Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

ADAKAH SHOLAT 4 RAKAAT DI JUM'AT AKHIR RAMADHAN, SEBAGAI PENGHAPUS DOSA NINGGALKAN SHOLAT 5 WAKTU?

APAKAH ADA SHOLAT DI JUM'AT TERAKHIR RAMADHAN YANG MENGHAPUS DOSA KARENA MENINGGALKAN SHOLAT WAJIB?

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NADI AL-ISLAM

===


====
﴿بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ﴾

===***===

PERTANYAAN :

Bagaimana Keabsahan Hadis tentang Keutamaan Sholat di Jumat Terakhir Ramadan? yang disebutkan dalam Riwayat:

«مَنْ فَاتَتْهُ صَلَاةٌ فِي عُمْرِهِ وَلَمْ يُحْصِهَا، فَلْيَقُمْ فِي آخِرِ جُمُعَةٍ مِنْ رَمَضَانَ وَيُصَلِّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بِتَشَهُّدٍ وَاحِدٍ، يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَسُورَةَ الْقَدْرِ 15 مَرَّةً وَسُورَةَ الْكَوْثَرِ كَذَلِكَ، وَيَقُولُ فِي النِّيَّةِ نَوَيْتُ أَنْ أُصَلِّيَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ كَفَّارَةً لِمَا فَاتَنِي مِنَ الصَّلَاةِ، وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: هِيَ كَفَّارَةُ أَرْبَعِمِائَةِ سَنَةٍ، حَتَّى قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ هِيَ كَفَّارَةُ أَلْفِ سَنَةٍ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ابْنُ آدَمَ يَعِيشُ سِتِّينَ سَنَةً أَوْ مِائَةَ سَنَةٍ، فَلِمَنْ تَكُونُ الصَّلَاةُ الزَّائِدَةُ؟ قَالَ: تَكُونُ لِأَبَوَيْهِ وَزَوْجَتِهِ وَأَوْلَادِهِ فَأَقَارِبِهِ وَأَهْلِ الْبَلَدِ»

"Barang siapa yang meninggalkan sholat dalam hidupnya dan tidak dapat menghitungnya, maka hendaklah ia berdiri pada Jumat terakhir di bulan Ramadan dan melaksanakan 'sholat empat rakaat dengan satu tasyahud'. Pada setiap rakaat, ia membaca Al-Fatihah dan Surah Al-Qadr sebanyak 15 kali, serta Surah Al-Kautsar dengan jumlah yang sama. Dalam niatnya, ia mengucapkan: 'Aku berniat melaksanakan sholat empat rakaat sebagai kafarat atas sholat yang telah aku lewatkan.' 

Abu Bakar berkata, 'Aku mendengar Rasulullah bersabda: Sholat ini menjadi kafarat bagi 400 tahun.' Hingga Ali—karamallahu wajhah—berkata, 'Sholat ini menjadi kafarat bagi 1000 tahun.' 

Mereka bertanya, 'Wahai Rasulullah, umur manusia hanya sekitar 60 atau 100 tahun, lalu untuk siapa kelebihan dari sholat ini?' Beliau menjawab, 'Untuk kedua orang tuanya, istrinya, anak-anaknya, kerabatnya, dan penduduk kotanya.'"

JAWABAN:

****

PEMBAHASAN PERTAMA:

Barang siapa yang meninggalkan sholat wajib hingga waktunya habis, maka terdapat dua kemungkinan: 

KE 1. "Meninggalkannya karena uzur", seperti tertidur atau lupa. Dalam hal ini, ia tidak berdosa, tetapi wajib mengqada sholat tersebut segera setelah ia bangun atau ingat. 

KE 2. "Meninggalkannya dengan sengaja tanpa uzur", maka ia telah melakukan dosa besar. Menurut banyak ulama, ia tetap wajib mengqada sholat yang ditinggalkannya. Namun, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa ia tidak perlu mengqada, tetapi harus bertaubat, beristighfar, menyesali perbuatannya, dan memperbanyak amal saleh. 

****

PEMBAHASAN KEDUA :

Riwayat yang menyebutkan adanya sholat khusus bagi orang yang sengaja meninggalkan sholat hingga keluar waktunya sebagai kafarat atas perbuatannya adalah "Palsu dan dusta atas nama syariat".

