KHUTBAH IDUL ADHA : MENGAMBIL TELADAN DARI KEISLAMAN NABI IBRAHIM BERSERTA ANAK ISTRINYA (alaihimus salam)
----
Di Tulis Oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
====
----
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
===****===
KHUTBAH PERTAMA :
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Allahu
Akbar 9x wa lillahil Hamd
إنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ
ونَستَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أنفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أعْمَالِنا مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ ومن يُضْلِلْ فَلا
هَادِي لَهُ، أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ
أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ آل
عمران .
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي
تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا } [
النساء : 1 ] .
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا .
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ
أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرَالْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله
عليه وسلم وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا أَلَا وَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Allahu
Akbar 3x wa lillahil Hamd
Ma’asyira Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Alhamdulillah
dipagi hari ini kita bisa berjumpa
dengan hari Raya idul adha . Maka pada kesempatan yang penuh berkah ini ,
marilah kita tingkatkan rasa ketaqwaan kita kepada Allah swt , seraya bersyukur
kepada-Nya bahwa sampai saat ini kita masih diberi kesehatan dan kesempatan
sehingga bisa menunaikan ibadah sholat Idul Adha yang diberkati oleh Allah swt
ini.
Sholawat serta salam semoga di limpah curahkan kepada nabi Muhammad ﷺ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Hari
raya Idul Adha itu sangat erat kaitan nya dengan keteladanan Nabi Ibrahim ,
Istrinya Ibunda Hajar dan putra nya Ismail – 'alaihimus salaam.
Pada
kesempatan yang berbahagia ini, marilah bersama –sama, kita merenungi
firman-firman Allah swt dalam al-Quran, tentang kisah keteladanan Nabi Ibrahim -'alaihis salam-.
Banyak
pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah beliau, untuk kemudian kita jadikan
bekal di dalam mengarungi kehidupan ini. Sungguh sangat benar apa yang
difirmankan Allah swt :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan-nya “ ( QS Al Mumtahanah : 4 )
Diantara pelajaran yang bisa kita ambil pada pagi hari adalah :
Pelajaran
Pertama : Nabi Ibrahim adalah seorang Muslim .
Sebagaimana
Allah SWT menyebutkannya di dalam Al-Quran Al-Kariem.
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا
وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَـٰكِن كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ.
Ibrahim
bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah
seorang yang lurus lagi seorang muslim (berserah diri kepada Allah). Dan sekali-kali
bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. (QS Ali Imran: 67)
Nabi
Ibrahim sendiri yang menegaskan bahwa dirinya adalah seorang yang berislam
terhadap Tuhan semesta alam, sebagaimana termaktub dalam Al-Quran:
إذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ
قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ، وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ
وَيَعْقُوبُ: يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُسْلِمُونَ.
Ketika
Tuhannya berfirman kepadanya, "BerIslam-lah (tunduk)!" Ibrahim
menjawab, "Aku tunduk patuh (ber-Islam) kepada Tuhan semesta alam."
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya’qub., "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam." (QS
Al-Baqarah: 131-132)
Dan
sebagai ayah dari para nabi, beliau telah menamakan kita dengan sebutan
muslimin. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ
إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَن سَفِهَ نَفْسَهُ ۚ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي
الدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ إِذْ قَالَ لَهُ
رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ * وَوَصَّىٰ بِهَا
إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ
الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Dan
tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh
dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya
dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh.
Ketika
Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah (islamlah)!" Ibrahim menjawab:
"Aku tunduk patuh (islam) kepada Tuhan semesta alam".
Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam". [QS. al-Baqarah : 130 -132]
Dan
Semua agama para nabi dan rasul adalah Islam
Makna Islam, Definisi dan Afiliasi
Islam
secara bahasa berarti keselamatan, penyerahan diri, ketundukan, dan kedamaian.
Seorang
muslim adalah orang yang meyakini bahwa tiada Tuhan yang berhak di sembah
kecuali hanya Allah SWT saja, dan dia sepenuhnya berserah diri , patuh dan
tunduk kepada Allah SWT. Serta berkeyakinan bahwa agama yang di terima di sisi
Allah swt hanyalah Islam .
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ
الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ
مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ
فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya
agama di sisi Allah adalah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah
diberi Kitab kecuali setelah mereka menerima ilmu, karena kedengkian di antara
mereka. Barangsiap ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh Allah sangat
cepat prhitunganNya.” (Q.S Ali Imran – 19)
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ
الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
"Barang
siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi." (QS. Ali Imran: 85)
Allah
SWT berfirman :
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ
جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ
وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ
عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا
بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ
“Dan
berjihadlah kamu di jalan Allah, dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
Memilih kamu, dan Dia tidak Menghendaki kesulitan bagimu dalam beragama, agama
nenek moyangmu Ibrahim. Allah telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak
dahulu, dan begitu pula dalam Alquran, agar Muhammad menjadi saksi atas dirimu
dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah
shalat dan tunaikanlah zakat, dan berpegangteguhlah kepada Allah. Dia-lah
Pelindungmu, Dia sebaik-baik Pelindung, dan sebaik-baik Penolong.” (Q.S Al-Hajj
: 78)
Nabi
Musa juga mengajak umatnya untuk beragama Islam
وَقَالَ مُوسَىٰ يَا قَوْمِ إِن
كُنتُمْ آمَنتُم بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ
Berkata
Musa, "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah
kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang muslim (berserah diri)." (QS
Yunus: 84)
Hawariyun
Shahabat Nabi Isa -’alaihis salam- mengaku diri mereka adalah Beragama Islam
آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ
بِأَنَّا مُسْلِمُونَ.
