SEPULUH AKHIR RAMADAN ITU SEJAK TANGGAL 21, BAIK BULANNYA 30 ATAU 29 HARI
Di Tulis Oleh Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
----
-----
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ
الرَّحِيمِ
===***===
JIKA RAMADAN BERJUMLAH 29 HARI, BERARTI
SEPULUH HARI TERAKHIR ADALAH TANGGAL 19–29?
LALU BAGAIMANA CARA MENGETAHUI
HARI-HARI GANJILNYA?
Sepuluh hari terakhir dimulai pada malam ke
duapuluh satu, baik jumlah hari dalam sebulan itu tigapuluh hari atau duapuluh
Sembilan hari.
Hal itu ditunjukkan oleh riwayat Bukhari no.
813 dan Muslim, no. 1167, dari Abu Said Al-Khudry, dia berkata,
اعْتَكَفَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ الأُوَلِ مِنْ رَمَضَانَ وَاعْتَكَفْنَا
مَعَهُ ، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ ، فَقَالَ: ( إِنَّ الَّذِي تَطْلُبُ أَمَامَكَ )، فَاعْتَكَفَ
العَشْرَ الأَوْسَطَ، فَاعْتَكَفْنَا مَعَهُ .
فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ
فَقَالَ: ( إِنَّ الَّذِي تَطْلُبُ أَمَامَكَ )، فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَطِيبًا صَبِيحَةَ عِشْرِينَ مِنْ رَمَضَانَ فَقَالَ: (مَنْ كَانَ اعْتَكَفَ
مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلْيَرْجِعْ، فَإِنِّي أُرِيتُ
لَيْلَةَ القَدْرِ، وَإِنِّي نُسِّيتُهَا، وَإِنَّهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ، فِي
وِتْرٍ، وَإِنِّي رَأَيْتُ كَأَنِّي أَسْجُدُ فِي طِينٍ وَمَاءٍ).
وَكَانَ سَقْفُ
المَسْجِدِ جَرِيدَ النَّخْلِ ، وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءِ شَيْئًا، فَجَاءَتْ قَزَعَةٌ
، فَأُمْطِرْنَا، فَصَلَّى بِنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى
رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ وَالمَاءِ عَلَى جَبْهَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَرْنَبَتِهِ تَصْدِيقَ رُؤْيَاهُ "
“Rasulullah ﷺ melakukan i’tikaf pada
sepuluh hari pertama Ramadan, lalu kami i’tikaf bersamanya.
Kemudian datanglah Jibril dan berkata,
“Sesungguhnya yang engkau cari ada di depanmu.” Lalu beliau I’tikaf pada
sepuluh hari pertengahan, maka kami I’tikaf bersamanya.
Kemudian Jibril mendatanginya pada pagi
hari tanggal duapuluh Ramadan, lalu berkata, “Sesungguhnya yang
engkau cari ada di depanmu.”
Maka pada pagi hari tanggal duapuluh Ramadan,
Rasulullah ﷺ berdiri dan berkata :
“Siapa yang i’tikaf bersama Nabi ﷺ hendaknya dia kembali. Sungguh aku telah diperlihatkan lailatu
qadar namun aku dilupakan, dia terdapat pada sepuluh hari terakhir di
malam-malam ganjil, aku bermimpi seakan aku sujud pada tanah dan air.”
Dahulu langit-langit masjid terbuat dari
pelepah kurma, dan kami tidak melihat langit sedikitpun. Lalu datanglah mendung
dan turunlah hujan, lalu Rasulullah ﷺ shalat menjadi imam bagi
kami sehingga aku melihat bekas tanah dan air di kening dan hidungnya sebagai
bukti atas mimpinya.”
Dalam riwayat Bukhari, no. 2027 :
"أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ فِي العَشْرِ الأَوْسَطِ مِنْ رَمَضَانَ، فَاعْتَكَفَ عَامًا،
حَتَّى إِذَا كَانَ لَيْلَةَ إِحْدَى وَعِشْرِينَ، وَهِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي يَخْرُجُ
مِنْ صَبِيحَتِهَا مِنَ اعْتِكَافِهِ، قَالَ:
"مَنْ كَانَ
اعْتَكَفَ مَعِي، فَلْيَعْتَكِفِ العَشْرَ الأَوَاخِرَ، وَقَدْ أُرِيتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ
ثُمَّ أُنْسِيتُهَا، وَقَدْ رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ مِنْ صَبِيحَتِهَا،
فَالْتَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ، وَالتَمِسُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ".
فَمَطَرَتِ السَّمَاءُ
تِلْكَ اللَّيْلَةَ، وَكَانَ المَسْجِدُ عَلَى عَرِيشٍ، فَوَكَفَ المَسْجِدُ، فَبَصُرَتْ
عَيْنَايَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَبْهَتِهِ أَثَرُ
المَاءِ وَالطِّينِ، مِنْ صُبْحِ إِحْدَى وَعِشْرِينَ ".
