LAFADZ SHOLAWAT, BENARKAH HARUS SESUAI HADITS SHAHIH? DAN TERBATAS WAKTU-NYA?

LAFADZ SHOLAWAT UNTUK NABI , BENARKAH HARUS SESUAI HADITS SHAHIH? DAN TERBATAS WAKTU-NYA?

===

Di susun oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

***

===

DAFTAR ISI :

  • PENDAHULUAN :
  • MAKNA SHOLAWAT DAN SALAM KEPADA NABI .
  • KEUTAMAAN BACA SHOLAWAT KEPADA NABI :
  • HUKUM BACA SHOLAWAT UNTUK NABI :
  • KAPAN WAKTU YANG DISYARIATKAN BACA SHOLAWAT ?
  • LAFADZ-LAFADZ SHOLAWAT DALAM HADITS-HADITS SHAHIH
  • BACAAN SHOLAWAT DALAM TASYAHHUD (shalat), APAKAH HARUS SESUAI HADITS SHAHIH?
  • APAKAH BACAAN SHOLAWAT DI LUAR SHALAT HARUS SESUAI HADITS SHAHIH?
  • KUMPULAN FATWA PARA ULAMA KONTEMPORER

====

NOTE

Artikel ini saya tulis atas permintaan beberapa ikhwan. Karena mereka menjumpai sebagian para da’i dan para ustadz yang melarang dan menghukumi bid’ah bacaan shalawat yang lafadz nya tidak bersumber dari hadits-hadits yang shahih.

Dan diantara mereka, ada juga yang menjumpai para da’i dan ustadz yang melarang baca shalawat kepada Nabi , kecuali di waktu-waktu tertentu, yaitu saat tasyahhud dalam shalat.

Waspadalah ! Dosa paling besar adalah dosa mudah memvonis hukum haram, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Sa’d ibnu Abi Waqaash: bahwa Nabi berkata:

"إِنَّ أَعْظَمَ المُسْلِمِينَ جُرْمًا، مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ، فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ".

Sesungguhnya (seseorang dari) kaum Muslim yang paling besar dosanya adalah yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lantas hal tersebut diharamkan karena pertanyaannya. (HR. Bukhory no. 6745)

----

Betulkah apa yang mereka katakan ? Mari kita bertabayyun !!!

****

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

===***===

PENDAHULUAN :

Allah SWT berfirman :

﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. [Ahzab: 56]

Dan Allah SWT berfirman :

﴿هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا﴾

Dialah yang ber-sholawat kepada kalian dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untuk kalian), supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. [Ahzab: 43]

Dan Allah SWT berfirman :

﴿أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ﴾

Mereka itulah yang mendapatkan sholawat dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Baqarah: 157]

*****

MAKNA SHOLAWAT DAN SALAM KEPADA NABI .

Ringkasan Makna sholawat kepada Nabi :

Menurut mayoritas ulama adalah: Makna sholawat dari Allah Ta'ala berarti rahmat, dari para malaikat berarti permohonan ampun, dan dari manusia berarti doa.

Ada juga yang mengatakan : maknanya adalah pujian kepada Nabi di hadapan makhluk yang mulia di langit, dan doa para malaikat serta doa kaum muslimin dengan sholawat kepada beliau bermakna agar Allah Ta'ala memujinya di hadapan makhluk di langit. 

Adapun makna salam kepada Nabi : adalah doa untuk keselamatan jasad beliau pada saat hidup, keselamatan agamanya , keselamatan jasad beliau di dalam kubur, dan keselamatannya pada hari kiamat.

[Baca : Jalaa al-Afhaam karya Ibnu al-Qoyyim hal. 158-159].

Syeikh Bin Baaz rahimahullah berkata :

مَعْنَى الصَّلَاةِ مِنَ اللَّهِ عَلَى النَّبِيّ: ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ. صَلَاةُ اللَّهِ عَلَى عَبْدِهِ، ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ فِي الْمَلَإِ الْأَعْلَى.

Makna sholawat dari Allah kepada Nabi adalah pujian-Nya kepada beliau ; sholawat Allah kepada hamba-Nya berarti pujian-Nya terhadapnya di hadapan para makhluk di langit yang mulia.

****

KEUTAMAAN BACA SHOLAWAT KEPADA NABI :  

Dan sholawat kepada Nabi memiliki banyak keutamaan, di antaranya:

Pertama : mentaati perintah Allah Ta'ala dalam firman-Nya:

﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah untuk beliau dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan." (Al-Ahzab: 56). 

Kedua : Di antaranya juga adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya bahwa Rasulullah bersabda:

«مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى الله عَلَيْهِ عَشْرًا»

"Barang siapa bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali." [HR. Muslim no. 408]

Ketiga : Dan di antaranya juga adalah apa yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Ubay bin Ka'b radhiyallahu 'anhu bahwa ia berkata:

«يا رسول الله إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ ‌لَكَ مِنْ صَلَاتِي، فَقَالَ: مَا شِئْتَ قَالَ: قُلْتُ: الرُّبُعَ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ ‌لَكَ قُلْتُ: النِّصْفَ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ ‌لَكَ قَالَ: قُلْتُ: فَالثُّلُثَيْنِ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ ‌لَكَ. قُلْتُ: أَجْعَلُ ‌لَكَ ‌صَلَاتِي ‌كُلَّهَا، قَالَ: إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرَ ‌لَكَ ذَنْبُكَ»

"Wahai Rasulullah, aku memperbanyak sholawat untukmu, maka berapa banyak yang harus aku jadikan dari doaku untukmu?" Beliau bersabda: "Terserah kamu."

Aku berkata: "Seperempat?" Beliau bersabda: "Terserah kamu, namun jika engkau menambah, itu lebih baik untukmu."

Aku berkata: "Separuh?" Beliau bersabda: "Terserah kamu, namun jika kamu menambah, itu lebih baik untukmu."

Aku berkata: "Dua pertiga?" Beliau bersabda: "Terserah kamu, namun jika kamu menambah, itu lebih baik untukmu."

Aku berkata: "Aku jadikan seluruh doaku untukmu." Beliau bersabda: "Kalau begitu, akan dicukupkan urusanmu dan diampuni dosamu."

[HR. Tirmidzi no. 2457, al-Hakim dalam al-Mustadrak 2/457 no. 3578]

[Di nilai Shahih oleh al-Hakim, sesuai syarat Bukhori dan Muslim. Disetujui oleh adz-Dzahabi. Akan tetapi di nilai Hasan sanadnya oleh al-Albani dalam Hiadyatur Ruwaah no. 889].

*****

HUKUM BACA SHOLAWAT UNTUK NABI :

Bersholawat untuk Nabi ketika nama beliau disebutkan hukumnya disunnahkan, dan di dalamnya terdapat keutamaan besar yang telah disebutkan dalam beberapa nash, termasuk yang telah disebutkan sebelumnya. 

Namun, hukum bersholawat ini tidaklah wajib menurut mayoritas ulama. 

Jika penyebutan Nabi berulang dalam satu majelis, maka cukup bersholawat sekali saja. 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

وَالْفُقَهَاءُ مُتَنَازِعُونَ فِي وُجُوبِ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِي الصَّلَاةِ، وَجُمْهُورُهُمْ لَا يُوجِبُهَا.

"Para fuqaha berbeda pendapat tentang kewajiban Bersholawat untuk Nabi dalam shalat, dan mayoritas mereka tidak mewajibkannya." (selesai dari *Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah* [4/595]). 

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

وَأَمَّا الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ ذِكْرِهِ: فَإِنَّ جُمْهُورَ أَهْلِ الْعِلْمِ يَرَوْنَ أَنَّهَا مُسْتَحَبَّةٌ وَلَيْسَتْ بِوَاجِبَةٍ. انتهى 

"Adapun Bersholawat untuk Nabi ketika nama beliau disebutkan, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa itu sunnah dan tidak wajib." (selesai dari *Fatawa Nur 'ala Ad-Darb lil-Utsaimin* [6/2, penomoran Syamilah]). 

Beliau rahimahullah juga pernah ditanya:

أَنَا طَالِبٌ فِي الْمَعْهَدِ الْعِلْمِيِّ، وَمُدَرِّسُ الْحَدِيثِ عِنْدَمَا يَشْرَحُ الْحَدِيثَ يُكْثِرُ مِنْ ذِكْرِ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَهَلْ يَجِبُ عَلَيْنَا أَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْهِ فِي كُلِّ مَرَّةٍ أَمْ تَكْفِي الْمَرَّةُ الْأُولَى؟ 

"Saya seorang pelajar di Ma'had Ilmi, dan guru hadits ketika menjelaskan hadits seringkali menyebut Rasulullah . Apakah wajib bagi kami untuk bersholawat setiap kali beliau disebutkan, atau cukup sekali saja?" 