----

Berikut ini perkataan para ulama mengenai hal ini: 

---

[1]. "Asy-Syaukani" rahimahullah berkata:  

"حَدِيثُ (مَنْ صَلَّى فِي آخِرِ جُمُعَةٍ مِنْ رَمَضَانَ الخَمْسَ الصَّلَوَاتِ المَفْرُوضَةَ فِي اليَوْمِ وَاللَّيْلَةِ قَضَتْ عَنْهُ مَا أَخَلَّ بِهِ مِنْ صَلَاةِ سَنَتِهِ): هَذَا مَوْضُوعٌ لَا إِشْكَالَ فِيهِ، وَلَمْ أَجِدْهُ فِي شَيْءٍ مِنَ الكُتُبِ الَّتِي جَمَعَ مُصَنِّفُوهَا فِيهَا الأَحَادِيثَ المَوْضُوعَةَ، وَلَكِنَّهُ اشْتَهَرَ عِنْدَ جَمَاعَةٍ مِنَ المُتَفَقِّهَةِ بِمَدِينَةِ "صَنْعَاءَ" فِي عَصْرِنَا هَذَا، وَصَارَ كَثِيرٌ مِنْهُمْ يَفْعَلُونَ ذَلِكَ! وَلَا أَدْرِي مَنْ وَضَعَهُ لَهُمْ، فَقَبَّحَ اللَّهُ الكَذَّابِينَ" انْتَهَى.

Hadis: ‘Barang siapa yang mengerjakan sholat lima waktu di Jumat terakhir Ramadan, maka sholat tersebut akan mengganti semua sholat yang ia tinggalkan sepanjang tahun’ adalah hadis **palsu** yang tidak diragukan lagi. Saya tidak menemukannya dalam kitab mana pun yang menghimpun hadis-hadis maudhu' (palsu). Akan tetapi, hadis ini tersebar luas di kalangan sebagian ahli fikih di kota San'a pada zaman kami, dan banyak di antara mereka yang mengamalkannya! Saya tidak tahu siapa yang membuatnya. Semoga Allah membinasakan para pendusta! (Al-Fawaid al-Majmu'ah fi al-Ahadits al-Maudhu'ah, hlm. 54).

----

KE 2 : Syeikh Muhammad Shobri Abdur Rohim berkata :

أنَّ هَذِهِ الرِّوَايَةَ وَضَعَهَا الكَذَّابُونَ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى الدِّينِ، مُشَدِّدَةً عَلَى أَنَّهُ يَجِبُ قَضَاءُ الصَّلَوَاتِ الفَائِتَةِ بِاتِّفَاقِ الأَئِمَّةِ الأَرْبَعَةِ؛ لِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: «اقْضُوا اللَّهَ، فَإِنَّ اللَّهَ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ» رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، وَقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ نَسِيَ صَلَاةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا، لَا كَفَّارَةَ لَهَا إِلَّا ذَلِكَ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ مِنْ حَدِيثِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ.

Riwayat ini dibuat oleh para pendusta yang mengada-ada terhadap agama. Ditekankan bahwa shalat yang terlewat harus diqadha berdasarkan kesepakatan empat imam mazhab, sebagaimana sabda Nabi : "Tunaikanlah (hutang) kepada Allah, karena Allah lebih berhak untuk dipenuhi." Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma. Juga sabda Nabi : "Barang siapa lupa mengerjakan shalat, maka hendaklah ia mengerjakannya ketika ia mengingatnya, tidak ada kafarat baginya selain itu." Hadits muttafaq 'alaih dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu”. [Shoda al-Balad].

----

KE 3. Para ulama Lajnah Daimah Lil Ifta' berkata: 

الصَّلَاةُ عِبَادَةٌ، وَالْأَصْلُ فِيهَا: التَّوْقِيفُ، وَطَلَبُ قَضَائِهَا وَبَيَانِهِ: تَشْرِيعٌ، وَذَلِكَ لَا يَصِحُّ أَنْ يُرْجَعَ فِيهِ إِلَّا إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْإِجْمَاعِ الْمُسْتَنِدِ إِلَيْهِمَا، أَوْ إِلَى أَحَدِهِمَا، وَلَمْ يَثْبُتْ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا عَنْ أَصْحَابِهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، وَلَا عَنْ أَئِمَّةِ الْهُدَى رَحِمَهُمُ اللَّهُ: أَنَّهُمْ صَلَّوْا هَذِهِ الصَّلَاةَ أَوْ أَمَرُوا بِهَا وَحَثُّوا عَلَيْهَا، أَوْ رَغَّبُوا فِيهَا، وَلَوْ كَانَتْ ثَابِتَةً لَعَرَفَهَا أَصْحَابُهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، وَنَقَلُوهَا إِلَيْنَا، وَأَرْشَدَ إِلَيْهَا أَئِمَّةُ الْهُدَى مِنْ بَعْدِهِمْ، لَكِنْ لَمْ يَثْبُتْ ذَلِكَ عَنْ أَحَدٍ مِنْهُمْ قَوْلًا أَوْ فِعْلًا؛ فَدَلَّ ذَلِكَ عَلَى أَنَّ مَا ذُكِرَ فِي السُّؤَالِ مِنْ صَلَاةِ "الْقَضَاءِ الْعُمْرِيِّ": بِدْعَةٌ فِي الشَّرْعِ لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ، وَقَدْ ثَبَتَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: **(مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ)** – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ -، وَإِنَّمَا الَّذِي أَمَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُقْضَى مِنَ الصَّلَوَاتِ مَا فَاتَ الْإِنْسَانَ لِنَوْمٍ أَوْ نِسْيَانٍ حَتَّى خَرَجَ وَقْتُهُ، وَبَيَّنَ لَنَا أَنْ نُصَلِّيَهَا نَفْسَهَا إِذَا اسْتَيْقَظْنَا أَوْ تَذَكَّرْنَاهَا، لَا فِي آخِرِ جُمُعَةٍ مِنْ رَمَضَانَ" انْتَهَى.