“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ biasanya melakukan i’tikaf pada sepuluh hari pertengahan di
bulan Ramadan. Lalu beliau i’tikaf di tahun tersebut, hingga pada malam ke
duapuluh satu, yaitu malam yang dipagi harinya beliau keluar dari i’tikafnya,
dia berkata :
“Siapa i’tikaf bersamaku, hendaklah dia
i’tikaf pada sepuluh hari terakhir, aku diperlihatkan malam tersebut (Lailatul
qadar), lalu aku dibuat lupa. Aku bermimpi bersujud di atas air dan tanah di
pagi harinya. Carilah malam itu sepuluh malam terakhir dan carilah di
malam-malam ganjil.”
Lalu pada malam itu turun hujan dari langit,
sementara masjid terbuat dari pelepah kurma, sehingga air membasahi masjid.
Kedua mataku menyaksikan kening Rasulullah ﷺ ada bekas air dan tanah pada
pagi hari (malam) keduapuluh satu.”
Al-Hafidz rahimahullah berkata :
" هذا ظَاهِرٌ فِي أَنَّ الْخُطْبَةَ كَانَتْ
فِي صُبْحِ الْيَوْمِ الْعِشْرِينَ، وَوُقُوعَ الْمَطَرِ كَانَ فِي لَيْلَةِ إِحْدَى
وَعِشْرِينَ" انتهى
“Yang tampak adalah bahwa beliau
menyampaikannya pada pagi hari ke duapuluh, sedangkan hujan turun pada malam
keduapuluh satu.” (Fathul Bari, 4/257)
Dalam riwayat Bukhari, no. 2018 dan Muslim,
no. 1167 :
"كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي رَمَضَانَ العَشْرَ الَّتِي فِي وَسَطِ الشَّهْرِ، فَإِذَا
كَانَ حِينَ يُمْسِي مِنْ عِشْرِينَ لَيْلَةً تَمْضِي، وَيَسْتَقْبِلُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ،
رَجَعَ إِلَى مَسْكَنِهِ، وَرَجَعَ مَنْ كَانَ يُجَاوِرُ مَعَهُ ".
“Dahulu Rasulullah ﷺ i’tikaf pada sepuluh
pertengahan Ramadan, jika tiba sore hari keduapuluh berlalu dan akan masuk malam
ke duapuluh satu, beliau kembali ke tempat tinggalnya, dan orang-orang yang
i’tikaf bersamanya pulang juga.”
Hal ini menunjukkan bahwa sepuluh hari terakhir
dimulai dari malam ke duapuluh satu.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha :
كانَ رَسولُ اللهِ
صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، إذَا دَخَلَ العَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ
أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ المِئْزَرَ.
Rasulullah ﷺ, apabila memasuki sepuluh
hari terakhir, beliau menghidupkan malam, membangunkan keluarganya,
bersungguh-sungguh, dan mengencangkan kainnya. [HR. Bukhori no. 2024].
===
KAPAN SESEORANG YANG INGIN BERI'TIKAF PADA
SEPULUH HARI TERAKHIR MASUK KE MASJID?
Jumhur ulama, di antaranya imam mazhab yang
empat, berpendapat bahwa siapa yang ingin I’tikaf pada sepuluh malam terakhir
Ramadan, hendaknya dia mulai masuk masjid sebelum matahari terbenam di malam ke
duapuluh satu.
====
APA SAJA HARI-HARI GANJIL DALAM SEPULUH HARI
TERAKHIR?
Adapun malam-malam ganjil pada sepuluh malam
terakhir tersebut adalah; Malam ke duapuluh satu, duapuluh tiga, duapuluh lima,
duapuluh tujuh dan duapuluh Sembilan.
Adapun malam ke sembilanbelas tidak masuk
dalam malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir. Baik bulannya sempurnya
(tigapuluh hari) ataupun kurang (duapuluh sembilan hari), karena dia termasuk
sepuluh malam pertengahan.
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
" لَيْلَةُ الْقَدْرِ مُنْحَصِرَةٌ فِي رَمَضَان،
ثُمَّ فِي الْعَشْر الْأَخِيرِ مِنْهُ، ثُمَّ فِي أَوْتَارِهِ، لَا فِي لَيْلَةٍ مِنْهُ
بِعَيْنِهَا، وَهَذَا هُوَ الَّذِي يَدُلُّ عَلَيْهِ مَجْمُوع الْأَخْبَار الْوَارِدَة
فِيهَا ".
“Lailatul qadar hanya terdapat di bulan
Ramadan, kemudian (lebih besar kemungkinanannya) pada sepuluh malam terakhir,
kemudian (lebih besar kemungkinannya) pada malam-malam ganjilnya. Tapi tidak
pada malam tertentu yang ditentukan. Inilah pendapat yang berdasarkan
keseluruhan riwayat-riwayat yang ada tentang hal itu.” (Fathul Bari, 4/260)
0 Komentar