Maka beliau menjawab:

وَأَمَّا بِالنِّسْبَةِ لِمَنْ يَسْمَعُ ذِكْرَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِيمَنْ يُكْثِرُ قِرَاءَةَ الْحَدِيثِ فِي الْمَسْجِدِ أَوْ فِي الْمَدْرَسَةِ أَوْ فِي الْمَعْهَدِ: فَهَذَا إِذَا صَلَّى عَلَيْهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ كَفَى. انتهى

"Adapun bagi orang yang mendengar penyebutan Nabi , baik itu dalam pembacaan hadits di masjid, di sekolah, atau di ma'had: maka jika dia bersholawat pertama kali, itu sudah cukup." (selesai dari *Fatawa Nur 'ala Ad-Darb lil-Utsaimin* [6/2, penomoran Syamilah]).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda:

 رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِندَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

"Hidung seseorang terhina, yaitu orang yang disebutkan aku di hadapannya namun dia tidak bersholawat untuk-ku."* (HR. At-Tirmidzi no. 3545, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Dan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi bersabda: 

البَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِندَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

"Orang yang bakhil adalah orang yang ketika aku disebutkan di hadapannya, dia tidak bersholawat untuk-ku." (HR. At-Tirmidzi no. 3546, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

===*****===

KAPAN WAKTU YANG DISYARIATKAN BACA SHOLAWAT ?

Dalam Islamweb, Fatwa No. 5025 disebutkan :

وَهِيَ مَشْرُوعَةٌ فِي كُلِّ وَقْتٍ، وَتَتَأَكَّدُ فِي أَوْقَاتٍ وَحَالَاتٍ مَخْصُوصَةٍ

“Sholawat kepada Nabi disyariatkan pada setiap waktu, namun ditekankan pada waktu-waktu dan keadaan-keadaan tertentu”.

Adapun waktu-waktu dan keadaan-keadaan tertentu yang ditekankan untuk baca sholawat, maka diantaranya adalah sbb :

Ke 1 : Ketika menyebutkan atau disebutkan nama beliau yang mulia , dan sekelompok ulama mengatakan :

إِنَّ ذَلِكَ وَاجِبٌ كُلَّمَا ذُكِرَ اسْمُهُ الشَّرِيفُ، وَالْجُمْهُورُ عَلَى أَنَّ الصَّلَاةَ عَلَيْهِ وَاجِبَةٌ فِي الْعُمْرِ مَرَّةً وَاحِدَةً، وَتُسْتَحَبُّ اسْتِحْبَابًا مُؤَكَّدًا فِيمَا عَدَا ذَلِكَ۔

“Sesungguhnya hal itu wajib setiap kali nama beliau disebutkan, sementara mayoritas ulama berpendapat bahwa bersholawat kepadanya wajib sekali seumur hidup, dan disunnahkan dengan sangat dianjurkan di selain itu”.

Hal ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitab *Jala'ul Afham* hal. 155 dan sesudahnya. 

Ke 2 : Memperbanyak sholawat untuk beliau pada hari Jumat. 

Disebutkan dari Aus bin Abi Aus, ia berkata: Rasulullah bersabda:

"مِنْ ‌أَفْضَلِ ‌أَيَّامِكُمْ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيهِ قُبِضَ، وَفِيهِ النَّفْخَةُ، وَفِيهِ الصَّعْقَةُ، فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ فِيهِ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ".

"Sesungguhnya di antara hari-hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia diwafatkan, pada hari itu sangkakala ditiup, dan pada hari itu terjadi kematian massal. Maka perbanyaklah sholawat kepadaku pada hari itu, karena sesungguhnya sholawat kalian akan disampaikan kepadaku." 

[HR. Abu Daud no. 1047. Di nilai shahih oleh al-Albaani].

Ke 3 : Baca sholawat dalam tasyahud akhir di dalam shalat, dan menurut mazhab Syafi'i dan Hanbali, hal ini termasuk rukun shalat. 

Ke 4 : Baca sholawat dalam qunut witir.

Dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma , ia berkata:

عَلَّمَنِي رَسُولُ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - هَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ فِي الْوِتْرِ، قَالَ: "قُلِ اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى النَّبِيِّ".

Aku menghafal dari Rasulullah beberapa kalimat yang beliau ajarkan kepadaku untuk aku ucapkan ketika berdoa qunut. Rasulullah mengajarkan kepadaku beberapa kalimat dalam doa witir, beliau bersabda: "Ucapkanlah:

Ya Allah, berilah aku petunjuk bersama orang-orang yang Engkau beri petunjuk, dan berilah aku keberkahan atas apa yang Engkau karuniakan, dan peliharalah aku bersama orang-orang yang Engkau pelihara, dan lindungilah aku dari kejelekan apa yang Engkau takdirkan, karena sesungguhnya Engkau yang menetapkan dan tidak ada yang menetapkan terhadap-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau lindungi, Mahasuci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau, dan semoga sholawat tercurah kepada Nabi."

Diriwayatkan oleh An-Nasa'i (1745), dan diriwayatkan oleh selainnya tanpa penyebutan sholawat di akhirnya.  [Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1425), At-Tirmidzi (464), Ibnu Majah (1178), Ahmad (1718) dengan sedikit perbedaan, dan Ibnu Khuzaimah (1095).

Dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah dan al-Albaani].

Ke 5 : Baca sholawat untuk beliau dalam shalat jenazah setelah takbir kedua. 

Ke 6 : Bersholawat untuk beliau dalam khutbah, seperti khutbah Jumat, dua hari raya, khutbah istisqa', dan selainnya. 

Ke 7 : Baca sholawat setelah menjawab adzan.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dalam *Shahih*-nya dari Abdullah bin Amr, bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda:

"إذا سَمِعْتُم المؤذِّنَ فقُولوا مِثْلَ ما يَقُولُ، ثم صَلُّوا عَلَيَّ، فإنّه مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَليْه بهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الوَسِيْلَة، فإِنَّها مَنْزِلةٌ فِي الجَنَّة لا تنبَغِي إلَّا لعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ الله تعالى، وأرْجُو أنْ أكُوْنَ أنَا هُوَ، فَمَنْ سألَ لِيَ الوَسِيْلة حَلَّتْ عَلَيْه الشَّفَاعَة".

"Apabila kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan, kemudian bersholawatlah kepadaku. Karena barang siapa bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mintalah kepada Allah al-Wasilah untukku. Karena al-Wasilah adalah sebuah kedudukan di surga yang tidak pantas diberikan kecuali kepada satu hamba dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap akulah orang itu. Maka barang siapa memintakan al-Wasilah untukku, maka ia berhak mendapatkan syafaat." [HR. Muslim no. 384].

Ke 8 : Baca sholawat ketika berdoa.

Sebagaimana diriwayatkan dari Fadhalah bin Ubaid radhiyallahu 'anhu, ia berkata:

سمعَ النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ رجلًا يَدْعُو في صلاتِهِ فلمْ يُصَلِّ على النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ فقال النبِيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ عَجِلَ هذا ثُمَّ دعاهُ فقال لهُ أوْ لغيرِهِ إذا صلَّى أحدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللهِ والثَّناءِ عليهِ ثُمَّ لَيُصَلِّ على النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ ثُمَّ لَيَدْعُ بَعْدُ بِما شاءَ

Rasulullah mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya tanpa memuji Allah dan tanpa Bersholawat untuk Nabi , maka Rasulullah bersabda: "Orang ini tergesa-gesa."

Lalu beliau memanggilnya dan berkata kepadanya atau kepada orang lain: "Apabila salah seorang di antara kalian shalat, hendaklah ia memulai dengan memuji Rabbnya dan menyanjung-Nya, kemudian Bersholawat untuk Nabi , lalu berdoa setelah itu sesuai keinginannya." 

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1481), Ahmad (23937) dengan sedikit perbedaan, At-Tirmidzi (3477) dan lafaz ini miliknya, serta An-Nasa'i (1284) dengan makna yang serupa. Abu Isa Tirmidzy berkata : “ Hadits Hasan Shahih”. Di nilai Shahih oleh al-Albani dalam Shahih Abu Daud].

Ke 9 : Baca sholawat pada waktu pagi dan sore.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Abu Darda' radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda:

"مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِينَ يُصْبِحُ عَشْرًا، وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أَدْرَكْتُهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ".

"Barang siapa bersholawat kepadaku sepuluh kali di pagi hari dan sepuluh kali di sore hari, niscaya ia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat."

[Telah dinukil oleh Al-Hafizh Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitabnya *Jala'ul Afham* (halaman 63) sanad Ath-Thabarani untuk hadits ini].

Dan hadits ini telah dilemahkan oleh Al-Hafizh Al-‘Iraqi dalam *Takhreej Al-Ihya'* (1/441), Al-Sakhawi dalam *Al-Qawl Al-Badi'* (179), serta Syaikh Muqbil Al-Wadi’i dalam *Asy-Syafa’ah* (hal. 270).

Sementara itu, Syaikh Al-Albani rahimahullah telah meng-hasan-kan hadits ini dalam *Shahih Al-Jami’* (5357), kemudian beliau menarik pendapat tersebut dan melemahkannya dalam *As-Silsilah Adh-Dha’ifah* (5788).

Ke 10 : Baca sholawat di setiap majelis yang diduduki seseorang.