"Sholat adalah ibadah, dan hukum asalnya adalah tauqifi (berdasarkan dalil). Menetapkan kewajiban qadha dan tata caranya merupakan bagian dari tasyri' (pensyariatan), dan hal ini tidak boleh dirujuk kecuali kepada Kitabullah, Sunnah Rasulullah , serta ijma yang bersandar pada keduanya atau salah satunya. Tidak ada riwayat yang sahih dari Nabi , para sahabatnya radhiyallahu 'anhum, maupun imam-imam petunjuk rahimahumullah bahwa mereka pernah mengerjakan sholat ini, memerintahkannya, menganjurkannya, atau mendorong umat untuk melakukannya. Jika memang sholat ini memiliki dasar, tentu para sahabat akan mengetahuinya, meriwayatkannya kepada kita, dan imam-imam petunjuk setelah mereka akan mengajarkannya. Namun, tidak ada satu pun riwayat yang sahih dari mereka baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Ini menunjukkan bahwa apa yang disebut dalam pertanyaan terkait 'sholat qadha ‘umri' adalah bid’ah dalam agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Telah sahih dari Nabi bahwa beliau bersabda: 

*(Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan kami ini yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak)* – (Muttafaq ‘alaih). 

Adapun yang diperintahkan oleh Rasulullah adalah mengqadha sholat yang terlewat karena tidur atau lupa setelah waktunya habis. Nabi menjelaskan bahwa kita harus mengerjakannya begitu kita bangun atau mengingatnya, bukan dengan cara menundanya hingga Jumat terakhir Ramadan." 

(Sumber: *Fatawa Lajnah Daimah*, 8/167-168). 

Ditetapkan oleh: 

- Syaikh Abdul Aziz bin Baz 

- Syaikh Abdul Razzaq ‘Afifi 

- Syaikh Abdullah bin Ghudayyan 

- Syaikh Abdullah bin Qa’ud 

----

KE 4. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah ditanya: 

"Ada sekelompok orang yang memiliki kebiasaan di bulan Ramadan, yaitu mereka mengerjakan sholat lima waktu setelah sholat Jumat terakhir. Mereka beranggapan bahwa sholat tersebut berfungsi sebagai qadha bagi sholat wajib yang mungkin mereka tinggalkan atau lupakan selama Ramadan. Bagaimana hukumnya?" 

Beliau menjawab: 

الحُكْمُ فِي هَذِهِ الصَّلَاةِ: أَنَّهَا مِنَ الْبِدَعِ، وَلَيْسَ لَهَا أَصْلٌ فِي الشَّرِيعَةِ الْإِسْلَامِيَّةِ، وَهِيَ لَا تَزِيدُ الْإِنْسَانَ مِنْ رَبِّهِ إِلَّا بُعْدًا؛ لِأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ) ، فَالْبِدَعُ وَإِنِ اسْتَحْسَنَهَا مُبْتَدِعُوهَا وَرَأَوْهَا حَسَنَةً فِي نُفُوسِهِمْ: فَإِنَّهَا سَيِّئَةٌ عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ؛ لِأَنَّ نَبِيَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ)**، وَهَذِهِ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ الَّتِي يَقْضِيهَا الْإِنْسَانُ فِي آخِرِ جُمُعَةٍ مِنْ رَمَضَانَ: لَا أَصْلَ لَهَا فِي الشَّرْعِ، ثُمَّ إِنَّنَا نَقُولُ: هَلْ لَمْ يُخَلَّ هَذَا الْإِنْسَانُ إِلَّا فِي خَمْسِ صَلَوَاتٍ فَقَطْ؟! رُبَّمَا أَنَّهُ أَخَلَّ فِي عِدَّةِ أَيَّامٍ لَا فِي عِدَّةِ صَلَوَاتٍ. 

