HADITS : “DUA KELOMPOK UMAT-KU DILINDUNGI DARI API NERAKA.
KELOMPOK YANG MEMERANGI INDIA. DAN KELOMPOK YANG BERSAMA ISA BIN MARYAM".
Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَـٰنِ
الرَّحِيمِ
===****===
RIWAYAT HADITS
Diriwayatkan oleh an-Nasa’i (3175) dan Ahmad
(22396) dari Tsauban, maula Rasulullah ﷺ, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
«عِصَابَتَانِ مِنْ أُمَّتِي أَحْرَزَهُمَا
اللَّهُ مِنَ النَّارِ: عِصَابَةٌ تَغْزُو الْهِنْدَ، وَعِصَابَةٌ تَكُونُ مَعَ
عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِمَا السَّلَام»
“Dua kelompok dari umatku yang Allah
lindungi dari api neraka: kelompok yang memerangi India, dan kelompok yang
bersama Isa bin Maryam ‘alaihimas salam.”
STATUS HADITS :
Al-Imam ath-Thabarany dalam al-Mu’jam al-Awsath
7/23 no. 6741 berkata :
لَا يُرْوَى هَذَا
الْحَدِيثُ عَنْ ثَوْبَانَ إِلَّا بِهَذَا الْإِسْنَادِ، تَفَرَّدَ بِهِ: الزُّبَيْدِيُّ
"
“Hadits ini tidak diriwayatkan dari Tsauban
kecuali hanya dengan sanad ini saja. Dan perawi yang bernama “az-Zubaidi”
secara tunggal meriwayatkannya sendirian (tidak ada yang lain)”.
Dan al-Munawi berkata :
رَوَاهُ أَحْمَدُ
وَالنَّسَائِيُّ وَالضِّيَاءُ مِنْ حَدِيثِ مُحَمَّدِ بْنِ الْوَلِيدِ الزُّبَيْدِيِّ،
عَنْ الْجَرَّاحِ بْنِ مَلِيحٍ، عَنْ ثَوْبَانَ، وَرَوَاهُ عَنْهُ الدَّيْلَمِيُّ وَالطَّبَرَانِيُّ،
وَقَالَ: لَا يُرْوَى عَنْ ثَوْبَانَ إِلَّا بِهٰذَا الْإِسْنَادِ، وَتَفَرَّدَ بِهِ
الزُّبَيْدِيُّ.
“Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, an-Nasa’i, dan adh-Dhiya’ dari jalur Muhammad bin al-Walid az-Zubaidi, dari al-Jarrah bin Maliḥ, dari Tsauban. Hadits ini juga diriwayatkan darinya oleh ad-Dailami dan ath-Thabarani, dan ia berkata: Tidak ada yang meriwayatkan dari Tsauban kecuali dengan sanad ini, dan az-Zubaidi menyendiri dalam meriwayatkannya. (Selesai).
[Di kutip dari Hamisy
Jam’ul Jawami’ 5/608 Tahqiq Mukhtar Ibrahim al-Ha’ij]
Al-Haitsami dalam al-Majma’ 5/282 no. 9453
berkata :
رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ
فِي الْأَوْسَطِ وَسَقَطَ تَابِعِيُّهُ، وَالظَّاهِرُ أَنَّهُ رَاشِدُ بْنُ سَعْدٍ،
وَبَقِيَّةُ رِجَالِهِ ثِقَاتٌ
“Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam
*al-Awsath*, namun perawi tabi'in-nya terhapus (tidak disebutkan), dan yang
tampak adalah bahwa dia adalah Rasyid bin Sa'd, sedangkan para perawi lainnya
adalah perawi-perawi yang terpercaya”.
Hadits ini dinilai dho’if sanadnya oleh Syu’aib al-Arna’uth dalam Tahqiq
Jami’ al-Ushul karya Ibnu al-Atsir 9/202.
Namun hadits ini dinilai shahih oleh as-Suyuthi dalam al-Jami
ash-Shghir dan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 4012 dan ash-Shahihah
no. 1934.