Kami
beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang muslim (orang yang berserah diri). (QS Ali Imran: 52)
Para
Penyihir Fir’aun pada akhirnya Beragama Islam
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا
صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ.
"Dan
kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada
ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami." (Mereka
berdoa), "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan
wafatkanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri)." (QS. Al-A’raf:
126)
Nabi
Sulaiman -’alaihis salam- dan Ratu Balqis Beragama Islam
أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ
وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
Bahwa
janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku
sebagai muslim (orang-orang berserah diri). (QS An-Naml:31)
Pelajaran
Kedua : Para Nabi Satu Rangkaian Agama
Bahkan
rangkaian para nabi dan rasul itu diibaratkan seperti serombongan orang yang
membangun sebuah bangunan. Di mana masing-masing bekerja sesuai porsinya dan
paling akhir yang menyempurnakan bangunan itu adalah nabi Muhammad ﷺ.
Pelajaran
Ketiga : Para Nabi Bersaudara
Dalam
sebuah hadits yang disepakati keshahihannya oleh Al-Bukhari dan Muslim
disebutkan bahwa sesungguhnya pada nabi itu bersaudara.
الأَنْبِيَاءُ أَوْلادُ
عَلَّاتٍ: أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ.
Para
nabi adalah anak-anak saudara ayah. Dan agama mereka satu. (HR Bukhari dan
Muslim)
Agama
yang benar hanya satu, yaitu Islam, agama seluruh Nabi.
Adapun
perbedaan di antara mereka hanya pada masalah syari'at (tatacara) ibadah. Allah
Ta'ala berfirman:
فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا
أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
"Maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang." (QS. Al Maidah: 48)
Islam
Berasal dari kata ‘aslama’ (أَسْلَمَ)
Aslama
artinya berserah diri atau pasrah, yakni berserah diri kepada aturan Allah SWT.
Hal
ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara
ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.
Penyerahan
diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah
perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ
أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ
حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
“Dan
siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan
ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.” (QS. 4 : 125)
Sebagai
seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa
dan raga kita hanya kepada-Nya.
“Katakanlah:
“Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.” (QS. 6 : 162)
Karena
sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di
bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT,
dengan mengikuti sunnatullah-Nya.
“Maka
apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. 3 : 83)
Maka
Islam memiliki arti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan . Pengikut ajaran Islam
disebut Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan"
Diantara
hal-hal yang harus di penuhi oleh seorang muslim adalah sbb :
-
Memurnikan ibadahnya hanya karena Allah
-
Dalam beribadahnya hanya mengikuti perintah dan petunjuk dari Allah
-
Hanya bertwakkal kepada Allah
-
Hanya berlindung kepada Allah
-
Hanya berdoa dan memohon kepada Allah
-
Hanya takut dan berharap kepada Allah
----
KEISLAMAN , KEPASRAHAN DAN KETAATAN SESEORANG HARUS DILANDASI KETAUHIDAN TERHADAP ALLAH SWT .
Pokok
tauhid hanya satu, yaitu La Ilaha Illallaah.
Setiap
Nabi diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umatnya. Allah Ta'ala
menerangkan tentang hal ini dalam firman-Nya:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ
قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا
فَاعْبُدُونِ
"Dan
Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku"." (QS. Al Anbiya': 25)
Bentuk
perbedaan syari'at seperti tatacara shalat, ketentuan ukuran ibadah seperti
zakat, puasa dan waktunya, arah kiblat, dan tatacara haji. Tatacara taat kepada
Allah dan syariat berbeda-beda antara seorang rasul dengan rasul lainnya.
Adapun agama mereka tetap satu, yaitu Islam. Dasar tauhid yang mereka serukan
adalah baku, tidak pernah berubah antara seorang rasul dengan rasul lainnya,
antara satu masa dengan masa lainnya.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا
مَنسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
ۗ فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
Dan
bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah
kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah
dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
tunduk patuh (kepada Allah)
-----
KETELADANAN KEISLAMAN NABI IBRAHIM -’ALAIHIS SALAM-
Ma’asyirah Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Keteladanan
keislaman Nabi Ibrahim -’alaihis salam- untuk Seluruh Manusia. Allah swt
menegaskan:
﴿۞ وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ
بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ
وَمِن ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ﴾
“Dan
ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah
dan larangan), maka ia melaksanakannya dengan sempurna. Allah berfirman:
“Sungguh Aku jadikan engkau pemimpin bagi umat manusia.” Ibrahim berkata:
“(berikan juga) dari keturunan keluargaku”. Allah berfirman: “Janjiku tidak
mengena kepada orang-orang Zhalim’. (QS.2: 124)
Ibrahim
benar-benar menyerahkan dirinya dan keluarganya kepada Allah swt .