وَالْمُهِمُّ: أَنَّ الْإِنْسَانَ مَا عَلِمَ أَنَّهُ مُخِلٌّ فِيهِ: فَعَلَيْهِ قَضَاؤُهُ مَتَى عَلِمَ ذَلِكَ؛ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (مَنْ نَامَ عَنْ صَلَاةٍ أَوْ نَسِيَهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا) – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ -، وَأَمَّا أَنَّ الْإِنْسَانَ يَفْعَلُ هَذِهِ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ احْتِيَاطًا - كَمَا يَزْعُمُونَ -: فَإِنَّ هَذَا مُنْكَرٌ وَلَا يَجُوزُ" انْتَهَى.

"Hukum sholat ini adalah bid’ah dan tidak memiliki dasar dalam syariat Islam. Sholat ini tidak mendekatkan seseorang kepada Allah, bahkan justru menjauhkannya. Sebab, Rasulullah bersabda: 

*(Setiap bid’ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka).* 

Bid’ah, meskipun dianggap baik oleh para pelakunya dan terlihat baik menurut pandangan mereka, tetap saja buruk di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Karena Rasulullah bersabda: 

*(Setiap bid’ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka).* 

Sholat lima waktu yang dikerjakan di Jumat terakhir Ramadan ini tidak memiliki dasar dalam syariat. Selain itu, apakah seseorang hanya meninggalkan lima sholat saja? Bisa jadi, dia telah meninggalkan sholat selama beberapa hari, bukan hanya lima waktu saja. 

Yang penting adalah, jika seseorang mengetahui bahwa ia memiliki sholat yang belum dikerjakan, maka ia wajib mengqadhanya segera setelah mengetahuinya. Rasulullah bersabda: 

*(Barang siapa yang tertidur dari sholat atau lupa mengerjakannya, maka hendaklah ia melaksanakannya ketika mengingatnya)* – (Muttafaq ‘alaih). 

Adapun melaksanakan lima sholat ini sebagai tindakan "berjaga-jaga" seperti yang mereka klaim, maka ini adalah kemungkaran dan tidak diperbolehkan." 

(Sumber: *Majmu’ Fatawa Syaikh al-Utsaimin*, 12/227-228).

---

KE 4. Syaikh Shalih Al-Fawzan hafizhahullah ditanya:

قرَأتُ حديثًا عنِ الرَّسولِ ﷺ يقولُ فيهِ: (مَن فاتَتْهُ صَلاةٌ في عُمُرِهِ ولَم يُحْصِها فَلْيَقُمْ في آخِرِ جُمُعَةٍ مِن رَمَضَانَ وَلْيُصَلِّ أرْبَعَ رَكَعَاتٍ بِتَشَهُّدٍ واحِدٍ، يَقرَأُ في كُلِّ رَكعَةٍ فَاتِحَةَ الكِتَابِ، وَسُورَةَ القَدرِ خَمسَ عَشْرَةَ مَرَّةً، وَسُورَةَ الكَوثَرِ كَذَلِكَ، وَيَقُولُ في النِّيَّةِ: نَوَيْتُ أُصَلِّي أرْبَعَ رَكَعَاتٍ كَفَّارَةً لِمَا فَاتَنِي مِنَ الصَّلَاةِ" )! فَمَا مَدَى صِحَّةِ هَذَا الحَدِيثِ؟ 

Saya membaca sebuah hadits dari Rasulullah yang menyatakan: 

"Barang siapa yang melewatkan sholat dalam hidupnya dan tidak dapat menghitungnya, maka hendaklah ia berdiri pada Jumat terakhir di bulan Ramadan dan melaksanakan sholat empat rakaat dengan satu tasyahud. Pada setiap rakaat, ia membaca Al-Fatihah, Surah Al-Qadr sebanyak lima belas kali, dan Surah Al-Kautsar sebanyak lima belas kali. Dalam niatnya, ia mengucapkan: ‘Saya berniat sholat empat rakaat sebagai kafarah (penebus) atas sholat-sholat yang telah saya tinggalkan.’"

Sejauh mana keshahihan hadits ini? 