Syeikh al-Albaani dalam ash-Shahihah 4/570 no.
1934 berkata :
قُلتُ: وَهَذَا
إِسْنَادٌ جَيِّدٌ رِجَالُهُ ثِقَاتٌ غَيْرَ أَبِي بَكْرٍ الزُّبَيْدِيِّ فَهُوَ مَجْهُولُ
الْحَالِ لَكِنَّهُ مُقْرُونٌ
هُنا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَارِمٍ وَهُوَ الأَشْعَرِيُّ الحُمَصِيُّ، ثِقَةٌ مِنْ
رِجَالِ البُخَارِيِّ. وَبَقِيَّةُ بْنِ الْوَلِيدِ مُدَلِّسٌ وَلَكِنَّهُ قَدْ صَرَّحَ
بِالتَّحْدِيثِ، فَأَمِنَّا بِهِ شَرَّ تَدْلِيسِهِ. عَلَى أَنَّهُ قَدْ تُوبِعَ، فَقَالَ
هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ: حَدَّثَنَا الجَرَّاحُ بْنُ مِلِيحٍ البَهْرَانِيُّ حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْوَلِيدِ الزُّبَيْدِيُّ بِهِ. أَخْرَجَهُ ابْنُ عَدِيٍّ (58 /
2) وَابْنُ عَسَاكِرٍ (15 / 100 / 1) .
وَهَذَا إِسْنَادٌ
لَا بَأْسَ بِهِ فِي المُتَابَعَاتِ، الجَرَّاحُ بْنُ مِلِيحٍ وَهُوَ الحُمَصِيُّ صَدُوقٌ.
وَهِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ مِنْ شُيُوخِ البُخَارِيِّ وَكَانَ يَتَلَقَّنُ، لَكِنَّ تَبِعَهُ
سُلَيْمَانُ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَانِ بِنْتِ شَرْحَبِيلِ. أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ
فِي " التَّارِيخِ الكَبِيرِ " (3 / 2 / 72) عَنْهُ حَدَّثَنَا الجَرَّاحُ
بْنُ مِلِيحٍ بِهِ
قُلتُ: وَهَذَا
إِسْنَادٌ قَوِيٌّ، فَصَحَّ الْحَدِيثُ وَالحَمْدُ لِلَّهِ
Saya katakan: "Ini sanad yang baik, para
perawinya dapat dipercaya, kecuali Abu Bakar az-Zubaidi yang statusnya tidak
jelas, namun di sini dia bersama Abdullah bin Salam al-Asy'ari al-Homs, yang
merupakan perawi yang dapat dipercaya dari kalangan perawi Bukhari. Dan
Baqiyyah bin al-Walid adalah seorang mudallis, tetapi dia telah dengan jelas
menyebutkan bahwa dia mendengar, maka kita aman dari kebohongan dalam
haditsnya.
Bahkan, hadits ini memiliki penguat, sebagaimana
dikatakan oleh Hisham bin Ammar: 'Telah mengabarkan kepada kami al-Jarrah bin
Muliih al-Bahraani, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin al-Walid
al-Zubaidi dengan hadits ini.'
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu 'Adiy (58/2) dan Ibn Asakir (15/100/1).
Ini adalah sanad yang tidak ada masalah dalam mutaba'aat. Al-Jarrah bin Mulaih yang berasal dari Homs adalah orang yang
terpercaya.
Hisham bin Ammar adalah salah satu guru
Bukhari dan dia biasa talaqqun (meriwayatkan hadits yang dia sendiri tidak tahu apakah itu hadits dari-nya?), namun dia diikuti oleh Sulayman bin
'Abd al-Rahman bin Bint Sharhabil. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Bukhari
dalam "al-Tarikh al-Kabir" (3/2/72) dari hadits al-Jarrah bin Muliih.
Saya katakan: "Ini adalah sanad yang
kuat, maka hadits ini shahih, alhamdulillah." (Selesai)
*****
SYARAH DAN PENJELASAN HADITS :
Hadits ini menunjukkan bahwa ada
dua kelompok dari kaum Muslimin yang diberitakan oleh Nabi ﷺ akan selamat dari neraka: kelompok yang berperang di India,
dan kelompok yang akan bersama Nabi Isa ‘alaihissalam.