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَىٰ
رَبِّي سَيَهْدِينِ (99)
“
Dan Ibrahim berkata:”Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabb-ku, dan Dia
akan memberi petunjuk kepadaku “. (QS. Al Shofat : 99)
Nabi
Ibrahim rela terusir dari orang tuanya dan kaumnya demi keislamannya kepada
Allah
{وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ
أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً ۖإِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ.
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ
مِنَ الْمُوقِنِينَ. فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ
هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ . فَلَمَّا رَأَى
الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ
يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ . فَلَمَّا رَأَى
الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ
يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ . إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ
لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ
الْمُشْرِكِينَ}
“Dan
(ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tu-han? Sesungguhnya aku melihat kamu
dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang
terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami mem-perlihatkannya) agar dia
termasuk orang-orang yang yakin.
Ketika
malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
“Inilah Tuhanku”. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak
suka kepada yang tenggelam”.
Kemudian
tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata: “Inilah tuhanku.” Tetapi setelah
bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberikan
petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”.
Kemudian
tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah tuhanku, ini lebih
besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang mencip-takan langit dan bumi dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
memperseku-tukan Tuhan.” (QS. Al An'aam, 6: 74-79) !
----
NABI IBRAHIM TIDAK SUKA MENUNDA NUNDA PERINTAH ALLAH SWT
Riwayat
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah
ﷺ
bersabda,
اخْتَتَنَ إِبْرَاهِيمُ عليه
السلام بَعْدَ ثَمَانِينَ سَنَةً ، وَاخْتَتَنَ بِالْقَدُومِ
"Ibrahim
'alaihis salam disunat setelah delapan puluh tahun dan disunat dengan
menggunakan kampak (al-qadum)."
Diriwayatkan
oleh Abu Ya'la dari jalur Ali bin Rabah, ia berkata :
"أُمِرَ
إِبْرَاهِيم بِالْخِتَانِ , فَاخْتَتَنَ بِقَدُّوم فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ ,
فَأَوْحَى اللَّه إِلَيْهِ أَنْ عَجِلْت قَبْل أَنْ نَأْمُرك بِآلَتِهِ , فَقَالَ
: يَا رَبّ كَرِهْت أَنْ أُؤَخِّر أَمْرك" اهـ
"Ibrahim
diperintahkan untuk disunat, maka ia disunat dengan menggunakan kampak
(al-qadum), namun hal itu sangat menyakitinya. Maka Allah menurunkan wahyu
kepada Ibrahim agar dia jangan terburu-buru melaksanakan perintah sunat
tersebut sebelum Allah memerintahkan Ibrahim menggunakan alat yang tepat
untuknya . Ibrahim pun berkata : 'Ya Rabb, aku benci menunda
perintah-Mu.'"
----
NABI IBRAHIM PATUH DAN PASRAH KETIKA DIPERINTAHKAN MENDAKWAHI RAJA NAMRUD .
Allah
SWT telah mengisyaratkannya dalam Al-Quran :
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ
إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا
مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِينَ (258)}.
Apakah
kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah)
karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika
Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,"
orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka
terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim. ( QS. Al-Baqarah :
258 ).
Dalam
menafsiri ayat ini Imam Sayuthi dalam tafsirnya Ad-Durorul Mantsur 3/260
menukil riwayat Ibnul Mundzir dari jalur Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas , beliau
berkata : " Dia adalah Namrud bin Kan'an , orang-orang menganggap dia
adalah raja pertama di bumi , bertindak sewenang-wenang dengan membunuh manusia
sekehendaknya dan membiarkannya hidup juga sekehendaknya , dan Namrud berkata :
Akulah yang menghidupkan dan yang mematikan .
Dan
Allah SWT berfirman :
Mereka
berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu
benar-benar hendak bertindak".
Kami
berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim".
mereka
hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu
orang-orang yang paling merugi. ( QS. Al-Anbiyaa : 51 – 70 ).
---
NABI IBRAHIM SABAR DALAM BERDOA DAN BELIAU JUGA SEORANG YANG DERMAWAN
Allah
swt berfirman :
رَبِّ هَبْ لِى مِنَ
ٱلصَّٰلِحِينَ
“
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang
yang saleh “ ( Qs Al Shoffat : 100 )
Dan
Allah swt berfirman :
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ
إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ (24) إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا ۖ
قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ (25)فَرَاغَ إِلَىٰ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ
سَمِينٍ (26) فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ (27) فَأَوْجَسَ
مِنْهُمْ خِيفَةً ۖ قَالُوا لَا تَخَفْ ۖ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ (28)
فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ فِي صَرَّةٍ فَصَكَّتْ وَجْهَهَا وَقَالَتْ عَجُوزٌ
عَقِيمٌ (29) قَالُوا كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ ۖ إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيمُ
الْعَلِيمُ (30)
“Adakah
sudah datang padamu cerita tamu Ibrahim yang dimuliakan? Ketika mereka masuk
kepada Ibrahim dan mengucapkan: “Salam -selamat-.” Ibrahim menjawab: “Salam,”
sedang dalam hatinya ia mengatakan: “Kaum -atau orang-orang- yang tidak
dikenal.” Kemudian ia dengan diam-diam pergi kepada keluarganya, lalu datang
dengan membawa daging anak sapi yang gemuk. Selanjutnya makanan itu dihidangkan
kepada mereka, ia berkata: “Mengapa tidak engkau semua makan?”