Sebagaimana diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, dari Nabi , beliau bersabda:

" مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللَّهَ فِيهِ، وَلَمْ يُصَلُّوا عَلَى نَبِيِّهِمْ، إِلَّا كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةً، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ".

وَقَوْلُهُ (تِرَةً) أَيِ حَسْرَةً وَنَدَامَةً.

"Tidaklah suatu kaum duduk dalam suatu majelis tanpa menyebut nama Allah dan Bersholawat untuk Nabi mereka, kecuali majelis itu menjadi penyesalan bagi mereka. Jika Allah menghendaki, Dia akan mengazab mereka, dan jika menghendaki, Dia akan mengampuni mereka."

Maksud dari "penyesalan" (تِرَةً) adalah rasa sesal dan duka.

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud (4856), At-Tirmidzi (3380), An-Nasa'i dalam *As-Sunan Al-Kubra* (10238), Ahmad (9583) dengan sedikit perbedaan, dan Al-Baghawi dalam *Sharh As-Sunnah* (1254) dengan lafaz ini miliknya.

Hadits ini di nilai Hasan oleh al-Baghowi dalam Syarhus Sunnah 3/73. Dan dinilai Shahih oleh al-Albani dalam Shahih Tirmidzy no. 3380].

===***===

LAFADZ-LAFADZ SHOLAWAT DALAM HADITS-HADITS SHAHIH

Terdapat beberapa lafaz sholawat kepada Nabi yang telah disebutkan dalam hadis-hadis shahih. Berikut adalah beberapa di antaranya: 

Ke 1 :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ "

"Ya Allah, semoga salawat dan salam tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau salawatkan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia, Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia." (Hadis riwayat Bukhari no. 3370 dan Muslim no. 406) 

Ke 2 :

اللَّهُمَّ ‌صَلِّ ‌عَلَى ‌مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ‌فِي ‌الْعَالَمِينَ ‌إِنَّكَ ‌حَمِيدٌ ‌مَجِيدٌ

"Ya Allah, semoga salawat dan salam tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau salawatkan kepada keluarga Ibrahim, dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau berkahi keluarga Ibrahim di seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia." (Hadis riwayat Muslim no. 405)

Ke 3 :

  اللهُمَّ ‌صَلِّ ‌عَلَى ‌مُحَمَّدٍ ‌وَعَلَى ‌أَهْلِ ‌بَيْتِهِ، ‌وَعَلَى ‌أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ"

"Ya Allah, semoga salawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga rumahnya, serta istri-istrinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau salawatkan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji, dan berkahilah Muhammad dan keluarga rumahnya, serta istri-istrinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau berkahi keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

(Hadis riwayat Imam Ahmad no. 23143)

Hadits ini di nilai Shahih oleh al-Albani dalam Shifatush Sholatin Nabi hal. 165 dan oleh Syu’aib al-Arna’uth dalam Tahqiq al-Musnad (38/238).

Syu’aib al-Arna’uth dan para pentahqiq al-Musnad (38/238) berkata :

“Hadis ini shahih, perawi-perawinya adalah perawi yang terpercaya dalam buku shahih al-Bukhari dan Muslim, kecuali sahabatnya yang tidak disebutkan namanya, sehingga tidak jelas. Namun, jika yang dimaksud adalah Abu Hamid al-Sa'idi, maka sanadnya terputus. Sebab, Malik meriwayatkan hadis ini dari Abdullah bin Abi Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, dari ayahnya, dari Amr bin Sulaym al-Zuraqi, yang mengatakan: "Telah memberitakan kepadaku Abu Hamid al-Sa'idi..." dan seterusnya, serupa dengan riwayat tersebut. 

Adapun riwayat dari Abdul Razzaq ini terdapat dalam "Musannaf"-nya (3103), dan melalui jalur tersebut, ia dikeluarkan oleh al-Tahawi dalam "Syarh Mushkil al-Athar" (2239). 

Dalam bab ini juga ada riwayat dari Abu Sa'id, yang telah disebutkan sebelumnya pada nomor (11433), dan disebutkan pula beberapa syahidnya di sana”. [SELESAI]

Ke 4 :

اللهُمَّ ‌صَلِّ ‌عَلَى ‌مُحَمَّدٍ ‌النَّبِيِّ ‌الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ"

"Ya Allah, semoga salawat tercurah kepada Muhammad, Nabi yang ummi, dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau salawatkan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, dan berkahilah Muhammad, Nabi yang ummi, sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

(Hadis riwayat Ahmad no. 17072, Abu Daud no. 981, an-Nasa’i dalam al-Kubro no. 9794 dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya no. 1959)

Syu’aib al-Arna’uth dan para pentahqiq al-Musnad (38/304) berkata :

“Hadis ini sahih, Muhammad bin Isyak—meskipun dia seorang mudallis—telah menyebutkan secara jelas bahwa ia menerima hadis ini, sehingga keraguan terhadap tuduhan mudallisnya hilang. Hadis ini juga memiliki penguat. Sedangkan para perawi lainnya dalam sanadnya adalah perawi-perawi yang terpercaya dari kalangan kedua imam hadis (Bukhari dan Muslim), kecuali Muhammad bin Abdullah bin Zaid bin Abdul Rabbah al-Ansari, yang merupakan perawi dari Muslim. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Bukhari dalam "Afa'al al-Ibad" dan ia adalah seorang yang terpercaya. Ya'qub: adalah putra dari Ibrahim bin Sa'd al-Zuhri.

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Khuzaymah (711), Ibn Hibban (1959), al-Daraqutni 1/354-355, al-Hakim 1/268, dan al-Bayhaqi dalam "al-Sunan" 2/146-147, 147, 378 melalui jalur Ya'qub, dengan sanad yang sama. Al-Daraqutni mengatakan: "Sanad ini hasan dan terhubung." Al-Hakim berkata: "Sahih menurut syarat Muslim," dan disetujui oleh al-Dzahabi.

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibn Abi Shaybah 2/507-508, Abd bin Hamid dalam "al-Muntakhab" (234), Abu Dawud (981), al-Nasa'i dalam "al-Kubra" (9877)—dan dalam "Amal al-Yawm wa al-Laylah" (49)—dan al-Tabarani dalam "al-Kabir" 17/698 melalui dua jalur dari Muhammad bin Isyak.

Al-Nasa'i juga meriwayatkannya dalam "al-Mujtaba" 3/47, dalam "al-Kubra" (1209) dan (9878)—dan dalam "Amal al-Yawm wa al-Laylah" (50)—dan al-Tabarani 17/696 melalui jalur Abdul Rahman bin Bashir, dari Abu Mas'ud, dengan sanad yang sama”. [SELESAI]

Hadits diatas di nilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud no. 981 dan oleh Syeikh Musthofa al-‘Adawi dalam Tahqiq kitab al-Muntakhob Min Musnad Abd bin Humeid 1/210

Ke 5 :

اللَّهُمَّ ‌صَلِّ ‌عَلَى ‌مُحَمَّدٍ ‌عَبْدِكَ ‌وَرَسُولِكَ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا باركت على إبراهيم وآل إبراهيم"

"Ya Allah, semoga salawat tercurah kepada Muhammad, hamba-Mu dan Rasul-Mu, sebagaimana Engkau salawatkan kepada Ibrahim, dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim."

(Hadis riwayat Bukhari no. 4799 dan 6358)

Dalam Islamweb, Fatwa No. 5025 dikatakan :

وَهَذِهِ الصِّيَغُ كُلُّهَا صَحِيحَةٌ، تُقَالُ فِي الصَّلَاةِ وَخَارِجِهَا. وَقَدْ وَرَدَتْ صُبُغٌ أُخْرَى غَيْرَهَا، وَالْأَفْضَلُ الاِقْتِصَارُ عَلَى الوَارِدِ، وَمَعَ ذَٰلِكَ يُمْكِنُ أَنْ يَأْتِيَ الشَّخْصُ بِصِيغَةٍ لَمْ تَرِدْ، بِشَرْطِ أَنْ تَكُونَ فِي مَعْنَى الوَارِدِ، وَأَنْ لَا تَتَضَمَّنَ غُلُوًّا وَلَا شِرْكًا.

Semua bentuk lafadz sholawat ini sahih, dan dapat dibaca dalam shalat maupun di luar shalat. Ada bentuk-bentuk lain yang yang tidak ada hadits-nya, namun yang terbaik adalah membatasi diri pada yang ada riwayatnya. Meskipun demikian, seseorang diperbolehkan mengucapkan bentuk sholawat lain yang tidak diriwayatkan, dengan syarat bahwa maknanya sesuai dengan yang ada riwayatnya dan tidak mengandung ghuluw (berlebihan dan pengkultusan) dan juga syirik.

Syeikh Bin Baz rahimahullah berkata:

"Bentuk doa sholawat yang diriwayatkan dari Rasulullah ada beberapa bentuk:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ،

"Ya Allah, semoga sholawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi sholawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia, Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Ini adalah yang paling lengkap.