Nabi ﷺ hanya mengabarkan tentang
mereka dengan sifat tersebut, sehingga tidak diketahui tentang mereka kecuali hal
itu.
Adapun kelompok yang bersama al-Masih
‘alaihissalam: maka tidak pantas untuk diperselisihkan, karena mereka berada
pada masa turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam.
Sedangkan kelompok yang memerangi India: maka Nabi ﷺ hanya memberitakan bahwa mereka akan memerangi India, hanya
sebatas itu, maka tidak perlu melampaui hal tersebut dalam mendefinisikannya.
====
Dulu juga kaum Muslimin pernah beberapa kali memerangi India.
Ibnu Katsir berkata dalam *Al-Bidāyah wa an-Nihāyah* 9/218 :
"وَقَدْ غَزَا الْمُسْلِمُونَ الْهِنْدَ
فِي أَيَّامِ مُعَاوِيَةَ سَنَةَ أَرْبَعٍ وَأَرْبَعِينَ، وَكَانَتْ هُنَاكَ أُمُورٌ،
وَقَدْ غَزَا الْمَلِكُ الْكَبِيرُ الْجَلِيلُ مَحْمُودُ بْنُ سُبُكْتَكِين صَاحِبُ
غَزْنَةَ فِي حُدُودِ أَرْبَعِمِائَةٍ بِلَادَ الْهِنْدِ، فَدَخَلَ فِيهَا وَقَتَلَ
وَأَسَرَ وَسَبَى وَغَنِمَ وَدَخَلَ السُّومَنَاتِ وَكَسَرَ الْبُدَّ الْأَعْظَمَ الَّذِي
يَعْبُدُونَهُ وَاسْتَلَبَ شُنُوفَهُ وَقَلَائِدَهُ، ثُمَّ رَجَعَ سَالِمًا مُؤَيَّدًا
مَنْصُورًا". انتهى
"Kaum Muslimin telah mengadakan ekspedisi ke India pada
masa Mu'awiyah pada tahun empat puluh empat Hijriyah, dan terjadi berbagai
peristiwa di sana.
Raja agung dan mulia, Mahmud bin Subuktakin,
penguasa Ghaznah, telah menyerang wilayah India sekitar tahun 400 Hijriyah. Ia
memasuki negeri itu, membunuh, menawan, menjarah, dan memasuki kuil Somnat. Ia
menghancurkan berhala terbesar yang mereka sembah, serta merampas anting dan
kalungnya. Kemudian ia kembali dengan selamat, diberi dukungan dan
kemenangan." (Selesai).
Yakni ; pernah terjadi memerangi India pada
masa pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik di bawah pimpinan Qasim bin Muhammad
ats-Tsaqafi.
Dan pernah terjadi lagi pada masa Abbasiyah,
di bawah pimpinan Mahmud bin Subuktakin.
**Adapun Sultan Aurangzeb rahimahullah**:
maka ia adalah Sultan India, bukan dari para penakluk awal yang memulai
pembukaan wilayah India dan memeranginya dari luar, karena ia dilahirkan di
India, dan ayahnya, Sultan Shah Jahan, adalah salah satu Sultan dari Dinasti
Mughal di India.
Namun, rahimahullah, ia adalah pemimpin yang
berjihad, bersemangat menyebarkan Islam, memperbaiki akidah, menolak bid’ah dan
memerangi pelakunya.
Ia memerangi banyak wilayah India hingga
tunduk kepadanya, lalu menyebarkan agama, memungut jizyah dari orang-orang
kafir India, membuka berbagai wilayah, dan Allah memuliakan Islam serta
pemeluknya melalui dirinya di negeri tersebut.
**Adapun Sher Shah Suri**: ia juga
seorang Sultan dari para Sultan dan raja India.