Tetapi
mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka.
Mereka berkata: "Janganlah kamu takut", dan mereka memberi kabar
gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Kemudian
isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata:
"(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul" Mereka berkata:
"Demikianlah Tuhanmu memfirmankan" Sesungguhnya Dialah yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (adz-Dzariyat: 24)
Mendengar
berita itu, Nabi Ibrahim pun menjadi tenang dan berbahagia; apa yang
dinanti-nantikannya ternyata akan tiba.
Selang
beberapa waktu, maka datanglah apa yang dinantikan itu, istrinya yaitu Sarah
melahirkan seorang anak yang kemudian diberi nama Ishaq oleh Nabi Ibrahim
‘alaihissalam. Saat itu, usia Nabi Ibrahim 100 tahun. Ishaq lahir empat belas
tahun setelah kelahiran Ismail.
Ada
beberapa hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas , diantaranya :
Ke
1 : Kita harus menyakini bahwa
hanya Allah saja yang menciptakan, mengatur dan merawat alam semesta ini. Dan
hanya Allah-lah yang menurunkan rizki, memberikan anak, menurunkan hujan, yang
menghidupkan dan yang mematikan, memberikan kita sakit dan yang menyembuhkan.
Nabi Ibrahim as menyakini hal itu semuanya, oleh karenanya beliau memanggil
Allah dengan kata “Rabb” yaitu Yang memelihara dan Yang merawat .
Ke
2 : Setelah kita menyakini hal itu
semua, maka wajib bagi kita, - sebagai konsekwensi logis dari keyakinan
tersebut - untuk tidak beribadah dan meminta pertolongan kecuali kepada Allah
swt. Di sini, kita dapatkan nabi Ibrahim as tidak memohon kecuali kepada Allah
agar dikarunia keturunan.
Ke
3 : Sabar dalam berdoa . jangan
putus asa dan jangan terburu-buru .
Dari
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
يُسْتجَابُ لأَحَدِكُم مَا لَم
يعْجلْ: يقُولُ قَد دَعوتُ رَبِّي، فَلم يسْتَجبْ لِي
"Doa
salah seorang dari kalian akan di ijabah selama dia tidak terburu-buru. Yaitu
dengan berkata : 'Saya telah berdoa kepada Rabbku, tetapi tidak dikabulkan.'
(muttafaqun 'alaih)."
Dan
dalam riwayat Muslim:
لا يزَالُ يُسْتَجَابُ
لِلعَبْدِ مَا لَم يدعُ بإِثمٍ، أَوْ قَطِيعةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتعْجِلْ
قِيلَ: يَا رسُولَ اللَّهِ مَا الاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ:يَقُولُ: قَدْ دعَوْتُ،
وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَم أَرَ يَسْتَجِيبُ لي، فَيَسْتَحْسِرُ عِنْد ذَلِكَ، ويَدَعُ
الدُّعَاءَ
"Doa
hamba akan terus terijabah selama dia tidak berdoa untuk dosa atau memutuskan
hubungan silaturahmi, selama dia tidak terburu-buru."
Ada
yang bertanya : "Wahai Rasulullah, apa itu terburu-buru?" Beliau
menjawab : Seseorang berkata : "Aku telah berdoa dan berdoa, tetapi aku
lihat Dia masih belum mengkabulkannya" , maka dia menjadi putus asa dan
meninggalkan doa."
Allah
swt berfirman :
....
وَلَا تَيْأَسُوا مِن رَّوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا
يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ (87)
“
Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”( QS Yusuf : 87 )
Nabi
Ibrahim as sendiri tidak pernah putus asa dalam berdo’a, walaupun puluhan tahun
lamanya do’nya belum diterima oleh Allah , baru pada masa tua-nya, do’a
tersebut telah dikabulkan oleh Allah swt .
Ke
4 : Kita wajib mensyukuri nikmat
Allah yang diberikan kepada kita, sekecil apapun nikmat tersebut. Atau bahkan
nikmat tersebut baru kita dapat di akhir hidup kita. Nabi Ibrahim mencontohkan
hal ini kepada kita, dia sangat bersyukur kepada Allah atas nikmat yang
diberikan kepada-nya berupa anak walaupun baru terkabulkan di akhir umurnya.