Dalam beberapa riwayat, ada yang menghilangkan salah satu dari dua doa sholawat dan doa berkah untuk Ibrahim dan keluarganya, yaitu:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

"Ya Allah, semoga sholawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi sholawat kepada keluarga Ibrahim, Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi berkah kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Dalam beberapa riwayat lainnya:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

"Ya Allah, semoga sholawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi sholawat kepada Ibrahim, dan semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Ada juga yang berbunyi:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

"Ya Allah, semoga sholawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi sholawat kepada keluarga Ibrahim, dan semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi berkah kepada keluarga Ibrahim, di seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Dalam beberapa riwayat lagi:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ.

"Ya Allah, semoga sholawat tercurah kepada Muhammad hamba-Mu dan Rasul-Mu sebagaimana Engkau memberi sholawat kepada Ibrahim, dan semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim."

Semua bentuk ini baik jika seseorang mengucapkannya, semuanya baik dan sahih. [Selesai Kutipan dari Syeikh Bin Baaz).

===****===

BACAAN SHOLAWAT DALAM TASYAHHUD, APAKAH HARUS SESUAI HADITS SHAHIH?

Telah disebutkan dalam kitab "Fathul Bari" (11/166) oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar perbedaan pendapat para ulama yang panjang tentang lafaz sholawat kepada Nabi dalam tasyahhud, yang kesimpulannya al-Hafidz berkata : 

"وَذَهَبَ الْجُمْهُورُ إِلَى الِاجْتِزَاءِ بِكُلِّ لَفْظٍ أَدَّى الْمُرَادَ بِالصَّلَاةِ عَلَيْهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى قَالَ بَعضهم لَو قَالَ فِي أَثْنَاءِ التَّشَهُّدِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ أَجْزَأَ وَكَذَا لَوْ قَالَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ بِخِلَافِ مَا إِذَا قَدَّمَ عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَهَذَا يَنْبَغِي أَنْ يَنْبَنِيَ عَلَى أَنَّ تَرْتِيبَ أَلْفَاظِ التَّشَهُّدِ لَا يُشْتَرَطُ وَهُوَ الْأَصَحُّ وَلَكِنْ دَلِيلُ مُقَابِلِهِ قَوِيٌّ لِقولِهِمْ كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ وَقَول بن مَسْعُودٍ عَدَّهُنَّ فِي يَدَيَّ وَرَأَيْتُ لِبَعْضِ الْمُتَأَخِّرِينَ فِيهِ تَصْنِيفًا وَعُمْدَةُ الْجُمْهُورِ فِي الِاكْتِفَاءِ بِمَا ذُكِرَ أَنَّ الْوُجُوبَ ثَبَتَ بِنَصِّ الْقُرْآنِ بِقَوْلِهِ تَعَالَى صلوا عَلَيْهِ وسلموا تَسْلِيمًا فَلَمَّا سَأَلَ الصَّحَابَةُ عَنِ الْكَيْفِيَّةِ وَعَلَّمَهَا لَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاخْتَلَفَ النَّقْلُ لِتِلْكَ الْأَلْفَاظِ اقْتَصَرَ عَلَى مَا اتَّفَقَتْ عَلَيْهِ الرِّوَايَاتُ وَتَرَكَ مَا زَادَ عَلَى ذَلِكَ كَمَا فِي التَّشَهُّدِ إِذْ لَوْ كَانَ الْمَتْرُوكُ وَاجِبًا لَمَا سَكَتَ عَنْهُ". انْتَهَى

"Mayoritas ulama berpendapat bahwa cukup dengan setiap lafaz yang menyampaikan maksud sholawat untuk beliau .

Bahkan sebagian mereka mengatakan: Jika seseorang dalam tasyahhud mengucapkan

الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ

Artinya : 'sholawat dan salam atasmu wahai Nabi'.

 Maka itu sudah mencukupi.

Demikian juga jika ia berkata :

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Artinya : 'Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya’.

Ini juga mencukupi.

Berbeda halnya jika ia mendahulukan ucapan :

عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Artinya : 'hamba dan utusan-Nya'.

Maka hal ini semestinya dibangun di atas pendapat bahwa urutan lafaz-lafaz tasyahhud itu tidak disyaratkan, dan ini adalah pendapat yang lebih benar.

Namun dalil pihak yang menyelisihinya juga kuat, berdasarkan perkataan mereka:

كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ

Artinya : 'Sebagaimana beliau mengajarkan kepada kami surat dalam Al-Qur'an.

Dan juga berdasarkan perkataan Ibnu Mas'ud:

عَدَّهُنَّ فِي يَدَيَّ

'Aku menghitungnya di antara kedua tanganku.'

Aku juga melihat sebagian ulama mutaakhirin menulis karya tentang hal ini. 

Dasar mayoritas ulama dalam mencukupkan dengan apa yang disebutkan itu adalah bahwa kewajiban bersholawat telah ditetapkan dengan nash Al-Qur'an melalui firman Allah Ta'ala:

﴿صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾

'Bersholawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan.' [QS. Al-Ahzab : 56]

Maka, ketika para sahabat bertanya tentang tata caranya dan Nabi mengajarkan kepada mereka, dan terjadi perbedaan dalam riwayat lafaz-lafaz tersebut, maka mereka mencukupkan dengan apa yang disepakati dalam riwayat-riwayat dan meninggalkan tambahan lafaz lain. Seperti dalam tasyahhud, seandainya yang ditinggalkan itu wajib, niscaya tidak akan didiamkan." [Selesai].

FATWA SYAIKH BIN BAZ TENTANG LAFADZ SHOLAWAT DALAM TASYAHHUD:

PERTANYAAN: 

رَجُلٌ يَسْأَلُ عَنْ حُكْمِ صَلَاتِهِ، يَقُولُ: صَلَّيْتُ عِندَ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقُلْتُ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، ثُمَّ سَلَّمْتُ، يَعْنِي أَنَّهُ مَا صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ الصَّلَاةَ الْكَامِلَةَ؟ 

Seorang laki-laki bertanya tentang hukum salatnya, ia berkata: Aku salat, lalu ketika membaca salawat kepada Nabi aku berkata: "Allahumma shalli 'ala Muhammad," kemudian aku salam, maksudnya ia tidak membaca salawat kepada Nabi dengan bacaan yang lengkap? 

JAWABAN: 

الصَّلَاةُ صَحِيحَةٌ، لَكِنْ تَرَكَ مَا يَنْبَغِي؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ ﷺ لَمَّا سَأَلُوهُ قَالَ: قُولُوا: اللَّهُمَّ صَلِّ ..، وَلَمْ يَأْتِ مَا يَدُلُّ عَلَى الْإِلْزَامِ بِهَا، لَكِنْ مِنْ بَابِ الْاحْتِيَاطِ يُؤْتَى بِهَا فِي التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ وَيَتَأَكَّدُ ذَلِكَ؛ خُرُوجًا مِنَ الْخِلَافِ. 

Salatnya sah, tetapi ia meninggalkan sesuatu yang sebaiknya dilakukan; karena Nabi ketika ditanya, beliau bersabda: "Ucapkanlah: Allahumma shalli...," dan tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa hal itu wajib. Namun, sebagai bentuk kehati-hatian, hendaknya membaca salawat secara sempurna dalam tasyahud terakhir, dan itu lebih ditekankan agar keluar dari perselisihan pendapat. 

PERTANYAAN BERIKUT-NYA :

إِذَنْ الْفَرْضُ أَنْ يَقُولَ: "اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ" فَقَطْ؟ 

Jadi, yang wajib hanyalah mengucapkan: "Allahumma shalli 'ala Muhammad" saja? 

JAWABAN SYEIKH BIN BAZ : 

يَنْبَغِي أَنْ يَأْتِيَ بِهَا عَلَى حَالِهَا وَعَلَى صِفَتِهَا: "اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ"، وَإِنْ جَمَعَ بَيْنَ الْآلَيْنِ فَهُوَ أَفْضَلُ: مُحَمَّدٍ وَآلِهِ، وَإِبْرَاهِيمَ وَآلِهِ. 

Sebaiknya mengucapkannya secara sempurna dan sesuai sifatnya: "Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kamaa shallaita 'ala aali Ibrahim, wa baarik 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kamaa baarakta 'ala aali Ibrahim." Jika menggabungkan antara kedua keluarga (Muhammad dan Ibrahim) itu lebih utama: Muhammad dan keluarganya, Ibrahim dan keluarganya. 

PERTANYAAN BERIKUT-NYA :

هَلْ هِيَ وَاجِبَةٌ أَوْ رُكْنٌ؟ 

Apakah ia wajib atau rukun? 

JAWABAN SYEIKH BIN BAZ :

جُمْلَةٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ يَرَوْنَ أَنَّهَا رُكْنٌ، وَجُمْلَةٌ آخَرُونَ يَرَوْنَ أَنَّهَا وَاجِبٌ، وَطَائِفَةٌ ثَالِثَةٌ تَرَى أَنَّهَا سُنَّةٌ، وَلَكِنْ عَلَى كُلِّ حَالٍ لَا يَنْبَغِي تَرْكُهَا؛ خُرُوجًا مِنَ الْخِلَافِ، فِي التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ.