Ia adalah Sultan yang adil, Sher Shah bin
Hasan Khan bin Ibrahim as-Suri. Namanya adalah Farid Khan. “Suri” adalah nama
kabilah dari bangsa Afghan, mereka menisbatkan diri kepada raja-raja Ghuriyah.
Abdul Hayy al-Hasani berkata dalam *Nuzhatul Khawatir* (4/353):
"اِنْتَقَلَ جَدُّهُ إِبْرَاهِيمُ مِنْ جِبَالِ
رُوه، إِلَى أَرْضِ الْهِنْدِ، وَتَوَسَّلَ وَلَدُهُ حَسَنُ خَانْ بِالْأَمِيرِ جَمَالِ
خَانِ الْأَفْغَانِيِّ وَأَحْسَنَ الْخِدْمَةَ، فَأَقْطَعَهُ جَمَالُ خَانْ سَهْسَرَامْ
وَخَوَاصْ بُورْ، وَكَانَ فَرِيدُ خَانْ أَكْبَرَ أَوْلَادِ أَبِيهِ، وَكَانَ مِنْ
خِيَارِ السَّلَاطِينِ، عَادِلًا بَاذِلًا، كَرِيمًا رَحِيمًا، شُجَاعًا مُقْدَامًا
مَحْظُوظًا جِدًّا، كَانَ لَا يَقْصِدُ بَابًا مُغْلَقًا إِلَّا انْفَتَحَ، وَلَا يُقْدِمُ
عَلَى أَمْرٍ مُهِمٍّ إِلَّا اتَّضَحَ، وَكَانَ وَزَّعَ أَوْقَاتِهِ مِنْ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ،
شَطْرًا مِنْهَا لِلْعِبَادَةِ، وَشَطْرًا لِلْعَدْلِ وَالْقَضَاءِ، وَبَعْضًا مِنْهَا
لِإِصْلَاحِ الْعَسْكَرِ، فَكَانَ يَنْتَبِهُ مِنَ النَّوْمِ فِي ثُلُثِ اللَّيْلِ
الْآخِرِ وَيَغْتَسِلُ وَيَتَهَجَّدُ وَيَشْتَغِلُ بِالْأَوْرَادِ إِلَى أَرْبَعِ سَاعَاتٍ
نُجُومِيَّةٍ، ثُمَّ يَنْظُرُ فِي حِسَابَاتِ الْإِدَارَاتِ الْمُخْتَلِفَةِ، وَيُرْشِدُ
الْأُمَرَاءَ فِيمَا يَهُمُّهُمْ مِنَ الْأُمُورِ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ، وَيَهْدِيهِمْ
إِلَى بَرْنَامَجِ الْعَمَلِ الْيَوْمِيِّ لِئَلَّا يُشَوِّشُوا أَوْقَاتَهُ بَعْدَ
ذَلِكَ بِالْأَسْئِلَةِ، ثُمَّ يَقُومُ وَيَتَوَضَّأُ لِصَلَاةِ الْفَجْرِ وَيُصَلِّيهَا
بِالْجَمَاعَةِ، ثُمَّ يَحْضُرُ لَدَيْهِ الْأُمَرَاءُ فَيُسَلِّمُونَ عَلَيْهِ، ثُمَّ
يَقُومُ وَيُصَلِّي صَلَاةَ الْإِشْرَاقِ، ثُمَّ يَسْأَلُ النَّاسَ عَنْ حَوَائِجِهِمْ
وَيُعْطِيهِمْ مَا يَحْتَاجُونَ إِلَيْهِ مِنْ خَيْلٍ وَأَقْطَاعٍ وَأَمْوَالٍ وَغَيْرِ
ذَلِكَ، لِئَلَّا يَسْأَلُوهُ فِي غَيْرِ ذَلِكَ مِنَ الْأَوْقَاتِ، ثُمَّ يَتَوَجَّهُ
إِلَى الْمَظْلُومِينَ وَالْمُسْتَغِيثِينَ وَيَجْتَهِدُ فِي إِغَاثَتِهِمْ".
انتهى باختصار.