Beliau memuji Allah atas nikmat tersebut :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي
وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْماعِيلَ وَإِسْحاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ
الدُّعاءِ (39) رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنا
وَتَقَبَّلْ دُعاءِ (40) رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
يَوْمَ يَقُومُ الْحِسابُ (41)
“
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku)
Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar
(memperkenankan) doa. “ ( QS Ibrahim : 39 )
Ma’asyira
Al Muslimin yang dirahmati Allah …
---
NABI IBROHIM PATUH DAN PASRAH UNTUK MENEMPATKAN ANAK ISTRINYA DI TEMPAT YANG SANGAT JAUH , TANDUS DAN KERING DI MAKKAH
Allah
swt berfirman :
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ
مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ
رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي
إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah
mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)
Al-‘Allamah
Al-Razi di tafsirnya berkata, “(لِيُقِيمُوا) huruf laam berkaitan dengan kata (أَسْكَنْتُ) artinya aku tempatkan satu kaum dari anak turunku, mereka
adalah Ismail dan anak-anaknya di lembah yang tidak ada tanaman ini agar mereka
mendirikan shalat.” (Tafsir Al-Kabiir: 19/136)
Syaikh
Al-Sa’di di tafsirnya berkata tentang maksud (ya Tuhan kami (yang demikian itu)
agar mereka mendirikan shalat) maksudnya: jadikan mereka sebagai muwahhidin
yang menegakkan shalat, karena menegakkan shalat termasuk ibadah dalam agama
yang paling khusus dan utama, maka siapa menegakkannya maka ia telah menegakkan
agamanya.”
Kedua,
Nabi Ibrahim berdoa kepada Rabbnya menjadikan diri dan anak keturunannya
sebagai orang yang mendirikan shalat.
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ
الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya
Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang senantiasa mendirikan
salat, Wahai Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40)
Al-Hafidz
Ibnu Katsir Rahimahullah di tafsirnya berkata (مُقِيمَ
الصَّلَاةِ) artinya
selalu menjaganya dan melaksanakan batasan-batasannya. (وَمِنْ ذُرِّيَّتِي) artinya: dan jadikan mereka juga orang-orang yang mendirikan
shalat.
----
NABI IBRAHIM PATUH DAN PASRAH , MENYEBELIH PUTRANYA ISMAIL
Allah
SWT berfirman :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ
ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ
فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ
إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (As-Saffat 37:102)
فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُۥ
لِلْجَبِينِ
Tatkala
keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya),
(nyatalah kesabaran keduanya)
وَنَٰدَيْنَٰهُ أَن
يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ
Dan
Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, (As-Saffat 37:104)
قَدْ صَدَّقْتَ ٱلرُّءْيَآ ۚ
إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ
sesungguhnya
kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik.
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ
ٱلْبَلَٰٓؤُا۟ ٱلْمُبِينُ
Sesungguhnya
ini benar-benar suatu ujian yang nyata.)
وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Dan
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى
ٱلْءَاخِرِينَ
Kami
abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang
datang kemudian, (As-Saffat 37:108
سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
(yaitu)"Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim". (As-Saffat 37:109)
كَذَٰلِكَ نَجْزِى
ٱلْمُحْسِنِينَ
Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (As-Saffat 37:110)
Ada
hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas :
1] Bahwa kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan
keberhasilan di dalam kehidupan dunia ini dan di akherat nanti, kecuali jika
kita mau mengorbankan apa yang kita cintai . Nabi Ibrahim as berhasil meraih
predikat kholilullah ( kekasih Allah ), karena telah mampu mengorbankan sesuatu
yang dicintainya yang berupa anak , demi mencapai kecintaan kepada Allah swt.
Ini sesuai dengan firman Allah swt :
لَنْ تَنَالُوا الْبِرّ حَتَّى
تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيىء فَإِنَّ اللَّه بِهِ
عَلِيم
“Kamu
sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. ( QS Ali Imran : 92 )
Ma’asyira
Al Muslimin yang dirahmati Allah …
باَرَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ
وَنَفَعَنِيْ وَاِياَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
====****====
KHUTBAH KEDUA :
الله أكبر 7 ولله الحمد .
اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ
اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ
تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. اَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ
بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ
اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى
بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ
عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .
اللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَْلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ .
اَللّهُمَّ أَعِزَّ
اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُلْحِدِيْنَ،
وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ.
Ya
Allah, muliakanlah agama Islam dan tinggikanlah derajat kaum muslimin. Hapuskan
segala bentuk kekufuran dan enyahkan segala bentuk kejahatan. Tegakkan
panji-panji kebesaran-Mu hingga akhir nanti, dengan Rahmat-Mu wahai Dzat Yang
Maha Pengasih.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا
صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
Ya
Allah kami, berikanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami
dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.
اَللّهُمَّ انْصُرْ
سُلْطَانَنَا سُلْطَانَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرْ عُلَمَاءَهُ وُزَرَاءَهُ
وَوُكَلاَءَهُ وَعَسَاكِرَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَاكْتُبْ السَّلاَمَةَ
وَالْعَافِيَةَ عَلَيْنَا وَالْغُزَّاةِ وَالْمُسَافِرِيْنَ وَالْمُقِيْمِيْنَ،
فِيْ بَرِّكَ وَبَحْرِكَ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ.
Ya
Allah, tolonglah penguasa kami, pemimpin kaum yang beriman, tolonglah para
ulama kami, tolonglah para menteri, pejabat, serta tentaranya hingga hari
Akhir. Tetapkan keselamatan dan kesehatan bagi kami, yang sedang berjihad, para
musafir, serta yang tidak bepergian, baik yang ada di darat atau di
laut-Mu—umat Muhammad dan seluruh umat manusia
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya
Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Mahasuci
Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan
kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan
Penguasa alam semesta.