Beliau menjawab:

"هَذَا لَا أَصْلَ لَهُ في سُنَّةِ الرَّسُولِ ﷺ، الَّذِي ثَبَتَ عَنِ الرَّسُولِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: (مَن نَسِيَ صَلَاةً أَوْ نَامَ عَنْهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا لَا كَفَّارَةَ لَهَا إِلَّا ذَلِكَ) – مُتَّفَقٌ عَلَيهِ - الصَّلَوَاتُ الَّتِي تَرَكْتَهَا فِيمَا سَبَقَ: إِذَا كُنتَ تَرَكْتَهَا لِأَجْلِ نَوْمٍ - مِثْلًا - أَوْ إِغْمَاءٍ أَوْ لِعُذْرٍ ظَنَنْتَ أَنَّهُ يُجِيزُ لَكَ تَأْخِيرَهَا: فَالوَاجِبُ عَلَيكَ أَنْ تَقْضِيَهَا، وَأَنْ تُصَلِّيَهَا مُرَتَّبَةً، فَإِذَا كُنتَ تَرَكْتَهَا مُتَعَمِّدًا: فَالصَّحِيحُ مِنْ قَولَيِ العُلَمَاءِ: أَنَّ عَلَيكَ التَّوبَةَ إِلَى اللَّهِ؛ لِأَنَّ مَن تَرَكَ الصَّلَاةَ مُتَعَمِّدًا: فَأَمْرُهُ خَطِيرٌ، حَتَّى وَلَوْ لَمْ يَجْحَدْ وُجُوبَهَا، فَإِنَّ الصَّحِيحَ أَنَّهُ يَكْفُرُ بِذَلِكَ، فَعَلَيكَ أَنْ تَتُوبَ إِلَى اللَّهِ إِنْ كُنتَ تَرَكْتَهَا مُتَعَمِّدًا، وَأَنْ تُحَافِظَ عَلَى الصَّلَاةِ فِي مُسْتَقْبَلِكَ، وَاللَّهُ يَتُوبُ عَلَى مَنْ تَابَ. 

أَمَّا إِنْ كُنتَ تَرَكْتَهَا مِنْ نَوْمٍ أَوْ إِغْمَاءٍ، أَوْ غَيرِ ذَلِكَ مِمَّا حَالَ بَينَكَ وَبَينَ أَدَائِهَا فِي وَقْتِهَا: فَإِنَّكَ تَقْضِيهَا وَلَا بُدَّ، أَمَّا أَنْ تُصَلِّيَ هَذِهِ الصَّلَاةَ الَّتِي ذَكَرْتَهَا فِي آخِرِ رَمَضَانَ عَلَى هَذِهِ الصِّفَةِ: فَهَذَا لَا أَصْلَ لَهُ مِنْ دِينِ الإِسْلَامِ، وَلَا يُكَفِّرُ عَنكَ الصَّلَوَاتِ الَّتِي تَرَكْتَهَا" انتهى.

_"Ini tidak memiliki dasar dalam sunah Rasulullah . Yang sahih dari Rasulullah adalah sabdanya: ‘Barang siapa yang lupa sholat atau tertidur sehingga melewatkannya, maka hendaklah ia melaksanakannya ketika ia mengingatnya. Tidak ada kafarah baginya selain itu.’”_ (Muttafaq ‘alaih).  

Sholat-sholat yang telah kamu tinggalkan di masa lalu, jika kamu meninggalkannya karena tidur, pingsan, atau alasan lain yang kamu sangka membolehkannya menunda sholat, maka wajib atasmu untuk mengqadhanya dan melaksanakannya secara berurutan. 

Namun, jika kamu sengaja meninggalkan sholat, maka pendapat yang benar dari dua pendapat ulama adalah bahwa kamu wajib bertaubat kepada Allah. Sebab, siapa yang dengan sengaja meninggalkan sholat, maka urusannya sangat berbahaya. Meskipun ia tidak mengingkari kewajibannya, maka pendapat yang benar adalah ia menjadi kafir karena perbuatannya itu. Oleh karena itu, jika kamu sengaja meninggalkan sholat, maka bertaubatlah kepada Allah dan jagalah sholatmu di masa yang akan datang. Allah menerima taubat orang yang bertaubat. 

Namun, jika kamu meninggalkannya karena tidur, pingsan, atau sebab lain yang menghalangimu untuk melaksanakannya tepat waktu, maka kamu harus mengqadhanya. 

Adapun melaksanakan sholat seperti yang disebutkan dalam pertanyaan di Jumat terakhir Ramadan dengan tata cara tersebut, maka ini "tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam" dan "tidak dapat menjadi kafarah atas sholat-sholat yang telah ditinggalkan.” 

(Selesai dari *Majmu’ Fatawa Syaikh Shalih Al-Fawzan* (1/303-304)).

 Wallahu a'lam.

 

 

Posting Komentar

0 Komentar