“Kakeknya, Ibrahim, pindah dari pegunungan
Roh ke tanah India. Anaknya, Hasan Khan, mendekatkan diri kepada Amir Jamal
Khan al-Afghani dan melayaninya dengan baik, maka Jamal Khan memberinya wilayah
Sahsaram dan Khawaspur.
Farid Khan adalah anak tertua dari ayahnya,
dan ia termasuk salah satu sultan terbaik, adil, dermawan, penyayang,
pemberani, teguh, dan sangat beruntung.
Ia tidak mendatangi pintu yang tertutup
melainkan akan terbuka, dan tidak mengerjakan urusan penting melainkan akan
jelas.
Ia membagi waktunya dari sehari semalam,
sebagian untuk ibadah, sebagian untuk keadilan dan peradilan, dan sebagian
untuk mengatur militer.
Ia bangun di sepertiga malam terakhir, mandi,
salat tahajud dan membaca wirid hingga empat jam astronomi, lalu meninjau
administrasi berbagai departemen, memberi arahan kepada para pemimpin tentang
apa yang penting bagi mereka pada hari itu, dan memberi mereka jadwal kerja
harian agar tidak mengganggunya di waktu lain dengan pertanyaan.
Kemudian ia berwudhu untuk salat Subuh dan
salat berjamaah.
Setelah itu para pemimpin datang kepadanya
dan mengucapkan salam, lalu ia salat isyraq, kemudian bertanya kepada rakyat
tentang kebutuhan mereka dan memberikan apa yang mereka perlukan seperti kuda,
tanah, harta, dan sebagainya agar tidak meminta lagi di waktu lain.
Lalu ia mengurusi orang-orang yang terzalimi
dan yang meminta tolong, dan berusaha menolong mereka.” **(selesai dengan
ringkasan)**.
Secara umum: ia adalah sosok yang baik perilakunya, adil
kepada rakyat, ahli ibadah dan saleh, hanya saja ia cenderung pada tasawuf dan
menjaga wirid-wirid mereka, seperti *al-Musbāʿāt al-‘Asyr* dan lainnya, sebagaimana
diketahui dari biografinya.
Ia juga bukan termasuk orang yang memerangi
India sejak awal, karena ia lahir di sana, namun ia memang memerangi sebagian
wilayahnya.
[Baca : Abjadul ‘Uluum 9/344-345, Al-Bidayah wan Nihayah 9/113 dan 11/358].
Sa’id Hawa dalam al-Asas Fii as-Sunnah 2/972
no. 955 berkata :
أَقُولُ: وَقَدْ
غَزَا الْمُسْلِمُونَ الْهِنْدَ وَحَكَمُوهَا حَوَالَي ثَمَانِمِائَةِ سَنَةٍ، وَهَا
هِيَ دَوْلَةُ بَاكِسْتَانَ وَدَوْلَةُ الْبَنْغَالِ قَائِمَتَانِ، وَالْمُسْلِمُونَ
فِي الْهِنْدِ كَثِيرُونَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ.
“Saya katakan: kaum Muslimin telah menyerbu
(menguasai) wilayah India dan memerintahinya selama kurang lebih delapan ratus
tahun, dan inilah sekarang Negara Pakistan dan Negara Bangladesh yang tetap
berdiri, dan kaum Muslimin di India pun sangat banyak. Segala puji bagi Allah”.
=====
FAIDAH DARI HADITS:
Beberapa faidah dari hadits ini:
* Hadits ini menunjukkan keutamaan orang yang
berjihad ke negeri India, dan bahwa Allah Ta'ala akan menyelamatkannya dari
neraka.
* Hadits ini menunjukkan keutamaan orang yang
bersama Isa bin Maryam ketika beliau turun di akhir zaman, dan bahwa Allah Ta'ala
akan menyelamatkannya dari neraka.
* Hadits ini mengandung bukti dan dalil
kenabian, karena Rasulullah ﷺ mengabarkan perkara-perkara
yang terjadi di masa depan.
* Hadits ini juga menetapkan salah satu tanda
kiamat.