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
SELESAI
HADITS KISAH IBRAHIM MENEMPATKAN HAJAR DAN ISMA’IL ‘ALAIHIMU SALAM DI MAKKAH
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو قَالَ
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ نَافِعٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ كَثِيرٍ عَنْ سَعِيدِ
بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ :
لَمَّا كَانَ بَيْنَ
إِبْرَاهِيمَ وَبَيْنَ أَهْلِهِ مَا كَانَ خَرَجَ بِإِسْمَاعِيلَ وَأُمِّ
إِسْمَاعِيلَ وَمَعَهُمْ شَنَّةٌ فِيهَا مَاءٌ فَجَعَلَتْ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ
تَشْرَبُ مِنْ الشَّنَّةِ فَيَدِرُّ لَبَنُهَا عَلَى صَبِيِّهَا حَتَّى قَدِمَ
مَكَّةَ فَوَضَعَهَا تَحْتَ دَوْحَةٍ ثُمَّ رَجَعَ إِبْرَاهِيمُ إِلَى أَهْلِهِ
فَاتَّبَعَتْهُ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ حَتَّى لَمَّا بَلَغُوا كَدَاءً نَادَتْهُ مِنْ
وَرَائِهِ يَا إِبْرَاهِيمُ إِلَى مَنْ تَتْرُكُنَا قَالَ إِلَى اللَّهِ قَالَتْ
رَضِيتُ بِاللَّهِ قَالَ فَرَجَعَتْ فَجَعَلَتْ تَشْرَبُ مِنْ الشَّنَّةِ
وَيَدِرُّ لَبَنُهَا عَلَى صَبِيِّهَا حَتَّى لَمَّا فَنِيَ الْمَاءُ قَالَتْ لَوْ
ذَهَبْتُ فَنَظَرْتُ لَعَلِّي أُحِسُّ أَحَدًا قَالَ فَذَهَبَتْ فَصَعِدَتْ
الصَّفَا فَنَظَرَتْ وَنَظَرَتْ هَلْ تُحِسُّ أَحَدًا فَلَمْ تُحِسَّ أَحَدًا
فَلَمَّا بَلَغَتْ الْوَادِيَ سَعَتْ وَأَتَتْ الْمَرْوَةَ فَفَعَلَتْ ذَلِكَ
أَشْوَاطًا ثُمَّ قَالَتْ لَوْ ذَهَبْتُ فَنَظَرْتُ مَا فَعَلَ تَعْنِي الصَّبِيَّ
فَذَهَبَتْ فَنَظَرَتْ فَإِذَا هُوَ عَلَى حَالِهِ كَأَنَّهُ يَنْشَغُ لِلْمَوْتِ
فَلَمْ تُقِرَّهَا نَفْسُهَا فَقَالَتْ لَوْ ذَهَبْتُ فَنَظَرْتُ لَعَلِّي أُحِسُّ
أَحَدًا فَذَهَبَتْ فَصَعِدَتْ الصَّفَا فَنَظَرَتْ وَنَظَرَتْ فَلَمْ تُحِسَّ
أَحَدًا حَتَّى أَتَمَّتْ سَبْعًا ثُمَّ قَالَتْ لَوْ ذَهَبْتُ فَنَظَرْتُ مَا
فَعَلَ فَإِذَا هِيَ بِصَوْتٍ فَقَالَتْ أَغِثْ إِنْ كَانَ عِنْدَكَ خَيْرٌ
فَإِذَا جِبْرِيلُ قَالَ فَقَالَ بِعَقِبِهِ هَكَذَا وَغَمَزَ عَقِبَهُ عَلَى
الْأَرْضِ قَالَ فَانْبَثَقَ الْمَاءُ فَدَهَشَتْ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ فَجَعَلَتْ
تَحْفِزُ قَالَ فَقَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ
تَرَكَتْهُ كَانَ الْمَاءُ ظَاهِرًا قَالَ فَجَعَلَتْ تَشْرَبُ مِنْ الْمَاءِ
وَيَدِرُّ لَبَنُهَا عَلَى صَبِيِّهَا قَالَ فَمَرَّ نَاسٌ مِنْ جُرْهُمَ بِبَطْنِ
الْوَادِي فَإِذَا هُمْ بِطَيْرٍ كَأَنَّهُمْ أَنْكَرُوا ذَاكَ وَقَالُوا مَا
يَكُونُ الطَّيْرُ إِلَّا عَلَى مَاءٍ فَبَعَثُوا رَسُولَهُمْ فَنَظَرَ فَإِذَا
هُمْ بِالْمَاءِ فَأَتَاهُمْ فَأَخْبَرَهُمْ فَأَتَوْا إِلَيْهَا فَقَالُوا يَا
أُمَّ إِسْمَاعِيلَ أَتَأْذَنِينَ لَنَا أَنْ نَكُونَ مَعَكِ أَوْ نَسْكُنَ مَعَكِ
فَبَلَغَ ابْنُهَا فَنَكَحَ فِيهِمْ امْرَأَةً قَالَ ثُمَّ إِنَّهُ بَدَا
لِإِبْرَاهِيمَ فَقَالَ لِأَهْلِهِ إِنِّي مُطَّلِعٌ تَرِكَتِي قَالَ فَجَاءَ
فَسَلَّمَ فَقَالَ أَيْنَ إِسْمَاعِيلُ فَقَالَتْ امْرَأَتُهُ ذَهَبَ يَصِيدُ
قَالَ قُولِي لَهُ إِذَا جَاءَ غَيِّرْ عَتَبَةَ بَابِكَ فَلَمَّا جَاءَ
أَخْبَرَتْهُ قَالَ أَنْتِ ذَاكِ فَاذْهَبِي إِلَى أَهْلِكِ قَالَ ثُمَّ إِنَّهُ
بَدَا لِإِبْرَاهِيمَ فَقَالَ لِأَهْلِهِ إِنِّي مُطَّلِعٌ تَرِكَتِي قَالَ