Sebagian ulama berpendapat bahwa ia adalah rukun, sebagian lain berpendapat bahwa ia adalah wajib, dan sekelompok lain berpendapat bahwa ia adalah sunah. Akan tetapi bagaimanapun, sebaiknya tidak ditinggalkan untuk keluar dari perselisihan dalam tasyahud terakhir.

===***===

APAKAH BACAAN SHOLAWAT DI LUAR SHALAT HARUS SESUAI HADITS SHAHIH?

Lafaz sholawat kepada Nabi tidak harus bersifat baku, sehingga jika seorang Muslim bersholawat dengan lafaz apa pun, maka itu sudah mencukupi dan dia akan mendapatkan pahala sholawat tersebut –insya Allah Ta’ala– selama lafaz itu tidak mengandung hal yang dilarang; karena lafaz-lafaz yang datang dalam hadits dari Nabi berbeda-beda (Fatwa Islamweb no. 329464).

===***===

KUMPULAN FATWA PARA ULAMA KONTEMPORER:

*****

PERTAMA : FATWA SYEIKH BIN BAZ rahimahullah :

PERTANYAAN:

Ada sebagian orang membuat sholawat sendiri dalam tasyahhud ? 

JAWABAN Syaikh Bin Baz:

الأفْضَلُ الوَارِدَةُ، وَإِنْ قَالَ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ فَلَا بَأْسَ، هَذِهِ مُخْتَصَرَةٌ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى رَسُولِكَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّكَ، اللَّهُمَّ سَلِّمْ عَلَيْهِ، عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ، كَمَا يَقُولُ عِندَ قِرَاءَةِ الْحَدِيثِ فِي الْكُتُبِ.

Yang paling utama adalah salawat yang diriwayatkan dalam hadits-hadits. Namun jika dia mengucapkan: "Allahumma shalli 'alaihi wa sallim" maka tidak mengapa.

Ini adalah contoh sholawat-sholawat dalam bentuk ringkas yang diperbolehkan:

(Allahumma shalli 'alaihi wa sallim)

(Allahumma shalli 'ala rasulika)

(Allahumma shalli 'ala nabiyyika)

(Allahumma sallim 'alaihi),

(alaihis shalatu was salam)".

Ini semua diperbolehkan, sebagaimana boleh diucapkan ketika membaca hadits dalam kitab-kitab.

*****

KEDUA : KUMPULAN FATWA ISLAMWEB

===

KE 1 : FATWA ISLAMWEB: NO. 5025:

الأفْضَلُ الِاقْتِصَارُ عَلَى الوَارِدِ، وَمَعَ ذَلِكَ يُمْكِنُ أَنْ يَأْتِيَ الشَّخْصُ بِصِيغَةٍ لَمْ تَرِدْ، بِشَرْطِ أَنْ تَكُونَ فِي مَعْنَى الوَارِدِ، وَأَنْ لَا تَتَضَمَّنَ غُلُوًّا وَلَا شِرْكًا.

"Yang lebih utama adalah membatasi diri pada lafaz yang diriwayatkan, namun demikian seseorang boleh mengucapkan sholawat dengan lafaz yang tidak diriwayatkan, dengan syarat lafaz tersebut masih dalam makna lafaz yang diriwayatkan, dan tidak mengandung unsur ghuluw (berlebihan/ pengkultusan) atau kesyirikan."

KE 2 : FATWA ISLAMWEB: NO. 175263

PERTANYAAN: 

هَلْ تَجُوزُ الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صِيغَةٍ: ٱللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ كَمَا تُحِبُّ وَتَرْضَىٰ لَهُ؟   

Apakah boleh Bersholawat untuk Nabi dengan lafaz: "Allahumma shalli ‘ala Muhammad kama tuhibbu wa tardha lahu"?

JAWABAN: 

فَلَا حَرَجَ فِي ٱلصَّلَاةِ عَلَى ٱلنَّبِيِّ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِٱلصِّيغَةِ ٱلْمَذْكُورَةِ، وَإِنْ كَانَ ٱلْأَفْضَلُ أَنْ يُصَلَّىٰ عَلَيْهِ بِٱلصِّيَغِ ٱلْمَأْثُورَةِ

Tidak mengapa Bersholawat untuk Nabi dengan lafaz tersebut, meskipun yang lebih utama adalah bersholawat dengan lafaz-lafaz yang diajarkan. 

====

KETIGA : FATWA ISLAMQA (ISLAM TANYA JAWAB)
DIBAWAH BIMBINGAN SYEIKH MUHAMMAD SHALEH AL-MUNAJJID

----

KE 1 : FATWA ISLAMQA NO : 309032

Apakah boleh bersalawat kepada Nabi dengan lafaz yang tidak bersumber dari riwayat? 

Apa hukum lafaz salawat kepada Nabi berikut ini:

"اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، صَلَاةً تَرْضَى بِهَا عَنَّا، وَتَفْتَحُ لَنَا بِهَا أَبْوَابَ الْخَيْرِ وَالتَّيْسِيرِ، وَتُغْلِقُ لَنَا بِهَا أَبْوَابَ الشَّرِّ وَالتَّعْسِيرِ، أَنْتَ مَوْلَانَا، فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ"

Artinya : “Ya Allah, limpahkanlah salawat, salam, dan keberkahan kepada junjungan kami Muhammad, suatu salawat yang Engkau ridai untuk kami, dan dengan salawat itu Engkau bukakan untuk kami pintu-pintu kebaikan dan kemudahan, serta Engkau tutupkan untuk kami pintu-pintu keburukan dan kesulitan. Engkaulah pelindung kami, maka sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong”.

Sholawat ini tersebar di tengah masyarakat, apakah di dalamnya terdapat tawassul yang terlarang? Apakah salawat tersebut diperbolehkan atau tidak? 

JAWABAN: 

أَفْضَلُ صِيغَةٍ لِلصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، هِيَ الصِّيغَةُ الْوَارِدَةُ فِي التَّشَهُّدِ؛ لِأَنَّ هَذِهِ الصِّيغَةَ هِيَ الَّتِي عَلَّمَهَا الرَّسُولُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْحَابَهُ حِينَ سَأَلُوهُ عَنْ كَيْفِيَّةِ الصَّلَاةِ عَلَيْهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. 

ثَانِيًا:  لَا حَرَجَ مِنَ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالصِّيغَةِ الْوَارِدَةِ فِي السُّؤَالِ، وَهِيَ مِنَ التَّوَسُّلِ إِلَى اللهِ بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ، وَهُوَ جَائِزٌ. 

فَإِنَّ الدَّاعِيَ يَبْدَأُ بِالصَّلَاةِ عَلَى الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ يَتَوَسَّلُ إِلَى اللهِ بِهَذِهِ الصَّلَاةِ أَنْ يَرْضَى عَنْهُ، وَيَفْتَحَ لَهُ أَبْوَابَ الْخَيْرِ... إِلَخْ.

Artinya : Segala puji bagi Allah, salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, amma ba'du: 

Pertama : Lafaz terbaik untuk bersalawat dan mengucapkan salam kepada Nabi kita Muhammad adalah lafaz yang datang dalam bacaan tasyahud; karena lafaz itulah yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabatnya ketika mereka bertanya tentang bagaimana cara bersalawat kepada beliau . 

Kedua: Tidak mengapa bersalawat kepada Nabi dengan lafaz yang disebutkan dalam PERTANYAAN tersebut, karena hal itu termasuk bentuk bertawassul kepada Allah melalui amal saleh, dan itu diperbolehkan. 

Sebab orang yang berdoa memulai dengan bersalawat kepada Rasulullah , kemudian bertawassul kepada Allah dengan salawat tersebut agar Allah meridhainya, membukakan untuknya pintu-pintu kebaikan, dan seterusnya”. [SELESAI]

----

KE 2 : FATWA ISLAMQA NO : 209135

Syeikh al-Munajjid berkata :

تُجْزِئُ الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَيِّ لَفْظٍ يُؤَدِّي الْمُرَادَ، مَا لَمْ يُتَّخَذْ ذَلِكَ عَادَةً وَوِرْدًا، وَلَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا يَقْتَضِي مُخَالَفَةً أَوْ نُقْصَانًا

Bersalawat kepada Nabi sah dengan lafaz apa pun yang menyampaikan maksud, selama tidak dijadikan sebagai kebiasaan rutinan tertentu dan tidak mengandung makna yang bertentangan atau kekurangan. 

PERTANYAAN :

Saya ingin mengetahui, apakah boleh membaca salawat berikut:

"صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ"

Dan

"الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ"

Dan juga lafadz sholawat :

"الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا حَبِيبَ اللهِ" ؟؟

JAWABAN: 

Segala puji bagi Allah, salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, amma ba'du: 

Pertama: 

Ucapan seseorang: "Ya Muhammad" atau "Ya Rasulallah", jika tidak dimaksudkan untuk berdoa atau meminta, maka tidak mengapa, seperti bertujuan menghadirkan gambaran beliau dalam benak dan mengingat beliau, misalnya ketika membaca sebuah hadits lalu berkata: "Shallallahu 'alaika ya Rasulallah," maka yang seperti ini tidak ada masalah. 