===****===
HADITS LAIN TENTANG MEMERANGI INDIA :
====
HADITS PERTAMA :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
(
وَعَدَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَزْوَةَ الْهِنْدِ ،
فَإِنِ اسْتُشْهِدْتُ كُنْتُ مِنْ خَيْرِ الشُّهَدَاءِ ، وَإِنْ رَجَعْتُ فَأَنَا
أَبُو هُرَيْرَةَ الْمُحَرَّرُ )
"Rasulullah ﷺ menjanjikan kepada kami akan terjadi
penyerbuan ke India. Jika aku mati syahid, maka aku termasuk sebaik-baik para
syuhada. Dan jika aku kembali, maka aku adalah Abu Hurairah yang
dimerdekakan."
Hadits ini datang dari Abu Hurairah melalui empat
jalur:
Jalur pertama: Dari Jabr bin ‘Ubaidah, dari Abu Hurairah.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad
(12/28) dan lainnya. Ini adalah sanad yang lemah karena Jabr bin ‘Ubaidah;
tidak ada yang meriwayatkan darinya kecuali seorang rawi bernama Sayyar bin
Al-Hakam, dan tidak ada yang mentatsiqkannya. Ibn Hibban hanya menyebutnya
dalam ats-Tsiqat tanpa komentar. Oleh karena itu, Imam adz-Dzahabi
berkata: "Tidak diketahui siapa dia, dan hadits ini mungkar." (Lihat:
Tahdzib at-Tahdzib, 2/59)
Jalur kedua: Dari al-Barra’ bin ‘Abdillah al-Ghanawi, dari
al-Hasan al-Bashri, dari Abu Hurairah, ia berkata:
(حَدَّثَنِي خَلِيلِي الصَّادِقُ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ قَالَ : يَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ بَعْثٌ
إِلَى السِّنْدِ وَالْهِنْدِ ، فَإِنْ أَنَا أَدْرَكْتُهُ فَاسْتُشْهِدْتُ فَذَاكَ
، وَإِنْ أَنَا - فَذَكَرَ كَلِمَةً - رَجَعْتُ وَأَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ الْمُحَرَّرُ
، قَدْ أَعْتَقَنِي مِنَ النَّارِ )
"Kekasihku yang jujur, Rasulullah ﷺ, telah
menceritakanku bahwa akan ada pasukan dari umat ini yang dikirim ke Sind dan
India. Jika aku mendapatinya lalu aku mati syahid, maka itu yang kuinginkan.
Dan jika aku — (lalu ia menyebutkan sebuah kalimat) — kembali, maka aku adalah
Abu Hurairah yang dimerdekakan, yang telah dibebaskan dari neraka."
Diriwayatkan oleh an-Nasa’i dalam Sunan-nya
(no. 3173), dan Ahmad dalam Musnad-nya (14/419). Namun, sanad ini juga
lemah karena adanya al-Barra’ bin ‘Abdillah al-Ghanawi yang disepakati oleh
para ulama sebagai perawi yang haditsnya lemah (lihat: Tahdzib at-Tahdzib,
1/427). Selain itu, sanad ini juga terputus antara al-Hasan al-Bashri dan Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Jalur ketiga: Dari Hasyim bin Sa’id, dari Kinanah bin Nubaih,
dari Abu Hurairah.
Diriwayatkan oleh Ibn Abi ‘Ashim dalam al-Jihad (no. 247). Namun, sanad
ini juga lemah karena Hasyim bin Sa’id. Ibn Ma’in berkata tentangnya:
"Laisa bisyay’ (tidak bernilai)." Abu Hatim berkata: "Haditsnya
lemah." (Lihat: Tahdzib at-Tahdzib, 11/17)
Jalur keempat: Dari Shafwan bin ‘Amr, dari sebagian masyayikh,
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ
menyebutkan tentang India, lalu bersabda:
(لَيَغْزُونَّ الْهِنْدَ لَكُمْ جَيْشٌ يَفْتَحُ
اللهُ عَلَيْهِمْ، حَتَّى يَأْتُوا بِمُلُوكِهِمْ مُغَلَّلِينَ بِالسَّلَاسِلِ، يَغْفِرُ
اللهُ ذُنُوبَهُمْ، فَيَنْصَرِفُونَ حِينَ يَنْصَرِفُونَ فَيَجِدُونَ ابْنَ مَرْيَمَ
بِالشَّامِ).
