tidak ada yang datang dari Nabi bahwa beliau mengangkat tangan pada salah satu takbir jenazah kecuali pada takbir pertama saja. Oleh karena itu, hal ini tidak boleh dilakukan, karena merupakan amalan dalam shalat yang tidak ada teks yang memerintahkannya. Sesungguhnya yang datang dari beliau adalah beliau bertakbir dan mengangkat tangan pada setiap turun dan naik, namun tidak ada dalam hal ini turun dan naik. Hal yang aneh adalah ucapan Abu Hanifah yang membolehkan mengangkat tangan pada setiap takbir dalam shalat jenazah, padahal tidak ada yang datang dari Nabi tentang hal itu. Bahkan, beliau melarang mengangkat tangan pada setiap turun dan naik dalam shalat lainnya, padahal telah sah dari Nabi ."* [ Hamisy Ahkamul Janaaiz 1/116]. 

===

TARJIH

Pendapat yang lebih kuat – wallahu a‘lam – adalah boleh memilih antara mengangkat tangan atau tidak, baik dalam shalat dua hari raya maupun shalat jenazah, karena dalil yang digunakan oleh kedua kelompok sama-sama kuat.

Oleh karena itu, masalah ini termasuk dalam perkara yang dianjurkan untuk memperhatikan perbedaan pendapat, karena tidak terdapat hadits sahih yang marfu’ kepada Nabi yang secara tegas menguatkan salah satu dari dua pendapat tersebut.

Mengucapkan takbir dengan suara keras disunnahkan bagi imam, sedangkan makmum tidak perlu mengeraskannya, karena tujuan imam adalah memberi tahu makmum, sementara makmum tidak memiliki keperluan tersebut.

Posting Komentar

0 Komentar