Para ulama dari Al-Lajnah Ad-Daimah mengatakan: 

"يَجُوزُ أَنْ يُقَالَ عِنْدَ زِيَارَتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ، فَإِنَّ مَعْنَاهَا: الطَّلَبُ وَالإِنْشَاءُ وَإِنْ كَانَ اللَّفْظُ خَبَرًا، وَيَجُوزُ أَنْ يُصَلَّى عَلَيْهِ بِالصَّلَاةِ الإِبْرَاهِيمِيَّةِ فَيَقُولَ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ".

"Boleh mengucapkan saat menziarahi kuburan beliau :

صَلَّى اللهُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ

Karena maknanya adalah permintaan dan permohonan, walaupun secara lafaz berbentuk berita. Dan juga boleh bersalawat kepada beliau dengan salawat Ibrahimiyah, misalnya mengucapkan:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ"

(Selesai dari "Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah" 1/474).

Kedua: 

Tidak mengapa bersalawat kepada Nabi dengan lafaz apa pun yang menyampaikan maksud; maka jika seseorang berkata:

"اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ".

atau berkata:

"صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ".

atau berkata:

"الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ".

atau berkata:

"صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ".

Dan semacamnya, maka sungguh ia telah bersalawat kepada beliau dengan salawat yang sah dan mencukupi, dan dalam hal ini perkara cukup luas. 

Semua yang diatas ini berlaku di luar salat. 

Adapun di dalam salat, maka sebaiknya membatasi diri pada lafaz yang diajarkan dalam riwayat yang sahih. 

Dan salawat terbaik dan paling sempurna kepada beliau adalah yang dikenal dengan salawat Ibrahimiyah yang dibaca pada akhir tasyahud, yang memiliki beberapa redaksi yang shahih. 

Perlu diperhatikan bahwa makruh bagi seseorang untuk selalu hanya menyebut salawat tanpa salam, atau selalu hanya menyebut salam tanpa salawat. 

Adapun jika dia menggabungkan keduanya, atau kadang menyebut salawat dan kadang salam, maka itu termasuk dalam menjalankan firman Allah Ta'ala:

﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan." (Al-Ahzab: 56).

Ketiga: 

Ucapan seseorang :

"الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا حَبِيبَ اللهِ"

Artinya : (salawat dan salam atasmu wahai kekasih Allah)

Tidak diragukan bahwa Nabi adalah kekasih Allah. Namun, kedudukan "الخُلَّةُ" (kecintaan yang paling dalam) lebih tinggi daripada sekadar "المَحَبَّةُ" (kecintaan biasa). Karena itu, yang lebih utama adalah mengucapkan "Khalilullah" (sahabat karib Allah).

Adapun yang mengucapkan "Habibullah" biasanya adalah orang yang tidak mengetahui kadar kedudukan khullah, dan tidak mengetahui keutamaan khullah atas mahabbah. 

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: 

العَامَّةُ مُشْكِلٌ أَمْرُهُمْ، دَائِمًا يَصِفُونَ الرَّسُولَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَنَّهُ حَبِيبُ اللهِ، فَنَقُولُ: أَخْطَأْتُمْ وَنَقَصْتُمْ نَبِيَّكُمْ؛ فَالرَّسُولُ خَلِيلُ اللهِ؛ لِأَنَّكُمْ إِذَا وَصَفْتُمُوهُ بِالمَحَبَّةِ أَنْزَلْتُمُوهُ عَنْ بُلُوغِ غَايَتِهَا" اِنْتَهَى

"Orang-orang awam ini bermasalah, mereka selalu menyifati Rasul sebagai kekasih Allah. Maka kami katakan: kalian keliru dan telah merendahkan kedudukan Nabi kalian; karena Rasul itu adalah Khalilullah. Jika kalian hanya menyifatinya dengan cinta biasa, berarti kalian telah menurunkannya dari kedudukan cinta yang tertinggi." 

(Selesai dari "Majmu' Fatawa wa Rasail Ibni Utsaimin" 9/396). 

----

KE 3 : FATWA ISLAMQA NO : 174685

PERTANYAAN: 

Para syekh kami yang mulia, saya termasuk orang yang membaca sholawat kepada Nabi sebanyak 50/100 kali atau lebih dalam sehari, tergantung keadaan, dan saya mengucapkan

(اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ).

Lalu ada seseorang yang mengatakan kepada saya bahwa sholawat saya kepada Rasulullah kurang sempurna. Maka apakah kalian dapat memberitahu kami tentang cara terbaik dalam bersholawat kepada penghulu makhluk, dan apakah benar cara saya kurang sempurna? Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan. 

JAWABAN RINGKAS : 

جَماهِيرُ العُلَماءِ يَرَوْنَ أَنَّ أَيَّ لَفْظٍ أَدَّى الْمُرادَ بِالصَّلاةِ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ أَجْزَأَ. أَمَّا داخِلَ الصَّلاةِ فَيَنْبَغِي الِاقْتِصارُ عَلَى الْمَأْثُورِ الْوَارِدِ وَعَدَمُ النَّقْصِ عَنْهُ احْتِياطًا لِلسُّنَّةِ وَالدِّينِ، وَاتِّباعًا لِلْوَارِدِ عَنْهُ عَلَيْهِ الصَّلاةُ وَالسَّلامُ.

Artinya : “Mayoritas ulama berpendapat bahwa lafaz apa pun yang memenuhi maksud Bersholawat untuk Nabi maka itu sudah sah. Adapun di dalam shalat, sebaiknya terbatas pada lafaz yang diriwayatkan dan tidak menguranginya, sebagai bentuk kehati-hatian terhadap sunnah dan agama, serta sebagai bentuk mengikuti apa yang datang dari beliau ”. 

Di antara lafaz sholawat kepada Nabi dalam tasyahhud yang paling shahih adalah:

Pertama : 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. 

"Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan sholawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Kedua :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

"Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau telah melimpahkan sholawat kepada keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

JAWABAN TERPERINCI : 

Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, amma ba'du: 

Bersholawat untuk Nabi merupakan salah satu bentuk pendekatan diri yang agung, dan termasuk ketaatan mulia yang dianjurkan oleh syariat. Ia juga merupakan salah satu doa terbaik seorang hamba untuk dirinya di dunia dan akhirat, serta bagian dari keharusan dalam menyempurnakan kecintaan, penghormatan, pengagungan, dan penunaian hak beliau . 

Adapun mengenai cara terbaik dalam bersholawat kepada penghulu makhluk , telah disebutkan beberapa lafaz yang shahih dalam hal ini. Anda bisa menelaahnya dalam kitab *Shifat Shalat Nabi * karya Al-Albani rahimahullah (halaman 165, cetakan Maktabah Al-Ma'arif, Riyadh). 

Di antara lafaz yang paling shahih dan paling masyhur adalah dua lafaz yang diajarkan langsung oleh Nabi kepada para sahabat radhiyallahu 'anhum ketika mereka bertanya tentang bagaimana cara bersholawat kepada beliau , yaitu: 

Lafaz pertama: 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ؛ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ؛ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

"Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan sholawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia." 

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (3370) dan Muslim (406) dari hadits Ka'b bin Ujrah radhiyallahu 'anhu. 

Lafaz kedua: 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ؛ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

"Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan sholawat kepada keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia." 

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (3369) dan Muslim (407) dari hadits Abu Humaid As-Sa'idi radhiyallahu 'anhu. 

Dan beliau tidaklah memilih kecuali lafaz yang paling mulia dan terbaik. 

Lihat: *Raudhah Ath-Thalibin* karya An-Nawawi (11/66), *Fath Al-Bari* karya Ibnu Hajar (11/166), *Shifat Shalat Nabi * karya Al-Albani (halaman 175), *Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah* (27/97). 

Yang lebih utama adalah melakukan variasi dalam membaca lafaz-lafaz yang telah diriwayatkan ini, yaitu dengan membacanya secara bergantian — kadang dengan satu lafaz, kadang dengan yang lain — untuk mengikuti sunnah dan syariat, serta agar tidak menyebabkan terlupakannya lafaz-lafaz yang lain yang juga shahih, sekaligus untuk memperoleh banyak manfaat lain yang tidak didapatkan jika hanya konsisten pada satu lafaz saja. 

Namun perlu diperhatikan, tidak diperbolehkan menggabungkan dan mencampur lafaz-lafaz tersebut menjadi satu lafaz gabungan, karena hal itu bertentangan dengan sunnah; sebagaimana telah ditegaskan oleh banyak ulama. 

Lihat: *Majmu' Al-Fatawa* karya Ibnu Taimiyah (22/335, 458; 24/242, 247), *Jala' Al-Afham* karya Ibnu Qayyim (halaman 373), *Qawa'id Ibnu Rajab* (halaman 14), dan *Syarh Al-Mumti'* karya Ibnu Utsaimin (2/56, 65; 3/29, 98).