فَجَاءَ فَقَالَ أَيْنَ إِسْمَاعِيلُ فَقَالَتْ امْرَأَتُهُ ذَهَبَ يَصِيدُ
فَقَالَتْ أَلَا تَنْزِلُ فَتَطْعَمَ وَتَشْرَبَ فَقَالَ وَمَا طَعَامُكُمْ وَمَا
شَرَابُكُمْ قَالَتْ طَعَامُنَا اللَّحْمُ وَشَرَابُنَا الْمَاءُ قَالَ اللَّهُمَّ
بَارِكْ لَهُمْ فِي طَعَامِهِمْ وَشَرَابِهِمْ قَالَ فَقَالَ أَبُو الْقَاسِمِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَرَكَةٌ بِدَعْوَةِ إِبْرَاهِيمَ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِمَا وَسَلَّمَ قَالَ ثُمَّ إِنَّهُ بَدَا لِإِبْرَاهِيمَ فَقَالَ
لِأَهْلِهِ إِنِّي مُطَّلِعٌ تَرِكَتِي فَجَاءَ فَوَافَقَ إِسْمَاعِيلَ مِنْ
وَرَاءِ زَمْزَمَ يُصْلِحُ نَبْلًا لَهُ فَقَالَ يَا إِسْمَاعِيلُ إِنَّ رَبَّكَ
أَمَرَنِي أَنْ أَبْنِيَ لَهُ بَيْتًا قَالَ أَطِعْ رَبَّكَ قَالَ إِنَّهُ قَدْ
أَمَرَنِي أَنْ تُعِينَنِي عَلَيْهِ قَالَ إِذَنْ أَفْعَلَ أَوْ كَمَا قَالَ قَالَ
فَقَامَا فَجَعَلَ إِبْرَاهِيمُ يَبْنِي وَإِسْمَاعِيلُ يُنَاوِلُهُ الْحِجَارَةَ
وَيَقُولَانِ { رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ }
قَالَ حَتَّى ارْتَفَعَ الْبِنَاءُ وَضَعُفَ الشَّيْخُ عَنْ نَقْلِ الْحِجَارَةِ
فَقَامَ عَلَى حَجَرِ الْمَقَامِ فَجَعَلَ يُنَاوِلُهُ الْحِجَارَةَ وَيَقُولَانِ
{ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ }
Telah
bercerita kepada kami 'Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kami Abu
'Amir 'Abdul Malik bin 'Amru berkata telah bercerita kepadaku Ibrahim bin Nafi'
dari Katsir bin Katsir dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas radliallahu
'anhuma berkata;
"Ketika
Ibrahim keluar berkelana bersama Isma'il dan ibu Isma'il, mereka membawa geriba
(kantung empat air) yang berisi air, ibu Isma'il minum dari persediaan air
dalam geriba tersebut sehingga dia dapat menyusui bayinya.
Ketika
tiba di Makkah, Ibrahim menempatkan keduanya di bawah sebuah gubuk.
Tatkala
Ibrahim hendak kembali kepada keluarganya, ibu Isma'il mengikutinya di belakang
hingga ketika sampai di dataran yang agak tinggi/gundukan, ibu Isma'il
memanggilnya dari belakang; "Wahai Ibrahim, kepada siapa engkau
meninggalkan kami?".
Ibrahim
menjawab; "Kepada Allah".
Hajar
berkata; "Kalau begitu, Aku telah ridla kepada Allah".
Perawi
berkata; "Lalu Hajar kembali (ke tempat semula dia dan minum geriba
kunonya dan bisa menyusui bayinya hingga ketika air persediaan habis dia
berkata; "Sebaiknya aku pergi dan melihat-lihat barangkali ada
orang".
Perawi
berkata; "Maka dia pergi dan naik ke atas bukit Shafaa lalu melihat-lihat
apakah ada orang namun dia tidak merasakan ada seorangpun. Ketika sampai di
lembah dia lari-lari kecil dan mendatangi Marwa, ia lakukan yang demikian
berkali-kali. Kemudian dia berkata; "Sebaiknya aku pergi dan melihatnya,
yang dimaksudnya adalah bayinya. Maka dia pergi mendatangi bayinya yang
ternyata keadaannya seperti ketika ditinggalkan seolah-olah menghisap
napas-napas kematian sehingga hati Hajar tidak tenang.
Dia
berkata; "Sebaiknya aku pergi dan melihatlihat barangkali ada orang".