"Sungguh akan menyerbu India suatu pasukan
dari kalian, lalu Allah membukakan (kemenangan) untuk mereka, hingga mereka
mendatangkan para raja India dalam keadaan terbelenggu dengan rantai. Allah
akan mengampuni dosa-dosa mereka, kemudian mereka kembali ke Syam, dan
mendapati Isa bin Maryam di sana."
Lalu Abu Hurairah berkata:
إِنْ أَنَا أَدْرَكْتُ تِلْكَ الْغَزْوَةَ
بَعْتُ كُلَّ طَارِفٍ لِي وَتَالِدٍ، وَغَزَوْتُهَا، فَإِذَا فَتَحَ اللهُ عَلَيْنَا
وَانْصَرَفْنَا فَأَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ الْمُحَرَّرُ، يُقَدِّمُ الشَّامَ فَيَجِدُ
فِيهَا عِيسَى بْنَ مَرْيَمَ، فَلَأَحْرِصَنَّ أَنْ أَدْنُوَ مِنْهُ فَأُخْبِرَهُ أَنِّي
قَدْ صَحِبْتُكَ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضَحِكَ ثُمَّ قَالَ: هَيْهَاتَ، هَيْهَاتَ.
"Jika
aku mendapatkan peperangan itu, sungguh aku akan menjual semua hartaku yang
sedikit maupun yang banyak, lalu aku ikut berperang. Jika Allah memberikan
kemenangan dan kami kembali, maka aku adalah Abu Hurairah yang dimerdekakan,
datang ke Syam dan mendapati di sana Isa bin Maryam. Sungguh aku akan berusaha
untuk mendekatinya dan menyampaikan bahwa aku telah menyertai engkau, wahai
Rasulullah."
Lalu Rasulullah ﷺ tersenyum
dan tertawa, kemudian bersabda: " Tidak mungkin, tidak mungkin "
Diriwayatkan oleh Nu‘aim bin Hammad dalam al-Fitan
(hal. 409). Dalam sanadnya terdapat perawi yang tidak disebutkan namanya dari
Abu Hurairah, serta adanya Baqiyyah bin al-Walid yang dikenal sebagai mudallis
dan ia meriwayatkan dengan ‘an‘anah.
====
HADITS KE DUA :
(يَغْزُو قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي الْهِنْدَ، فَيَفْتَحُ
اللَّهُ عَلَيْهِمْ، حَتَّى يَلْقَوْا بِمُلُوكِ الْهِنْدِ مُغَلَّلِينَ فِي السَّلَاسِلِ،
يَغْفِرُ اللَّهُ لَهُمْ ذُنُوبَهُمْ، فَيَنْصَرِفُونَ إِلَى الشَّامِ، فَيَجِدُونَ
عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ بِالشَّامِ)
"Akan menyerbu India suatu kaum dari umatku.
Maka Allah akan memberikan kemenangan kepada mereka hingga mereka membawa para
raja India dalam keadaan terbelenggu dengan rantai. Allah akan mengampuni
dosa-dosa mereka, lalu mereka kembali ke Syam dan mendapati Isa bin Maryam di
Syam."
Diriwayatkan oleh Nu‘aim bin Hammad dalam al-Fitan
(hal. 399), ia berkata: Diriwayatkan kepada kami oleh al-Walid, dari Shafwan
bin ‘Amr, dari seseorang yang menceritakan kepadanya dari Nabi ﷺ.
Sanad ini tampak lemah karena adanya ‘an‘anah dari
al-Walid bin Muslim, dan tampak pula sebagai hadits mursal karena tidak
disebutkan bahwa orang yang meriwayatkan kepada Shafwan bin ‘Amr pernah
mendengar dari Nabi ﷺ atau bahwa ia adalah seorang sahabat.