Dan semua ini berlaku jika bersholawat kepada beliau setelah baca tasyahud dalam shalat. 

Adapun sholawatmu kepada beliau dengan lafaz: “Allahumma shalli 'ala Muhammad wa aali Muhammad” di luar shalat, maka jika yang dimaksud temanmu adalah bahwa lafaz tersebut kurang lengkap dibandingkan dengan lafaz yang diriwayatkan secara sempurna, maka itu benar.

Namun jika yang dimaksud bahwa lafaz tersebut tidak sah dan tidak dianggap sebagai sholawat kepada Rasul , maka itu tidak benar. Bahkan yang benar bahwa itu tetap termasuk sholawat kepada Nabi , lafaznya sah dan memenuhi tujuan.

Para ulama tetap mengatakan sholawat dengan lafaz seperti: “Allahumma shalli 'ala Muhammad” atau “shallallahu 'alaihi wasallam” dan yang semacamnya; sehingga perkara ini, insya Allah, bebas dan leluasa. 

Al-Hafizh Ibnu Hajar menegaskan dalam *Fathul Bari* (11/166) : bahwa mayoritas ulama berpendapat: lafaz apa pun yang menyampaikan maksud Bersholawat untuk Nabi sudah mencukupi. Adapun di dalam shalat, maka sebaiknya hanya menggunakan lafaz yang diriwayatkan dan tidak mengurangi lafaz tersebut, sebagai bentuk kehati-hatian terhadap sunnah dan agama, serta mengikuti apa yang datang dari beliau . 

Perlu juga diperhatikan bahwa lafaz tersebut hanya berisi sholawat tanpa salam, padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkan kita untuk menggabungkan antara sholawat dan salam kepada beliau, sebagaimana firman-Nya:

﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾

_"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."_ (Al-Ahzab: 56) 

Para ulama telah menjelaskan bahwa makruh hukumnya jika seseorang selalu hanya menyebut sholawat tanpa salam, atau sebaliknya hanya salam tanpa sholawat. Akan tetapi, jika ia menggabungkan keduanya, atau terkadang menyebut sholawat dan terkadang salam, maka ia telah melaksanakan perintah ayat tersebut. 

Lihat: *Fathul Bari* (11/167). 

Wallahu a'lam.

----

KE 4 : FATWA ISLAMQA NO. 337641

PERTANYAAN :

Bagaimana hukum membaca sholawat kepada Nabi dengan lafaz:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا لَا نِهَايَةَ

Artinya : “Ya Allah, semoga salawat atas junjungan kami, Muhammad, sebanyak jumlah yang tidak terhingga”.

JAWABAN :

Alhamdulillah. 

Pertama: Hukum penggunaan lafaz  :

 اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا لَا نِهَايَةَ

Tidak ada larangan dalam bersholawat untuk Nabi dengan lafaz ini: "Allahumma sholli afdal sholawat 'ala sayyidina Muhammad 'adada ma la nihayah ila ma la nihayah".

Dan semoga orang yang mengucapkannya mendapatkan pahala yang banyak.

Namun, jika mengikuti lafaz yang terdapat dalam hadits, maka tentu itu lebih baik dan lebih fasih, serta lebih jauh dari kesan takalluf (berlebihan). 

Telah diriwayatkan oleh Ahmad (22144), Ibnu Hibban (830) dari Abu Umamah Al-Bahili:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِهِ وَهُوَ يُحَرِّكُ شَفَتَيْهِ، فَقَالَ: مَاذَا تَقُولُ يَا أَبَا أُمَامَةَ؟ قَالَ: أَذْكُرُ رَبِّي، قَالَ: أَلَا أُخْبِرُكَ بِأَكْثَرِ أَوْ أَفْضَلِ مِنْ ذِكْرِكَ اللَّيْلَ مَعَ النَّهَارِ وَالنَّهَارِ مَعَ اللَّيْلِ؟ أَنْ تَقُولَ: سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ، سُبْحَانَ اللَّهِ مِلْءَ مَا خَلَقَ، سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا فِي الْأَرْضِ وَالسَّمَاءِ، سُبْحَانَ اللَّهِ مِلْءَ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، سُبْحَانَ اللَّهِ مِلْءَ مَا خَلَقَ، سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا أَحْصَى كِتَابُهُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ مِلْءَ كُلِّ شَيْءٍ، وَتَقُولُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ، مِثْلَ ذَٰلِكَ.

"Bahwa Rasulullah lewat di dekatnya sementara dia menggerakkan bibirnya, lalu beliau bertanya: 'Apa yang kamu katakan, wahai Abu Umamah?' Dia menjawab: 'Saya mengingat Tuhan saya.' Beliau berkata: 'Apakah aku tidak memberitahumu tentang sesuatu yang lebih banyak atau lebih baik daripada mengingat Tuhanmu malam dan siang, serta siang dan malam?' Kamu hendaknya berkata: 'Subhanallah 'adada ma khalaq, subhanallah mal'a ma khalaq, subhanallah 'adada ma fi al-ardh wa as-sama', subhanallah mal'a ma fi as-sama' wal-ardh, subhanallah mal'a ma khalaq, subhanallah 'adada ma ahsa kitabuh, wa subhanallah mal'a kulli shay'...' Dan kamu berkata: 'Alhamdulillah' seperti itu."

Hadits ini shahih menurut Albani dalam *As-Silsilah As-Shahihah* (2578). 

Seandainya dia memabaca sholawat :

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا خَلَقْتَ 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ مِلْءَ مَا خَلَقْتَ 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا أَحْصَىٰ كِتَابُكَ 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ مِلْءَ مَا أَحْصَىٰ كِتَابُكَ 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ كُلِّ شَيْءٍ 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ مِلْءَ كُلِّ شَيْءٍ 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ مِلْءَ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَا نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ وَعَدَدَ مَا كَانَ وَعَدَدَ مَا يَكُونُ وَعَدَدَ الْحَرَكَاتِ وَعَدَدَ السُّكُونِ وَعَدَدَ مَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُونَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ.

Maka itu lebih baik daripada memabaca:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا لَا نِهَايَةَ

---

Karena pada dasarnya, diperbolehkan menggunakan lafaz-lafaz yang menunjukkan penggandaan dzikir, karena berdasarkan hadits yang telah disebutkan dari Abu Umamah, dan juga karena hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (2726) dari Ibnu Abbas, dari Juwayriyah :

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مِنْ عِنْدِهَا بُكْرَةً حِينَ صَلَّى الصُّبْحَ، وَهِيَ فِي مَسْجِدِهَا، ثُمَّ رَجَعَ بَعْدَ أَنْ أَضْحَى، وَهِيَ جَالِسَةٌ، فَقَالَ:  مَا زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِي فَارَقْتُكِ عَلَيْهَا؟  قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:   لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ، ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ .

Bahwa Nabi keluar dari sisi beliau pada pagi hari ketika shalat Subuh, sementara beliau berada di masjidnya, lalu beliau kembali setelah matahari terbit, dan beliau melihatnya masih duduk.

Lalu beliau bertanya: "Apakah kamu masih dalam keadaan yang sama saat aku tinggalkan tadi?" Dia menjawab : Iya.

Lalu beliau berkata: "Sesungguhnya aku telah mengucapkan empat kalimat setelah kamu, tiga kali, jika diukur dengan apa yang kamu ucapkan sejak pagi ini, niscaya kalimat-kalimat itu lebih berat:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ .

Subhanallah wa bihamdihi, sebanyak jumlah ciptaan-Nya, dan ridha diri-Nya, serta beratnya Arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-Nya.

Telah disebutkan sebelumnya dalam jawaban soal nomor: (200089) bahwa tidak ada masalah untuk bersholawat dengan kalimat ini:

اللهم صَلِّ على مُحَمَّدٍ عَدَدَ خَلْقِكَ، وَرِضَا نَفْسِكَ، وَزِنَةَ عَرْشِكَ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ.

Imam al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:

هَذَا الْإِمَامُ الشَّافِعِيُّ أَعْلَى اللَّهُ دَرَجَتَهُ - وَهُوَ مِنْ أَكْثَرِ النَّاسِ تَعْظِيمًا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ فِي خُطْبَةِ كِتَابِهِ الَّذِي هُوَ عُمْدَةُ أَهْلِ مَذْهَبِهِ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، إِلَى آخِرِ مَا أَدَّاهُ إِلَيْهِ اجْتِهَادُهُ، وَهُوَ قَوْلُهُ: كُلَّمَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُونَ، وَكُلَّمَا غَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ. 

وَكَأَنَّهُ اسْتَنبَطَ ذَلِكَ مِنَ الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ الَّذِي فِيهِ (سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ). 

وَقَدْ عَقَدَ الْقَاضِي عِيَاضٌ بَابًا فِي صِفَةِ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي كِتَابِ "الشِّفَاءِ"، وَنَقَلَ فِيهِ آثَارًا مَرْفُوعَةً عَنْ جَمَاعَةٍ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ.