Maka
dia pergi untuk mendaki bukit Shafaa lalu melihat-lihat namun tidak ada
seorangpun yang ditemuinya hingga ketika dia telah melakukan upaya itu sebanyak
tujuh kali (antara bukir Shafaa dan Marwah) dia berkata; "Sebaiknya aku
pergi dan melihat apa yang terjadi dengan bayiku", ternyata dia mendengar
suara, maka dia berkata; "Tolonglah (aku) jika memang kamu baik".
Ternyata (suara itu) adalah malaikat Jibril 'Alaihissalam.
Perawi
berkata; Lalu Jibril berbuat dengan tumitnya begini. Dia mengais-ngais tanah
dengan tumitnya".
Perawi
berkata; "Maka memancarlah air dan ibu Ism'ail menjadi terperanjat dan
segera menampungnya".
Perawi
berkata; Berkata Abu Al Qasim shallallahu 'alaihi wasallam:
"Seandainya
Hajar membiarkannya pasti air akan mengalir".
Perawi
berkata; "Maka Hajar minum dari air (zamzam) itu sehingga dapat menyusui
bayinya". Kemudian serombongan orang dari suku Jurhum lewat di dasar
lembah dan mereka melihat ada seekor burung, seakan mereka tidak percaya,
Mereka
berkata: "Tidak akan ada burung melainkan pasti karena ada air".
Akhirnya
mereka mengutus seorang utusan mereka untuk melihatnya yang ternyata mereka
memang berada di kawasan yang ada air. Utusan itu kemudian kembali kepada
mereka dan mengabarkan (apa yang dilihatnya). Kemudian mereka menemui Hajar dan
berkata; "Wahai Ibu Isma'il, apakah kamu mengizinkan kami untuk tinggal
bersama kamu atau kami hidup bertetangga bersama kamu?". Kemudian anaknya
(Isma'il) tumbuh menjadi seorang pemuda lalu menikah dengan seorang
wanita". Perawi berkata; "Kemudian timbul keinginan pada diri Ibrahim
maka dia berkata kepada keluarganya; "Aku akan pergi melihat keluargaku
yang aku tinggalkan". Perawi berkata; "Maka Ibrahim datang dan
memberi salam seraya berkata; "Kemana Isma'il?". Istri isma'il
berkata; "Pergi berburu". Ibrahim berkata; "Katakanlah kepadanya
jika sudah datang supaya dia mengubah daun pintu rumahnya". Ketika Isma'il
datang istrinya menceritakan kedatangan Ibrahim. Maka Isma'il berkata;
"Kamulah yang dimaksud dengan daun pintu itu, maka kembalilah kamu kepada
keluargamu"."Kemudian timbul lagi keinginan pada diri Ibrahim maka
dia berkata kepada keluarganya; "Aku akan pergi melihat keluargaku yang
aku tinggalkan". Ketika tiba, Ibrahim bertanya; Kemana Isma'il".
Istrinya menjawab; "Dia pergi berburu. Apakah tidak sebaiknya anda singgah
dulu dan makan minum bersama kami?". Ibrahim bertanya; "Apa makanan
dan minuman kalian?". Istri Isma'il menjawab; "Makanan kami daging
dan minuman kami air". Lalu Ibrahim berdo'a; "Ya Allah, berkahilah
mereka dalam daging dan air mereka". Abu Al Qasim shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Daging dan air disini penuh dengan barakah karena
barokah doa Ibrahim 'Alaihissalam."Kemudian timbul lagi keinginan pada
diri Ibrahim maka dia berkata kepada keluarganya; "Aku akan pergi melihat
keluargaku yang aku tinggalkan". Maka Ibrahim datang dan bertemu dengan
Isma'il dari balik (sumur) zamzam sedang memperbaiki panahnya lalu berkata;
"Wahai Isma'il, sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan aku agar membangun
rumah". Isma'il berkata; "Taatilah Rabbmu". Ibrahim berkata
lagi; "Sesungguhnya Dia telah memerintahkan aku agar kamu membantu aku
dalam pembangunan rumah yang dimaksud". Isma'il berkata; "Kalau
begitu aku akan lakukan", atau seperti yang dikatakannya. Perawi berkata; Maka
keduanya mulai membangun, Ibrahim yang membangun sedangkan Isma'il membawa
bebatuan, keduanya sambil membaca do'a; ("Rabb kami, terimalah (amal) dari
kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui". Keduanya
terus saja membangun hingga mengelilingi Baitullah dan keduanya terus saja
membaca do'a; ("Rabb kami, terimalah (amal) dari kami sesunggunya Engkau
Maha Mendengar dan Maha Mengetahui"). Perawi berkata; "Keduanya terus
membangun hingga ketika bangunan sudah tinggi dan Ibrahim sebagai orangtua yang
sudah renta agak kepayahan untuk mengangkat batu ke susunan tembok yang lebih
tinggi, dia berdiri di atas batu sebagai tempat berdirinya (al-Maqam) sedangkan
Ismail terus memberinya bebatuan sambil keduanya terus membaca do'a;
("Rabb kami, terimalah (amal) dari kami sesunggunya Engkau Maha Mendengar
dan Maha Mengetahui") (QS. Albaqarah 128).
[HR. Bukhori no. 3365]
0 تعليقات