===***===
KESIMPULAN
Hadits dari Tsauban tentang penyerbuan ke India adalah hadits yang dinilai shahih oleh sebagian para ulama, diantaranya oleh As-Syuyuthi dan Al-Albani, namun dinilai dho'if oleh sebagian yang lain, seperti oleh Syu'aib al-Arnauth.
Adapun hadits dari Abu Hurairah, maka mayoritas
sanadnya adalah lemah. Wallahu a‘lam.
Yang tampak dari lahiriah hadits Tsauban dan
hadits Abu Hurairah — jika memang sahih — adalah bahwa perang (ghazwah) ke
India yang dimaksud akan terjadi pada akhir zaman, yaitu di masa mendekati
turunnya Isa bin Maryam ‘alaihimas salam, bukan pada masa dekat yang terjadi
pada masa Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhu.
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
وَقَدْ غَزَا الْمُسْلِمُونَ
الْهِنْدَ فِي أَيَّامِ مُعَاوِيَةَ سَنَةَ أَرْبَعٍ وَأَرْبَعِينَ، وَكَانَتْ هُنَالِكَ
أُمُورٌ سَيَأْتِي بَسْطُهَا فِي مَوْضِعِهَا، وَقَدْ غَزَا الْمَلِكُ الْكَبِيرُ الْجَلِيلُ
مَحْمُودُ بْنُ سُبُكْتَكِين صَاحِبُ غَزْنَةَ فِي حُدُودِ أَرْبَعِمِائَةٍ بِلَادَ
الْهِنْدِ، فَدَخَلَ فِيهَا، وَقَتَلَ، وَأَسَرَ، وَسَبَى، وَغَنِمَ، وَدَخَلَ السُّومَنَاتِ،
وَكَسَرَ النَّدَّ الْأَعْظَمَ الَّذِي يَعْبُدُونَهُ، وَاسْتَلَبَ سُيُوفَهُ، وَقَلَائِدَهُ،
ثُمَّ رَجَعَ سَالِمًا مُؤَيَّدًا مَنْصُورًا.
“Kaum Muslimin telah menyerang India pada masa
Muawiyah, tahun 44 H, dan terjadi di sana beberapa peristiwa yang akan
dijelaskan lebih lanjut pada tempatnya. Dan raja besar yang agung, Mahmud bin
Subuktakin, penguasa Ghaznah, juga menyerang wilayah India sekitar tahun 400 H.
Ia masuk ke dalamnya, membunuh, menawan, mengambil tawanan perempuan, merampas
harta, memasuki Somnath, menghancurkan berhala terbesar yang mereka sembah, dan
mengambil pedang-pedang serta kalung-kalungnya. Lalu ia kembali dengan selamat,
didukung dan diberi kemenangan.”
(Selesai dikutip dari Al-Bidāyah wa an-Nihāyah 6/223)
Oleh karena itu, Al-‘Allāmah Hamud
at-Tuwaijiri rahimahullah berkata:
وَمَا ذُكِرَ فِي
حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ الَّذِي رَوَاهُ نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ
مِنْ غَزْوِ الْهِنْدِ؛ فَهُوَ لَمْ يَقَعْ إِلَى الْآنَ، وَسَيَقَعُ عِنْدَ نُزُولِ
عِيسَى بْنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِمَا الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ، إِنْ صَحَّ الْحَدِيثُ
بِذَلِكَ. وَاللهُ أَعْلَمُ. انتهى.
“Adapun yang disebutkan dalam hadits
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, yang diriwayatkan oleh Nu‘aim bin Hammad
tentang penyerangan ke India; maka itu belum terjadi hingga saat ini, dan ia
akan terjadi ketika turunnya Isa bin Maryam ‘alaihimas salam, jika hadits itu
sahih. Dan Allah lebih mengetahui.”
(Selesai dari Itḥāf al-Jamā‘ah 1/366)
0 Komentar