"Imam Syafi'i, semoga Allah meninggikan derajatnya –, beliau merupakan salah satu orang yang paling banyak memuliakan Nabi – dalam khutbah kitabnya yang menjadi landasan utama madzhabnya, berkata:

"اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ .....

hingga akhir apa yang sampai pada hasil ijtihadnya, yaitu ucapannya:

كُلَّمَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُونَ، وَكُلَّمَا غَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ

Artinya : ‘setiap kali dia disebut oleh para pen-dzikir dan setiap kali dia dilupakan oleh orang-orang yang lalai’.

Seolah-olah beliau menggali hal itu dari hadis sahih yang terdapat dalam kalimat :

(سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ)

"Subhanallah, sebanyak jumlah ciptaan-Nya."

Dan al-Qadhi Iyadh telah menyusun sebuah bab dalam kitabnya "asy-Syifa" mengenai bentuk sholawat kepada Nabi , dan dalamnya ia mengutip riwayat-riwayat yang diangkat dari sejumlah sahabat dan tabi'in. [KUTIPAN SELESAI].

Dikutip oleh Muhammad bin Muhammad al-Ghoroobili (835 H), yang selalu menemani Ibnu Hajar, seperti yang tercatat dalam salah satu manuskrip yang ditinjau oleh Syaikh al-Albani. [lihat "Sifat Sholawat Nabi " (172), dan lihat "Ashlush Shifat Sholawat Nabi " (3/939)].

Dalam jawaban yang dirujuk di atas, tampaknya orang yang mengucapkan hal tersebut akan mendapatkan pahala yang sangat besar, namun tidak dengan jumlah makhluk atau yang serupa.

----

Kedua: Lafal terbaik untuk Bersholawat untuk Nabi adalah sholawat Ibrahimiyah

Perlu diketahui bahwa lafaz terbaik untuk Bersholawat untuk Nabi adalah yang diajarkan oleh Nabi kepada para sahabatnya, yaitu sholawat Ibrahimiyah.

Telah diriwayatkan oleh al-Bukhari (6357) dan Muslim (406) dari ‘Abdurrahman bin Abi Laila yang berkata:

" لَقِيَنِي كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ أَلَا أُهْدِي لَكَ هَدِيَّةً إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَيْنَا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكَ ، فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ ؟ قَالَ : فَقُولُوا :

’اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ".

“Ka‘b bin Ujrah menemui saya dan berkata: ‘Maukah saya hadiahkan sesuatu untukmu? Sesungguhnya Nabi keluar menemui kami, lalu kami berkata: ‘Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui bagaimana cara kami memberi salam kepadamu, lalu bagaimana kami bersholawat kepadamu?’ Beliau berkata: ‘Katakanlah:

Artinya : "Ya Allah, semoga Engkau memberikan salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan salawat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga Engkau memberikan berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Dan diriwayatkan oleh al-Bukhari (3369) dan Muslim (6360) dari Abu Humayd as-Sa‘idi radhiyallahu ‘anhu yang berkata:

أَنَّهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قُولُوا :

’اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ’.

“Mereka berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana kami bersholawat kepadamu?’ Rasulullah berkata: ‘Katakanlah:

"Ya Allah, semoga Engkau memberikan salawat kepada Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan salawat kepada keluarga Ibrahim. Semoga Engkau memberikan berkah kepada Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Imam as-Suyuti rahimahullah dalam "al-Hirz al-Mani‘" berkata:

قَرَأْتُ فِي الطَّبَقَاتِ لِلتَّاجِ السُّبْكِيِّ ، نَقْلًا عَنْ أَبِيهِ ، مَا نَصُّهُ : أَحْسَنُ مَا يُصَلَّى بِهِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذِهِ الْكَيْفِيَّةِ الَّتِي فِي التَّشَهُّدِ . قَالَ : وَمَنْ أَتَىٰ بِهَا فَقَدْ صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَقِينٍ ، وَمَنْ جَاءَ بِاللَّفْظِ غَيْرِهَا فَهُوَ مِنْ إِتِيَانِهِ بِالصَّلَاةِ الطَّلُوبَةِ فِي شَكٍّ ؛ لِأَنَّهُمْ قَالُوا : : كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ؟ فَقَالَ : "قُولُوا" ؛ فَجَعَلَ الصَّلَاةَ عَلَيْهِمْ هِيَ قَوْلُ ذَا .

“Saya membaca dalam kitab al-Tabaqat karya Taj as-Subki, yang dinukil dari ayahnya, yang berbunyi: ‘Lafaz yang paling baik untuk Bersholawat untuk Nabi adalah seperti yang ada dalam tasyahhud.’

Dia berkata: ‘Siapa yang melakukannya dengan lafaz ini, maka ia telah Bersholawat untuk Nabi dengan keyakinan, dan siapa yang menggunakan lafaz selain ini, maka itu adalah dari usahanya untuk bersholawat dengan keraguan, karena mereka bertanya: ‘Bagaimana kami bersholawat kepadamu?’ Beliau menjawab: ‘Kalian ucapkanlah .....’

Maka, sholawat kepada beliau adalah dengan ucapan tersebut.’

As-Suyuti juga berkata:

وَقَدْ كُنْتُ أَيَّامَ شَبَابِي إِذَا صَلَّيْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقُولُ:

اللَّهُمَّ صَلِّ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَبَارَكْتَ وَسَلَّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَّجِيدٌ،

فَقِيلَ لِي فِي مَنَامِي: أَأَنْتَ أَفْصَحُ أَوْ أَعْلَمُ بِمَعَانِي الْكَلِمِ، وَجَوَامِعِ فَصْلِ الْخِطَابِ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟

لَوْ لَمْ يَكُنْ مَعْنًى زَائِدٌ لَمَا فَضَّلَ ذَلِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاسْتَغْفَرْتُ مِنْ ذَلِكَ وَرَجَعْتُ إِلَى نَصِّ التَّفْضِيلِ فِي مَوْضِعِ الْوُجُوبِ وَفِي مَوْضِعِ الْاِسْتِحْبَابِ. وَقَالَ: لَوْ حَلَفَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَيْهِ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ، فَطَرِيقُ الْبِرِّ أَنْ تَأْتِيَ بِذَلِكَ.

“Dulu, ketika saya masih muda, jika saya Bersholawat untuk Nabi , saya berkata: ‘

اللَّهُمَّ صَلِّ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَبَارَكْتَ وَسَلَّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَّجِيدٌ،

Artinya : ‘Ya Allah, limpahkanlah sholawat, berkah, dan salam kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan sholawat, berkah, dan salam kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia’.

’ Lalu ada yang berkata dalam mimpi saya: ‘Apakah kamu lebih fasih atau lebih tahu tentang makna kata-kata dan hukum yang jelas dari Nabi ?’ Jika tidak ada makna tambahan, maka Nabi tidak akan memuliakannya.

Maka saya memohon ampun dan kembali kepada teks yang lebih utama di tempat yang wajib dan yang disunnahkan.”

Dan dia berkata: “Jika seseorang bersumpah untuk bersholawat dengan sholawat terbaik, maka jalan yang benar adalah dengan melakukan sholawat ini.”

Wallahu A'lam.

PENULIS KATAKAN :

Tex perkataan Tajudin as-Subki dalam Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra 1/186 adalah sbb:

سَمِعْتُ أَبِي رَحِمَهُ اللَّهُ يَقُولُ أَحْسَنُ مَا صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذِهِ الْكَيْفِيَّةِ قَالَ ‌وَمَنْ ‌أَتَى ‌بِهَا ‌فَقَدْ ‌صَلَّى ‌عَلَى ‌النَّبِيِّ ‌صَلَّى ‌اللَّهُ ‌عَلَيْهِ ‌وَسَلَّمَ ‌بِيَقِينٍ وَكَانَ لَهُ الْجَزَاءُ الْوَارِدُ فِي أَحَادِيثِ الصَّلاةِ بِيَقِينٍ وَكُلُّ مَنْ جَاءَ بِلَفْظٍ غَيْرِهَا فَهُوَ مِنْ إِتْيَانِهِ بِالصَّلاةِ الْمَطْلُوبَةِ فِي شَكٍّ لأَنَّهُمْ قَالُوا كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ قُولُوا كَذَا فَجَعَلَ الصَّلاةَ عَلَيْهِ مِنْهُمْ هِيَ قَوْلُ كَذَا

Saya mendengar ayahku rahimahullah berkata, "Sebaik-baik yang Bersholawat untuk Nabi dengan cara ini adalah orang yang melakukannya dengan keyakinan, dan dia akan mendapatkan balasan yang disebutkan dalam hadis-hadis tentang shalat dengan keyakinan. Sedangkan siapa saja yang menyebutkan lafaz selain itu, maka shalatnya masih dalam keraguan, karena mereka bertanya, 'Bagaimana kami shalat untukmu?' Maka beliau berkata, 'Katakanlah demikian.' Dengan demikian, shalat atasnya dari mereka adalah ucapan seperti itu."

إرسال تعليق